Anda di halaman 1dari 72

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menjaga kesehatan tubuh diperlukan suatu keseimbangan untuk menciptakan
kondisi sehat. Terdapat beberapa faktor utama yang mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat. Faktor tersebut merupakan faktor determinan
timbulnya masalah kesehatan yang saling berinteraksi mempengaruhi
kesehatan perorangan dan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu
diantaranya yang dinilai mempunyai peranan yang cukup penting adalah
menyelenggarakan pelayanan kesehatan.(H.L Blum)

Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) adalah salah satu sarana


pelayanan kesehatan masyarakat yang amat penting di Indonesia. Jika ditinjau
dari sistem pelayanan kesehatan di Indonesia, maka peranan dan kedudukan
PUSKESMAS adalah sebagai ujung tombak sistem pelayanan kesehatan di
Indonesia. Ini disebabkan PUSKESMAS tidak hanya bertanggung jawab
dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat, tetapi juga
bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pelayanan kedokteran.

Adapun yang dimaksud dengan puskesmas adalah suatu organisasi


kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan
masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di
wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Menurut Depkes RI (2004)
puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
wilayah kerja (Effendi, 2009).

Puskesmas merupakan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang


bertanggung jawab atas kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya pada satu
atau bagian wilayah kecamatan. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

1
75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat dinyatakan bahwa
Puskesmas berfungsi menyelenggarakan Upaya Kesehatan Masyarakat
(UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama.
Puskesmas merupakan suatu organisasi sosial yang menjalankan tugas
sebagai penyedia jasa kesehatan bagi masyarakat.

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas


adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional,
yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Trihono, 2005).

Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok merupakan fasilitas kesehatan


tingkat pertama yang membina 12 puskesmas kelurahan yaitu Sunter Agung
1, Sunter Agung 2, Sunter Agung 3, Sunter Jaya 1, Sunter Jaya 2, Papanggo,
Warakas, Sungai Bambu, Kebon Bawang 1, Kebon Bawang 2, Kebon
Bawang 3, Tanjung Priok.

1.2 Tujuan Kegiatan


1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dalam pembuatan laporan ini untuk mengetahui
keorganisasian, manajemen, sistem pelayanan serta program-program
yang diselenggarakan dan mencari tahu permasalahan pada program
yang dijalankan.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui keorganisasian puskesmas Tanjung Priok
2. Mempelajari manajemen dan sistem pelayanan kesehatan di
Puskesmas Tanjung Priok
3. Mengetahui dan ikut serta dalam program upaya kesehatan yang di
selenggarakan oleh Puskesmas Tanjung Priok

2
4. Mengidentifikasi dan mempelajari masalah kesehatan serta
permasalahan dalam program kesehatan yang dijalankan Puskesmas
Tanjung Priok
5. Menentukan dan mempelajari prioritas masalah berdasarkan
kesenjangan yang ada pada program yang dijalankan di Puskesmas
Tanjung Priok
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian, Fungsi, dan Tujuan Puskesmas


2.1.1 Pengertian Puskesmas
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya perseorangan tingkat pertama
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif.1 (permenkes
RI no 75,2014)
1. Unit Pelaksana Teknis
Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (UPTD),
puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis
operasional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit
pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di
Indonesia.1
2. Pembangunan Kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh
bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal.1
3. Penanggungjawab Penyelenggaraan
Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan
kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, sedangkan puskesmas bertanggungjawab hanya
sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas
kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya.1
4. Wilayah Kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu
kecamatan, tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari dari satu
puskesmas, maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas,
dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau
RW). Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional
bertanggungjawab langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.1
2.1.2 Fungsi Puskesmas

Puskesmas diharapkan dapat bertindak sebagai motivator, fasilitator dan


turut serta memantau terselenggaranya proses pembangunan di wilayah
kerjanya agar berdampak positif terhadap kesehatan masyarakat di
wilayah kerjanya. Hasil yang diharapkan dalam menjalankan fungsi ini
antara lain adalah terselenggaranya pembangunan di luar bidang
kesehatan yang mendukung terciptanya lingkungan dan perilaku sehat.
Upaya pelayanan yang diselenggarakan meliputi:2,3,4

1. Pelayanan kesehatan masyarakat yang lebih mengutamakan


pelayanan promotif dan preventif, dengan kelompok masyarakat
serta sebagian besar diselenggarakan bersama masyarakat yang
bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas.
2. Pelayanan medik dasar yang lebih mengutamakan
pelayanan,kuratif dan rehabilitatif dengan pendekatan individu dan
keluarga pada umumnya melalui upaya rawat jalan dan rujukan.5

Fungsi dari Puskesmas adalah:2,3,4

1. Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di


wilayah kerjanya.
2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam
rangka kemampuan untuk hidup sehat.
3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh
dan masyarakat di wilayah kerjanya.

Fungsi dari Puskesmas antara lain:


1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau
penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat
dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta
mendukung pembangunan kesehatan. Di samping itu puskesmas aktif
memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan
setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk
pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah
mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

2. Pusat pemberdayaan masyarakat.


Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka
masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki
kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan
masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan
kepentingan kesehatan termasuk pembiayaannya, serta ikut
menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program
kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini
diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya
sosial budaya masyarakat setempat.

3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.


Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab
puskesmas meliputi:
a. Pelayanan kesehatan perorangan.
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat
pribadi (private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan
penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan
perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas
tertentu ditambah dengan rawat inap.
b. Pelayanan kesehatan masyarakat.
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat
publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi
kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan,
perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga
berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program kesehatan
masyarakat lainnya.

2.1.3 Tujuan Pembangunan Kesehatan oleh Puskesmas


Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarkan oleh puskesmas
adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional
yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar
terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka
mewujudkan Indonesia Sehat 2010.1

2.2. Visi dan Misi Puskesmas


2.2.1 Visi Puskesmas
Mewujudkan kesehatan sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat
adalah Gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai
melalui pembangunan kesehatan yakni masyarakat yang hidup dalam
lingkungan dan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata
serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

2.2.2 Misi Puskesmas


Misi Pembanguna kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas
adalah mendukung tercapainya misi pembangnan kesehatan nasional.
a. Menggerakan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah
kerjanya. Puskesmas akan selalu menggerakan pembangunan sektor
lain yang diselenggarakan diwilayah kerjanya agar memperhatikan
aspek kesehatan yaitu pembangunan yang tidak menimbulkan dampak
negatif terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan
perilaku masyarakat.
b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di
wilayah kerjanya. Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga
dan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin
berdaya di bidang kesehatan melalui peningkatan pengetahuan dan
kemampuan menuju kemandirian untuk hidup sehat.
c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dab
masyarakat beserta lingkungannya.

2.3. Azas dan Upaya Penyelenggaraan Puskesmas


2.3.1 Azas Penyelenggaraan Puskesmas
Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan
pengembangan harus menerapkan azas penyelenggaraan puskesmas secara
terpadu. Azas penyelenggaraan puskesmas tersebut dikembangkan dari
beberapa fungsi puskesmas. Dasar pemikirannya adalah pentingnya
menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi puskesmas dalam
menyelenggarakan setiap upaya puskesmas, baik upaya kesehatan wajib
maupun upaya kesehatan pengembangan. Azas penyelenggaraan
puskesmas yang dimaksud adalah:
1. Azas pertanggungjawaban wilayah
Azas penyelenggaraan puskesmas yang pertama adalah
pertanggungjawaban wilayah. Dalam arti puskesmas bertanggungjawab
atas semua masalah yang terjadi diwilayah kerjanya. Wilayah kerja
meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor kepadatan,
luas daerah, keadaan geografik dan keadaan infrastruktur lainnya
merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja
puskesmas.
Puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya. Puskesmas pembantu, Puskesmas
keliling, Bidan desa serta berbagai upaya kesehatan di luar gedung lainnya
membantu dalam merealisasi dari pelaksanaan azas pertanggungjawaban
wilayah dengan cara:
a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan
sehingga berwawasan kesehatan
b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap
kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya
c. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang
diselenggarakan oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah
kerjanya
d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara
merata dan terjangkau di wilayah kerjanya.
2. Azas pemberdayaan masyarakat.
Puskesmas memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat agar
berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya puskesmas. Berbagai
potensi masyarakat perlu dihimpun melalui Badan Penyantun Puskesmas
(BPP). Upaya dalam memberdayakan masyarakat sekitar dalam berperan
aktif dalam program pokok puskesmas, seperti:
a. Upaya KIA: Posyandu, Polindes, Bina Keluarga Balita (BKB)
b. Upaya Pengobatan: Posyandu, Pos Obat Desa (POD)
c. Upaya Perbaikan Gizi: Posyandu, Panti Pemulihan Gizi, Keluarga
Sadar Gizi (Kadarzi)
d. Upaya kesehatan sekolah: dokter kecil, penyertaan guru dan orang
tua/ wali murid, saka bakti husada (SBH), pos kesehatan pesantren
(Poskestren)
e. Upaya kesehatan lingkungan: lingkungan kelompok pemakai air
(Pokmair), Desa Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL)
f. Upaya kesehatan usia lanjut: posyandu usila, panti wreda
g. Upaya kesehatan kerja: Pos Upaya Kes. Kerja (Pos UKK)
h. Upaya kesehatan jiwa: Posyandu, tim pelaksana kesehatan jiwa
masyarakat (TPKJM)
i. Upaya pembinaan pengobatan tradisional: Taman Obat Keluarga
(TOGA), pembinaan pengobat tradisional (BATTRA)
j. Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan (inovatif): dana sehat,
tabungan ibu bersalin (tabulin), mobilisasi dana keagamaan
3. Azas keterpaduan
Untuk mengatasi keterbatasan sumberdaya dan memperoleh hasil optimal,
penyelenggaraan setiap upaya puskesmas harus diselenggarakan secara
terpadu.
a. Keterpaduan Lintas Program:
Upaya memadukan berbagai penyelenggaraan upaya kesehatan
yang menjadi tanggung jawab puskesmas, contoh:
1) MTBS (Manajemen Terpadu Balita sakit): keterpaduan KIA
dengan P2M, Gizi, Promkes, pengobatan
2) Upaya Kesehatan Sekolah (UKS): keterpaduan kesehatan
lingkungan dengan promkes, pengobatan, kes. Gigi, kes.
Reproduksi remaja, kes. Jiwa
3) Pusling: keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, gizi,
promkes, kes. Gigi
4) Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, gizi, P2M, kes jiwa,
promkes
b. Keterpaduan Lintas Sektor:
Upaya memadukan penyelenggaraan upaya puskesmas dengan
berbagai program sektor terkait tk. kecamatan, termasuk organisasi
kemasyarakatan dan dunia usaha contoh:
1) Upaya Kesehatan Sekolah: keterpaduan sektor kesehatan dengan
camat, lurah/kep.desa, pendidikan, agama.
2) Upaya Promkes: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kep.desa, pendidikan, agama, pertanian
3) Upaya KIA: Keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kep.desa, organisasi profesi, organisas
kemasyarakatan,PKK,PLKB
4) Upaya Perbaikan Gizi: Keterpaduan sektor kesehatan dengan
camat, lurah/kep.desa, pertanian, pendidikan, agama, koperasi,
dunia usaha, PKK, PLKB
5) Upaya Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan: Keterpaduan sektor
kesehatan dengan camat, lurah/kep.desa, tenaga kerja, koperasi,
dunia usaha, organisasi kemasyarakatan.
6) Upaya Kesehatan Kerja : Keterpaduan sektor kesehatan dengan
camat, lurah/kep.desa, organisasi, tenaga kerja, dunia usaha.
4. Azas rujukan
Asas rujukan adalah asas yang diberlakukan apabila puskesmas tidak
dapat menangani suatu masalah kesehatan. Asas ini ditetapkan untuk
bekerja sama dengan rumah sakit. Rujukan adalah pelimpahan wewenang
dan tanggung jawab atas kasus penyakit atau masalah kesehatan yang
diselenggarakan secara timbal balik, secara vertikal dalam arti dari satu
strata sarana yankes ke strata lainnya, secara horizontal dalam arti antar
strata sarana pelayanan kesehatan yang sama.6
a. Rujukan Upaya Kesehatan Perorangan
Cakupan kasus penyakit dibedakan 3
macam:
1) Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan
medik (misal operasi)
2) Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan
laboratorium yang lebih lengkap
3) Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang
lebih kompeten untuk melalukan bimbingan tenaga puskesmas dan
atau pun menyelenggarakan pelayanan medik di puskesmas.
b. Rujukan Upaya Kesehatan Masyarakat:
Cakupan masalah kesehatan
masyarakat:
1) Kejadian Luar Biasa
2) Pencemaran lingkungan
3) Bencana
Rujukan upaya kesehatan masyarakat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
1) Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan
fogging, peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman alat
audio visual, bantuan obat, vaksin, bahan- bahan habis pakai, dan
bahan makanan.
2) Rujukan tenaga, antara lain dukungan tenaga ahli untuk penyidikan
kejadian luar biasa, bantuan penyelaisan masalah hukum kesehatan,
penanggulangan gangguan kesehatan karena bencana alam
3) Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya kewenangan
dan tanggungjawab penyelesaian masalah kesehatan masyarakat dan
atau penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat (antara lain
Usaha Kesehatan Sekolah, Usaha Kesehatan Kerja, Usaha Kesehatan
Jiwa, Pemeriksaan contoh air bersih) kepada dinas kesehatan
kabupaten / kota. Rujukan operasional diselenggarakan apabila
puskesmas tidak mampu.

