Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hasil Penelitian Terdahulu


Pada penelitian yang telah dilakukan terhadap bagian daun mangga
(Mangifera indica L.), menunjukkan adanya kandungan senyawa golongan
flavonoid seperti epikatekin, taksifolin, dan kuersetin. Jutiviboonsuk dan
Sardsaengjun (2010) juga melaporkan bahwa pada bagian daun mangga
terdapat senyawa mangiferin yang merupakan senyawa flavonoid utama pada
genus Mangifera.
Pada penelitian oleh Rahmiyani dan Nurdianti (2016), menyebutkan
bahwa ekstrak etil asetat dari daun mangga gedong (Mangifera indica L.)
memiliki aktivitas antioksidan yang dilakukan dengan pengujian
menggunakan metode DPPH. Dilihat dari hasil penapisan fitokimia, daun
mangga mengandung beberapa komponen senyawa aktif seperti terpenoid,
flavonoid, fenol, kuinon, dan tanin. Ekstrak etil asetat dari daun mangga
gedong juga menunjukan respon yang baik dengan nilai IC 50 sebesar 5,02
ppm, hal ini menunjukan bahwa senyawa yang terkandung dalam ekstrak etil
asetat memiliki aktivitas antioksidan yang kuat. Karena memiliki IC 50 kurang
dari 50.
Umadevi et al. (1998) menyatakan bahwa kekerabatan secara kimia dari
genus Mangifera dapat dilihat dari senyawa flavonoidnya. Sehingga diduga
pada mangga gedong juga terdapat senyawa mangiferin karena berasal dari
genus yang sama yaitu Mangifera. Berdasarkan uraian di atas pada penelitian
ini akan dilakukan isolasi pada fraksi etil asetat dari daun mangga gedong
menggunakan metode kromatografi kolom untuk mengetahui efek antioksidan
pada fraksi etil asetat melalui nilai %penghambatan yang diperoleh pada uji
antioksidan menggunakan metode DPPH .
B. Landasan Teori
1. Deskripsi dan klasifikasi tanaman mangga
Tanaman mangga (Mangifera indica L.) (Gambar 2.1.) bukan
merupakan tanaman asli Indonesia, tetapi berasal dari India yang

Isolasi Senyawa Penangkap...Nisa Nurulmala, Fakultas Farmasi Ump, 2018


merupakan suku Anacardiaceae. Tanaman mangga tergolong kelompok
buah berdaging dengan bentuk, ukuran, warna, dan cita rasa yang
beranekaragam. Tanaman mangga termasuk tumbuhan dengan struktur
batang (habitus) termasuk kelompok arboreus, yaitu tumbuhan berkayu
yang mempunyai tinggi batang lebih dari 5 m (Bhagwat & Haytowitz,
2013).
Mangga gedong merupakan buah yang unik dengan rasa khasnya
manis-asam saat matang. Kandungan gula dan asamnya menjadi pembeda
dengan mangga lain. Mangga jenis ini akan disebut mangga gedong jika
ada warna jingga kemerahan pada kulitnya, sedangkan yang masih
berwarna hijau kuning dikenal dengan mangga gedong. Warna kulit yang
berbeda diidentikkan dengan umur panen.

Gambar 2.1. Tanaman mangga (Dokumentasi pribadi)

a. Klasifikasi tanaman mangga


Klasifikasi tanaman mangga menurut Pracaya (1995) antara lain :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Sapindales
Famili : Anacardiaceae
Genus : Mangifera
Spesies : Mangifera indica L.

