• Kedokteran : kondisi hilang sadar yang sangat dalam • Pasien koma tidak dapat dibangunkan, tidak memberikan respons normal terhadap rasa sakit, rangsangan cahaya, tidak memiliki siklus tidur-bangun, dan tidak dapat melakukan tindakan sukarela. Pengertian Koma : Situasi darurat medis yang penderitanya mengalami keadaan tidak sadar dalam jangka waktu tertentu karena menurunnya aktivitas di dalam otak yang dipicu oleh beberapa kondisi. Kondisi Koma : 1. Tidak menyadari keadaan di sekeliling 2. Tidak dapat mendengar suara atau merespons rasa sakit. 3. Sebagian yang mengalaminya ada yang terlihat seperti tidur 4. Sebagian lagi ada yang matanya terbuka bahkan ada yang terdengar seperti mengeluarkan suara • Tingkat kesadaran penderita koma tergantung seberapa besar bagian otak yang masih berfungsi • Koma ada yang berubah seiring waktu. Ketika berangsur sadar, yang awalnya tidak bisa merasakan rasa sakit akan mulai merasakan rasa sakit, kemudian mulai menyadari keadaan di sekitar, dan akhirnya mampu berkomunikasi. • Namun peluang sembuh dari koma akan sangat tergantung dari penyebab koma itu sendiri. • Koma dapat timbul karena berbagai kondisi: 1. Keracunan 2. Keabnormalan metabolik 3. Penyakit sistem saraf pusat 4. Trauma neorologis akut : stroke dan hipoksia 5. Gegar otak : kecelakaan berat 6. Koma juga dapat secara sengaja ditimbulkan oleh agen farmasentika untuk mempertahankan fungsi otak setelah timbulnya trauma otak lain Penyebab Koma: 1. Stroke. 2. Cedera berat di kepala. 3. Diabetes 4. Infeksi pada otak :meningitis dan ensefalitis. 5. Keracunan : karbon monoksida. 6. Overdosis : alkohol atau narkoba 7. Kekurangan oksigen. 8. Kejang 9. Tumor pada otak 10.Kegagalan organ hati (koma hepatikum). Diagnosis koma : 1. Ukuran pupil mata 2. Memeriksa refleks dan gerakan 3. Memeriksa adanya tanda-tanda cedera pada kepala. 4. Memeriksa pola napas penderita 5. Memeriksa reaksi penderita terhadap rasa sakit. 6. Sebelum pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui penyebab koma, dokter biasanya akan meminta keterangan pada keluarga, teman-teman, atau orang-orang terdekat dari penderita yang mengetahui kondisinya sebelum mengalami koma. • Yang ditanyakan : 1. Riwayat kesehatan pasien, misalnya apakah dia pernah mengidap stroke. 2. Tanda-tanda kehilangan kesadaran yang terlihat dan bagaimana penderita kehilangan kesadaran, misalnya apakah secara perlahan atau tiba-tiba. 3. Gejala-gejala sebelum penderita mengalami koma : sakit kepala, kejang atau muntah- muntah. 4. Penggunaan obat-obatan sebelum koma 5. Perilaku penderita sebelum mengalami koma. Pemeriksaan : 1. Pemeriksaan darah : hormon tiroid, glukosa, elektrolit. Tujuannya adalah untuk mengetahui adanya pemicu koma, misalnya overdosis alkohol atau obat-obatan, keracunan karbon dioksida, dan gangguan organ hati. 2. Elektroensefalografi atau EEG. Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara mengukur aktivitas elektrik dalam otak ini bertujuan untuk mengetahui apakah koma dipicu oleh kejang. 3. MRI scan dan CT scan : tumor, stroke, atau pun pendarahan di dalam otak. 4. Pungsi lumbal : infeksi pada sistem saraf. Tingkatan koma : Skala Koma Glasgow
1. Hal pertama : respons verbal terhadap perintah. Poin 0 pada