2.3.2 Upaya Penyelenggaraan Puskesmas


Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas, yakni
terwujudnya Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat, puskesmas
bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan
upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem
kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama.
Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni:6
1. Upaya Kesehatan Wajib
Upaya keseatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang
mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan
masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh
setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia.
Upaya kesehatan wajib tersebut adalah:
a. Upaya Promosi Kesehatan.
b. Upaya Kesehatan Lingkungan.
c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana.
d. Upaya Perbaikan Gizi.
e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular.
f. Upaya Pengobatan.

2. Upaya Kesehatan Pengembangan.


Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang
ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di
masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas.
Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan
pokok puskesmas yang telah ada, yakni:
a. Upaya Kesehatan Sekolah.
b. Upaya Kesehatan Olah Raga.
c. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat.
d. Upaya Kesehatan Kerja.
e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut.
f. Upaya Kesehatan Jiwa.
g. Upaya Kesehatan Mata.
h. Upaya Kesehatan Usia Lanjut.
i. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional.

Upaya laboratorium medis dan laboratorium kesehatan masyarakat


serta upaya pencatatan dan pelaporan tidak termasuk pilihan karena ketiga
upaya ini merupakan pelayanan penunjang dari setiap upaya wajib dan
upaya pengembangan puskesmas.
Perawatan kesehatan masyarakat merupakan pelayanan penunjang, baik
upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan. Apabila
perawatan kesehatan masyarakat menjadi permasalahan spesifik di daerah
tersebut, maka dapat dijadikan sebagai salah satu upaya kesehatan
pengembangan.6
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula bersifat
upaya inovasi, yakni upaya lain di luar upaya puskesmas tersebut di atas
yang sesuai dengan kebutuhan. Pengembangan dan pelaksanaan upaya
inovasi ini adalah dalam rangka mempercepat tercapainya visi
puskesmas.6

2.4 Kedudukan Puskesmas


Kedudukan Puskesmas dibedakan menurut keterkaitannya dengan Sistem
Kesehatan Nasional, Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota dan Sistem
Pemerintah Daerah:7
A. Sistem Kesehatan Nasional
Kedudukan puskesmas dalam Sistem Kesehatan Nasional adalah
sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang
bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan
dan upaya kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
B. Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota
Kedudukan puskesmas dalam Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota
adalah sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan
sebagian tugas pembangunan kesehatan kabupaten/kota di wilayah
kerjanya.
 Sistem Pemerintah Daerah
Kedudukan puskesmas dalam Sistem Pemerintah Daerah adalah
sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
yang merupakan unit struktural Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota bidang kesehatan di tingkat kecamatan.
 Antar Sarana Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Di wilayah kerja puskesmas terdapat berbagai organisasi
pelayanan kesehatan strata pertama yang dikelola oleh lembaga
masyarakat dan swasta seperti praktek dokter, praktek dokter
gigi, praktek bidan, poliklinik dan balai kesehatan masyarakat.
Kedudukan puskesmas di antara berbagai sarana pelayanan
kesehatan strata pertama ini adalah sebagai mitra. Di wilayah
kerja puskesmas terdapat pula berbagai bentuk upaya kesehatan
berbasis dan bersumber daya masyarakat seperti posyandu,
polindes, pos obat desa dan pos UKK. Kedudukan puskesmas di
antara berbagai sarana pelayanan kesehatan berbasis dan
bersumberdaya masyarakat adalah sebagai pembina.
BAB 3

UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT DI PUSKESMAS KECAMATAN


TANJUNG PRIOK

3.1 Keadaan Geografi Kecamatan Tanjung Priok


3.1.1 Peta Wilayah

Gambar 3.1 Peta wilayah Kecamatan Tanjung Priok

3.1.2 Luas Wilayah


Sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota
Jakarta Nomor:1251 Tahun 1986, luas wilayah Kecamatan Tanjung Priok
adalah 22,5174 Km2, yang terdiri atas 103 RW dan 1270 RT dengan luas
masing-masing kelurahan sebagai berikut:8
a. Kelurahan Sunter Agung : 7,02 Km2
b. Kelurahan Sunter Jaya : 4,58 Km2
c. Kelurahan Kebon Bawang : 1,72 Km2
d. Kelurahan Papanggo : 2,80 Km2
e. Kelurahan Warakas : 1,08 Km2
f. Kelurahan sungai Bambu : 2,36 Km2
g. Kelurahan Tanjung Priok : 5,54 Km2
3.1.3 Batas Wilayah
 Bagian Utara : Pantai laut jawa
 Bagian Timur : Jl. Yos Sudarso, Kecamatan Koja dan Kecematan
Kelapa Gading
 Bagian Selatan : Jl. Raya Sunter Kemayoran, Kecamatan Kemayoran
 Bagian Barat : Kecamatan Pademangan
3.1.4 Keadaan Demografi Kecamatan Tanjung Priok
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelurahan, KK, RW dan RT Tahun 2019

Jumlah
No Kelurahan KK RW RT
Penduduk
1 Sunter Agung 86362 27924 20 280
2 Sunter Jaya 76215 24245 15 228
3 Papanggo 48321 15677 13 127
4 Warakas 55509 18653 14 183
5 Sungai Bambu 36807 12385 10 104
6 Kebon Bawang 63340 20954 16 195
7 Tanjung Priok 43018 14909 16 158
Jumlah 409572 134747 104 1 275
Sumber: Tanjung Priok dalam Angka 2019, BPS Jakarta

3.1.5 Fasilitas Kesehatan

Tabel 3.2 Jumlah Fasilitas Kesehatan di Tanjung Priok Tahun 2019

Dokter Bidan
No Kelurahan RS RB Poliklinik Puskesmas Posyandu Apotik
Praktek Praktek
Sunter
1 3 1 8 3 30 11 29 4
Agung
2 Sunter Jaya - - 9 2 24 4 18 10
3 Papanggo 1 - 8 1 14 3 18 6
4 Warakas - 2 25 1 29 3 6 7
Sungai
5 Bambu 1 1 6 1 19 16 14 5
Kebon
6 - - 8 3 17 9 10 10
Bawang
Tanjung
7 2 - 8 1 17 3 8 7
Priok
Jumlah 7 4 72 13 147 49 103 49
Sumber: Tanjung Priok dalam Angka 2017 BPS Jakarta Utara
3.2 Data Penduduk
Berdasarkan laporan tahunan Kecamatan Tanjung Priok 2019, jumlah
Penduduk di wilayah Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara Tahun 2019
berjumlah 409.572 jiwa, terdiri dari laki-laki 206.860 jiwa dan perempuan
202.712 jiwa. Adapun rincian jumlah Penduduk di wilayah Kecamatan
Tanjung Priok adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3 Data Penduduk Kecamatan Tanjung Priok Tahun 2019

Luas Penduduk
Kepadatan Rasio Jenis
No Kelurahan Area Laki-
Perempuan Jumlah Penduduk Kelamin
(Km2) Laki
Sunter
1 7.0226 42951 43411 86362 12297.72 98.94
Agung
2 Sunter Jaya 4.5817 38455 37760 76215 16634.66 101.84

3 Papanggo 2.8018 24453 23868 48321 17246.41 102.45

4 Warakas 1.0884 28203 27306 55509 51000.55 103.28


Sungai
5 2.3640 18788 18019 36807 15569.8 104.27
Bambu
Kebon
6 1.7270 32278 31062 63340 36676.32 103.91
Bawang
Tanjung
7 5.5400 21732 21286 43018 7764.98 102.10
Priok
Jumlah 22.5174 206860 202712 409572 157190.44 102.5

Sumber:Tanjung Priok dalam Angka 2017, BPS Jakarta Utara dan Profil Kesehatan
Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok Kota Administrasi Jakarta Utara Tahun 2019

3.3 Visi, Misi dan Moto Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok


3.3.1 Visi
Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok dengan Pelayanan Prima
mewujudkan Masyarakat Sehat dan Mandiri tahun 2022.
3.3.2 Misi
1. Meningkatkan kualitas SDM yang kompeten dan profesional.
2. Mewujudkan pelayanan kesehatan prima dan berorientasi pada
kepuasan pelanggan.
3. Menciptakan komunikasi, koordinasi dan sinergi dengan semua pihak
terkait
4. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat melalui kemitraan dan
kerjasama lintas sektor
5. Mengembangkan pelayanan kesehatan berbasis teknologi.
3.3.3 Moto
Ramah, nyaman, terpercaya.

3.4 Struktur Organisasi Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok

Bagan 3.1 Struktur Organisasi Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok

3.5 Sumber Daya Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok


3.5.1 Fasilitas
Gedung Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok Terdiri atas:
Lantai 1:
Ruang jaga poli 24 jam, Ruangan rekam medis, Pendaftaran, Ruangan
tunggu, Ruangan Konsultasi Farmasi, Farmasi, Ruangan Perawatan,
Ruangan Jaga Bidan, Ruangan Bersalin, Ruangan Pasca Bersalin, Poli
IMS, Poli Lansia, Poli TB, Ruangan Sterilization, PCU 24 jam, Kamar
Mandi
Lantai 2:
Poli Umum, Gudang Poli Umum, Nurse Station, Ruangan Menyusui,
Gudang Umum, Ruangan Bermain, Poli Gizi, Poli Gigi, Poli MTBS, Poli
Sanitasi, Poli KB, Poli KIA, Poli Imunisasi, Ruangan UKP, Kamar Mandi,
Pantry, Laboratorium
Lantai 3:
Ruangan Kepala Puskesmas, Ruang Administrasi, Ruangan Kasubbag
Tata Usaha, Ruangan Mutu, Ruangan Server, Aula, Pengadaan dan
Keuangan, Mushola, Gudang Vaksin, Pengadaan Makanan, Ruangan
UKM, Kamar Mandi

Gambar 3. 2 Gedung puskesmas Kecamatan Tanjung Priok

Gambar 3.3 Lobby Puskesmas


3.5.2 Ketenagaan
Tabel 3.4 Ketenagaan

No Kategoritenaga Jumlah

1 Kepala Puskesmas 1
2 Kepala Tata Usaha 1
3 DokterUmum 29
4 Dokter Gigi 14
5 Perawat 51
6 Perawat Gigi 7
7 Bidan 54
8 Apoteker 1
9 Asisten Apoteker 18
10 Analis LAB 3
11 Nutrisionis 9
12 Radiographer 0
13 KESMAS 2
14 KESLING 10
15 Petugas Loket 7
16 Pekarya 22
17 TU 10
18 Keuangan 2
19 Supir 6
BAB 4

KEGIATAN POKOK PUSKESMAS

4.1 Program pokok dan pengembangan puskesmas


Kegiatan pelayanan di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok meliputi
kegiatan teknis dan administrasi yang dikelompokkan dalam 3 (tiga)
satuan pelaksana yaitu Satuan Pelaksana Administrasi Manajemen, Upaya
Kesehatan Masyarakat dan Upaya Kesehatan Perorangan sesuai dengan
Permenkes 75 tahun.

