Anda di halaman 1dari 10

Anamnesis

Anamnesis merupakan kunci terpenting ditemukannya diagnosis penyakit akibat kerja,


pertanyaan sederhana apakah pekerjaan pasien dan lebih rinci lagi, tugas apa yang dia
lakukan sehari-hari, dapat memberi informasi awal untuk seorang dokter menelusuri lebih
dalam hubungan penyakit yang diderita saat ini dengan pekerjaan yang dijalaninya sehari--
hari. Bagi seorang dokter yang bekerja di suatu perusahaan data mengenai semua
karyawannya haruslah lebih terinei tidak hanya sekedar di bagian apa seorang karyawan
ditempatkan akan tetapi apa yang dilakukan seharihari dan bahan berbahaya apa yang
terpapar pada karyawan tersebut haruslah ada pada riwayat pekerjaan. Informasi mengenai
zat toksik yang digunalcan dalam industri biasanya melekat langsung dalam kemasan barang
tersebut yang didalamnya berisi keterangan zat aktif, cara penyimpanan dan penggunaan,
cara pertolongan pertama bila terpapar pada anggota badan, efek toksis bila masuk dalam
tubuh manusia. Keterangan tersebut disebut material safely data sheets, keterangan ini sangat
penting bagi kesehatan, keselamatan dan toksistas pada individu yang terpapar secara erat.
Selain zat toksik yang harus pula diperhatikan oleh dokter perusahaan adalah lingkungan fisik
seperti kebisingan, panas, penerangan yang baik, makanan dan minuman sehari-hari
dikomsumsi karyawan, atau paparan bakteri, virus, jamur, parasit pada industri atau
laboratorium kesehatan atau paparan serangga, reptilia pada agro industri maupun industri
yang beroperasi lapangan seperti hutan, gua dan lain-lain. Terdapat beberapa anamnesis khas
seperti pada asma akibat kerja serangan asma memberat pada akhir minggu atau pada
bisinosis yaitu penyakit paru akibat paparan debu tekstil, serangan sesak dan tidak enak pada
pernapasan terjadi pada hari awal minggu masuk kerja. Masa laten yaitu waktu yang
dibutuhkan dan pasien tersebut terpapar sampai timbulnya klinis asma bronkial dikenal pada
asma akibat kerja. Masa laten ini biasanya lebih dari satu tahun. Kadang kala informas jenis
pekerjaan dan data lain mengenai paparan agen tidak memberikan informasi dengan penyakit
yang ada saat ini maka tidak boleh dilupakan pekerjaan sampingan seperti hobi seorang
karyawan yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja seperti disinfektan,
pelarut, timah hitam, pestisida dan lain-lain.
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dapat membantu mendiagnosis penyakit akibat kerja, pemeriksaan
seperti faal fungsi paru menggunakan spirometri maupun peak flow meter sering digunakan
dalam mendiagnosis penyakit paru akibat kerja seperti asma akibat kerja, bisinosis, dan lain-
lain. Terdapat karakteristik tertentu seperti pemeriksaan faal paru pada asma apabila
kita ingin menghubungkan dengan pengaruh tempat kerja maka hasil pemeriksaan spirometri
atau peak flow meter sebelum dan sesudah jam kerja akan berbeda sebesar > 15 %. Terdapat
beberapa teknik lain dapat membantu mendiagnosis asma yang diperkirakan akibat
lingkungan pekerjaan menggunakan alat bantu yang sama dengan bila kita mendiagnosis
asma pada yang tidak dihubungkan dengan lingkungan pekerjaan. Pemeriksaan rontgen dada
dapat membantu penegakan diagnosis pneumokoniosis seperti silikosis, asbestosis,
pneumokoniosis karena batu bara. Pemeriksaan kimia darah seperti fungsi faal hati; SGOT,
SGPT, bilirubin, fosfatase alkali dan fungsi ginjal seperti urin, ureum, kreatinin dan juga
klirens kreatinin digunakan pada pemeriksaan beberapa penyakit akibat kerja yang mengenai
kedua organ di atas. Demikian pula beberapa pemeriksaan lain yang biasa kita gunakan
sebagai pemeriksaan pembantu dalam mendiagnosis penyakit yang tidak dihubungkan
dengan lingkungan pekerjaan.
Dalam menemukan adanya penyakit akibat kerja pada suatu perusahaan peran dokter
perusahaan sangat penting dalam menentukan pemeriksaan laboratorium apa yang akan
dipakai untuk memantau adanya pengaruh lingkungan kerja pada karyawan yang dikelolanya.
Pemeriksaan kesehatan sebelum diterima kerja dan pemeriksaan berkala setelahnya pada
setiap karyawan mungkin akan berbeda tergantung paparan apa yang diterima selama
bekerja, jadi seperti yang apa sering kita lihat pada pemeriksaan berkala dengan memeriksa
pemeriksaan laboratorium pembantu yang sama pada setiap karyawan tidak akan membantu
pencarian atau mendapatkan diagnosis penyakit akibat kerja. Kadang kala diperlukan
pemeriksaan laboratorium khusus seperti pemeriksaan paparan logam pada rambut atau kadar
zat toksis lainya pada urin dan darah. Pemeriksaan khas tersebut dapat dilakukan bekerja
sama dengan laboratorium khusus yang dapat memeriksa bahan tersebut seperti laboratorium
pada pusat pendidikan dan departemen tenaga kerja atau tempat lainnya yang mempunyai
fasilitas untuk pemeriksaan tersebut. Pada pemaparan zat inhalan juga memerlukan
pemeriksaan kadar zat tersebut di udara untuk pemantauan berkala maupun untuk diagnosis
penyakit akibat kerja. Kadar ambang zat inhalan yang ada dilingkungan kerja mempunyai
ambang batas yang diperbolehkan dan penetapannya dilakukan oleh otoritas yang berwenang
seperti NIOSH (National Institute for Occupational Safety and Health), OSHA
(Occupational Safety and Health Administration) di Amerika Serikat atau Departemen
Tenaga Kerja di Indonesia.