kategori ini diartikan bahwa pasien tidak merespons. Poin 5 sebagai poin tertinggi diartikan bahwa pasien sadar dan bisa berbicara. 2. Hal kedua : pembukaan mata. Di dalam kategori ini, poin 0 berarti pasien tidak merespons. Poin 4 sebagai yang tertinggi diartikan bahwa pasien dapat membuka mata secara spontan. 3. Hal ketiga : respons gerakan terhadap perintah. Di sini. Poin 0 diartikan sebagai tidak adanya respons. Poin 6 sebagai yang tertinggi artinya pasien patuh terhadap perintah. 4. Makin tinggi total nilai yang dikumpulkan dari ketiga kategori tersebut, maka makin sedikit fungsi otak yang terganggu. Sebaliknya, makin rendah total nilai yang didapatkan, maka makin banyak bagian otak yang mengalami kerusakan dan makin parah koma yang dialami. Pengobatan koma : 1. Pengobatan koma tergantung dari penyebab koma itu sendiri. Obat pengendali kejang, antibiotik jika koma terjadi akibat infeksi pada otak, alat-alat pendukung, seperti alat bantu napas atau transfusi darah. 2. Peluang sadar penderita akan tergantung kepada hasil pengobatan itu sendiri dan lamanya jangka waktu koma. 3. Koma yang disebabkan oleh cedera di kepala dan overdosis obat-obatan memiliki peluang sembuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan koma akibat kekurangan oksigen. Namun jika cedera kepala yang dialami penderita cukup parah hingga merusak otak, bukan tidak mungkin penderita akan sulit untuk sadar atau mengalami cacat ketika dia sadar. Pulih dari koma : • Tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan bertahap • Ada sebagian penderita yang dapat sembuh total dari koma tanpa mengalami cacat sedikit pun. Sebagian lainnya tersadar, namun dengan fungsi otak atau tubuhnya mengalami penurunan, bahkan kelumpuhan. • Pada kasus penderita yang mengalami cacat setelah koma, biasanya harus ditangani lebih lanjut dengan beragam terapi oleh para ahli, misalnya fisioterapi, psikoterapi, dan terapi okupasi. Tradisional • Hangat – panas menyerang ke dalam, api – phlem menghambat mengganggu SEN sehingga kesadaran terselubung. • Koma derajat ringan : sedikit reaksi rangsang kuat, refleks otot ekstremitas berlebihan • Koma berat : tidak ada reaksi, refleks cahaya dan pergerakan hilang, otot lemas, refleks kornea dan tenggorokan hilang, BAB dan BAK tidak terkendali Keadaan kaku kejang : • Titik utama : DU 26, LI 4, L3 • Titik tambahan : DU 14, PC 6, ST 40, KI 1 Keadaan Lemas : • Titik utama : DU 20 + moksa, Ren 6 + moksa, Ren 4 + moksa, DU 25, LU 9, KI 7 • Titik tambahan : LI 4, PC 8, ST 36 Lokasi : 1/3 kranial atau 2/3 kaudal Jarak hidung dengan tepi bibir atas Antara Os Meta karpal I & II pertengahan tepi radial Os Metakarpalis II Sudut atas antara tulang metatarsal 1 dan 2 Di bawah prosesus spinalis cervikalis VII setinggi pundak 2 cun proksimal lipat pergelangan tangan, antra tendon M. palmaris longus dan tendon M. fleksor karpi radialis Pada garis penghubung Dubi dan Jiexi (ST 41), 1 jari fibular dari krista tibialis ST 40 : Satu jari lateral dari Tiaokou (ST 38), Pertengahan garis penghubung Dubi (ST 35) dan Jiexi (ST 41) Pada lekuk Artrikulus metatarso-falangealis II dan III yang terjadi saat kaki plantar fleksi Titik pertemuan antara garis sagitalis medialis dengan garis yang menghubungkan Kedua ujung kranial daun telinga 3 cun kaudal umbilicus 1,5 cun kaudal umbilicus Tepat di puncak hidung Pada lekuk ujung radial lipat melintang kulit volar pergelangan tangan den tepi radial dari arteriradialis 2 cun proksimal (Ki 3), pada tepi ventral tendon achiles Pada garis telapak tangan, antara ujung jari-jari II dan III, bila jari tengah di tekuk