Anda di halaman 1dari 24

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA DASAR

PERUBAHAN MATERI DAN PEMISAHAN CAMPURAN

Oleh :

Nama : Inggrit Ayuningtyas


NIM : 211810301052
Kelas/Kelompok : Kimia Fp / 1
Asisten : Dinda Anugraning Putri

LABORATORIUM KIMIA DASAR


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2021
I. Judul : PERUBAHAN MATERI DAN PEMISAHAN CAMPURAN
II. Tujuan :
- Mendemontrasikan pemisahan suatu campuran.
- Menguji beberapa teknik pemisahan berdasarkan sifat fisik masing-
masing komponen.
- Memisahkan campuran homogen dengan teknik destilasi
III. Pendahuluan
3.1. MSDS (Material Safety Data Sheet)
3.1.1. Naftalene (Kapur Barus)
Naftalene merupakan senyawa organik dengan ruus molekul C10H8.
Naftalene merupakan senyawa hidrokarbon polisiklik aromatik sederhana,
mempunyanyi wujud kristal padat bewarna putih dengan bau khas dan
terdeteksi oleh indra penciuman pada konsentrasi serendah 0,0008 ppm.
Naftalene dikenal sebagai bahan utama penyusun kapur barus tradisional.
Naftalene mudah terbakar. Dekomposisi akibat pemanasan dan pembakaran
dapat menyebabkan pembentukan racun. Untuk ledakan ataupun api,
gunakan perlengkapan safety. Naftalene angat beracun untuk ikan dan
organisme perairan. Pastikan tetap kering dan jauhkan dari air. Dapat
mengakibatkan iritasi sedang pada kulit dan mata. Apabila terkena mata,
cucilah segera mata yang terkena dengan air bersih selama 15 menit dan
pergilah segera ke dokter mata (Mustang, 2012).
3.1.2. Pb(NO3)2
Pb(NO3)2 atau timbal (II) nitrat memiliki wujud padat tak bewarna, bau
serta larut dalam air. pH 3 - 4 pada 50 g/l pada 20 °C. Titik lebur/rentang:
458 - 459 °C pada 1.023 hPa dan Titik didih awal > 500 °C pada 1.023 hPa.
Berbahaya jika tertelan atau terhirup dan dapat menyebabkan kerusakan
mata yang serius. Jika terhirup pindahkan korban ke udara segar dan
posisikan yang nyaman untuk bernapas. Hubungi sentra Informasi
keracunan atau dokter jika kamu merasa tidak sehat. Jika terkena mata, bilas
dengan seksama dengan air untuk beberapa menit. Lepaskan lensa kontak
jika memakainya dan mudah melakukannya. Lanjutkan membilas (Supelco,
2021).