Penatalaksanaan
Pengobatan penyakit akibat kerja tidak berbeda dengan penyakit bukan akibat lingkungan
kerja seperti pemakaian oleh obat antihipertensi, obat kardiovaskular lain pada kelainan
kardiologi atau pemekaian kortikosteroid pada penyakit alergi akibat kerja atau anti biotika
pada infeksi akibat kerja. Yang terpenting pada penyakit akibat kerja adalah pemutusan
kontak dengan agen yang menimbulkan penyakit akibat kerja yaitu dengan cara
memindahkannya, pemakaian alat pelindung, pemantauan kadar zat tersebut pada lingkungan
tempat kerja sehingga bahan tersebut tidak sampai melewati ambang batas.
Sumber : papdi

Bisinosis
Penyakit bisinosis adalah penyakit pneumoconiosis yang disebabkan oleh pencemaran debu
kapas atau serat kapas di udara yang kemudian terhisap ke dalam paru-paru. Debu kapas atau
serat kapas ini banyak dijumpai pada pabrik pemintalan kapas, pabrik tekstil, perusahaan dan
pergudangan kapas serta pabrik atau bekerja lain yang menggunakan kapas atau tekstil;
seperti tempat pembuatan kasur, pembuatan jok kursi dan lain sebagainya.
Masa inkubasi penyakit bisinosis cukup lama, yaitu sekitar 5 tahun. Tanda-tanda awal
penyakit bisinosis ini berupa sesak napas, terasa berat pada dada, terutama pada hari Senin
(yaitu hari awal kerja pada setiap minggu). Secara psikis setiap hari Senin bekerja yang
menderita penyakit bisinosis merasakan beban berat pada dada serta sesak nafas. Reaksi
alergi akibat adanya kapas yang masuk ke dalam saluran pernapasan juga merupakan gejala
awal bisinosis. Pada bisinosis yang sudah lanjut atau berat, penyakit tersebut biasanya juga
diikuti dengan penyakit bronkitis kronis dan mungkin juga disertai dengan emphysema.

Bisinosis adalah gejala saluran napas serupa asma dalam berbagai derajat yang disebabkan
oleh pajanan terhadap serat kapas. Oleh karena gejala awal bisinosis terjadi pada hari kerja
pertama yang biasanya hari Senin, bisinosis disebut juga Monday morning fever atau Monday
moning chest tightness atau Monday morning asthma. Bisinosis lebih sering ditemukan pada
karyawan pemintalan yang terpajan debu kapas kadar tinggi dibanding karyawan pertenunan.