4.1.1 Upaya kesehatan wajib


Indikator dan Target Kesehatan
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan
nasional, dan merupakan investasi untuk meningkatkan mutu sumberdaya
manusia, mendukung pembangunan ekonomi, serta memiliki peran
penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Berdasarkan undang-
undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 14 menyatakan,
“Pemerintah bertanggungjawab merencanakan, mengatur,
menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya
kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat”. Hal ini
mengamanahkan bahwa pemerintah wajib menetapkan standar mutu
pelayanan kesehatan.

1. Promosi Kesehatan
Ada berbagai konsep promosi kesehatan yang dapat dilibatkan dalam
upaya menyebarkan informasi dan menumbuhkan kesadaran masyarakat
terkait peningkatan kualitas kesehatan dan menjalani gaya hidup sehat.
Dalam konsep promosi kesehatan terdapat beberapa kegiatan yang bisa
dilakukan baik itu untuk promosi kesehatan di tempat kerja, promosi
kesehatan di sekolah ataupun promosi kesehatan di masyarakat, berikut
adalah kegiatan promosi kesehatan.
Promosi kesehatan di sekolah menjadi langkah strategis dalam
meningkatkan kesehatan masyarakat. Hal tersebut karena promosi
kesehatan melalui komunitas sekolah cukup efektif untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat dalam menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat.
Usia sekolah sangat baik untuk memberikan edukasi dan pemahaman
mengenai Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS).
Tujuan Promosi Kesehatan Di Sekolah :
1) Menciptakan siswa,guru dan masyarakat lingkungan sekolah untuk
menerapkan PHBS.
2) Menciptakan lingkungan sekolah yang sehat, bersih dan nyaman.
3) Mampu meningkatkan pendidikan di sekolah.
4) Menciptakan pelayanan kesehatan di sekolah yang bisa dimanfaatkan
dengan baik
5) Meningkatkan penerapan kebijakan sehat dan upaya di sekolah untuk
mempromosikan kesehatan.
Upaya promosi kesehatan yang dilaksanakan di tempat kerja, selain bisa
mengatasi,memelihara, meningkatkan serta melindungi kesehatannya
sendiri. Dengan menerapkan promosi kesehatan di tempat kerja hal ini
akan bisa meningkatkan produktivitas kerja dan menciptakan lingkungan
kerja yang sehat.
Tujuan Promosi Kesehatan Di Tempat Kerja:
1) Mampu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja
2) Bisa menurunkan angka absensi tenaga kerja
3) Mengurangi angka penyakit baik dalam lingkungan kerja atau diluar
lingkungan kerja
4) Menciptakan lingkungan kerja yang sehat.
2. Kesehatan lingkungan

Pelayanan kesling wajib dilaksanakan oleh puskesmas sebagai upaya


preventif. Tujuan utama pelayanan kesling di puskesmas adalah untuk
mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat dari aspek fisik, kimia,
biologi, maupun sosial guna mencegah penyakit dan/atau gangguan
kesehatan yang diakibatkan oleh faktor risiko lingkungan. Pelayanan
kesling di puskesmas dilaksanakan mulai dari proses identifikasi, analisis
dan intervensi faktor risiko kesehatan lingkungan dalam bentuk
konseling, inspeksi kesehatan lingkungan dan atau intervensi kesehatan
lingkungan.10
Upaya kesehatan lingkungan merupakan salah satu program
pokok puskesmas yang mencakup kesehatan perumahan, jamban, air
bersih, pembuangan sampah dan air limbah serta sanitasi tempat-tempat
umum dan pengolahan makanan. Kesehatan lingkungan yaitu program
pelayanan kesehatan lingkungan puskesmas untuk meningkatkan
kesehatan lingkungan pemukiman melalui upaya sanitasi dasar,
pengawasan mutu lingkungan dan tempat umum termasuk pengendalian
pencemaran lingkungan dengan peningkatan peran serta masyarakat.

Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi:


1) Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar.
2) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan perundang-
undangan, dan kebijakan tentang penyediaan sarana air bersih dan sanitasi
dasar, dan diseminasinya.
3) Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan penyediaan
sarana air bersih dan sanitasi dasar.
4) Menyediakan kebutuhan penyediaan sarana air bersih dan sanitasi
dasar sebagai stimulant.
5) Menyiapkan materi dan menyusun juklak/juknis/pedoman penyediaan
sarana air bersih dan sanitasi dasar.
6) Meningkatkan kemampuan tenaga, dan melakukan bimbingan,
pemantauandan evaluasi kegiatan penyediaan sarana air bersih dan
sanitasi dasar.
7) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja
informasidan konsultasi teknis penyediaan sarana air bersih dan sanitasi
dasar.
8) Melakukan kajian upaya penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar.
9) Mengembangkan sistem informasi lingkungan sehat.

3. Program KIA
Upaya Kesehatan ibu dan anak adalah upaya dibidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu
menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah.
Prinsip pengelolaan Program KIA adalah memantapkan pening
katan jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien.
Pelayanan KIA diutamakan pada kegiatan pokok :
1) Peningkatan pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan den
gan mutu
yang baik serta jangkauan yang setinggi-tingginya.
2) Peningkatan pertolongan persalinan yang lebih ditujukan kepada
peningkatan pertolongan oleh tenaga professional secara berangsur.
3) Peningkatan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil, baik oleh tenaga kese
hatan maupun di masyarakat oleh kader serta penanganan dan pengam
atannya secara terus menerus
4) Peningkatan pelayanan neonatal (bayi berumur kurang dari 1bula
n) dengan
mutu yang baik dan jangkauan yang setinggi tingginya.

Pelayanan dan jenis Indikator KIA


A. Pelayanan antenatal
Pelayanan antenatal kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa
kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal
Standar minimal “5 T “ untuk pelayanan antenatal terdiri dari :
a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
b. Ukur Tekanan darah
c. Pemberian Imunisasi TT lengkap
d. Ukur Tinggi fundus uteri
e. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehami
lan.
B. Pelayanan Neonatal
Risiko tinggi pada neonatal meliputi :
a. BBLR atau berat lahir kurang dari 2500 gram
b. Bayi dengan tetanus neonatorum
c. Bayi baru lahir dengan asfiksia
d. Bayi dengan ikterus neonatorum yaitu ikterus lebih dari 10 h
ari setelah
lahir
e. Bayi baru lahir dengan sepsis
f. Bayi lahir dengan berat lebih dari 4000 gram
g. Bayi preterm dan post term
h. Bayi lahir dengan cacat bawaan sedang
i. Bayi lahir dengan persalinan dengan tindakan.
4. Pelayanan Gizi
Pelayanan gizi di puskesmas merupakan kegiatan untuk memenuhi
kebutuhan gizi perorangan dan masyarakat melalui upaya pencegahan,
peningkatan, penyembuhan dan pemulihan yang dilakukan di masyarakat
dan fasilitas pelayanan kesehatan. Salah satu strategi untuk bisa mengatasi
masalah gizi perorangan dan masyarakat dengan keterbatasan tenaga gizi
di puskesmas yaitu program KADARZI (Keluarga Sadar Gizi). Kegiatan
Kadarzi ini dimana keluarga yang bermasalah gizi diupayakan
pemberdayaan dengan proses mendorong, menyemangati, membimbing
dan memberikan kemudahan untuk mampu mengenal, mencegah dan
mengatasi masalah gizi yang dialami setiap anggota keluarganya. Tenaga
pendampingan dari puskesmas jika di puskesmas tidak ada tenaga gizi
bisa dilakukan oleh pimpinan puskesmas, bidan, penyuluh kesehatan dan
juga kader.10
5. Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Pelayanan P2P dilaksanakan di seluruh puskesmas terpencil dan
puskesmas yang sangat terpencil. Hal ini bisa terlaksana sesuai dengan
pedoman penyelenggaraan program P2P bahwa semua tenaga kesehatan
yang ada di puskesmas wajib menjadi tenaga pelayanan P2P. Program
P2P menangani penyakit menular dan tidak menular di puskesmas, kedua
penyakit ini merupakan masalah kesehatan di masyarakat. Faktor
penyebabnya adalah berubahnya pola hidup sehingga berubah pola
penyakit.
Program Pengendalian PTM di Indonesia diprioritaskan pada strategi
4 by 4 sejalan dengan rekomendasi global WHO (Global Action Plan
2013-2020),
fokus pada 4 penyakit PTM Utama Penyebab 60% kematian yaitu :
1) Kardiovaskulair

2) Diabetes Melitus

3) Kanker

4) Penyakit Paru Obstruksi Kronis

6. Pos Pembinaan Terpadu PTM (POSBINDU)


Fokus Pencegahan dan Pengendalian PTM diutamakan untuk:

1) Menjaga agar masyarakat tetap sehat dan terhindar dari Faktor


Perilaku berisiko,
2) Mampu mengindentifikasi dan memodifikasi perilaku berisikonya
agar tidak menjadi onset PTM serta
3) Menemukan kasus-kasus berpotensi PTM agar dapat dirujuk ke
FKTP dan ditangani sesuai standar.

Penemuan dini faktor risiko biologis seperti obesitas, tensi darah tinggi,
gula darah tinggi, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, serta
deteksi dini kanker serviks dan payudara dilakukan dengan pembudayaan
Pemeriksaan Kesehatan secara berkala setiap 6 bulan sekali atau minimal
setahun sekali pada Posbindu PTM
Posbindu PTM pengembangannya berbasis wilayah, disetiap desa atau
kelurahan diharapkan minimal terdapat 1 Posbindu PTM untuk
menjangkau seluruh Penduduk usia 15 tahun keatas di wilayah tersebut.
7. Penatalaksanaan Terpadu PTM (PANDU)
Penatalaksanaan Terpadu PTM di FKTP (Pandu PTM),
penatalaksanaannya diarahkan untuk mengendalikan PTM dan merupakan
upaya prevensi sekunder untuk mencegah terjadinya berbagai macam
komplikasi yang dapat menyebabkan kecacatan, peningkatan pembiayaan
kesehatan dan kematian dini (kematian pada usia 30-70 tahun).

4.2 Pelayanan kesehatan


Total kunjungan loket di Puskesmas se-Kecamatan Tanjung Priok tahun
2018 adalah 198.280 kunjungan, sedangkan kunjungan di Puskesmas
Kecamatan Tanjung Priok tahun 2018 adalah 110.095 kunjungan.