3.1.3. NaCl
Natrium Klorida (NaCl) Natrium klorida dengan keadaan berbentuk suatu
padatan. Senyawa ini berbau sedikit, asin dan memiliki warna putih.
Senyawa ini memiliki berat molekul 58,44 gram/mol dan mempunyai
massa jenis 2,16 gram/cm3. Bahan ini mempunyai titik leleh 801 oC
(1473,8 oF) dan titik didih 1413 oC (2575,4 oF). Senyawa ini memiliki
berat jenis sebesar 2,165 g/cm3. Natrium klorida sangat mudah larut
dalam air dingin, air panas, gliserol dan amonia, tetapi tidak dapat larut
dalam HCl (Sciencelab, 2021).
3.2. Tinjauan Pustaka
3.2.1. Pemisahan Campuran
Proses-proses pemisahan dalam industri senantiasa berkembang
sepanjang waktu. Peningkatan unjuk kerja prosesproses yang telah lama
dikenal juga terus dilakukan peningkatan unjuk kerja prosesproses yang
telah lama dikenal juga terus dilakukan, di samping pengembangan
teknologi atau proses-proses baru. Akhir-akhir ini, dengan dukungan
teknologi yang semakin maju, ada kecenderungan untuk lebih berani
menggunakan kondisi operasi yang he bat, misalnya suhu tinggi dan
pressure drop besar. Berdasarkan analisis biaya total, pabrik cenderung
memilih alat yang walaupun harganya agak mahal, tetapi biaya operasinya
murah. Selain itu, kesadaran ling kung an mendorong industri untuk
mengembangkan proses-proses yang environmentally friendly. Merancang
suatu proses pemisahan, perlu dipilih teknologi yang paling feasible dan
paling efisien untuk kisaran kondisi operasi yang dikehendaki. Dalam hal
ini, diperlukan Jatar belakang teori yang mantap dan dukungan data yang
memadai. Secara umum, teori dan data yang diperlukan dapat
dikatagorikan menjadi dua konsep pokok, yaitu keseimbangan dan proses-
proses kecepatan. Untuk dapat melakukan perhitungan dan analisis
fundamental berdasarkan kedua konsep tersebut, diperlukan juga
penguasaan pemodelan matematis dan penyelesaikan persamaan-
persamaan matematis yang dewasa ini lebih sering dilakukan secara
numeris dengan bantuan komputer. Untuk memberikan gambaran tentang
proses-proses pemisahan di industri, baik yang sudah lama dikembangkan
maupun yang relatif baru, dibahas secara singkat sejumlah proses
pemisahan. Proses-proses pemisahan dalam industri senantiasa
berkembang sepanjang waktu. Oi samping pengembangan teknologi atau
proses-proses baru, peningkatan unjuk kerja prosesproses yang telah lama
dikenal juga terus dilakukan. Akhir-akhir ini, dengan dukungan teknologi
yang semakin maju, ada kecenderungan untuk lebih berani menggunakan
kondisi operasi yang he bat, misalnya suhu tinggi dan pressure drop besar.
Berdasarkan analisis biaya total, pabrik cenderung memilih alat yang
walaupun harganya agak mahal, tetapi biaya operasinya murah. Selain itu,
kesadaran ling kung an mendorong industri untuk mengembangkan
proses-proses yang environmentally friendly. Untuk merancang suatu
proses pemisahan, perlu dipilih teknologi yang paling feasible dan paling
efisien untuk kisaran kondisi operasi yang dikehendaki. Oalam hal ini,
diperlukan Jatar belakang teori yang mantap dan dukungan data yang
memadai. Secara umum, teori dan data yang diperlukan dapat
dikatagorikan menjadi dua konsep pokok, yaitu keseimbangan dan proses-
proses kecepatan. Untuk dapat melakukan perhitungan dan analisis
fundamental berdasarkan kedua konsep tersebut, diperlukan juga
penguasaan pemodelan matematis dan penyelesaikan persamaan-
persamaan matematis yang dewasa ini lebih sering dilakukan secara
numeris dengan bantuan komputer. Untuk memberikan gambaran tentang
proses-proses pemisahan di industri, baik yang sudah lama dikembangkan
maupun yang relatif baru, dibahas secara singkat sejumlah proses
pemisahan (Sediawan, 2020).
Campuran merupakan materi yang tersusun oleh dua macam zat
atau lebih yang tidak terikat secara kimia dan dapat dipisahkan kembali
dengan cara fisika. Campuran terdiri dari dua macam yaitu campuran
homogen dan campuran heterogen. Campuran homogen adalah campuran
yang setiap bagiannya serba sama, baik warna, rasa serta perbandingan
zat-zat tercampur juga sama, serta tidak memiliki bidang batas antara
komponen-komponennya. Contohnya larutan garam dalam air dan larutan
gula dalam air. Campuran heterogen adalah campuran yang setiap bagian-
bagiannya tidak sama, baik warna, rasa serta perbandingan zat-zat
tercampurnya tidak sama dan satu komponen dengan komponen lainnya
terdapat bidang batas, sehingga kita dapat membedakan satu yang lainnya.
Misalnya, campuran minyak dengan air dan campuran kopi dengan air
(Hartanto dkk, 2019).
3.2.2. Sublimasi
Sublimasi adalah salah satu teknik pemisahan komponen didalam
suatu campuran yang seringkali digunakan dalam praktikum ataupun
dalam penenlitian. Sublimasi adalah dimana wujud suatu zat mengalami
perubahan dari berebntuk gas menjadi bentuk padat ataupun sebaliknya,
dimana hal ini terjadi tanpa melewati fasa cair. Sublimasi adalah teknik
pemisahan komponen pada suatu campuran, dimana komponen tersebut
berbentuk paadat dan akan menguap tanpa melewati proses melebur.
Pemisahan sublimasi hanya dapat digunakan untuk memisahkan
komponen didalam campuran yang dapat menyublim. Komponen yang
menyublim yaitu yang memiliki tekanan uap tinggi didalam temperature
ruang, dimana proses ini ditandai dengan timbulnya bau. Pemisahan
sublimasi dapat terjadi jika komponen yang bercampur dengan komponen