Gangguan Pernapasan
Gangguan pernapasan akibat pekerjaan terjadi karena terhirupnya bahan-bahan beracun yang
terdapat di tempat kerja. Para-paru, seperti juga kulit, dapat menjadi organ target penyakit
dan pintu masuk bahan beracun. Karakteristik penyakit paru adalah sifat kronisnya dan
kesulitan dalam pengenalan dininya (periode laten penyakit semacam itu mungkin 15 sampai
30 tahun). Selain itu, ada masalah pajanan ganda atau campuran di rumah dan di tempat
kerja.
Salah satu kategori paling penting penyakit adalah pneumokoniosis, penyakit paru
fibrotik yang disebabkan oleh terhirupnya debu, terutama debu mineral. Selama periode
tahun 1968 sampai 1996, sejumlah 114.557 kasus kematian akibat pneumokoniosis
dilaporkan terjadi pada penduduk A.S.
Tipe pneumokoniosis mencakup pneumokoniosis pekerja batubara, asbestosis,
silikosis, dan bissinosis.
Pekerja pabrik tekstil yang menghirup debu dari kapas, lenin, atau rarni kerap
menderita bisinosis (terkadang disebut sebagai penyakit paru coklat), suatu penyakit paru
akut atau kronis. Jika dibandingkan dengan tipe lain pneumokoniosis, kasus kematian akibat
bisinosis tidak umum – hanya 10-20 kasus kematian yang dilaporkan dalam setahun.
Sumber : Kesehatan masyarakat : suatu pengantar edisi 4 tahun 2003 penerbit EGC

Definisi
Bisinosis adalah penyakit paru berupa bronkitis kronis sebagai akibat terpaparnya
individu oleh debu kapas, rami, sisal atau nenas. Umumnya byssinosis diderita oleh pekerja-
pekerja pabrik tekstil yang selama bekerja menghirup (inhalasi) debu kapas. Oleh karena
penyakit ini manifes saat pekerja berada di tempat kerjanya dan terpapar oleh debu kapas
tadi, maka byssinosis ini juga termasuk penyakit pam kerja.
Epidemiologi
Pekerja-pekerja yang bekerja di lingkungan pabrik tekstil, yang mengolah kapas sejak
penguraian kapas, pembersihan, pemintalan dan penenunan, semuanya termasuk mempunyai
risiko timbulnya bisinosis. Diketahui bahwa di masing-masing bagian tersebut
kadar/konsentrasi debu kapas tidak sama, maka besarnya risiko juga berbeda-beda. Studi
klinis sebelumnya melaporkan bahwa angka kejadian bronkitis kronis pada para pekerja
pabrik tekstil sekitar 4,5-26%. Pekerja yang bekerja pada bagian pembersihan kapas untuk
dipintal, pembersihan mesin-mesin tersebut mempunyai risiko paling tinggi terjadinya
byssinosis.
Patogenesis
Kelainan paru pada pasien bisinosis berupa bronkitis kronis, yang kadangkadang
disertai wheezing, diduga erat hubungannya dengan adanya endotoksin (suatu
lipopolisakarida) yang dikeluarkan oleh bakteri yang mengkontaminasi partikel debu kapas.
Endotoksin inilah yang diduga sebagai penyebab timbulnya kelainan pam tadi. Para ahli telah
yakin bahwa endotoksin ini adalah sebagai penyebabnya dikuatkan oleh percobaan-
percobaan simulasi yang telah dikerjakan pada pekerja atau hewan coba di laboratorium.
Gambaran Klinis
Ciri gambaran klinis penyakit ini adalah para pekerja pabrik tekstil yang sensitif akan
merasakan sesak napas (napas pendek) setiap kembali ke tempat kerja sesudah beberapa hari
tidak bekerja atau tiap hari Senin sesudah satu hari sebelumnya (Minggu) libur. Biasanya
timbul demam selain sesak napas, dan kadang-kadang gejala menetap untuk hari-hari
berikutnya. Telah diketahui bahwa pada para pekerja yang terdapat lebih banyak gejala (paru)
yang dialami akan mempercepat penurunan fungsi parunya. Selain itu lama kerja dan tingkat
kadar debu kapas yang memberikan paparan terdapat korelasi dengan timbulnya byssinosis.
Paparan asap rokok diketahui mempunyai efek sinergis terhadap timbulnya byssinosis
apabila terjadi bersama pada para pekerja yang sedang mendapat paparan debu kapas. Efek
asap rokok terhadap timbulnya gangguan fungsi paru telah lama diketahui, tetapi bagaimana
penjelasannya belum diketahui bahwa pada 7% pekerja pabrik yang terpapar debu kapas
menderita obstruksi saluran napas yang ireversibel.
Pada bisinosis terdapat penurunan nilai KVP maupun VEP1, dan ciri ini jelas terlihat
apabila pemeriksaan dilakukan pada hari Senin saat kembali bekerja di lingkungan pabrik
tekstil sesudah libur hari Minggu. Mekanisme dari kejadian ini belum jelas.
Gambaran histopatologis yang ditemukan pada bisinosis mirip dengan pengaruh asap
rokok yang menginduksi terjadinya bronkitis, yaitu terjadinya hiperplasia kelenjar mukus
dan infiltrasi sel polimorfonuklear neutrofil di dinding bronkus.
Pengobatan
Pengobatan terpenting bagi pasien bisinosis adalah menyingkirkannya dari
lingkungan kerja yang potensial risiko tinggi. Dalam pelaksanaannya biasanya para pekerja
dilakukan putar kerja. Uji faal paru serial perlu dilakukan untuk mengetahui perubahan faal
paru masing- masing pekerja pada akhir waktu tertentu. Tidak ada obat spesifik untuk
bisinosis dan bila ada tanda-tanda obstruksi bronkus dapat diberikan bronkodilator.
Sumber : papdi