Isolasi Senyawa Penangkap...Nisa Nurulmala, Fakultas Farmasi Ump, 2018


b. Morfologi tanaman mangga gedong
Morfologi tanaman mangga gedong sebagai berikut :
a. Akar
Akar tunggang pohon mangga sangat panjang hingga bisa
mencapai 6 m, pemanjangan akar tunggang akan berhenti bila
mencapai permukaan air tanah. Sesudah fase perpanjangan akar
tunggang berhenti, lalu terbentuk banyak akar cabang di bawah
permukaan tanah. Akar cabang makin ke bawah makin sedikit,
paling banyak akar cabang pada kedalaman lebih kurang 30 cm
sampai 60 cm (Pracaya, 1995).
b. Batang
Batang merupakan bagian tengah dari suatu tumbuh-tumbuhan
yang tumbuh lurus ke atas. Bagian ini mengandung zat-zat kayu,
sehingga tanaman mangga tumbuh tegak, keras, dan kuat. Bentuk
batang mangga tegak dan bercabang agak kuat. Kulitnya tebal dan
kasar dengan banyak celah-celah kecil dan sisik-sisik bekas tangkai
daun. Warna kulit yang sudah tua biasanya coklat keabuan sampai
hampir hitam (Rukmana, 1997).
c. Daun
Daun mangga berwarna hijau, berselang seling, dan mempunyai
bentuk yang lonjong. Daun yang masih muda biasanya berwarna
kemerahan, keunguan atau kekuningan, yang kemudian akan
berubah pada bagian permukaan sebelah atas menjadi hijau
mengkilat, sedangkan bagian permukaan bawah berwarna hijau
muda. Bentuk daun berpangkal lancip dengan tepi daun
bergelombang dan ujung meruncing (Janick & Paul, 2008).
d. Bunga
Bunga mangga adalah bunga majemuk. Dalam keadaan normal
bunga majemuk tumbuh dari tunas ujung, sedangkan tunas yang
asalnya bukan dari tunas ujung tidak menghasilkan bunga, tetapi
ranting daun biasa. Bunga majemuk mangga berbentuk kerucut
yang lebar, bagian bawah panjangnya lebih kurang 10 sampai 60

Isolasi Senyawa Penangkap...Nisa Nurulmala, Fakultas Farmasi Ump, 2018


cm. Bunga majemuk ini terdiri dari sumbu utama yang mempunyai
cabang-cabang pertama, setiap cabang pertama mempunyai banyak
cabang-cabang yang kedua dan cabang kedua ini mungkin
mempunyai suatu kelompok tiga bunga atau mempunyai cabang
ketiga, dan cabang ketiga ini baru mempunyai suatu kelompok tiga
bunga. Setiap kelompok tiga bunga terdiri dari tiga kuntum bunga
dan setiap kuntum bertangkai pendek dengan daun kecil. Jumlah
bunga pada setiap bunga majemuk bisa mencapai 1000 – 6000.
(Pracaya, 1995) .
e. Buah
Buah mangga termasuk buah batu yang berdaging. Buah
mangga gedong yang matang, kulitnya berwarna kuning cerah dan
daging buah berwarna kuning. Rona kulit pada pangkal buah
mangga gedong gincu, yaitu berwarna kemerah-merahan atau
keungu-unguan, aroma harum, dan rasanya manis. Karakteristik
rona merah pada pangkal buah mangga gedong disebabkan oleh
pengaruh lingkungan sehingga terjadi mutasi alami.
f. Biji
Biji letaknya di dalam kulit biji yang keras (endocarp),
besarnya bervariasi sesuai dengan bentuk luar buah mangga
tersebut. Biji mangga ada dua jenis, ada yang monoembrional dan
polyembryonal (Pracaya, 1995).
c. Kandungan daun mangga gedong
Dari hasil penapisan fitokimia ekstrak daun mangga gedong, dapat
dilihat hampir seluruh ekstrak mengandung golongan fenol, terpenoid,
dan flavonoid yang diduga memiliki aktivitas antioksidan. Dari hasil
uji aktivitas antioksidan dapat dilihat bahwa aktivitas antioksidan
tertinggi dengan metode DPPH ditunjukkan oleh sampel ekstrak etil
asetat dengan nilai IC50 sebesar 5,02 ppm (Rahmiyani dan Nurdianti,
2016).
Mangiferin (Gambar 2.2.) merupakan komponen utaman yang
terdapat pada ekstrak mangga. Mangiferin (1,3,6,7-