yang akan dipisahkan memiliki perbedaan titik didih yang besar sehingga
dapat mengakibatkan terbentuknya hasil uap yang murni (Heru, 2013). 
3.2.3. Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya
dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi dihentikan
ketika tercapai kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut
dengan konsentrasi dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut
dipisahkan dari sampel dengan penyaringan. Ekstrak awal sulit dipisahkan
melalui teknik pemisahan tunggal untuk mengisolasi senyawa tunggal.
Oleh karena itu, ekstrak awal perlu dipisahkan ke dalam fraksi yang
memiliki polaritas dan ukuran molekul yang sama (Tetti, 2017).
3.2.4. Dekantasi
Dekantasi adalah suatu cara pemisahan antara larutan dan padatan
yang paling sederhana yaitu dengan menuangkan cairan perahan-lahan
sehingga endapan tertinggal dibagian dasar bejana. Cara ini dapat
dilakukan jika endapan mempunyai ukuran partkel yang besar dan massa
jenisnyapun besar, sehingga dapat terpisah dengan baik terhadap
cairannya. Jika massa jenis dan dengan ukuran partikel relatif kecil
sehingga ada sebagan padatan yang melayang atau mengapung maka cara
pemisahan yang paling tepat adalah dengan penyaringan atau sentrifungsi
(Wardhana, 2013).
Dekantasi dapat menghasilkan gaya sentrifugal yang lebih besar
dari pada gaya gravitasi, sehingga partikel tersuspensi terendapkan didasar
tabung. Dekantasi digunakan untuk memisahkan cairan dari padatannya.
Dekantasi dilakukan dengan cara menuangkan cairan perlahan-lahan
sehingga padatan tertinggal di dalam wadah. Hasil pemisahan yang lebih
efektif akan diperoleh jika ukuran zat padat dalam campuran jauh lebih
besar. Misalnya campuran air dengan kerikil (Titisari, 2010).
3.2.5. Filtrasi
Filtrasi adalah pembersihan partikel padat dari suatu fluida dengan
melewatkannya pada medium penyaringan, atau septum, dimana zat padat
itu tertahan. Pada industri, filtrasi ini meliputi ragam operasi mulai dari
penyaringan sederhana hingga pemisahan yang kompleks. Fluida yang
difiltrasi dapat berupa cairan atau gas, aliran yang lolos dari saringan
mungkin saja cairan, padatan, atau keduanya (Parahita, 2018).
Filtrasi merupakan salah satu pengolahan air secara fisik. Filtrasi
adalah proses pemisahan solid-liquid dengan cara melewatkan liquid
melalui media berpori atau bahan-bahan untuk menyisihkan atau
menghilangkan sebanyak-banyaknya butiran-butiran halus zat padat
tersuspensi dari liquida (Jenti dan Nurhayati, 2014).
3.2.6. Evaporsi
Evaporasi merupakan proses perubahan status air dari bentuk cair ke
bentuk gas. Dalam proses daur hidrologi, evaporasi merupakan
perpindahan air dari permukaan lautan dan daratan ke atmosfir.
Penguapan/evaporasi air laut merupakan tahapan pertama dalam daur
hidrologi dan berpengaruh terhadap masukan air ke dalam daratan.
Sekitar 85% evaporasi di bumi terjadi di lautan, sebagai proses
fundamental yang menghubungkan antara laut dan atmosfer yaitu
perpindahan massa air, sedangkan di daratan besarnya fluks evaporasi
lebih kecil dibandingkan lautan, namun 60-70% volume curah hujan
yang turun dievaporasikan di daratan (Wati dkk, 2015)
Proses evaporasi terjadi karena adanya ketersediaan energi bahang
dan gradient/ defisit tekanan uap air yang tergantung pada faktor cuaca
seperti suhu udara, kecepatan angin, tekanan atmosfer, radiasi matahari,
kualitas air dan bentuk serta sifat dari permukaan yang berevaporasi.
Faktor-faktor tersebut dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti faktor
lokasi geografis, musim, interval waktu dan lain-lain sehingga proses
evaporasi merupakan proses yang cukup rumit untuk dilakukan
pengukuran dan perhitungannya (Wati, 2015).
3.2.7. Distilasi
Distilasi adalah proses pemisahan yang paling banyak digunakan
pada industri kimia. Proses pemisahan ini didasarkan oleh perbedaan
kemudahan menguap relatif antara komponen yang akan dipisahkan.
Distilasi biasa tidak bisa digunakan untuk memisahkan campuran yang
membentuk titik azeotrop. Distilasi harus dimodifikasi terlebih dahulu
untuk memisahkan campuran azeotrop. Modifikasi distilasi bisa dilakukan
dengan menambahkan komponen lain yang dikenal dengan entrainer.
Distilasi termodifikasi dengan penambahan entrainer ini dikenal dengan
distilasi azeotropik heterogen dan distilasi ekstraktif. Distilasi juga bisa
dilakukan menggunakan dua kolom yang dioperasikan pada tekanan
berbeda. Hal ini bisa dilakukan jika tekanan berpengaruh secara signifikan
terhadap titik azeotrop (Hartanto dkk, 2017).
Campuran azeotrop yang banyak dijumpai dalam industri kimia
yaitu campuran aseton dan metanol. Kedua komponen tersebut merupakan
zat yang banyak digunakan sebagai pelarut. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Luyben, distilasi ekstraktif merupakan cara pemisahan
yang paling baik dibandingkan dengan metode yang lain. Entrainer yang
digunakan yaitu air karena zat yang paling murah jika dibandingkan
entrainer yang lain (Hartanto dkk, 2017).
IV. Metodologi Percobaan
4.1. Alat dan Bahan
4.1.1. Alat
- Timbangan
- Cawan Porselen
- Kaki tiga
- Jaring kawat
- Beaker
- Spatula
- Batang pengaduk
- Pembakar spiritus
- Corong
- Clamps
- Set alat distilasi
- Thermometer
4.1.2. Bahan
- Naftalene (Kapur barus)
- Pb(NO3)2 0,5 M
- Garam Dapur (NaCl)
- Vaselin
- Pasir Serbuk
- Kapur
4.2. Diagram Alir
4.2.1. Pemisahan Campuran