Tabel 4.1 Jumlah kunjungan dan rujukan se-kecamatan Tanjung Priok tahun 2019

Puskesmas Kunjungan BPJS Rawat Jalan


Tanjung Priok 422.870 341.683 219.942
Kebon Bawang 1 27.281 21.781 18.802

Kebon Bawang II 15.188 11.176 9.331


Kebon Bawang III 18.952 15.256 12.179
Papanggo 27.248 22.558 16.131
Sungai Bambu 22.959 18.499 15.179
Sunter Agung I 36.581 32.204 25.471
Sunter Agung II 23.786 19.468 16.171
Sunter Agung III 12.352 7.762 8.745
Sunter jaya I 2.259 19.525 14.152
Sunter jaya II 16.724 8.626 10.720
TOTAL 716.409 577.211 41.0760

Menurut tabel diatas, kunjungan dan rawat jalan terbanyak ada di


Puskesmas Kecamatan, sementara Puskesmas Kelurahan dengan
kunjungan dan rujukan BPJS terbanyak adalah Puskesmas Kelurahan
Sunter Agung I. Adapun jumlah kunjungan dan rujukan terbanyak
didapatkan di Puskesmas Kecamatan dikarenakan Puskesmas Kecamatan
juga merupakan tempat rujukan pasien dari Puskesmas-puskesmas
Kelurahan yang ada di wilayah Kec. Tanjung Priok.

Tabel 4.2 Jumlah kunjungan per poli puskesmas kecamatan Tanjung Priok tahun 2019

NO PUSKESMAS URAIAN JUMLAH


BPU BPG KIA KB MTBS RB GIZI META IMS PAL POLI KEUR
DON & 24
VCT JAM

1 BAYAR

KECAMATAN 8.681
30.231 7.912 13.78 2.186 323 1.679 - 1.71 276 7.564 6.841 81.187
1 3
KEBON
BAWANG I 2.818 538 949 135 745 - 62 - - - - 253 5.500
KEBON
BAWANG II 1.732 486 713 110 431 - 9 - - - - 531 4.012
KEBON
BAWANG III 1.576 458 590 105 548 - 139 - - - - 271 3.687
PAPANGGO
1.898 637 815 93 391 - 6 - - - - 850 4.690
SUNGAI
BAMBU 2.051 536 765 64 369 - 75 - - - - 600 4.460
SUNTER
AGUNG I 1.764 476 934 62 247 - 12 - - - - 882 4.377
SUNTER
AGUNG II 2.227 559 471 72 427 - 56 - - - - 506 4.318
SUNTER
AGUNG III 2.764 709 375 257 222 - 16 1 - - - 246 4.590
SUNTER JAYA
I 1.171 199 935 38 549 - 9 - - 28 - 105 3.034
SUNTER JAYA
II 4.295 1.151 1.168 220 1.062 - 102 - - - - 100 8.098
TANJUNG
PRIOK 2.678 348 1.658 156 606 - 45 - - - - 177 5.668
WARAKAS
2.331 775 1.170 86 663 85 52 11 - 22 - 382 5.577
TOTAL
57.536 14.784 24.32 3.584 14.941 408 2.262 12 1.71 326 7.564 11.744 139.198
4 3
BAB 5

LAPORAN KEGIATAN

5.1 Jadwal Kegiatan

Tabel 5.1 Jadwal Kegiatan

Hari/Tanggal Jam Kegiatan Tempat


MINGGU KE-1
SENIN Pengarahan Universitas Yarsi Lt.8
08.00 –12.00
17/2/2020 Pembekalan SPSS
SELASA Universitas Yarsi Lt.8
08.00 –12.00 Mengerjakan Tugas SPSS
18/2/2020
Pembekalan Basic Oral Health
Survey
RABU Pembekalan pengisian form Universitas Yarsi Lt.8
08.00-15.00
19/2/2020 WHO
Pembahasan soal SPSS
Persentasi Journal-Reading
Pembekalan LPM
KAMIS Universitas Yarsi Lt.8
12.00-15.00 Pembekalan Kalibrasi Examiner
20/202020
(Kappa)
JUMAT
08.00 –09.30 Bimbingan LPM Universitas Yarsi Lt.8
21/2/2020

MINGGU KE-2
SENIN 07:30-08:30 Pendahuluan dan Perkenalan Puskesmas Tj. Priok
24/2/2020 09:00 – 4:30 Kegiatan UKGS di SMA 80 SMA 80 Sunter
(Nabila, Mahda) dan Gita Kirti SMP GiKi Sunter
(Verlantri)
SELASA
Izin Banjir
25/2/2020
RABU 08.00 – 2.00 UKGS SD Budi Dharma (Nabila, SD Budi Dharma Sunter
26/2/2020 Verlantri)
SMA 80 Sunter
UKGS SMA 80 (Mahda)
KAMIS 08.00 –13.00 Penyuluhan dan pemeriksaan di Warakas
27/2/2020 Posyandu Warakas (UKGM) SMP Mutiara Intan,
UKGS SMP Mutiara Intan Sunter
JUMAT 08.00-11.00
28/2/2020 Bimbingan LPM dan diskusi Universitas YARSI
kelompok
MINGGU KE-3

SENIN 07:30-11:00 UKGS SMP Gita Kirti SMP GiKi, Sunter


2/3/2020 13:00-16:00 Mengumpulkan data LPM Puskesmas Tj. Priok

SELASA 07:3 –11:00 UKGS SMA Gita Kirti


SMA GiKi, Tj.Priok
3/3/2020 13:00 16:00 Mengumpulkan data dan
Puskesmas Tj.Priok
mengerjakan LPM
Puskesmas Tj.Priok
RABU 07:30-11:00 Pemaparan Manajemen puskesmas
SMK Gunung Jati, Sungai
4/3/2020 13:00–16:00 UKGS SMK Gunung Jati
bambu
UKGS SMK Global Cendikia
07:30-11:00 (Nabila,Mahda) SMK Global Cendikia
KAMIS
SDN 05 Sungai Bambu (Verlantri) Sungai Bambu
5/3/2020
13:00-16:00 Mengumpulkan data dan Puskesmas Tj.Priok
mengerjakan LPM
Jumat Mengumpulkan data dan
07.30-12.00 Puskesmas Tj.Priok
6/3/2020 mengerjakan LPM

MINGGU KE-4

SENIN 07.30-12.00 Mengumpulkan data dan


Puskesmas Tj.Priok
9/3/2020 13.00-16.00 mengerjakan Kuesioner
UKGS Kebon Bawang III (verlantri
SELASA 07.30-12.00 SDN 05 Kebon Bawang
dan Nabila)
10/3/2020 13.00-16.00 Puskesmas Tj.Priok
Menyebarkan kuesioner (Mahda)
RABU 07.30-12.00 Menyebarkan kuesioner (Mahda,
Puskesmas Tj.Priok
11/3/2020 13.00-16.00 Nbaila, Verlantri)
Menyebarkan kuesioner (Mahda,
KAMIS 07.30-12.00
Nbaila, Verlantri) Puskesmas Tj.Priok
12/3/2020 13.00-16.00
Mengerjakan LPM
Jumat 07.30-12.00
Menyebarkan kuesioner dan Senam Puskesmas Tj.Priok
13/3/2020
5.2 UKGS (Unit Kesehatan Gigi Sekolah)

1. UKGS 1

Screening di kegiatan UKGS dilakukan pada hari pertama kedatangan di


puskesmas Senin, 24 Februari 2020 di SMA 80, Sunter Jakarta Utara dari
jam 09:00 – 14:30 WIB. Siswa yang di screening adalah seluruh kelas 2
dan 3 yang merupakan screening berkala.
Form yang digunakan untuk screening mengenai:
a. Riwayat kesehatan anak ( Alergi makanan, obat, riwayat cedera,
pingsan, kejang, transfusi darah, kelainan bawaan)
b. Riwayat Imunisasi
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
d. Gaya Hidup
e. Kesehatan Reproduksi
f. Kesehatan Mental
g. Status Gizi
h. Kesehatan Rambut dan Kulit
i. Kesehatan Mata
j. Kesehatan Telinga
k. Kesehatan Rongga mulut ( Celah bibir dan Mulut, Luka di Sudut
Mulut, Sariawan, Luka lainnya) (Gigi Berlubang, Gusi berdarah,
Gusi Bengkak, Gigi Kotor, Karang Gigi, Gigi Berjejal depan
bawah)
l. Penggunaan Alat Bantu
Tempat :SMA 80 Sunter, Jakarta Utara
Tanggal :24 Februari 2020, 26 Februari 2020, 28 Februari 2020,
Pukul :09:00 – 14:30 WIB
Kegiatan :Screening Berkala dan Pengukuran Tinggi badan, Berat
Badan, Tekanan darah
Pelaksana : Mahda, Nabila, Verlantri Azharra
2. UKGS 2
Screening di kegiatan UKGS dilakukan pada hari kedua keatangan
dilanjutkan dihari ke 7 di puskesmas Senin, 2 Maret 2020 di SMA Gita
Kirti, Sunter Jakarta Utara dari jam 09:00 – 11:00 WIB. Siswa yang di
screening adalah seluruh kelas 2 dan 3 yang merupakan screening berkala.
Form yang digunakan untuk screening mengenai:
a. Riwayat kesehatan anak ( Alergi makanan, obat, riwayat cedera,
pingsan, kejang, transfusi darah, kelainan bawaan)
b. Riwayat Imunisasi
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
d. Gaya Hidup
e. Kesehatan Reproduksi
f. Kesehatan Mental
g. Status Gizi
h. Kesehatan Rambut dan Kulit
i. Kesehatan Mata
j. Kesehatan Telinga
k. Kesehatan Rongga mulut ( Celah bibir dan Mulut, Luka di Sudut
Mulut, Sariawan, Luka lainnya) (Gigi Berlubang, Gusi berdarah,
Gusi Bengkak, Gigi Kotor, Karang Gigi, Gigi Berjejal depan
bawah)
l. Penggunaan Alat Bantu
Tempat : SMP Gita Kirti, Jakarta Utara
Tanggal : 24 Februari 2020, 2 Maret 2020
Pukul : 09:00 – 11:00 WIB
Kegiatan : Screening Berkala dan Pengukuran Tinggi badan, Berat
Badan, Tekanan darah
Pelaksana : Mahda, Nabila, Verlantri Azharra

UKGS 3
Screening di kegiatan UKGS dilakukan pada hari kedua kedatangan di puskesmas
Selasa, 25 Februari 2020 di SD Budi Dharma, Sunter Jakarta Utara dari jam
09:00– 12:00 WIB. Siswa yang di screening adalah seluruh kelas 2,3,4,5,6 yang
merupakan screening berkala.
Form yang digunakan untuk screening mengenai:
- Riwayat kesehatan anak (Alergi makanan, obat, riwayat cedera, pingsan,
kejang, transfusi darah, kelainan bawaan)
- Riwayat Imunisasi
- Riwayat Kesehatan Keluarga
- Gaya Hidup
- Kesehatan Reproduksi
- Kesehatan Mental
- Status Gizi
- Kesehatan Rambut dan Kulit
- Kesehatan Mata
- Kesehatan Telinga
- Kesehatan Rongga mulut (Celah bibir dan mulut, luka di sudut mulut,
sariawan, luka lainnya) (Gigi berlubang, gusi berdarah, Gusi bengkak, gigi
kotor, karang gigi, gigi berjejal depan bawah)
- Penggunaan Alat Bantu
Tempat : SD Budi Dharma Sunter, Jakarta
Utara Tanggal : Rabu 26 Februari 2020
Pukul : 09:00 – 12:00 WIB
Kegiatan : Screening Berkala dan Pengukuran Tinggi badan, Berat Badan
Pelaksana : Mahda, Nabila, Verlantri Azharra