Isolasi Senyawa Penangkap...Nisa Nurulmala, Fakultas Farmasi Ump, 2018


terahydroxyxanthone-C2-beta-D-glucoside) adalah salah satu derivat
xanton dan C-glucosylxanthones mempunyai aktivitas sebagai
antioksidan dan analgesik (karena memiliki gugus hidroksil bebas dan
katekol) (Yoshimi et al. 2001; Dar et al. 2005). Muruganandan et al.
(2005) juga melaporkan bahwa mangiferin mempunyai peran sebagai
perlindungan terhadap sistem imun yang dimediasi lewat
penghambatan intermediet reaktif yang memicu stres oksidatif pada
limfosit, neutrofil, dan makrofag pada tikus percobaan. Menurut
penelitian Prabhu et al. (2006), mangiferin dapat melindungi kerusakan
jantung pada tikus dengan aktivitas sebagai antioksidan yang dapat
meregulasi sistem pertahanan jaringan (enzim jaringan jantung seperti
superoksida dismutase, katalase, glutation peroksidase, aktivitas
glutation transferase dan aktivitas glutation reduktase, antioksidan
bukan enzim, seperti cerruloplasmin, vitamin C, vitamin E, dan kadar
glutation). Berikut ini adalah bentuk struktur kimia mangiferin :

Gambar 2.2. Struktur Mangiferin (Smith et al. 2016)

2. Ekstraksi dan Fraksinasi


Ekstraksi merupakan suatu proses penarikan senyawa metabolit
sekunder dengan bantuan pelarut. Ekstraksi akan cepat dilakukan pada
suhu tinggi, tetapi hal ini dapat mengakibatkan beberapa komponen
mengalami kerusakan (Harborne, 1987).
Proses ekstraksi khususnya untuk bahan yang berasal dari tumbuhan
adalah sebagai berikut :
1. Pengelompokan bagian tumbuhan (daun, bunga, dan lain-lain),
pengeringan dan penggilingan bagian tumbuhan.
2. Pemilihan pelarut :
a. Pelarut polar : air, etanol, metanol, dan sebagainya

Isolasi Senyawa Penangkap...Nisa Nurulmala, Fakultas Farmasi Ump, 2018


b. Pelarut semipolar : etil asetat, diklorometan, dan sebagainya.
c. Pelarut nonpolar : heksan, petroleum eter, kloroform, dan
sebagainya.
3. Pemilihan metode ekstraksi
Macam-macam metode ekstraksi bahan alam yang sering
digunakan adalah ekstraksi secara panas yaitu dengan cara refluks dan
penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin yaitu dengan cara
maserasi, perkolasi.
Menurut Depkes POM (2000) metode ekstraksi dapat dibagi menjadi :
1. Cara dingin
a. Maserasi
Maserasi merupakan metode paling sederhana yang sering
digunakan. Maserasi dilakukan dengan memasukkan serbuk tanaman
dan pelarut yang sesuai ke dalam wadah inert yang tertutup rapat
pada suhu kamar. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai
kesetimbangan antara konsentrasi pelarut dengan konsentrasi dalam
sel tanaman. Metode maserasi dapat menghindari rusaknya senyawa-
senyawa yang bersifat termostabil (Seidel, 2005).
b. Perkolasi
Perkolasi yaitu ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari
tahapan pengembangan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi
sebenarnya terus-menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat).
2. Cara Panas
a. Refluks
Refluks yaitu ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didih
tertentu, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang
relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
b. Sokletasi
Sokletasi yaitu ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu
baru dan yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga

Isolasi Senyawa Penangkap...Nisa Nurulmala, Fakultas Farmasi Ump, 2018


terjadi ekstrak secara kontinyu dengan jumlah pelarut yang relatif
konstan dengan adanya pendingin balik.
Fraksinasi merupakan prosedur pemisahan yang bertujuan memisahkan
golongan utama kandungan yang satu dari kandungan yang lain. Senyawa
yang bersifat polar akan masuk ke pelarut polar dan senyawa nonpolar
akan masuk ke pelarut nonpolar (Harborne, 1987).
Isolasi dilakukan terhadap fraksi dengan aktivitas yang diinginkan
sehingga memperoleh senyawa murni menggunakan teknik kromatografi.
Ketika senyawa murni telah didapatkan, setelah itu dilakukan isolasi yang
disebut dengan metode bioassay guide fractionation and isolation
(Houghton, 2000).
3. Kromatografi Kolom
Kromatografi kolom disebut juga kromatografi adsorpsi atau
kromatografi elusi karena senyawa yang terpisah akan terelusi dari kolom.
Kromatografi ini membutuhkan penyerap (fase diam) dalam jumlah relatif
besar. Tujuan dari kromatografi ini adalah untuk memisahkan komponen
senyawa yang terkandung dalam suatu ekstrak ke dalam beberapa fraksi
(Robinson, 1991).
Kromatografi kolom merupakan salah satu teknik yang digunakan
untuk fraksinasi dan pemurnian senyawa, dengan prinsip pemisahan zat
berdasarkan mekanisme adsorbsi, pembagian ion, pertukaran ion, afinitas,
dan perbedaan ukuran molekul. Fase diam berupa bahan penjerap atau film
zat cair pada penyangga, dimasukkan ke dalam kolom, dan fase gerak
dibiarkan mengalir ke bawah karena adanya gaya berat (Gritter et al.
1991). Ketika senyawa berinteraksi dengan fase diamnya lemah maka
pergerakannya akan cepat melalui sistem kromatografi, jika senyawa
berinteraksi dengan fase diamnya kuat maka pergerakannya akan sangat
lambat (Christian dan Gary, 1994).
4. Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis merupakan metode pemisahan fisika kimia,
dengan lapisan untuk memisahkan yang terdiri atas bahan yang berbutir-
butir (fase diam), ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas, logam

10

Isolasi Senyawa Penangkap...Nisa Nurulmala, Fakultas Farmasi Ump, 2018


atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah berupa larutan,
ditotolkan berupa bercak atau pita. Setelah pelat atau lapisan ditaruh di
dalam bejana tertutup rapat berisi larutan pengembang yang cocok (fase
gerak,) pemisahan terjadi dalam perambatan kapiler (pengembangan),
selanjutnya senyawa yang tidak berwarna harus dideteksi atau
ditampakkan (Stahl, 1985).
Identifikasi dar senyawa-senyawa yang terpisah pada lapisan tipis baik
dikerjakan dengan pereaksi lokasi kimia dan reaksi warna dan identifikasi
menggunakan harga Rf (Sastrohamidjodjo, 2007).

Jarak yang digerakkan oleh senyawa dari titik asal


Harga Rf 
Jarak yang digerakkan oleh pelarut dari titik asal

5. Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH (1,1-diphenyl-2-


picrylhydrazil)
Pengukuran aktivitas penangkap radikal bebas dapat dilakukan dengan
beberapa cara antara lain dengan metode lipid peroksida, tiobarbiturat,
malonaldehida, 8-karoten bleaching, DPPH, dan tiosianat. Metode DPPH
adalah salah satu yang paling popular karena praktis dan sensitif
(Molyneux, 2004). DPPH merupakan senyawa radikal bebas yang stabil
dan apabila digunakan sebagai pereaksi cukup dilarutkan. Senyawa ini jika
disimpan dalam keadaan dan kondisi penyimpanan yang baik akan tetap
stabil selama bertahun-tahun (Winarsi, 2007).
Gambar 2.3. menjelaskan bahwa DPPH menerima elektron atau radikal
hidrogen sehingga membentuk molekul diamagnetik yang stabil. Interaksi
antioksidan dengan DPPH baik secara transfer elektron atau radikal
hidrogen pada DPPH, akan menetralkan karakter radikal bebas dari DPPH.
Jika semua elektron pada radikal bebas DPPH menjadi berpasangan, maka
warna larutan berubah dari ungu tua menjadi kuning terang dan absorbansi
pada panjang gelombang 517 nm akan hilang. Perubahan ini dapat diukur
secara stoikiometri sesuai dengan jumlah elektron atau atom hidrogen