Gelas Beaker
- Ditimbang sebuah beaker 100 mL yang kosong, bersih, dan
kering.
- Dimasukkan kedalam beaker sebanyak masing-masing 0,5 gram
pasir, garam dapur, dan naphtalene serta aduk sampai tercampur
sempurna. Ditimbang berat total sampel dan beaker.
- Disiapkan satu cawan porselen yang telah diketahui beratnya
untuk menutup beaker yang berisi campuran.
- Ditempatkan beaker dan dish diatas jaring kawat dan kaki tiga.
- Ditambahkan beberapa pecahan es diatas cawan porselen. Hati-
hati jangan sampai ada tetesan air dibawah dish atau didalam
beaker.
- Dipanaskan beaker dengan pembakar spritus atau Bunsen sampai
terbentuk uap didalam beaker dan padatan mulai menempel
dibawah cawan porselen.
- Setelah 10 menit, dipindahkan pembakar spiritus dan
dikumpulkan padatan dibawah cawan porselen kedalam wadah
menggunakan spatula.
- Diaduk campuran dalam beaker dengan batang pengaduk.
- Ditutup beaker dengan cawan porselen, kemudian panaskan
beaker kembali sampai tidak terbentuk padatan dibawah
evaporating dish.
- Ditimbang padatan (padatan hasil sublimasi) yang menempel
dibawah cawan porselen.
- Didinginkan beaker pada temperatur ruang.
- Ditimbang beaker yang berisi padatan tersisa.
- Dihitung berat hasil sublimasi ditambah dengan berat padatan
tersisa.
- Dibandingkan hasil perhitungannya dengan berat awal total
campuran dalam beaker.
- Ditambahkan 25 mL aquades kedalam sisa padatan dalam
beaker.
- Dilakukan pengadukan selama 5 menit.
- Disiapkan kertas saring yang sudah diketahui beratnya untuk
proses penyaringan.
- Disaring campuran dan tampung filtratnya dengan beaker lain.
Bilas padatan pada kertas saring dengan 10 mL aquades.
- Disaring kertas yang berisi padatan dikeringkan dalam oven suhu
105 derajat C selama 10 menit, lalu ditentukan berapa berat
padatan hasil penyaringan.
- Cairan (filtrat) yang tersisa digunakan sebagai sampel percobaan
distilasi.