UKGS 4
Screening di kegiatan UKGS dilakukan pada hari Kamis 27 Februari 2020 di SMP
Mutiara,Sunter Jakarta Utara dari jam 13:00-16:00 WIB. Siswa yang di screening
adalah seluruh kelas 2,3 yang merupakan screening berkala.
Form 1 yang digunakan untuk screening mengenai:
- Riwayat kesehatan anak ( Alergi makanan, obat, riwayat cedera, pingsan,
kejang, transfusi darah, kelainan bawaan)
- Riwayat Imunisasi
- Riwayat Kesehatan Keluarga
- Gaya Hidup
- Kesehatan Reproduksi
- Kesehatan Mental
- Status Gizi
- Kesehatan Rambut dan Kulit
- Kesehatan Mata
- Kesehatan Telinga
- Kesehatan Rongga mulut (Gigi berlubang, gusi berdarah, gusi bengkak, gigi
kotor, karang gigi, gigi berjejal depan bawah)
- Penggunaan Alat Bantu
Form 2 mengenai kebiasaan merokok
Tempat : SMP Mutiara Sunter, Jakarta
Utara Tanggal : Kamis 27 Februari 2020
Pukul : 13:00 – 16:00 WIB
Kegiatan : Screening Berkala dan Pengukuran Tinggi badan, Berat Badan,
Tekanan darah dan kadar karbon monoksida (CO)
Pelaksana : Mahda, Nabila, Verlantri
Azharra Prosedur kegiatan :
1. Mengunjungi SMP Mutiara Sunter, Jakarta Utara
2. Pemeriksaan tinggi badan, berat badan, tekanan darah, Pemeriksaan Karbon
Monoksida (Smokerlyzer) dan pemeriksaan rongga mulut
UKGS 5
Screening di kegiatan UKGS dilakukan pada hari Selasa 3 Maret 2020 di SMA Gita
Kirti, Sunter Jakarta Utara dari jam 09:00–11:00 WIB. Siswa yang di screening
adalah seluruh kelas 2 dan 3 yang merupakan screening berkala.
Form yang digunakan untuk screening mengenai:
- Riwayat kesehatan anak (Alergi makanan, obat, riwayat cedera, pingsan, kejang,
transfusi darah, kelainan bawaan)
- Riwayat Imunisasi
- Riwayat Kesehatan Keluarga
- Gaya Hidup
- Kesehatan Reproduksi
- Kesehatan Mental
- Status Gizi
- Kesehatan Rambut dan Kulit
- Kesehatan Mata
- Kesehatan Telinga
- Kesehatan Rongga mulut ( Celah bibir dan mulut, Luka di sudut mulut, sariawan,
luka lainnya) (Gigi berlubang, gusi berdarah, gusi bengkak, gigi kotor, karang
gigi, gigi berjejal depan bawah ) Penggunaan Alat Bantu
Tempat : SMA Gita Kirti, Jakarta
Utara Tanggal : 3 Maret 2020
Pukul : 09:00 – 11:00 WIB
Kegiatan : Screening Berkala dan Pengukuran Tinggi badan, Berat Badan,
Tekanan darah
Pelaksana : Mahda, Nabila, Verlantri Azharra
Prosedur kegiatan :
1. Pemeriksaan berat badan, tinggi badan dan tekanan darah
2. Screening rongga mulut

36
UKGM (Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat)

5.1 Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu)


Posyandu 1
Kegiatan Posyandu dilakukan pada Kamis 27 Februari 2020 dari jam 09.00 – 12.00
WIB. Sasaran Ibu dan anak.
Materi yang disampaikan mengenai:
- Edukasi pembersihan mulut dan gusi bayi dan balita
- Edukasi cara menyikat gigi pada ibu yang benar
Tempat : RW 1 dan RW 2
Tanggal : 27 Februari 2020
Pukul : 09.00 – 12.00 WIB
Kegiatan : Edukasi kepada ibu dan anak
Pelaksana : Mahda, Nabila, Verlantri
Azharra

Prosedur kegiatan :
1. Mengunjungi RW 01 dan RW 02
2. Penyuluhan kepada ibu dan anak tentang kesehatan rongga mulut
3. Screening rongga mulut ibu dan anak
Gambar 5.1 Foto kegiatan
BAB 6

LAPORAN PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN MASALAH

6.1. Pendahuluan
6.1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut WHO tahun 1948 sehat merupakan keadaan sejahtera,


sempurna dari fisik, mental, dan sosial yang tidak terbatas hanya pada bebas
dari penyakit dan kel emahan saja. Definisi kesehatan menurut Undang-
Undang nomor 36 tahun 2009 adalah “keadaan sehat, baik secara fisik,
mental, spiritual maupun sosial untuk memungkinkan setiap orang untuk
hidup produktif secara sosial dan ekonomi”. Kesehatan merupakan hak asasi
manusia dan salah satu unsur untuk mencapai kesejahteraan yang sesuai
dengan salah satu cita-cita bangsa Indonesia dan untuk menunjang kesehatan
masyarakat dengan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.11

Sehat dapat diwujudkan dengan berbagai upaya, salah satunya dengan


penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Menurut Leavel dan Clark (1953), jika
pelayanan kesehatan tersebut terutama ditujukan untuk menyembuhkan
penyakit atau kuratif dan memulihkan kesehatan atau rehabilitatif maka
disebut dengan nama pelayanan kedokteran. Sedangkan jika pelayanan
kesehatan tersebut terutama ditujukan untuk meningkatkan kesehatan atau
promotif dan mencegah penyakit atau preventif maka disebut dengan nama
pelayanan kesehatan masyarakat. 12

Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk


menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif,
kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah
daerah dan/atau masyarakat.13 Pusat kesehatan masyarakat yang selanjutnya
disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif di wilayah kerjanya.13,14

Indonesia saat ini menghadapi beban ganda penyakit, yaitu penyakit menular
dan Penyakit Tidak Menular. Perubahan pola penyakit tersebut sangat
dipengaruhi antara lain oleh perubahan lingkungan, perilaku masyarakat,
transisi demografi, teknologi, ekonomi dan sosial budaya.

Pada tahun 2016, sekitar 71 persen penyebab kematian di dunia adalah


penyakit tidak menular (PTM) yang membunuh 36 juta jiwa per tahun. Sekitar
80 persen kematian tersebut terjadi di negara berpenghasilan menengah dan
rendah. Berdasarkan data WHO tahun 2018 sebesar 73% kematian saat ini
disebabkan oleh penyakit tidak menular, 35% diantaranya karena penyakit
jantung dan pembuluh darah, 12% oleh penyakit kanker, 6% oleh penyakit
pernapasan kronis, 6% karena diabetes, dan 15% disebabkan oleh PTM
lainnya.15,16

Salah satu penyakit tidak menular yang saat ini menjadi prioritas dalam dunia
kesehatan secara global adalah hipertensi. Berdasarkan rekomendasi Join
National Committee dalam The Eighth Report of Join National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure
menyatakan bahwa tekanan darah tinggi (hipertensi) merupakan suatu
keadaan dimana tekanan darah seseorang ≥140 mmHg (sistolik) dan/atau ≥ 90
mmHg. Selain sebagai salah satu jenis penyakit tidak menular, hipertensi juga
menjadi faktor risiko utama penyakit kardiovaskuler lainnya. Estimasi jumlah
kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka
kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian.17
Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54
tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%). Dari prevalensi hipertensi sebesar
34,1% diketahui bahwa sebesar 8,8% terdiagnosis hipertensi dan 13,3%
orang yang terdiagnosis hipertensi tidak minum obat serta 32,3% tidak rutin
minum obat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita hipertensi
tidak mengetahui bahwa dirinya Hipertensi sehingga tidak mendapatkan
pengobatan.16,17

6.2 Landasan Teori

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan
selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Hipertensi
merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer.
Hipertensi disebut sebagai the silent killer karena sering tanpa
keluhan, sehingga penderita tidak mengetahui dirinya menyandang hipertensi
dan baru diketahui setelah terjadi komplikasi. Kerusakan organ target akibat
komplikasi Hipertensi akan tergantung kepada besarnya peningkatan tekanan
darah dan lamanya kondisi tekanan darah yang tidak terdiagnosis dan tidak
diobati. Organ-organ tubuh yang menjadi target antara lain otak, mata, jantung,
ginjal, dan dapat juga berakibat kepada pembuluh darah arteri perifer.15,16
Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan
sekitar 1,13 Miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3
orang di dunia terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus
meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar
orang yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang
meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya.17
Riskesdas 2018 menyatakan prevalensi hipertensi berdasarkan hasil
pengukuran pada penduduk usia ≥18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di
Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan terendah di Papua sebesar (22,2%).
Estimasi jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang,
sedangkan angka kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218
kematian. Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur
45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%). Dari prevalensi hipertensi
sebesar 34,1% diketahui bahwa sebesar 8,8% terdiagnosis hipertensi
dan 13,3% orang yang terdiagnosis hipertensi tidak minum obat serta 32,3%
tidak rutin minum obat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita
Hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya Hipertensi sehingga tidak
mendapatkan pengobatan. Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME)
tahun 2017 menyebutkan bahwa dari total 1,7 juta kematian di Indonesia
didapatkan faktor risiko yang menyebabkan kematian adalah tekanan darah
(hipertensi) sebesar 23,7%.18

Faktor resiko Hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga,


genetik (faktor resiko yang tidak dapat diubah/dikontrol), kebiasaan merokok,
konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan
konsumsi minum-minuman beralkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik, stres,
penggunaan estrogen. Ada pun klasifikasi hipertensi terbagi menjadi: 16
1. Berdasarkan penyebab
a. Hipertensi Primer/Hipertensi Esensial Hipertensi yang penyebabnya tidak
diketahui (idiopatik), walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya
hidup seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan. Terjadi pada
sekitar 90% penderita hipertensi.
b. Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial Hipertensi yang diketahui
penyebabnya. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah
penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal
atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).
2. Berdasarkan bentuk Hipertensi
Hipertensi diastolik (diastolic hypertension), Hipertensi campuran (sistol dan
diastol yang meninggi), Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension).
Terdapat jenis hipertensi yang lain:
a) Hipertensi Pulmonal Suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan
tekanan darah pada pembuluh darah arteri paru-paru yang menyebabkan
sesak nafas, pusing dan pingsan pada saat melakukan aktivitas. Berdasar
penyebabnya hipertensi pulmonal dapat menjadi penyakit berat yang
ditandai dengan penurunan toleransi dalam melakukan aktivitas dan
gagal jantung kanan. Hipertensi pulmonal primer sering didapatkan
pada usia muda dan usia pertengahan, lebih sering didapatkan pada
perempuan dengan perbandingan 2:1, angka kejadian pertahun sekitar 2-
3 kasus per 1 juta penduduk, dengan mean survival / sampai timbulnya
gejala penyakit sekitar 2-3 tahun. Kriteria diagnosis untuk hipertensi
pulmonal merujuk pada National Institute of Health; bila tekanan
sistolik arteri pulmonalis lebih dari 35 mmHg atau "mean" tekanan
arteri pulmonalis lebih dari 25 mmHg pada saat istirahat atau lebih 30
mmHg pada aktifitas dan tidak didapatkan adanya kelainan katup pada
jantung kiri, penyakit myokardium, penyakit jantung kongenital dan
tidak adanya kelainan paru.
b) Hipertensi Pada Kehamilan Pada dasarnya terdapat 4 jenis hipertensi
yang umumnya terdapat pada saat kehamilan, yaitu:
 Preeklampsia-eklampsia atau disebut juga sebagai hipertensi yang
diakibatkan kehamilan/keracunan kehamilan (selain tekanan darah
yang meninggi, juga didapatkan kelainan pada air kencingnya ).
Preeklamsi adalah penyakit yang timbul dengan tanda-tanda
hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan.
 Hipertensi kronik yaitu hipertensi yang sudah ada sejak sebelum ibu
mengandung janin.
 Preeklampsia pada hipertensi kronik, yang merupakan gabungan
preeklampsia dengan hipertensi kronik.
Hipertensi gestasional atau hipertensi yang sesaat. Penyebab hipertensi dalam
kehamilan sebenarnya belum jelas. Ada yang mengatakan bahwa hal tersebut
diakibatkan oleh kelainan pembuluh darah, ada yang mengatakan karena faktor
diet, tetapi ada juga yang mengatakan disebabkan faktor keturunan, dan lain
sebagainya.

