Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

KARYA ILMIAH SEDERHANA

( Arsitektur Kolonial Belanda, Arsitektur Neo Klasik, Eklektik


dan Awal Modern )

NAMA : ILDA GETRESA KOFAN

NIM : 22119062

KELAS :B

FAKULTAS TEKNIK- PRODI ARSITEKTUR

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA

KUPANG

2021
1. Doktrin yang mengedepankan prinsip anti sejarah dan anti ornamen pada
masa arsitektur modern ekletik dan awal modern :

Masa arsitektur modern ekletik

Eklektik artinya memilih terbaik dari yang sudah ada sebelumnya.


Arsitektur Eklektisme adalah aliran memilih, memadukan unsur-unsur
atau gaya ke dalam bentuk tersendiri. Arsitek, pemilik bangunan atau
keduanya bersama memilih secara bebas, gaya-gaya atau bentuk-bentuk
paling cocok dan pantas menurut selera dan status sosio-ekonomi
mereka.

Arsitektur modern perkembangnnya dimulai dengan Eklektisme, selain


karena kejenuhan pola klasik lama juga karena semakin banyak pilihan
untuk digabungkan atau diulang tetapi da-lam pola, konsep, bentuk baru.
Pada abad XIX bentuk, langgam, konstruksi dan bahan-bahan ba-ngunan
dalam arsitektur semakin berkembang bervariasi sehingga pilihan pun
semakin banyak.

Dalam sejarah perkembangan arsitektur, istilah Eklektisme dipakai untuk


menandai ge-jala pemilihan atau pencampuran gaya-gaya pada abad XIX
masa berakhirnya Klasikisme, masa awal Modernisme dan bukan
pencampuran mau pun perkembangan pada masa sebelumnya.

Arsitektur Eklektikisme pada awal abad XIX mengandung rasa sentimen


(perasaan yang berlebih lebihan terhadap sesuatu) dan nostalgia pada
keindahan langgam masa lampau. Mengulang keindahan unasur-unsur
kla-sik dan dipadukan atau diterapkan secara utuh. Pengulangan kembali
secara utuh kadang-kadang disebut Neo-Klasik.

Awal modern

Dalam kurun waktu 1880-1890 terjadi semacam revolusi industri kedua


dalam bentuk rasionalisasi dan penggunaan mesin secara besar-besaran.
Timbulnya sistem fabrikasi dimana sebagian besar unsur bangunan di
buat di pabrik, penggunaan mesin-mesin, teknologi baja tuang dan
sebagainya, memungkinkan pembangunan hanya dalam waktu relatif
singkat. Terjadinya spesialisasi dan terpisahnya dua keahlian: arsitek
dalam hal bentuk, ruang dan fungsi di satu pihak dan keahlian konstruksi
dan struktur dalam hal perhitungan dan pelaksanaan bangunan di lain
pihak.
Dalam masa modernisasi awal teori-teori keindahan khususnya dalam
arsitektur oleh Pugin, Ruskin, Moris, dan lain-lain berkembang secara
lebih radikal menentang Classicissm, sebaliknya menekankan pada
fungsionalisme dan purisme atau kemurnian.

Pertentangan–pertentangan dalam dunia arsitektur tersebut dapat


dikatakan sebagai berikut :

1. arsitektur sebagai art vs arsitektur sebagai science


2. arsitektur sebagai form vs arsitektur sebagai space
3. arsitektur sebagai craft vs arsitektur sebagai assembly
4. arsitektur sebagai karya manual vs arsitektur sebagai karya
machinal

Ciri Umum dari gaya arsitektur yang melanda dunia pada akhir abad XIX
dan awal abad XX ini adalah asimetris, kubis, atau semua sisi (depan
samping dan belakang) dalam komposisi dan kesatuan bentuk, elemen
bangunan jendela, dinding, atap, dan lain-lain menyatu dalam komposisi
bangunan.
Selain itu hanya terdapat sedikit atau tanpa ornamen pada bangunan. Hal
ini memper-lihatkan dengan jelas sebagai “perlawanan” arah dari
arsitektur klasik dan juga sangat berbeda dengan Modern-Eklektik, di
mana ornamen, elemen-elemen bangunan (pondasi, kolom, atap, jendela,
dinding, dan lain-lain) yang terlihat jelas sebagai unsur tersendiri satu
dengan lain lepas, tidak dalam kesatuan.
Pada masa ini muncul berbagai macam pergerakan yaitu antara lain: Art
and Craft, Art Nouveau, Ekspresionisme, Bauhaus, Amsterdam School,
Rotterdam School,dan yang lainnya.