Hasil

4.2.2. Distalasi
Alat distalasi
- Dipasang set alat distilasi sesuai dengan instruksi dari
instruktur. Di ingat setiap sambungan alat gelas diolesi
vaselin.
- Digunakan labu alas bulat 100 mL untuk labu distilasi dan
labu penampung. Isi labu distilasi dengan sisa filtrat
percobaan sebelumnya (pemisahan kimia).
- Dimasukkan 2 butir batu didih.
- Dipasangkan kedua labu tersebut pada set alat distilasi, dan
mulailah memanaskan menggunakan pembakar spiritus.
- Dicatat temperatur saat distilat yang tertampung volumenya
sekitar 1 mL.
- Distilasi dilanjutkan hingga setengah volume air pada labu
distilasi pindah ke labu penampung distilat.
- Dimatikan pembakar spiritus dan dinginkan labu distilat.
- Dimasukan masing-masing sebanyak 2 mL cairan sisa pada
labu distilasi dan cairan pada labu penampung distilat, pada
dua tabung reaksi terpisah.
- Teteskan sebanyak 3 tetes larutan Pb(NO3)2 0,01 M pada
masing- masing tabung reaksi.
- Diamati dan catat perubahan yang terjadi.

Hasil

4.2.3. Sentrifungsi Versus Dekatasi

Bubuk kapur
- Dimasukkan 2-3 sendok makan bubuk kapur kedalam
gelas kimia 50 ml.
- Ditambahkan 30 ml air, aduk sampai rata.
- Diambil 10 ml larutan kedalam tabung sentrifugal.
- Dipisahkan sentrat dan endapan dengan diputar dengan
pemusingan selama 2 menit dan ambil filtrat dengan
pipet tetes.
- Diambil kembali 10 ml campuran air dengan kapur
(aduk kembali jika kapur telah mengendap), saring
menggunakan kertas saring ambil filtratnya.
- Dibandingkan sentrat dari proses sentrifugasi dan
filtrat dari proses penyaringan
Hasil
4.2.4. Rekristalisasi

Garam Dapur Kotor

- Diambil 1 garam dapur kotor, larutkan dalam gelas kimia


50 ml dengan air secukupnya
- Disaring dan ditampung filtratnya, kemudian uapkan
dalam cawan porselin diatas nyala pembakar spiritus
sampai air habis menguap.
- Dibandingkan keadaan fisik garam dapur sebelum dan
sesudah proses.
Hasil