11

Isolasi Senyawa Penangkap...Nisa Nurulmala, Fakultas Farmasi Ump, 2018


yang ditangkap oleh molekul DPPH akibat adanya zat antioksidan (Blois,
1958).

Gambar 2.3. Mekanisme penangkapan radikal DPPH oleh antioksidan (Mun’im.


2008)

Pengukuran aktivitas antioksidan ditandai dengan penurunan serapan


larutan DPPH yang disebabkan adanya penambahan sampel. Untuk
memperoleh nilai serapan larutan DPPH terhadap sampel (ekstrak)
tersebut (Gambar 2.4) untuk perhitungan sebagai persen inhibisi (%
inhibisi) dengan rumus sebagai berikut (Zuhra et al. 2008) :

( )
(1)

Keterangan:
% inhibisi = presentase hambat antioksidan
A kontrol = absorbansi DPPH
A sampel = Absorbansi larutan uji

Kemudian dari hasil yang diperoleh dimasukan ke dalam persamaan


regresi dengan konsentrasi sampel atau ekstrak (ppm) sebagai basis
(sumbu X) dan nilai % inhibisi (antioksidan) sebagai ordinatnya (sumbu
Y). Nilai IC50 dari perhitungan pada saat % inhibisi sebesar 50% dengan
Y= Ax + b (Zuhra et al. 2008).
6. Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometri sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari
spectrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat
pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi relatif jika energy
tersebut ditransmisikan, direfleksikan, atau diemisikan sebagai fungsi

12

Isolasi Senyawa Penangkap...Nisa Nurulmala, Fakultas Farmasi Ump, 2018


panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer dengan fotometer adalah
panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih dideteksi dan cara ini
diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating atau celah optis.
Pada fotometer filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi
melewatkan trayek pada panjang gelombang tertentu (Gandjar dan Abdul,
2007).
Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa intensitas yang diteruskan
oleh larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi
larutan (Gandjar, 2008).
A = a.b.c (2)
Keterangan :
A = absorbansi
a = absorptivitas molar
b = tebal kuvet (cm)
c = konsentrasi

Absorptivitas molar merupakan suatu konstanta yang tidak tergantung


pada konsentrasi, tebal kuvet, dan intensitas radiasi yang mengenai larutan
sampel. Absorptivitas molar tergantung pada suhu, pelarut, struktur
molekul, dan panjang gelombang radiasi. Dalam hukum Lambert-Beer
berlaku syarat sebagai berikut:
1. Sinar yang digunakan dianggap monokromatis.
2. Penyerapan terjadi dalam satu volume yang mempunyai penampang
luas yang sama.
3. Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung
terhadap yang lain dalam larutan tersebut.
4. Tidak terjadi peristiwa fluorosensi atau fosforisensi.
5. Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan (Gandjar, 2008).
Sinar ultraviolet berada pada panjang gelombang 200-400 nm
sedangkan sinar tampak berada pada panjang gelombang 400-800 nm.
Ketika suatu atom atau molekul menyerap cahaya maka energi tersebut
akan menyebabkan tereksitasinya elektron pada kulit terluar ke tingkat
energi yang lebih tinggi. Tipe eksitasi tergantung pada panjang gelombang
cahaya yang diserap. Sinar ultraviolet dan sinar tampak akan menyebabkan