Arsitektur Eklektik
sumber : pixabay.com

Arsitektur Awal Modern


sumber: arsitekturia.com
2. Faktor Pendorong munculnya Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia dan
arsitektur Neo Klasik
Kata kolonial yang kita kenal identik dengan masa penjajahan bangsa
Eropa di Indonesia. Namun dalam penjajahan, Bangsa Eropa juga
memperkenalkan Gaya Arsitektur di Indonesia. Gaya Arsitektur yang
berkembang pada masa penjajahan tersebut memulai perkembangan
arsitektur kolonial di Indonesia. Arsitektur kolonial Belanda adalah
arsitektur Belanda yang dikembangkan di Indonesia, selama Indonesia
masih dalam kekuasaan Belanda sekitar awal abad 17 sampai tahun
1942 (Sidharta, 1987). Yulianto Sumalio menyebutkan arsitektur
kolonial Belanda di Indonesia adalah fenomena budaya yang unik,
tidak terdapat di lain tempat, juga pada negara-negara bekas koloni,
karena arsitektur kolonial Belanda di Indonesia terdapat pencampuran
budaya penjajah dengan budaya Indonesia. Seperti benteng
Vastenburg, Bank Indonesia di Surakarta dan masih banyak lagi
termasuk bangunan yang ada di Karaton Surakarta dan Puri
Mangkunegaran.. Helen Jessup (1988 ; 44), dalam Handinoto sebagai
berikut Gaya arsitektur Hindia Belanda abad 19 yang dipelopori oleh
Daendels tersebut kemudian terkenal dengan sebutan The Dutch
Colonial villa.
Hasil yang didapatkan dari penelitian adalah bahwasanya
perkembangan arsitektur kolonial di Indonesia berawal dari cara
berfikir dualisme dengan mengambil alam sebagai tidak tolak,
kemudian beralih menjadi cara berfikir monisme dengan revolusi
industri sebagai latar belakang, dan kemudian kembali ke cara berfikir
dualisme dengan menempatkan alam sebagai titik tolak pada abad ke
20.

Arsitektur Neo Klasik Pada pertangahan abad XVIII, persisnya sekitar


tahun 1750 muncul sebuah gerakan pembaharuan arsitektur bangunan
dan sering disebut sebagai gaya Neo Klasik di Eropa. Kelahirannya
didasarkan atas perasaan jenuh terhadap beberapa arsitektur
bangunan yang sebelumnya sudah ada. Pada masa tersebut banyak
arsitektur yang ingin menghadirkan arsitektur lama dari masa Yunani
dan Romawi Kuno.

Beberapa ciri utama

Setiap bangunan yang menerapkan konsep arsitektur Neo Klasik tidak


pernah dilengkapi dengan menara atau kubah di bagian puncaknya.
Kemudian untuk fasadnya berbentuk panjang dan datang. Selain itu
kolom-kolomnya memiliki bentuk besar dan tinggi, membuat bangunan
terlihat semakin indah dan gagah.

Lanjut bagian interior khususnya pintu dan jendela seringkali diberi


lapisan warna emas dan selalu diatur sedemikian rupa agar mampu
menghadirkan karakter klasik secara lebih sempurna. Koleksi benda
antik yang berasal dari era Herculaneum dijadikan pajangan dan
hiasan utama dalam ruang. Selain itu melalui sistem penataan yang
sangat teliti, interior gaya Neo Klasik selalu memunculkan kesan
megah di setiap ruangan.
3. Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia maupun Arsitektur Neo Klasik
merupakan kelanjutan dari arsitektur Klasik Yunani dan Romawi. Hal ini bisa
dilihat dari bentuk bangunan pada arsitektur Kolonial Belanda dan Neo Klasik
yang tetap mengadopsi bentuk-bentuk tiang yang berukuran besar seperti
pada arsitektur Yunani, dan bangunan berbentuk bulat seperti pada arsitektur
Romawi. Contoh lainnya terdapat pada Gedung Merdeka yang terletak di
Bnadung yang megah bergaya Romawi dan sejumlah bahan bangunannya
(marmer, lampu hias kristal) didatangkan dari Eropa.

Arsitektur Yunani Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia

Arsitektur Romawi Arsitektur Neo Klasik

Gedung Merdeka, Bandung

Anda mungkin juga menyukai