4.3. Prosedur Kerja


4.3.1. Pemisahan Campuran
Timbang sebuah beaker 100 mL yang kosong, bersih, dan kering.
Kedalam beaker masukkan sebanyak masing-masing 0,5 gram pasir,
garam dapur, dan naphtalene serta duk sampai tercampur sempurna.
Timbang berat total sampel dan beaker. Siapkan satu cawan porselen yang
telah diketahui beratnya untuk menutup beaker yang berisi campuran.
Tempatkan beaker dan dish diatas jaring kawat dan kaki tiga. Tambahkan
beberapa pecahan es diatas cawan porselen. Hati-hati jangan sampai ada
tetesan air dibawah dish atau didalam beaker. Panaskan beaker dengan
pembakar spritus atau Bunsen sampai terbentuk uap didalam beaker dan
padatan mulai menempel dibawah cawan porselen. Setelah 10 menit,
pindahkan pembakar spiritus dan kumpulkan padatan dibawah cawan
porselen kedalam wadah menggunakan spatula. Aduklah campuran dalam
beaker dengan batang pengaduk. Tutup beaker dengan cawan porselen,
kemudian panaskan beaker kembali sampai tidak terbentuk padatan
dibawah evaporating dish. Timbang padatan (padatan hasil sublimasi)
yang menempel dibawah cawan porselen. Dinginkan beaker pada
temperatur ruang. Timbanglah beaker yang berisi padatan tersisa.
Hitunglah berat hasil sublimasi ditambah dengan berat padatan tersisa.
Bandingkan hasil perhitungannya dengan berat awal total campuran dalam
beaker. Tambahkan 25 mL aquades kedalam sisa padatan dalam beaker.
Lakukan pengadukan selama 5 menit. Siapkan kertas saring yang sudah
diketahui beratnya untuk proses penyaringan. Saringlah campuran dan
tampung filtratnya dengan beaker lain. Bilas padatan pada kertas saring
dengan 10 mL aquades. Kertas saring yang berisi padatan dikeringkan
dalam oven suhu 105 oC selama 10 menit, lalu ditentukan berapa berat
padatan hasil penyaringan. Cairan (filtrat) yang tersisa digunakan sebagai
sampel percobaan distilasi.
4.3.2. Distilasi
Pasang set alat distilasi sesuai dengan instruksi dari instruktur. Ingat setiap
sambungan alat gelas diolesi vaselin. Gunakan labu alas bulat 100 mL
untuk labu distilasi dan labu penampung. Isi labu distilasi dengan sisa
filtrat percobaan sebelumnya (pemisahan kimia). Masukkan 2 butir batu
didih. Pasangkan kedua labu tersebut pada set alat distilasi, dan mulailah
memanaskan menggunakan pembakar spiritus. Catat temperatur saat
distilat yang tertampung volumenya sekitar 1 mL. Distilasi dilanjutkan
hingga setengah volume air pada labu distilasi pindah ke labu penampung
distilat. Matikan pembakar spiritus dan dinginkan labu distilat. Masukan
masing-masing sebanyak 2 mL cairan sisa pada labu distilasi dan cairan
pada labu penampung distilat, pada dua tabung reaksi terpisah. Teteskan
sebanyak 3 tetes larutan Pb(NO3)2 0,01 M pada masing-masing tabung
reaksi. Amati dan catat perubahan yang terjadi.
4.3.3. Sentrifungsi Versus Dekantasi
Masukkan 2-3 sendok makan bubuk kapur kedalam gelas kimia 50 ml.
Tambahkan 30 ml air, aduk sampai rata. Ambil 10 ml larutan kedalam
tabung sentrifugal. Pisahkan sentrat dan endapan dengan diputar dengan
pemusingan selama 2 menit dan ambil filtrat dengan pipet tetes. Ambil
kembali 10 ml campuran air dengan kapur (aduk kembali jika kapur telah
mengendap), saring menggunakan kertas saring ambil filtratnya.
Bandingkan sentrat dari proses sentrifugasi dan filtrat dari proses
penyaringan.
4.3.4. Rekristalisasi
Ambil 1 garam dapur kotor, larutkan dalam gelas kimia 50 ml dengan air
secukupnya. Saring dan tampung filtratnya, kemudian uapkan dalam
cawan porselin diatas nyala pembakar spiritus sampai air habis menguap.
Bandingkan keadaan fisik garam dapur sebelum dan sesudah proses.
V. Data dan Perhitungan
5.1. Data
5.1.1. Pemisahan Campuran
Massa beaker awal : 62,83 gram
Massa beaker + sampel : 64,30 gram
Massa kaca arloji : 21,87 gram
Massa kaca arloji + massa padatan hasil : 22,08 gram
sublimasi pemanasan pertama
Massa cawan porselin : 31,67 gram
Massa cawan porselin + padatan hasil : 31,74 gram
sublimasi pemanasan kedua
Massa kertas saring awal : 0,55 gram
Massa kertas saring + sampel : 0,95 gram
5.1.2. Distilasi
Suhu larutan awan sampel : 27°C
Suhu larutan sampel saat menetes : 101°C
Warna hasil distilat + Pb(NO3)2 : jernih
Warna hasil sampel awal + Pb(NO3)2 : jerih sedikit keruh
5.1.3. Sentrifugasi vs Dekantasi
Warna sampel air + batu kapur : keruh
Warna sentrat sentrifugasi + dekantasi : sedikit keruh, tidak ada endapan
Warna sentrat hasil filtrasi : jernih, tidak ada endapan
5.1.4. Rekristalisasi
Massa cawan porselin sebelum dipanaskan : 31,67 gram
Massa cawan porselin + bahan sebelum pemanasan : 32,67 gram
Massa cawan poselin + bahan setelah pemanasan : 32,33 gram
Massa cawan porselin setelah pemanasan : 31,69 gram
Warna kristal NaCl sampel : putih sedikit kotor
Warna kristal NaCl setelah rekristalisasi : putih bersih
5.2. Perhitungan
5.2.1. Pemisahan Campuran