13

Isolasi Senyawa Penangkap...Nisa Nurulmala, Fakultas Farmasi Ump, 2018


elektron tereksitasi ke orbital yang lebih tinggi. Sistem yang bertanggung
jawab terhadap absorpsi cahaya disebut dengan kromofor. Kromofor
merupakan semua gugus atau atom dalam senyawa organik yang mampu
menyerap sinar ultraviolet dan sinar tampak (Gandjar dan Abdul, 2007).
7. Antioksidan
Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron (electron donor)
atau reduktan. Senyawa ini mampu menginaktivasi berkembangnya reaksi
oksidasi, dengan cara mencegah terbentuknya radikal. Akibatnya
kerusakan sel akan dihambat (Winarsi,2007). Berdasarkan mekanisme
kerjanya, antioksidan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu :
a. Antioksidan primer
Antioksidan primer disebut juga dengan antioksidan enzimatis.
Antioksidan primer yaitu antioksidan yang bekerja dengan cara
mencegah terbentuknya radikal bebas yang baru dan mengubah
radikal bebas menjadi molekul yang tidak merugikan. Contohnya
adalah Butil Hidroksi Toluena (BHT), Tersier Butyl Hidro Quinon
(TBHQ), propil galat, tokoferol alami maupun sintetik, dan alkil galat
(Winarsi, 2007).
b. Antioksidan sekunder
Antioksidan sekunder disebut juga antioksidan eksogenus atau
nonenzimatis. Antioksidan sekunder adalah suatu senyawa yang dapat
mencegah kerja prooksidan yaitu faktor-faktor yang mempercepat
terjadinya reaksi oksidasi terutama logam-logam seperti: Fe, Cu, Pb,
dan Mn. Antioksidan sekunder berfungsi menangkap radikal bebas
serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi
kerusakan yang lebih besar. Contohnya adalah vitamin E, vitamin C,
dan betakaroten yang dapat diperoleh dari buah-buahan (Winarsi,
2007).
c. Antioksidan tersier
Antioksidan tersier merupakan senyawa yang memperbaiki sel-sel
dan jaringan yang rusak karena serangan radikal bebas. Biasanya yang
termasuk kelompok ini adalah jenis enzim misalnya metionin

14

Isolasi Senyawa Penangkap...Nisa Nurulmala, Fakultas Farmasi Ump, 2018


sulfoksidan reduktase yang dapat memperbaiki DNA dalam inti sel.
Enzim tersebut bermanfaat untuk perbaikan DNA pada penderita
kanker (Winarsi, 2007).
8. Kerangka Konsep

Kerusakan oksidatif dapat Daun mangga gedong


menyebabkan mutasi, kanker, dilaporkan memiliki aktivitas
penyakit autoimun dan sebagai antioksidan oleh
ateroskelorosis. Rahmiyani dan Nurdianti
(2016)

Pengembangan daun mangga


gedong sebagai sumber
senyawa antioksidan

Isolasi fraksi etanol daun mangga Uji aktivitas antioksidan


gedong dengan menggunakan menggunakan metode DPPH
kromatografi kolom

Fraksi yang mengandung senyawa


antioksidan paling optimum

Daun mangga gedong sebagai


alternatif sumber senyawa antioksidan
yang potensial

Gambar 2.5. Kerangka konsep

15

Isolasi Senyawa Penangkap...Nisa Nurulmala, Fakultas Farmasi Ump, 2018


9. Hipotesis
Menurut Rahmiyani dan Nurdianti (2016) ekstrak daun mangga
gedong (Mangifera indica L.) memiliki aktifitas sebagai antioksidan
dengan nilai sebesar IC50 sebesar 5,02 ppm. Maka dari itu dapat ditarik
hipotesis isolat-isolat yang diperoleh dari isolasi daun mangga gedong
dengan kromatografi kolom mempunyai aktivitas antioksidan yang
ditunjukan dengan menggunakan metode DPPH serta spektrofotometri
UV-ViS.

16

Isolasi Senyawa Penangkap...Nisa Nurulmala, Fakultas Farmasi Ump, 2018

Anda mungkin juga menyukai