Bisinosis (byssinosis) adalah penyakit paru akibat kerja yang penyebabnya penghirupan
debu kapas, vlas, henep atau sisal. Melihat luas dan besar kemungkinan penghirupan aneka
debu penyebab bisinosis tersebut debu kapas terutama menempati posisi terpenting
mengingat banyaknya pabrik tekstil yang beroperasi dengan jumlah pekerja cukup banyak.
Penyakit bisinosis pada pemintalan terutama bertalian erat dengan pekerjaan karding dan
blowing, tapi mungkin pula terdapat pada pekerjaan lainnya, bahkan dari permulaan proses,
yaitu pengolahan kapas dengan membuang bijinya sampai kepada pekerjaan menenun. Masa
laten adalah beberapa tahun, yaitu bagi para pekerja pada karding dan blowing; sedangkan
pada pekerja lainnya masa laten lebih panjang lagi. Penyebab dari bisinosis yang sesungguh-
sungguhnya, mengapa debu kapas menimbulkan bisinosis masih tetap merupakan tantangan
untuk terus dilakukan penelitian lebih lanjut. Selama puluhan tahun berlaku hipotesis
mengenai etiologi bissinosis berikut:
a. Efek mekanis debu kapas yang dihirup ke dalam paru;
b. Akibat pengaruh endoktosin bakteri Gram-negatif kepada alat pernafasan;
c. Merupakan gambaran reaksi allergi dari pekerja kepada debu kapas;
d. Akibat bekerjanya zat kimia dari debu kepada paru seperti zat kimia brokokonstriktor
atau enzim;
e. Reaksi psikis dari para pekerja.
Tidak satu pun secara tunggal dari etilogi sebenarnya dapat dibuktikan secara benar-
benar pasti sebagai penyebab bissinosis, oleh karena itu penulis mengusulkan teori penyebab
jamak bisinosis (multiple causation of byssinosis), jadi kelima faktor tersebut di atas
dianggap bekerja sama dalam menimbulkan gejala penyakit. Para peneliti dapat menunjukkan
bahwa zat penyebab konstriksi bronkhioli (broncho-constricting agent) terdapat dalam daun
kapas tetapi tidak pada serat atau biji kapas dan zat tersebut dapat dianggap sebagai penyebab
gejala bisinosis. Selain itu, endotoksin bakteri juga mempunyai peran dalam menimbulkan
penyakit bisinosis. Zat kimia dan endotoksin dimaksud menyebabkan terbentuk dan bebasnya
histamin yang manifestasinya adalah gejala dan tanda penyakit bisinosis.
Patogenesis penyakit bisinosis adalah pelepasan histamin yang menyebabkan gejala pada
hari pertama kerja setelah libur hari minggu. Paparan terhadap debu kapas, vlas, henep atau
sisal yang terus menerus selama bertahun-tahun menyebabkan iritasi saluran pernafasan
bagian atas dan bronkhus; setelah paparan berlanjut terjadi penyakit paru obstruktif kronis.
Pada stadium dini, tanda penyakit bisinosis adalah gejala berat di dada (chest tightness) dan
pendek (sesak) nafas (shortness of breath) yang biasanya menjelang akhir kerja pada hari
pertama masuk kerja setelah libur hari Sabtu dan Minggu atau hari-hari libur lainnya.
Seringkali terjadi penurunan volume ekspirasi paksa 1 detik, yang mungkin tanpa gejala pada
tenaga kerja. Pada hari berikutnya, gejala menghilang kecuali adanya iritasi di saluran nafas
bagian atas. Pada keadaan sakit selanjutnya, keluhan disertai pula oleh kesulitan bernafas,
dan gejala demikian lebih menetap pada hari-hari lain dalam seminggu yaitu Selasa, Rabu
dan seterusnya. Pada perkembangan penyakit selanjutnya, bisinosis menyerupai bronkhitis
kronis dan emfisema, dengan karakteristika adanya riwayat gejala khan berat di dada dan
pendek nafas serta menurunnya kapasitas ventilasi paru yang memburuk pada hari pertama
minggu kerja. Foto rontgen paru pada stadium dini penyakit tidak memperlihatkan perubahan
spesifik; juga tidak ditemukan patologi khusus pada paru pekerja yang meninggal dunia
dengan penyakit bisinosis stadium dini. Gejala dan tanda sakit bisinosis mirip asma
bronkhial, tetapi pada penyakit yang disebut terakhir ini tidak ditemukan riwayat penyakit
yang khas bagi bisinosis yaitu keluhan berat di dada dan pendek nafas yang dirasakan
menurut hari kerja yang awalnya hart Senin dan selanjutnya pada hari-hari lainnya.

Menurut parahnya efek debu kapas, vlas, henep dan sisal, bisinosis digolongkan menurut
tingkat penyakit sebagai berikut (Tabel 1) :
Tabel 1. Tingkat Sakit Bisinosis Menurut Gejala Sakit
Tingkat Gejala
a. Tingkat 0 : Tidak ada gejala
b. Tingkat ½ : Kadang-kadang berat di dada (chest tightness) dan pendek nafas
(shortness of breath) pada hari Senin atau rangsangan pada alat-alat
pernafasan pada hari-hari Senin (hari pertama bekerja sesudah tidak
bekerja 2 hari)
c. Tingkat 1 : Berat di dada atau pendek nafas pada hari-hari Senin hampir pada setiap
minggu
d. Tingkat 2 : Berat di dada atau pendek nafas pada hari-hari Senin dan hari-hari lainnya
pada setiap minggu
e. Tingkat 3 : Bisinosis dengan cacat paru

Tingkat penyakit bisinosis di atas, dapat pula dinyatakan dalam penurunan fungsi paru
ventilasi ekspirasi paksa 1 detik (FEV 1,0) berikut (Tabel 2):
Tabel 2. Tingkat Sakit Bisinosis, Perubahan Akut Dan Nilai FEV 1,0 Terhadap Prediksi
Tingkat Perubahan akut (persentase Nilai FEV 1,0 sebagai persentase
penurunan FEV 1,0 sebelum shift) terhadap prediksi
F0 < 5% 80%
F1/2 5 - < 10% 80%
F1 10% atau lebih 80%
F2 10% atau lebih 60 - 79%
F3 10% atau lebih 60% atau kurang

Penjelasan:
Perubahan akut : Persentase penurunan FEV 1,0 sebelum shift dan sesudah bekerja pada hari
pertama minggu kerja
Nilai FEV 1,0 : Nilai sesudah tidak bekerja (tidak terpapar 2 atau lebih hari kerja); dalam hal
mungkin digunakan nilai diukur setelah digunakan obat bronkhodilator
F0 : Tidak menunjukkan efek akut; tidak ada kelainan kronis ventilasi fungsi paru
F1 : Efek akut
F2 : Kerusakan ringan hingga sedang menetap kapasitas ventilasi paru
F3 : Kerusakan sedang hingga berat menetap kapasitas ventilasi paru

Karakteristika penyakit bisinosis adalah adanya rasa hari Senin atau sindrom hari
Senin (Monday feelings atau Monday syndrome) pada bisinosis tingkat dini (1/2 dan 1), yaitu
keluhan berat di dada dan pendek nafas pada hari-hari Senin (hari pertama sesudah tidak
bekerja 2 hari Sabtu dan Minggu), tetapi keluhan tersebut tidak dirasakan pada hari-hari
lainnya. Sebagaimana telah dinyatakan, sesungguhnya keluhan itu tidak semata-mata untuk
hari Senin saja, melainkan pada hari-hari yang pekerja baru masuk kembali bekerja sesudah
beberapa hari libur. Di negara yang iiburnya jatuh pada hari Jumat, jadi bukan hari Minggu,
keluhan berat di dada dan pendek nafas demikian dirasakan pada hari Sabtu.
Diagnosis penyakit bisinosis pada tingkat dini ditegakkan dengan jalan bertanya
kepada para pekerja untuk menemukan rasa hari Senin tersebut, sedangkan pemeriksaan
klinis, laboratoris dan rontgen paru boleh dikatakan tidak menunjukkan kelainan, kecuali uji
fungsi paru yaitu ventilasi ekspirasi paksa (FEV1,0). Pada bisinosis lanjut atau parah biasanya
ditemukan bronkhitis kronis dan emfisema paru yang keduanya tidak khas untuk bisinosis,
dalam hal tingkat penyakit ini pun idealnya penderita mengalami pula rasa hari Senin pada
masa yang lalu ketika penyakit masih berada pada tingkat dini. Demikian pula pada bisinosis
dengan cacat paru, rasa hari Senin harus pernah dikeluhkan oleh penderita pada masa lalu.
Perlu diperhatikan bahwa pekerja dengan bisinosis dengan kecacatan paru, umumnya tidak
dapat bekerja seperti pekerja yang tidak terkena efek debu penyebab bisinosis, bahkan
mungkin mereka sudah tidak mampu bekerja lagi. Kebiasaan merokok tampaknya
mempunyai pengaruh terhadap kemungkinan menderita penyakit bisinosis.
Bisinosis tidak menjadi masalah penting selama perusahaan-perusahaan tekstil baru
berumur beberapa tahun, tetapi sangat luar biasa dampaknya, setelah perusahaan tekstil
beroperasi puluhan tahun. Angka sakit bissinosis dapat mencapai 60-70% dari seluruh
pekerja yang menghadapi risiko bahaya, sedangkan derajat kecacatan sangat parah. Maka
dari itu upaya pencegahan sangat perlu dan penting diselenggarakan dengan memadai.
Program preventif mencakup hal-hal berikut
a. Pemeliharaan kerumah-tanggaan yang baik di perusahaan tekstil sehingga debu serat
kapas udara tempat kerja berada pada kadar aman; NAB debu kapas (katun) adalah 0,2
mg/m3 serat yang respirabel. Pengambilan sampel debu serat kapas menggunakan alat
pengambil sampel khusus yang dapat memisahkan debu kapas respirabel dari yang tidak
respirabel.
b. Pembersihan mesin carding sebaiknya dengan pompa hampa udara, jadi tidak secara
mekanis yang menyebabkan berhamburannya debu serat kapas;
c. Membersihkan lantai dengan sapu tidak dilakukan oleh karena menyebabkan
berdebunya udara;
d. Ventilasi dengan meniupkan udara ke ruang kerja (ventilasi umum) tidak dilakukan,
seharusnya dipakai cara ventilasi dengan cara menghisap udara;
e. Pekerjaan membuka kapas dari bal-balnya dilakukan pada tempat kerja khusus dan
pekerja memakai tutup hidung agar terlindung dari kemungkinan menghirup debu
kapas;
f. Pemeriksaan kesehatan pekerja sebelum bekerja, terutama tidak mempekerjakan calon
pekerja dengan penyakit paru antara lain TBC paru, asma bronkhial, bronkhitis kronis
atau penyakit paru kronis obstruktif;
g. Pemeriksaan kesehatan secara berkala dengan melakukan wawancara yang dengan rinci
mengungkapkan keluhan alat pernafasan dan melakukan uji fungsi paru terutama
ventilasi ekspirasi paksa guna mendapat data awal dan perubahannya selama bekerja
dalam rangka mendeteksi penyakit bisinosis pada stadium dini;
h. Pekerja yang ternyata menderita penyakit bisinosis harus segera dihentikan
pemaparannya terhadap debu kapas atau debu penyebab bisinosis lainnya dengan
menempatkannya pada pekerjaan yang udara ruang kerjanya tidak dicemari debu
tersebut.
Sumber : higiene perusahaan dan kesehatan kerja 2009 dr suma’mur P.K.,MSc sagung seto