Upaya yang telah dilakukan oleh puskesmas dalam pencegahan dan pengendalian
Hipertensi diantaranya adalah:

a. Posbindu PTM
Posbindu PTM merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan
deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM Utama yang dilaksanakan
secara terpadu, rutin, dan periodik. Faktor risiko penyakit tidak menular
(PTM) meliputi merokok, konsumsi minuman beralkohol, pola makan tidak
sehat, kurang aktifitas fisik, obesitas, stres, hipertensi, hiperglikemi,
hiperkolesterol serta menindak lanjuti secara dini faktor risiko yang
ditemukan melalui konseling kesehatan dan segera merujuk ke fasilitas
pelayanan kesehatan dasar. Kelompok PTM Utama adalah diabetes melitus
(DM), kanker, penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD), penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK), dan gangguan akibat kecelakaan dan tindak
kekerasan
Pelaku kegiatan
Pelaksanaan Posbindu PTM dilakukan oleh kader kesehatan yang telah ada
atau beberapa orang dari masing-masing kelompok/organisasi/lembaga/tempat
kerja yang bersedia menyelenggarakan posbindu PTM, yang dilatih secara
khusus, dibina atau difasilitasi untuk melakukan pemantauan faktor risiko
PTM di masing-masing kelompok atau organisasinya. Kriteria Kader
Posbindu PTM antara lain berpendidikan minimal SLTA, mau dan mampu
melakukan kegiatan berkaitan dengan Posbindu PTM
Bentuk Kegiatan
Posbindu PTM meliputi 10 (sepuluh) kegiatan yaitu:
1. Kegiatan penggalian informasi faktor risiko dengan wawancara
sederhana tentang riwayat PTM pada keluarga dan diri peserta,
aktifitas fisik, merokok, kurang makan sayur dan buah, potensi
terjadinya cedera dan kekerasan dalam rumah tangga, serta informasi
lainnya yang dibutuhkan untuk identifikasi masalah kesehatan
berkaitan dengan terjadinya PTM. Aktifitas ini dilakukan saat pertama
kali kunjungan dan berkala sebulan sekali.
2. Kegiatan pengukuran berat badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh
(IMT), lingkar perut, analisis lemak tubuh, dan tekanan darah
sebaiknya diselenggarakan 1 bulan sekali. Analisa lemak tubuh hanya
dapat dilakukan pada usia 10 tahun ke atas. Untuk anak, pengukuran
tekanan darah disesuaikan ukuran mansetnya dengan ukuran lengan
atas.
3. Kegiatan pemeriksaan fungsi paru sederhana diselenggarakan 1 tahun
sekali bagi yang sehat, sementara yang berisiko 3 bulan sekali dan
penderita gangguan paru-paru dianjurkan 1 bulan sekali. Pemeriksaan
Arus Puncak Ekspirasi dengan peakflowmeter pada anak dimulai usia
13 tahun. Pemeriksaan fungsi paru sederhana sebaiknya dilakukan
oleh tenaga kesehatan yang telah terlatih.
4. Kegiatan pemeriksaan gula darah bagi individu sehat paling sedikit
diselenggarakan 3 tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai faktor
risiko PTM atau penyandang diabetes melitus paling sedikit 1 tahun
sekali. Untuk pemeriksaan glukosa darah dilakukan oleh tenaga
kesehatan (dokter, perawat/bidan/analis laboratorium dan lainnya).
5. Kegiatan pemeriksaan kolesterol total dan trigliserida, bagi individu
sehat disarankan 5 tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai faktor
risiko PTM 6 bulan sekali dan penderita dislipidemia/gangguan lemak
dalam darah minimal 3 bulan sekali. Untuk pemeriksaan Gula darah
dan Kolesterol darah dilakukan oleh tenaga kesehatan yang ada di
lingkungan kelompok masyarakat tersebut
6. Kegiatan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) dilakukan
sebaiknya minimal 5 tahun sekali bagi individu sehat, setelah hasil
IVA positif, dilakukan tindakan pengobatan krioterapi, diulangi
setelah 6 bulan, jika hasil IVA negatif dilakukan pemeriksaan ulang 5
tahun, namun bila hasil IVA positif dilakukan tindakan pengobatan
krioterapi kembali. Pemeriksaan IVA dilakukan oleh bidan/dokter
yang telah terlatih dan tatalaksana lanjutan dilakukan oleh dokter
terlatih di Puskesmas .
7. Kegiatan pemeriksaan kadar alkohol pernafasan dan tes amfemin urin
bagi kelompok pengemudi umum yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan (dokter, perawat/bidan/analis laboratorium dan lainnya)
8. Kegiatan konseling dan penyuluhan, harus dilakukan setiap
pelaksanaan Posbindu PTM. Hal ini penting dilakukan karena
pemantauan faktor risiko kurang bermanfaat bila masyarakat tidak
tahu cara mengendalikannya.
9. Kegiatan aktifitas fisik dan atau olahraga bersama, sebaiknya tidak
hanya dilakukan jika ada penyelenggaraan Posbindu PTM namun
perlu dilakukan rutin setiap minggu.
10. Kegiatan rujukan ke fasilitas layanan kesehatan dasar di wilayahnya
dengan pemanfaatan sumber daya tersedia termasuk upaya respon
cepat sederhana dalam penanganan pra-rujukan.

Pengelompokan Tipe Posbindu.


Berdasarkan jenis kegiatan deteksi dini, pemantauan dan tindak lanjut
yang dapat dilakukan oleh Posbindu PTM, maka dapat dibagi menjadi 2
kelompok Tipe Posbindu PTM, yaitu;
a. Posbindu PTM dasar meliputi pelayanan deteksi dini faktor risiko
sederhana, yang dilakukan dengan wawancara terarah melalui
penggunaan instrumen untuk mengidentifikasi riwayat penyakit
tidak menular dalam keluarga dan yang telah diderita sebelumnya,
perilaku berisiko, potensi terjadinya cedera dan kekerasan dalam
rumah tangga, pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar perut,
Indeks massa tubuh (IMT), alat analisa lemak tubuh, pengukuran
tekanan dara, paru sederhana serta penyuluhan mengenai
pemeriksaan payudara sendiri.
b. Posbindu PTM utama yang meliputi pelayanan Posbindu PTM
dasar ditambah pemeriksaan gula darah, kolesterol total dan
trigliserida, pemeriksaan klinis payudara, pemeriksaan IVA
(Inspeksi Visual Asam Asetat), pemeriksaan kadar alkohol
pernafasan dan tes amfetamin urin bagi kelompok pengemudi
umum, dengan pelaksana tenaga kesehatan terlatih (Dokter, Bidan,
perawat kesehatan/tenaga analis laboratorium/lainnya) di
desa/kelurahan, kelompok masyarakat, lembaga/institusi. Untuk
penyelenggaraan Posbindu PTM Utama dapat dipadukan dengan
Pos Kesehatan Desa atau Kelurahan siaga aktif, maupun di
kelompok masyarakat/lembaga/institusi yang tersedia tenaga
kesehatan tersebut sesuai dengan kompetensinya.19
6.3 Lingkaran Pemecahan Masalah
6.3.1 Analisis Situasi

Teori HL Blum 1981

Kesehatan gigi
Hereditary = Genetika
Medical service = ...
Life style =
- Takut untuk dilakukan perawatan gigi
- Pasien tidak datang ke dokter gigi selama tidak mengeluhkan rasa sakit yang hebat
Environment = Kurang efektifnya sosialisasi kepada masy akan pentingnya menjaga
kesehatan gigi

Physical environment
Puskesmas Kecamatan Tanjung priok bertempat di Jl.Papanggo IIB No.69,
RT.6/RW.3, Papanggo, Tj. Priok, Kota Jakarta Utara, Daerah Khusus Ibukota Jakarta
14340. Wilayah kerja puskesmas ini meliputi 7 kelurahan, 104 RW (Rukun warga)
dan 1275 RT (Rukun tetangga).
Tabel 6.1 Data wilayah Kecamatan Tanjung Priok

No Kelurahan KK RW RT

1 Sunter 27924 20 280


Agung

2 Sunter Jaya 24245 15 228

3 Papanggo 15677 13 127

4 Warakas 18653 14 183

5 Sungai 12385 10 104


Bambu

6 Kebon 20954 16 195


Bawang

7 Tanjung 14909 16 158


Priok

Jumlah 134747 104 1 275

Luas wilayah Kecamatan Tanjung Priok adalah 22,5174 Km2

a. Kelurahan Sunter Agung : 7,02 Km2


b. Kelurahan Sunter Jaya : 4,58 Km2
c. Kelurahan Kebon Bawang : 1,72 Km2
d. Kelurahan Papanggo : 2,80 Km2
e. Kelurahan Warakas : 1,08 Km2
f. Kelurahan sungai Bambu : 2,36 Km2
g. Kelurahan Tanjung Priok : 5,54 Km2
Batas wilayah Kecamatan Tanjung Priok

meliputi: Utara: Pantai Laut Jawa

Timur : Jalan Yos Sudarso, Kecamatan Koja dan Tanjung

Priok Selatan : Jalan Raya Sunter Kemayoran, Kecamatan

Kemayoran Barat : Kecamatan Pademangan

Karakteristik Individu

Jumlah penduduk Kecamatan Tanjung Priok menurut data dari Pusat Data dan
Informasi Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018:

a. Jumlah Penduduk : 395,022 Jiwa

Laki-laki : 195.538 Jiwa

Perempuan : 195.538 Jiwa

b. Jumlah Rumah Tangga (RT) :127 686 KK


c. Kepadatan Penduduk : 17,542.97/Km2
Tabel 6.2 Data Penduduk

No Keluraha Luas Area Penduduk


n (Km2)

Laki-Laki Perempua Jumlah


n

1 Sunter 7.0226 41618 41816 83434


Agung

2 Sunter 4.5817 36880 36020 72900


Jaya

3 Papanggo 2.8018 23643 22933 46576

4 Warakas 1.0884 26971 26736 53347

5 Sungai 2.3640 18326 17543 35869


Bambu

6 Kebon 1.7270 30841 29983 60824


Bawang

7 Tanjung 5.5400 21205 20867 42072


Priok

Jumlah 22.5174 195538 195538 395022

Berdasarkan data penduduk diatas kecamatan Tanjung Priok merupakan kecamatan


padat penduduk.