Massa kaca arloji 1 (x1) = 21,87 gram

Massa kaca arloji 2 (x2) = 21,85 gram

Massa kaca arloji 3 (x3) = 21,89 gram


x 1+ x 2+ x 3
 x́ =
∑n
21,87+21,85+21,89
x́ = =21,87
3
Note: x́ yang diperoleh adalah Mkc0

( x 1− x́ )2+ ( x 2− x́ )2 + ( x 3− x́ )2
 Standart deviasi = S =
√ 3−1

( 21,87−21,87 )2 + ( 21,85−21,87 )2 + ( 21,89−21,87 )2


S=
√ 3−1
0+0,0004+0,0004
=
√ 2
= 0,02

5.2.2. Distilasi
Massa gelas beaker 1 (x1) = 62,83 gram

Massa gelas beaker 2 (x2) = 62,82 gram

Massa gelas beaker 3 (x3) = 62,84 gram

x 1+ x 2+ x 3
 x́ =
∑n
62,83+62,82+62,84
 x́ = = 62,83
3
( x 1− x́ )2+ ( x 2− x́ )2 + ( x 3− x́ )2
 Standart deviasi = S =
√ 3−1

( 62,83−62,83 )2 + ( 62,82−62,83 )2 + ( 62,84−62,83 )2


S=
√ 3−1
0+0,0001+0,0001
=
√ 2
= 0,01

5.2.3. Sentrifugasi vs Filtrasi


Massa cawan porselen 1 (x1) = 31,67 gram
Massa cawan porselen 2 (x2) = 31,65 gram
Massa cawan poselen 3 (x3) = 31,69 gram
x 1+ x 2+ x 3
 x́ =
∑n
31,67+31,65+31,69
x́ = =31,67
3

Note: x́ yang diperoleh adalah Mcp0

( x 1− x́ )2+ ( x 2− x́ )2 + ( x 3− x́ )2
 Standart deviasi = S =
√ 3−1

( 31,67−31,67 )2 + ( 31,65−31,67 )2+ ( 31,69−31,67 )2


S=
√ 2
3−1
2
= 0+ 31,65−31,67 + 31,69−31,67

( ) (
2
)

0+0,0004+0,0004
=
√ 2
¿ 0,02
Massa kaca arloji + kristal hasil sublimasi (Mkc2) = 22,08 gram
Massa cawan porselen + padatan hasil sublimasi (Mcp2)= 31,74 gram
Sehingga massa padatan kristal total = (Mkc2 – Mkc1) + (Mcp2 – Mcp1)
= (22,08 – 21,87) + (31,74 – 31,67)
= 0,21 + 0,07
= 0,28 gram

5.2.4. Rekristalisasi
Massa garam setelah rekristalisasi

 Massa garam sebelum rekristalisasi


Massa cawan porselen + garam (M1) = 32,67 gram
Massa cawan porselen awal (Mcp1) = 31,67 gram
Massa garam sebelum rekristalisasi = M1 – Mcp1
= 32,67 - 31,67
= 1 gram

 Massa garam setelah rekristalisasi


Massa garam + cawan porselen setelah rekristalisasi (M2) = 32,33 gram
Massa garam setelah rekristalisasi = M2 – Mcp1
= 32,33 – 31,67
= 0,66 gram
VI. Hasil dan Pembahasan
6.1. Hasil
6.1.1. Tabel Hasil Pemisahan Campuran

No Perlakuan Hasil
1. Ditimbang gelas beaker 100mL Massa = 62,83 gram.
kosong.
2. Dimasukkan pasir, garam dapur, Setelah diaduk sampel
dan naftalene ke dalam beaker berwarna coklat
masing-masing 0,5 gram, diaduk kehitaman. Massa gelas
lalu ditimbang. beaker + sampel =
64,30 gram
3. Dipanaskan gelas beaker yang Padatan sublimasi
berisi sampel dan ditutup dengan berwarna kuning
cawan porselen yang berisi es batu. kecoklatan.
4. Ditambahkan akuades ke dalam sisa Massa padatan sisa =
padatan dalam beaker kemudian 0,40 gram.
disaring dengan kertas saring.
Padatan dibilas dengan 10mL
akuades, dikeringkan dalam oven
dengan suhu 105ºC, lalu ditimbang.

6.1.2. Tabel Hasil Distilasi


No Perlakuan Hasil
1. Dimasukkan larutan yang akan Distilat yang terbentuk
didestilasi kedalam tabung destilasi berwarna bening
dan dipanaskan dengan mantel dengan bau menyerupai
pemanas. alkohol dan suhu
setelah distilat
terbentuk adalah 50ºC.