Definisi
Bisinosis adalah penyakit paru akibat kerja dengan karakterisasi penyakit saluran udara akut
atau kronis yang dijumpai pada pekerja pangolahan kapas, rami halus, dan rami.
Agens penyebab/pekerjaan berisiko
Penyebab yang sebenarnya tidak diketahui tapi secara umum diterima bahwa penyakit ini
disebabkan pajanan terhadap kapas, rami halus, dan rami. Ada beberapa bukti bahwa debu
goni dapat juga mengakibatkan keadaan yang sama. Pekerja kapas yang paling berisiko
adalah mereka yang berada di kamar peniup dan penyisir tempat pajanan terhadap debu kapas
mentah paling tinggi. Mereka yang bertanggung jawab untuk membersihkan mesin peniup
dan mesin penyisir, misalnya pembersih dan penggiling memiliki risiko yang paling tinggi.
Gambaran klinis
Penyakit ini memiliki ciri napas pendek dan dada sesak. Gejala paling nyata dialami pada
hari pertama hari kerja seminggu ("Sesak pada senin pagi"). Mungkin disertai batuk yang
lama-kelamaan menjadi basah berdahak. Pengukuran fungsi paru (sebelum dan sesudah
giliran tugas) dapat menghasilkan penurunan FEV1 melampaui giliran tugas. Pada sebagian
besar individu, temuan ini akan berkurang atau hilang pada hari kedua bekerja. Dengan
pajanan yang berkepanjangan, baik gejala maupun perubahan fungsi akan menjadi lebih
berat dan mungkin akan menetap selama seminggu kerja. Pada pekerja yang sudah lama
terpajan selama bertahun-tahun, adanya riwayat dispnoe saat melakukan kegiatan adalah
temuan yang biasa. Tidak ditemukan tanda yang khas atau ciri tertentu pada pemeriksaan
fisik. Efek kronis memiliki ciri obstruksi jalan napas dan secara klinis tidak bisa dibedakan
dengan bronkitis kronis dan emfisema.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya riwayat klinis dan riwayat pajanan. Gambaran
penurunan FEV1 yang berrnakna (10% atau lebih) setelah terpajan selama 6 jam pada hari
pertama bekerja setelah akhir minggu, memberikan bukti objektif tentang efek akut. Derajat
perbaikan penyumbatan jalan napas dapat dikaji dengan tes FEV1 sebelum giliran tugas
dilakukan setelah dua hari tidak terpajan.
Tatalaksana
Bisinosis ringan atau dini kemungkinan masih reversibel sedangkan penyakit yang berat dan
kronis tidak. Pasien dengan gejala khas dan menunjukkan penurunan FEV1 10% atau lebih
harus dipindahkan ke daerah yang tidak terpajan. Pasien dengan penyumbatan jalan napas
sedang atau berat, misalnya FEV1 lebih rendah dari 60% dari nilai yang diperkirakan, juga
harus lebih baik tidak terpajan lebih lanjut.
Sumber : praktek kedokteran kerja

Anda mungkin juga menyukai