6.3.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan observasi atau pengamatan data secara langsung, terdapat
berbagai hasil pencapaian program-program dan masih terdapat beberapa
program yang tidak mencapai target di puskesmas Kecamatan Tanjung Priok
tahun 2019
Tabel 6.1 Pencapaian program essensial puskesmas

No Jenis Kegiatan Pencapaian


1 - Promosi Kesehatan
Jumlah Kelurahan Siaga Aktif 7
Proporsi Keluarga Dengan Indeks Keluarga Sehat (IKS) 20.493
Berkategori Sehat
Persentase SKPD/UKPD urusan kesehatan yang 13
mengkampanyekan dan melaksanakan minimal 3 tema
indikator Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)
Persentase Calon Pengantin Yang Melakukan Skrining 5.418
Kesehatan
Persentase Faskes Milik Pemprov DKI Yang Mampu 13
Tata Laksana Korban Kekerasan Terhadap Perempuan
dan/Anak
Jumlah Kader Kesehatan Yang Diorientasi Tentang 6.100
Promosi Kesehatan
Jumlah Kelompok Yang Dilakukan Penyuluhan 785

Jumlah Kelurahan Yang Didampingi Pelaksanaan SMD 7


dan MMD
Persentase Desa/Kelurahan Yang Memanfaatkan Dana 7
Desa Untuk UKBM
Jumlah Rumah Tangga Yang Dikunjungi Sebagai 46.931
Intervensi PIS PK
Jumlah Ormas/Kelompok Potensial Yang Berperan Serta 1
Dalam Pelaksanaan GERMAS
Persentase Kelurahan Yang Memiliki Kebijakan 7
PHBS/GERMAS
Persentase UKBM Aktif 146

Persentase Rumah Tangga Ber PHBS 28.069


2. - Kesehatan Lingkungan

Inspeksi Sanitasi Sarana Air bersih 133


Inspeksi Sanitasi Sarana Air Minum 58
Inspeksi sanitasi tempat pengelolaan makanan 390
TPM yang memenuhi syarat 239
Persentase produk industri rumah tangga (PIRT) yang
dilakukan pemeriksaan
Inspeksi sanitasi sarana pembuangan sampah dan limbah 40
Inspeksi sanitasi tempat - tempat umum 426
Sanitasi tempat umum memenuhi syarat 340
Jumlah kelurahan yang melaksanakan sanitasi total 3
berbasis masyarakat (STBM)
Jumlah kelurahan bebas dari buang air besar 2
sembarangan (open defecation free/ODF)

3 - Kesehatan Ibu dan Anak termasuk keluarga


Berencana
Kesehatan Ibu

Pelayanan kesehatan bagi bumil sesuai standard, untuk 8.621


kunjungan lengkap
Cakupan K 4 8.447
Pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan 8.331
Pelayanan nifas lengkap ( ibu & neonatus ) sesuai standar 8.118
( KN3 )
Pelayanan danatau rujukan ibu hamil resiko tinggi / 1.723
komplikasi
Persentase kasus kematian maternal yang dilakukan 1
Audit
Kesehatan Bayi

Penanganan dan atau rujukan neonatus resiko tinggi 7.816


(KN1)
Cakupan kunjungan neonatus (KN) 7.809

Penanganan komplikasi neonatus 1.148

Cakupan Kunjungan Bayi 7.658

Persentase bayi baru lahir mendapatkan pelayanan 7.809


kesehatan sesuai standar
Persentase kasus kematian perinatal yang dilakukan audit 54

Upaya Kesehatan Balita dan Anak Pra Sekolah

Anak usia 0-59 bulan mendapatkan pelayanan kesehatan


sesuai standar 21.719

Upaya Kesehatan Anak Usia Sekolah dan remaja


Cakupan Pelayanan Kesehatan Pada Siswa SD dan
Setingkat (kelas 1 sampai 6) 16.520
Cakupan Pelayanan Kesehatan ada Siswa SDLB 28
Cakupan Pelayanan Kesehatan Pada Siswa SMP dan 3.535.00
Setingkat (kelas 1 sampai 3)
Cakupan Pelayanan Kesehatan Pada Siswa SMA dan 2.138.00
Setingkat (kelas 1 sampai 3)
Persentase Puskesmas Yang Menyelenggarakan 13
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
Proporsi Jumlah Penduduk Usia 15-24 th Yang Memiliki 370
Pengetahuan Komperhensiv Tentang HIV AIDS
4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
Persentase balita underweight 81
Persentase balita stunting 116
Persentase balita wasting 235
Persentase ibu hamil anemia 76

Persentase bayi dengan berat badan lahir rendah (berat 10


badan < 2500 gram)
Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI 556
Eksklusif
Persentase bayi usia 6 bulan mendapat ASI Eksklusif 121
Persentase ibu hamil yang mendapatkan Tablet Tambah 863
Darah (TTD) minimal 90 tablet selama masa Kehamilan
Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) yang 33
mendapat makanan tambahan
Persentase balita kurus yang mendapat makanan 224
tambahan
Persentase remaja puteri mendapat TTD 3,427
Persentase bayi yang baru lahir mendapat IMD 610

Persentase balita yang ditimbang berat badannya 11.513

Persentase balita mempunyai buku KIA/KMS 16.791

Persentase balita ditimbang yang naik berat badannya 5.864

Persentase balita yang tidak naik berat badannya dua kali 369
berturut-turut (2T)
Persentase balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A 17.732

Persentase ibu nifas mendapat kapsul vitamin A 902


Persentase rumah tangga mengonsumsi garam beriodium 3.705

Persentase kasus balita gizi buruk yang mendapat 110


perawatan
5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
Menular
TB Paru
Pengobatan penderita TB Paru (DOTS) BTA 258
Case Detestion Rate (CDR) (65%) 258
Angka Kesembuhan (Cue Rate) (65%) 117

Angka Keberhasilan Pengobatan TB (success rate)(65%) 117


Angka Proporsi TB anak (12%) 5

Persentase terduga TB mendapatkan pelayanan 133


sesuai standart (100%)

Kusta
Pengobatan penderita kusta 47
Pemeriksaan kontak penderita 35
Proporsi penemuan Kusta baru Tanpa Cacat 47
Pelayanan Imunisasi
Imunisasi DPT 1 pada bayi (95%) 7.349
Imunisasi dasar lengkap (95%) 7.276
Imunisasi HB-1< 24 jam (95%) 7.678

Imunisasi MR pada bayi (95%) 7.326

Imunisasi Lanjutan DPT Hb-Hib (95%) 7.042

Imunisasi Lanjutan MR (95%) 6.973

Imunisasi TT 1 WUS (80%) 9.315

Persentase kelurahan UCI (80%) 7


Persentase Cakupan Imunisasi Lanjutan (95%) 6.973
Persentase cakupan imunisasi lanjutan pada anak usia 5.087
sekolah dasar (DT)
Persentase cakupan imunisasi lanjutan pada anak usia 5.014
sekolah dasar (Campak)
Persentase cakupan imunisasi lanjutan pada anak usia 9.694
sekolah dasar (TD)
Diare 8.896
Penemuan kasus diare di puskesmas dan kader
Kasus diare di tangani oleh puskesmas dan kader dengan 8.896
oral rehidrasi
Persentase puskesmas yang melaksanakan layanan 13
rehidrasi oral aktif (LROA)
ISPA
Penemuan kasus pnemonia dan pnemonia berat oleh 1.912
Puskesmas dan kader
Jumlah kasus pnemonia dan pnemonia berat di tangani 1.912
Jumlah kasus pnemonia berat / dengan tanda bahaya di 0
rujuk
Persentase puskesmas yang melakukan pemeriksaan dan 12
tatalaksana pneumonia pada balita melalui MTBS
Hepatitis
Cakupan deteksi hepatitis B bagi Ibu hamil 4.857
Demam Berdarah Dengue (DBD)
Angka Bebas Jentik (ABJ) 95.6
Cakupan Penyelidikan Epidemiologi (PE) 100

IR Kasus DBD 42.7

CRF DBD < 1% 0

Kecacingan
Persentase puskesmas yang melaksanakan peningkatan 13
layanan penyakit kecacingan
Pencegahan dan Penanggulangan PMS dan
HIV/AIDS Penderita HIV/ AIDS Yang Mendapatkan
Pengobatan Sesuai Standar 126
Cakupan Ibu Hamil Yang Dilakukan Skrining HIV 4.759
Sesuai Standar
Cakupan Penderita TB Yang Dilakukan Skrining HIV 258
Sesuai Standar
Cakupan Kelompok Beresiko (WPS, LSL, Penasun, 491
Waria ) Yang Dilakukan Skrining HIV Sesuai Standar
6 Upaya Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Prosentase Penderita Hipertensi Yang Mendapat Layanan 12.504
Sesuai Standar
Prosentase perempuan yang di deteksi dini kanker servik 2.656
dan kanker payudara
Prosentase Skrining Faktor Resiko PTM usia 15-59 tahun 38.884

Prosentase Penderita Diabetes Melitus Yang Mendapat 3.624


Layanan Sesuai Standar
Persentase puskesmas yang melaksanakan pelayanan 13
PTM secara terpadu (PANDU PTM)

Data diatas menunjukan capaian dari program essensial yang sudah dijalankan
di Puskesmas Tanjung Priok ditahun 2019. Capaian terendah didapat dari
program essensial upaya pengendalian penyakit tidak menular, yaitu sebesar
32,03. Jika diurai kembali program-program pada pengendalian penyakit tidak
menular sebagai berikut
Tabel 6.2 Pencapaian program P2PG

No Program Taget Pencapaian Kesenjangan


1 Pembinaan dan bimbingan 101 95 6
sikat gigi massal pada SD / (100% -
MI 94,06% =
5,94%)
2 Pemeriksaan dan perawatan 101 95 6
kesehatan gigi pada SD / MI (100% - 94,6%
= 5,94%)
3 Murid SD/MI mendapat 5431 1465 3.966
perawatan kesehatan gigi (100% - 26,97%
= 73,03%)

Dari Tabel 6.2 dapat diketahui persentase kesenjangannya, yaitu:

1. Jumlah kegiatan pembinaan dan bimbingan sikat gigi massal pada SD / MI


dan pemeriksaan dan perawatan kesehatan gigi pada SD / MI di tahun 2019
sebanyak 95 dari target 101 sehingga kesenjangan sebesar 5,94%. Besarnya
kesenjangan didapatkan karena banyaknya data yang belum terinput
2. Jumlah murid SD/MI mendapat perawatan kesehatan gigi sebanyak 1465 dari
target 5431 sehingga menghasilkan kesenjangan tertinggi yaitu 73,03%.
6.3.3 Penentuan Prioritas Masalah

Tabel 6.3 Menentukan prioritas masalah

Masalah
A Pembinaan dan bimbingan sikat gigi massal pada SD / MI
B Pemeriksaan dan perawatan kesehatan gigi pada SD / MI
C Murid SD/MI mendapat perawatan kesehatan gigi

Tabel 6.5 USG

Urgency Seriousness Growth


A/B A A A
B/C B B B
A/C A A C

Masalah Urgency Seriousness Growth Total Ranking


A Penderita 2 2 1 5 I
hipertensi
yang tidak
mendapatkan
layanan
standar
B Perempuan 1 1 1 3 II
yang
dideteksi dini
kanker
serviks dan
payudara
C Screening 0 0 1 1 III
faktor resiko
PTM
Hasil diskusi mengenai prioritas masalah menggunakan metode USG, penilaian
ditentukan berdasarkan data prevalensi, angka kematian dan komplikasi bila
ditunda. Masalah yang mendapat ranking I dengan total nilai 5 adalah Penderita
hipertensi yang mendapatkan layanan standar

6.3.4 Rumusan Masalah dan Tujuan

Rumusan Masalah

Rendahnya cakupan pelayanan standar pada penderita hipertensi usia >15


tahun sebesar 11,3 % di puskesmas kecamatan Tanjung Priok pada tahun 2019

Tujuan
Tujuan umum:

Mengurangi angka kesenjangan pada penderita hipertensi usia >15 tahun yang
mendapat pelayanan standar pada penduduk di Kecamatan Tanjung Priok
menjadi 25% pada tahun 2020
Tujuan khusus:
- Mengetahui faktor-faktor penyebab munculnya masalah atau kesenjangan
yang terjadi pada penderita hipertensi yang mendapatkan pelayanan standar
berdasarkan temuan tahun 2019.
- Memberikan solusi dan alternatif solusi untuk meningkatkan angka
penderita hipertensi yang mendapat pelayanan standar.
- Meningkatkan pengetahuan masyarakat >15 tahun (knowledge, skill, dan
behavior) dalam menjaga kesehatan dan melakukan pemeriksaan tekanan
darah untuk deteksi dini.
- Membantu meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat,
keluarga, seluruh anggota untuk meningkatkan persentase penderita
hipertensi yang mendapat pelayanan standar.
Analisis Penyebab Masalah dengan Fish Bone
6.3.5 Alternatif Pemecah Masalah

Tabel 6.6 CARL

No Aspek C A R L Kumulatif Ranking


Edukasi dan ajakan melalui media
sosial Instagram mengenai
1. 5 5 2 3 15 1
hipertensi dan pentingnya
mendapatkan pelayanan

Pelaksanaan program kelas


edukasi pada penderita hipertensi
2. 5 4 2 3 14 2
yang dilaksanakan pada saat
kegiatan senam pagi
Sosialisasi terhadap keluarga
terdekat mengenai pentingnya
mengontrol tekanan darah dengan
3. konsumsi obat teratur, 3 3 4 3 13 3
Bekerjasama dengan KPLDH
(Ketuk Pintu Layani Dengan Hati)
untuk sosialisasi
Pelayanan standar diberikan pada
saat pelaksanaan posbindu dan
4. pasien disarankan untuk kontrol 3 2 4 2 11 4
setelah obatnya habis ke
puskesmas terdekat
Revitalisasi kader dalam
membantu warga yang memiliki
5. resiko hipertansi untuk 1 2 4 2 9 5
memeriksakan diri dan mendapat
pelayanan standard

Alternatif pemecah masalah menggunakan metode carl, dari hasil diskusi yang
memiliki nilai tertinggi Edukasi dan ajakan melalui media sosial Instagram mengenai
hipertensi dan pentingnya mendapatkan pelayanan.
6.3.6 Rencana Operasional

Tabel 6.7 Tabel SWOT

STRENGHT WEAKNESS
 Biaya yang dibutuhkan terjangkau  Konten edukasi yang kurang
 SDM cukup memadai menarik
 Waktu yang dubutuhkan untuk  Petugas yang terkait dalam
menjalankan program tidak banyak mengelola akun kurang maksimal
 Pelayanan berupa penyampaian dalam mensosialisasikan atau
informasi yang diberikan lebih memberi informasi
maksimal dibandingkan
dengan informasi yang
diberikan saat pelayanan
kesehatan
 Fitur instagram yang dapat
memfokuskan wilayah dan usia orang-
orang yang menerima postingan
edukasi
OPPORTUNITIES THREATS
 Rata-rata masyarakat ≥15 tahun memiliki  Penderita hipertensi yang tidak
akun instagram peduli dengan edukasi
 Para pengguna menghabiskan waktu  Pengguna instagram terbanyak di
yang banyak saat menggunakan usia 13-35 tahun, >35 semakin
instagram sedikit penggunanya
 Pengguna dapat berinteraksi dengan
mudah jika ada pertanyaan
6.3.7 Rencana Kegiatan

Rencana Kegiatan Jangka Pendek

Tabel 6.8 Edukasi dan ajakan melalui media sosial Instagram mengenai hipertensi

Melakukan edukasi dukasi dan ajakan melalui media sosial Instagram Ket
mengenai hipertensi dan pentingnya mendapatkan pelayanan

Tujuan dan Target Mengedukasi masyarakat untuk


memeriksaan tekanan darahnya dan
mengedukasi orang terdekatnya yang
memiliki hipertensi

Tempat/Lokasi Sosial Media (Instagram)

Sasaran Masyarakat yang usianya diatas 15


tahun di kecamatan Tanjung Priok
Metode Menggunakan media sosial berupa
instagram
Rencana Penilaian Pendataan kembali jumlah penderita
hipertensi secara berkala

Penanggung Jawab Kepala poli gigi puskesmas Kecamatan


Tj.Priok
Anggaran 120.000/10 hari
Rencana Kegiatan Jangka Panjang

Tabel 6.9 Revitalisasi Kader melalui program edukasi dalam membatu warga yang memiliki
resiko hipertensi untuk memeriksakan diri dan mendapatkan pelayanan standar

Kader adalah seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk Ket
masyarakat, yang bertugas membantu kelancaran pelayanan kesehatan.
Revitalisasi kader dilakukan untuk memberdayakan kader dalam memantau
warga yang beresiko hipertensi, serta membangun kemitraan masyarakat
untuk meningkatkan dukungan dan warga dapat memanfaatkan pelayanan
kesehatan secara optimal, sehingga para penderita hipertensi mendapatkan
pelayanan standar (Monitoring tekanan darah minimal 1 bulan sekali,
mendapatkan rujukan jika diperlukan dan mendapatkan terapi farmakologi)
Tujuan dan Target Meningkatkan kemampuan, kualitas dan kinerja
kader dalam membantu warga yang beresiko
hipertensi agar mendapatkan pelayanan standar
Tempat/Lokasi Aula puskesmas kecamatan Tanjung Priok

Sasaran Seluruh kader kesehatan yang ada di Kecamatan


Tanjung Priok
Metode Pelatihan pada kader kesehatan melalui
kelas edukasi dengan metode ceramah
Instrumen yang digunakan pengukuran
pengetahuan sebelum pelaksanaan kegiatan dan
evaluasi formatif pada akhir kegiatan.
Intrumen pengetahuan mencakup domain:
komunikasi kader, pengetahuan tentang siapa saja
orang yang beresiko terkena hipertensi, gejala,
komplikasi hipertensi dan pentingnya mendapatkan
pelayanan pada pasien hipertensi.
Rencana Penilaian Pre test dan post test

Penanggung Jawab Kepala poli PTM

Anggaran Pembicara : 200.000 50 Peserta


Konsumsi : 1.300.000
ATK post test dan pre test : 300.000
Biaya transportasi : 40.000 x 50 peserta =2.000.000
Total : 3.800.000
6.8 Timeline Rencana Kegiatan

Tabel 6.10 Timeline Kegiatan Jangka Pendek

Waktu Pelaksanaan

No Aktifitas Des
Sept Okt Nov

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pembuatan akun
1 Instagram

Pembuatan
2 Materi untuk
diiklankan di
Instagram
Pembuatan
poster atau story
untuk diposting
3 di Instagram
BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN


7.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan data puskesmas kecamatan Tanjung Priok didapatkan
beberapa program yang memiliki kesenjangan, salah satu adalah
penderita hipertensi yang belum mendapatkan pelayanan standar sebesar
88,7%.
2. Berdasarkan hasil yang didapat bahwa kesenjangan terjadi karena
pemerintah meningkatkan target menjadi 100% di pertengahan tahun
tetapi tenaga yang tersedia dan waktu yang tersisa tidak cukup untuk
menyelesaikan target.
3. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap penyakit hipertensi yang
diderita. Dengan adanya laporan ini diperoleh prioritas masalah, prioritas
pemecahan masalah serta program jangka pendek dan jangka panjang
yang bertujuan untuk mengurangi angka kesenjangan pada penderita
hipertensi usia lebih dari 15 tahun yang mendapatkan pelayanan standar
di puskesmas kecamatan Tanjung priok yang terdapat di wilayah
kecamatan Tanjung priok.
7.2 Saran
1. Diharapkan puskesmas dapat menambah tenaga kesehatan di PTM dan tenaga
IT untuk mengolah data.
2. Diharapkan puskesmas dapat meningkatkan penyuluhan terutama pada
masyarakat yang belum terjaring, pada masyarakat yang mobile, maupun
masyarakat yang kurang peduli
3. Kader yang aktif untuk membantu tenaga kesehatan dalam penjaringan kasus
penderita hipertensi yang belum mendapatkan pelayanan standar.
Daftar Pustaka

1. Blum, Henrik L. Planning for Health. Human science Press,NewYork. 1981

2. Azrul Azwar. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi Ketiga. Jakarta


: Binarupa. Aksara.1996
3. Effendi, Muh. Arief. 2009. The Power Of Corporate Governance: Teori dan
Implementasi. Jakarta: Salemba Empat
4. Mentri Kesehatan Republik Indonesia. Permenkes No 75 Tahun 2014 Tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat [Online]. JDIH BPK RI Database Peraturan.
2014 [Cited 30 September 2020]
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/139202/permenkes-no-75-tahun-
2014
5. Trihono. Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat. Jakarta: CV
Sagung Seto 2005

6. Departmen Kesehatan. Sistem Kesehatan. Jakarta 2009.


7. Departmen Kesehatan. Direktorat Jendral Bina pelayanan Medik Standar
Minimal Pelayanan Kesehatan Gigi Puskesmas. 2007
8. Departemen Kesehatan, Pedoman Kerja Puskesmas mengacu Indonesia Sehat
2010, Jakarta, 2003.
9. Keputusan Menteri Kesehatan RI No 128/ MENKES/SK/II/2004.
10. Tanjung Priok dalam Angka, BPS Jakarta. 2019
11. Tanjung Priok dalam Angka 2017, BPS Jakarta Utara dan Profil Kesehatan
Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok Kota Administrasi Jakarta Utara Tahun
2019
12. Triyono S, Herdiyanto Y. Konsep sehat dan sakit pada individu
dengan urolithiasis di kabupaten Klungkung Bali. 2017. Vol IV
13. Republik Indonesia, 2015. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 13 Tahun
2015 TentangPenyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lingkungan
14. Triyono S, Herdiyanto Y. Konsep sehat dan sakit pada individu
dengan urolithiasis di kabupaten Klungkung Bali. 2017. Vol IV
15. Diskamara E R. Hubungan profil keluarga dengan pola penyakit pasien
keluarga binaan klinik dokter keluarga FK Universitas Indonesia.
Jakarta.2009
16. Lembaran Negara Republik Indonesia. 2016 [Online][Cited 30
September 2020]
https://www.persi.or.id/images/regulasi/pp/pp472016.pdf
17. Lembaran Negara Republik Indonesia. 2016 [Online][Cited 30
September
2020]https://www.persi.or.id/images/regulasi/permenkes/pmk752014.pdf
18. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Manajemen Penyakit Tidak
Menular.[Online] 2019 [Cited 30 September
2020]http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/VHcrbkVobjRzUDN3UCs4eUJ0dV
Bndz09/2019/03/Buku_Pedoman_Manajemen_PTM.pdf
19. Departemen kesehatan. Pusat data dan informasi hipertensi. 2014
20. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Hipertensi Penyakit Paling
Banyak Diidap Masyarakat.[online].2019[Cited 30 September 2020]
https://www.kemkes.go.id/article/view/19051700002/hipertensi-penyakit-
paling-banyak-diidap-masyarakat.html
21. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Hari Hipertensi Dunia. [Online]
2019 [Cited 30 September 2020] http://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-
p2ptm/pusat-/hari-hipertensi-dunia-2019-know-your-number-kendalikan-
tekanan-darahmu-dengan-cerdik
22. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. PETUNJUK TEKNIS POS
PEMBINAAN TERPADU PENYAKIT TIDAK MENULAR (POSBINDU PTM)
[Online] 2012 [Cited 30 September
2020)http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/2016/10/Petunjuk-Teknis-Pos-
Pembinaan-Terpadu-Penyakit-Tidak-Menular-POSBINDU-PTM.p

Anda mungkin juga menyukai