6.1.3. Tabel Hasil Sentrifugasi vs Filtrasi


No Perlakuan Hasil
1. Dimasukkan bubuk kapur 2-3 Larutan berwarna putih
sendok makan ke dalam gelas kapur atau tampak
beaker 50mL, ditambahkan air keruh.
30mL, lalu diaduk
2. Diambil 10mL larutan dan Endapan bubur kapur
dimasukkan ke dalam tabung berwarna putih dan
sentrifugal, lalu diputar di airnya nampak keruh.
pemusingan selama 2 menit.
3. Diambil 10mL campuran 10mL Sentrat dari proses
kemudian disaring sentrifugasi berupa
padatan berwarna putih
tulang.

6.1.4. Tabel Hasil Rekristalisasi


No Perlakuan Hasil
1. Dilarutkan 1 gram garam dapur Padatan yang dihasilkan
kotor dengan air secukupnya, lalu berwarna putih bersih.
disaring. Filtratnya diuapkan dalam
cawan porselen menggunakan
bunsen.

6.2. Pembahasan
Pemisahan campuran berdasarkan titik uap yaitu sublimasi. Teknik
sublimasi diterapkan untuk memisahkan zat dari pengotornya seperti
campuran (pasir, garam, dan kapur barus), sehingga didapat zat murni.
Pengotor tersebut (pasir) akan tertinggal di dalam wadah karena
ketidakmampuan dalam menyublim. Syarat pemisahan campuran secara
sublimasi adalah partikel yang bercampur memiliki perbedaan titik didih
yang besar, sehingga mampu menghasilkan uap dengan tingkat kemurnian
tinggi.
Prinsip kerja sublimasi adalah zat (pasir, garam dan kapur barus)
yang akan disublimasi dimasukkan ke dalam beaker, ditutup dengan gelas
cawan yang berisi air sebagai pendingin dan dipanaskan perlahan dengan
api. Zat padat (kapur barus) akan menyublim menjadi uap dan zat
pengotor (pasir) tetap menjadi padat. Terbentuknya uap ini karena hasil
sublimasi dan nantinya akan menjadi padat lagi setelah proses
pendinginan. Apabila sudah tidak ada zat lagi yang menyublim atau es
batu yang terdapat di dalam cawan telah mencair sempurna, maka proses
pemanaan dihentikan dan dibiarkan dingin agar uap yang terbentuk
menyublim semua.
Distilasi sederhana adalah teknik pemisahan untuk memisahkan
dua atau lebih komponen zat cair yang memiliki perbedaan titik didih
yang jauh. Selain perbedaan titik didih, juga perbedaan kevolatilan, yaitu
kecenderungan sebuah zat untuk menjadi gas. Distilasi ini dilakukan pada
tekanan pada tekanan atmosfer yang normal. Aplikasi distilasi sederhana
digunakan untuk memisahkan campuran. Akuades mengandung metanol
10% dan pewarna metil ungu.
Akuades dan spirtus keduannya merupakan senyawa polar. Hal ini
dikarenakan keduannya memeliki titik didih yang tinggi, titik didih yaitu
100° C sedangkan titik didih spirtus yaitu 64,5° C. Titik didih akuades
lebih tinggi dibandingkan spirtus dikarenakan ikatan akuades dapat
membentuk lebih banyak ikatan hidrogen dibandingkan dengan spirtus.
Pada percobaan ini dilakukan proses distilasi dengan memanaskan spirtus
untuk memperoleh hasil rendemen spirtus murni.Titik didih spirtus lebih
rendah dibandingkan titik didih akuades, sehingga pada proses pemanasan
spirtus akan lebih dulu menguap dibandingkan dengan akuades. Pada suhu
58° C tekanan uap spirtus menjadi sama besar dengan tekanan
sekelilingnya (1 atm) maka molekul-molekul di seluruh bagian cairan
mulai menguap. Hal tersebut dikarenakan terjadi peningkatan suhu dan
penurunan tekanan uap,keadaan ini berlangsung pada seluruh bagian
cairan.
Metanol juga dikenal sebagai metil alkohol atau biasa disebut juga
spiritus yang merupakan bentuk alkohol paling sederhana. Pada percobaan
distilasi spiritus dengan akuades, yang mana titik didih dari spiritus lebih
rendah daripada akuades maka yang lebih cepat menguap adalah spiritus,
sehingga yang melewati pipa hanyalah uap dari spiritus yang kemudian
terbentuk methanol atau spiritus itu sendiri. Prinsipnya adalah komponen
yang memiliki cairan titik yang rendah akan menguap dan diembunkan
kembali pada kondensor sehingga menjadi distilat. Air lebih lambat
menguap karena titik didihnya lebih tinggi dari spiritus
Sentrifugasi merupakan metode sendimentasi untuk memisahkan
partikel dari sebuah cairan berdasarkan berat jenisnya dengan memberikan
gaya sentipetal. Sedangkan filtrasi adalah suatu proses pemisahan zat
padat dari fluida (gas maupun cair) yang membawanya menggunakan
media atau bahan berpori. Pada percobaan sentifugas versus dekantasi
yang menggunakan larutan kapur (CaCO3) menghasilkan larutan
berwarna putih keruh. Putih keruh pada larutan disebabkan oleh bubuk
kapur yang bercampur dengan air. Untuk memisahkan bubuk kapur
dengan air dapat menggunakan teknik sentrifugasi maupun filtrasi. Dari
percobaan tersebut, nantinya akan terbentuk sentrat dan filtrat.
Pada percobaan sentrifugasi, campuran tersebut dapat terpisah
dikarenakan pada proses ini memanfaatkan gaya sentripetal, sehingga
larutan yang awalnya keruh akan dapat terpisah dikarenakan berat
jenisnya yang juga berbeda. Sedangkan pada proses filtrasi, campuran
tersebut dapat terpisah dikarenakan pada proses ini menggunakan media
atau bahan berpori yang hanya bisa dilewati cairan atau pelarut dan
padatan atau endapan kapur tertinggal di media tersebut. Pada proses
sentrifugasi, sentrat yang dihasilkan masih tampak keruh. Hal ini
dikarenakan molekul-molekul kecil dari endapan kapur ikut masuk
kedalam sentrat. Inilah mengapa pada proses filtrasi hasil yang didapatkan
lebih bening.
Rekristalisasi adalah salah satu cara untuk memisahkan atau
memurnikan zat yang berupa kristal dari kotoran dengan dasar perbedaan
kelarutan dalam pelarut dan pada suhu tertentu. Rekristalisasi pada
percobaan kali ini digunakan untuk memurnikan garam dapur yang kotor.
Perbedaan pada garam dapur sebelum dan sesudah rekristalisasi adalah
warna garam menjadi putih bersih karena telah dilakukan penyaringan,
berbentuk lebih halus dan lembut dan terjadi perenggangan molekul saat
proses pemanasan, serta massa garam berkurang dari sebelumnya karena
ada beberapa filtrat yang menguap.
VII. Kesimpulan
Dari praktikum perubahan materi dan pemisahan campuran kali ini, dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Praktikan harus membaca petunjuk praktikum agar dapat mendemonstrasikan
pemisahan campuran dengan benar.
2. Pemisahan campuran dapat dilakukan menggunakan beberapa metode.
Metode sublimasi digunakan untuk memisahkan suatu zat dari sebuah
campuran yang semula berbentuk padatan menjadi gas. Metode ekstraksi atau
destilasi digunakan untuk memisahkan sebuah zat dari campuran cairan.
Metode filtrasi, sentrifugasi dan dekantasi dilakukan untuk memisahkan suatu
zat dari sebuah campuran cairan dari padatan melalui pengendapan,
sedangkan metode rekristalisasi digunakan untuk memurnikan suatu padatan.
3. Destilasi adalah teknik pemisahan untuk memisahkan dua atau lebih
komponen zat cair yang memiliki perbedaan titik didih yang jauh. Proses ini
juga tergantung pada sifat kecenderungan sebuah zat menjadi gas.
DAFTAR PUSTAKA
Hartanto, Y. (2017). DISTILASI EKSTRAKTIF PADA PEMISAHAN ASETON
DAN METANOL. Jurnal Integrasi Proses, 6 (4) : 169.
Nurhayati, U. B. (2014). Pengaruh Penggunaan Media Filtrasi Terhadap Kualitas
Air Sumur. Jurnal Teknik, 12 (02) 35.
Parahita, C. K. (2018). PENGARUH WAKTU PENGADUKAN DAN
PENGAMBILAN SAMPEL LARUTAN CaCO3 4% TERHADAP
JUMLAH ENDAPAN PADA ALAT FILTER PRESS. Jurnal Inovasi
Proses, 3 (1) : 7.
Pratomo, H. (2013). Pembuatan dan Karakterisasi Membran Komposit
PolisulfonSelulosa Asetat Untuk Proses Ultrafiltrasi. Jurnal. Pendidikan
KimiaFMIPA UNY, Yogyakarta.
Sediawan, W. B. (2020). BERBAGAI TEKNOLOGI PROSES PEMISAHAN.
Prosiding Presentasi Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir, 8.
Tetti, M. (2014). EKSTRAKSI, PEMISAHAN SENYAWA, DAN
IDENTIFIKASI SENYAWA AKTIF. Jurnal Kesehatan, 7 (1) : 7.
Titisari, R. 2010. UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI
BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE STAD
( STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION ) PADA POKOK
BAHASAN PEMISAHAN CAMPURAN KELAS VII D SMP NEGERI 2
KEMALANG KLATEN. Skripsi. SURAKARTA : FAKULTAS KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET.

Trinah Wati, H. P. (2016). PENGARUH PARAMETER CUACA TERHADAP


PROSES EVAPORASI PADA INTERVAL WAKTU YANG
BERBEDA. JURNAL METEOROLOGI DAN GEOFISIKA , 16 (3) : 155.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai