Anda di halaman 1dari 143

IMPLEMENTASI HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA

SERTA LINGKUNGAN DI PT. KAYABA INDONESIA


CIKARANG BARAT BEKASI JAWA BARAT

LAPORAN MAGANG

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Ahli Madya

Reza Putri Novita Sari


R0017094

PROGRAM STUDI D.III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA


SEKOLAH VOKASI UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2020

i
PERSETUJUAN

“IMPLEMENTASI HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA


SERTA LINGKUNGAN DI PT. KAYABA INDONESIA
CIKARANG BARAT BEKASI JAWA BARAT”

Disusun Oleh :

REZA PUTRI NOVITA SARI

R0017094

Disetujui untuk dipertahankan dihadapan Panitia Ujian Tugas Akhir

Program Studi Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja

Sekolah Vokasi

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, 16 Juni 2020

Pembimbing,

Sarsono, Drs, M.Si


NIP. 195811271986011001

ii
PENGESAHAN PERUSAHAAN

Laporan Magang

IMPLEMENTASI HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA


SERTA LINGKUNGAN DI PT. KAYABA INDONESIA
CIKARANG BARAT BEKASI JAWA BARAT

Reza Putri Novita Sari, NIM : R0017094, Tahun : 2020

Telah disetujui dan disahkan oleh


PENGUJI TUGAS AKHIR
PT. KAYABA INDONESIA, CIKARANG BARAT, BEKASI

Pada Hari Selasa, Tanggal 9 Juni 2020

Mengesahkan,

iii
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dengan segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis diberikan kemudahan dalam pelaksanaan
magang serta penyusunan laporan Magang dengan judul “Implementasi
Hiperkes dan Keselamatan Kerja Serta Lingkungan di PT. Kayaba
Indonesia Cikarang, Bekasi, Jawa Barat”.
Laporan ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di Program
D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Dalam pelaksanaan magang dan penyusunan laporan ini penulis telah
dibantu dan dibimbing oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankan penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Drs. Santoso Tri Hananto, M,Acc.,Ak, selaku Direktur Sekolah Vokasi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Iwan Suryadi, S.KM., M.Kes, selaku Kepala Program Studi D.III
Hiperkes dan Keselamatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Sarsono, Drs, M.Si ,selaku Pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini.
4. Ibu Seviana Rinawati, S.KM., M.Si, selaku Penguji yang telah memberikan
saran perbaikan dalam penyusunan laporan ini.
5. Bapak Hapron Junaidi, selaku HRD Departemen Head PT. Kayaba Indonesia
yang telah menerima penulis untuk melaksanakan magang di PT. Kayaba
Indonesia ini.
6. Bapak Jefri Akbar, selaku EHS Departemen Head PT. Kayaba Indonesia
yang telah memperkenankan penulis melaksanakan magang dan menimba
ilmu di PT. Kayaba Indonesia.
7. Bapak Anton Wijayanto, selaku EHS Departemen Section Head yang telah
membimbing dan mengarahkan dalam penyusunan laporan ini.
8. Ibu Yuliati Rahmah, selaku EHS Environment dan Sistem yang telah
membimbing dan mengarahkan dalam penyusunan laporan ini dan telah
membantu dalam penerimaan magang di PT. Kayaba Indonesia.
9. Seluruh keluarga besar PT. Kayaba Indonesia yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu terimakasih atas bantuan, bimbingan dan sambutan
hangat yang diberikan selama penulis melaksanakan program magang.
10. Seluruh Dosen dan karyawan Diploma 3 Hiperkes dan Keselamatan Kerja
serta asisten yang telah mengajarkan ilmu-ilmunya yang luar biasa.
11. Orang tuaku tersayang, Bapak Hermanto dan Ibu Juminingsih telah
memberikan doa serta dukungan moril, spritual, dan materil serta mbak-
mbakku tersayang Mbak Dessi Indrayani, Mbak Nuri Handayani, Mbak
Novitri Minang Astuti, Mas Yadi, Mas Antok, Mbak Ciprut serta keponakan
ku tersayang Mas Yuda, dan Dek Ika yang selalu memberikan kecerian, saran
dan masukan setiap harinya.

iv
12. Rizka Kurnia Putri sebagai teman magang selama di PT. Kayaba Indonesia,
yang selalu mendukung, memotivasi, memberikan saran serta membantu
selama pelaksanaan kegiatan magang dan penyelesaian laporan penulis.
13. Nisa, Shania, Yuli, Afifah, Nurul, Titi, Aurel, Tiara serta seluruh teman dan
sahabat yang telah memberikan doa, dukungan, motivasi, saran serta
membantu selama pelaksanaan kegiatan magang dan penyelesaian laporan.
14. Amal, Rizka, Hana, dan segenap keluarga besar angkatan 2017 D.III
Hiperkes dan Keselamatan Kerja yang selalu memberikan semangat dan
dukungan kepada penulis.
15. Ade, Kevin, Rizka, Jatmi serta seluruh keluarga besar KEMA Hiperkes dan
Keselamatan Kerja Kabinet Transformasi yang saya sayangi.
16. Semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan untuk penulis
hingga laporan ini bisa terselesaikan.
Semoga semua kebaikan dari bantuan dan perhatian dari semua pihak bisa
mendapat keberkahan dari Allah SWT. Penulis menyadari dalam penulisan
laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, saran dan kritik yang
membangun sangat diharapkan penulis demi penyempurnaan laporan ini. Semoga
laporan ini bisa bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

Surakarta, 2020
Penulis,

Reza Putri Novita Sari

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN........................................... iii
PRAKATA.................................................................................................... iv
DAFTAR ISI................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... viii
DAFTAR SINGKATAN............................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah......................................................... 1
B. Tujuan Magang....................................................................... 2
C. Manfaat Magang..................................................................... 2
BAB II METODE PENGAMBILAN DATA......................................... 4
A. Persiapan................................................................................. 4
B. Lokasi..................................................................................... 4
C. Pelaksanaan............................................................................ 4
D. Analisis Data.......................................................................... 5
BAB III HASIL MAGANG...................................................................... 10
A. Gambaran Umum Perusahaan................................................. 10
B. ProsesProduksi........................................................................ 12
C. Higiene Perusahaan................................................................. 17
D. Keselamatan Kerja................................................................. 26
E. Kesehatan Kerja...................................................................... 38
F. Sistem Manajemen K3............................................................ 44
G. Ergonomi................................................................................. 59
H. Pengelolaan Lingkungan......................................................... 67
BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................... 72
A. Higiene Perusahaan................................................................ 72
B. Keselamatan Kerja.................................................................. 79
C. Kesehatan Kerja...................................................................... 87
D. Sistem Manajemen K3............................................................ 94
E. Ergonomi................................................................................ 105
F. Pengelolaan Lingkungan........................................................ 108
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 114
A. Simpulan................................................................................. 114
B. Saran....................................................................................... 115
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 117
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Pemantauan Intensitas Kebisingan .................................................17


Tabel 2. Hasil Pemantauan Intensitas Getaran .......................................................19
Tabel 3. Hasil Pemantauan Iklim Kerja .................................................................20
Tabel 4. Hasil Pemantauan Debu ...........................................................................21
Tabel 5. Hasil Pemantauan Gas Dan Bahan Kimia................................................23

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan alur proses Produksi PT. Kayaba Indonesia, Cikarang Barat,
Bekasi ..................................................................................................13

viii
DAFTAR SINGKATAN

5R : Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin


5S : Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke
AC : Air Conditioner
AED : Automatic External Defibrilator
AGC : Astra Green Company
APAR : Alat Pemadam Api Ringan
APD : Alat Pelindung Diri
B3 : Bahan Berbahaya dan Beracun
BAPEDAL : Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
BPJS : Badan Penyelenggara Jasa Sosial
CO : Karbon Monoksida
CSR : Corporate Social Responsibility
dBA : Desible
EHS : Environment, Health and Safety
ERT : Emergency Response Team
FF : Front Fork
FR : Frequency Rate
GAPD : General Affair Personal Director
H2S : Hidrogen Sulfida
HIRA : Hazard Identification Risk Assesment
HRD : Human Resource Departemen
ILO : International Labor Organization
IPAL : Instalasi Pengelolaan Air Limbah
IPLC : Ijin Pembuangan Limbah Cair
IR : Industrial Relation
ISBB : Indeks Suhu Basah dan Bola
ISO : International Organization for Operation
JSA : Job Safety Analysis
K3 : Kesehatan dan Keselamatan Kerja
K3LH : Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup
KEPMENKES : Keputusan Menteri Kesehatan
KIPKA : Kriteria Implementasi Praktek ke-HRD an Astra
KYB : Kayaba
LK3 : Lingkungan, Kesehatan, dan Keselamatan Kerja
LOTO : Lock Out Tag Out
MCK : Mandi Cuci Kakus
MCU : Medical Check Up
NAB : Nilai Ambang Batas
NH3 : Amoniak
NO2 : Nitrogen Dioksida
O3 : Oxidant
OCU : Oil Cushion Unit
OHSAS : Occupational Health and Safety Series
ix
P2K3L : Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta
Lingkungan
P3K : Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
PAK : Penyakit Akibat Kerja
PER : Peraturan
PERGUB : Peraturan Gubernur
PERMENAKER : Peraturan Menteri Tenaga Kerja
PLN : Perusahaan Listrik Negara
PT : Perseroan Terbatas
PUIL : Persyaratan Umum Instalasi Listrik
QA : Quality Assurance
QC : Quality Control
QCC : Quality Control Circle
RI : Republik Indonesia
SDS : Safety Data Sheet
SIM : Surat Izim Mengemudi
SIO : Surat Ijin Operator
SK : Surat Keputusan
SMK3 : Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja
SML : Sistem Manajemen Limbah
SMLK3 : Sistem Manajemen Lingkungan, Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
SO2 : Sulfur Dioksida
SOP : Standar Operasional Prosedur
SR : Severity Rate
SS : Suggestion System
STNK : Surat Tanda Nomor Kendaraan
TPS : Tempat Pembuangan Sementara
TSP : Total Suspended Particulate
UKL : Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
UPL : Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
WWT : Waste Water Treatment

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. Kayaba Indonesia


Lampiran 2. Struktur Departemen EHS PT. Kayaba Indonesia
Lampiran 3. Struktur TimTanggap Darurat PT. Kayaba Indonesia
Lampiran 4. Kebijakan LK3 PT. Kayaba Indonesia
Lampiran 5. Prosedur Pemantauan dan Pengukuran LK3
Lampiran 6. Tabel Hasil Penilaian Kegiatan Pemantauan Intensitas Pencahayaan
Lampiran 7. Sertifikat Dokter Perusahaan
Lampiran 8. Kelengkapan Forklift
Lampiran 9. Sertifikat PROPER

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Era revolusi 4.0 yang disertai dengan perkembangan pembangunan di
Indonesia telah meningkatkan intesitas kerja di berbagai sektor yang beresiko
kecelakaan. Hal tersebut mengakibatkan semakin tingginya tuntutan dalam
mencegah terjadinya kecelakaan di lingkungan kerja. Revolusi industri
mempunyai dampak bukan hanya menghilangkan pekerjaan tetapi telah
menghilangkan pekerjaan baru yang pada akhirnya akan mempengaruhi
mekanisme sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di era sekarang.
Pekerjaan yang mengandung risiko tinggi di era sekarang seperti pada
pekerjaan di bidang industri manufaktur telah menjadi masalah yang serius
(International Labour Organization, 2019).
Berdasarkan data dari BPJS Ketenagakerjaan Indonesia pada tahun
2018 sebanyak 173.415 kasus kecelakan kerja dengan total klaim Rp 1,22
triliun dan di akhir September 2019 terdapat 130.923 kasus dengan klaim Rp
1.09 triliun. Kasus kecelakaan kerja yang dilaporkan masih didominasi oleh
kasus-kasus kecelekaan di lingkungan industri sebanyak 50.358 kasus. Kasus
yang tidak hanya menyebabkan kematian tetapi kerugian materiil dan
kerusakan lingkungan sekaligus mempengaruhi produktivitas dan ke-
sejahteraan masyarakat (Menteri Ketenagakerjaan, 2019).
Peranan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sangat penting
sebagai upaya mengurangi kerugian yang terjadi sehingga dapat terlaksana
pekerjaan secara efektif dan efisien di seluruh industri baik yang berskala
besar maupun berskala kecil. Pemerintah telah membuat sistem untuk
memenuhi kebutuhan akan pentingnya penerapan keselamatan dan kesehatan
kerja. Peraturan-peraturan yang dimaksud antara lain seperti Undang-undang
No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Undang-undang No.13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 87 yang menyebutkan bahwa ”Setiap
perusahaan wajib melaksanakan Sistem Manajemen Keselamatan dan

1
2

Kesehatan Kerja, Peraturan Pemerintah No 50 Tahun 2012 tentang Sistem


Manajemen Keselamatan (Undang-Undang, 2003).
PT. Kayaba Indonesia sebagai salah satu perusahaan manufaktur
sekala besar bergerak di bidang pembuatan shock absorber di Indonesia
memiliki jumlah tenaga kerja lebih dari 2000 tenaga kerja. Oleh karena itu
penulis tertarik untuk mengkaji mengenai “Implementasi Hiperkes dan
Keselamatan Kerja serta Lingkungan di PT. Kayaba Indonesia, Cikarang,
Bekasi”.
B. Tujuan Magang
1. Tujuan Umum
Mengetahui dan menganalisis penerapan ilmu higiene perusahaan, kesehatan
kerja, keselamatan kerja, dan lingkungan PT. Kayaba Indonesia, Cikarang Barat,
Bekasi.
2. Tujuan Khusus
Mengidentifikasi, mengevaluasi, dan memberikan rekomendasi di PT. Kayaba
Indonesia, Cikarang Barat, Bekasi tentang aspek :
a. Higiene Perusahaan
b. Kesehatan Kerja
c. Keselamatan kerja
d. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
e. Ergonomi
f. Pengelolaan Lingkungan
C. Manfaat Magang
Manfaat yang diperoleh dari program magang ini adalah :
1. Bagi Perusahaan
Diharapkan PT. Kayaba Indonesia memperoleh masukan dan dapat
dipertimbangkan sebagai bahan evaluasi dan masukan bagi perusahaan terhadap
upaya penanganan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup
(K3LH) di PT. Kayaba Indonesia, Cikarang Barat Bekasi.
2. Bagi Program D3 Hiperkes dan Keselamatan Kerja
Menambah kepustakaan di perpustakaan Program DIII Hiperkes dan Keselamat-
an Kerja.
3

3. Bagi Mahasiswa
a. Menambah pengetahuan dan wawasan yang berhubungan dengan higiene
perusahaan, kesehatan kerja, keselamatan kerja, ergonomi, Sistem
Manajemen K3, dan Lingkungan hidup.
b. Membandingkan ilmu yang didapatkan di bangku kuliah dengan penerapan
di perusahaan.
c. Mengetahui penerapan ilmu kesehatan dan keselamatan kerja dalam
lingkungan perusahaan.
BAB II
METODE PENGAMBILAN DATA

A. Lokasi
Pelaksanaan kegiatan Magang dilaksanakan di PT. Kayaba Indonesia,
Jl. Jawa Blok II No.4 Kawasan Industri MM2100, Cikarang, Bekasi, Jawa
Barat 17520.
B. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan magang dilaksanakan dari tanggal 3 Februari
sampai tanggal 13 Maret 2020, setiap hari Senin s.d Jum’at dari pukul 07.30-
16.00 WIB dan kegiatan magang secara daring dari tanggal 16 Maret – 3 Mei
2020. Tahapan pelaksanaan magang ini antara lain :
1. Pengajuan proposal magang ke Departemen HRD pihak PT. Kayaba
Indonesia.
2. Melakukan orientasi terkait peraturan dan kebijakan di PT. Kayaba
Indonesia
3. Penempatan magang pada Departemen EHS PT. Kayaba Indonesia.
4. Melakukan observasi dan penelitian di semua departemen serta
mewawancarai karyawan yang berkompeten dibidangnya untuk
mendapatkan gambaran tentang perusahaan secara umum.
5. Pemberian materi yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) secara teknis di lapangan maupun tertulis oleh pembimbing
magang.
6. Melakukan penelitian untuk melengkapi tugas akhir.
C. Sumber Data
Data yang diperoleh dan dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data
primer dan sekunder.

1. Data Primer
Data yang diperoleh dari observasi lapangan, wawancara, serta diskusi
dengan karyawan dan dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan
penelitian ini.

4
5

2. Data Sekunder
Data yang diperoleh secara tidak langsung, dapat berupa dokumen-
dokumen milik perusahaan dan juga literatur yang lain.

D. Analisis Data

Dari semua data yang telah diperoleh penulis selama magang di PT.
Kayaba Indonesia, Cikarang, Kota Bekasi, kemudian dianalisis untuk
mengetahui penerapan keselamatan dan kesehatan kerja, untuk selanjutnya
ditinjau upaya pengendalian terhadap ketidak sesuaian dengan regulasi yang
berlaku sebagai upaya peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja untuk
menekan angka kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, dan meningkatkan
produktivitas perusahaan.

Regulasi yang digunakan adalah :

1. Higiene Perusahaan

a. Faktor Fisika

1) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

2) Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 5 Tahun 2018 tentang


Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja.

3) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi


No.08/PER/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri.

4) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 48 Tahun


2016 tentang Standar Kesehatan Kerja Lingkungan Perkantoran.

5) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 70 Tahun 2016 tentang


Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri.

b. Faktor Kimia

1) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

2) Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 5 Tahun 2018 tentang


Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja.
6

3) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi


No.08/PER/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri.

4) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 70 Tahun 2016 tentang


Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri.

5) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 7 Tahun 2007


tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Ketel Uap.

6) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor :


KEP.13/MENLH/3/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak
Bergerak Menteri Lingkungan Hidup.

7) Keputusan Pemerintah Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2001 tentang


Bahan Baku Mutu Udara Ambien di Provinsi Jawa Tengah.

c. Faktor Biologi

1) Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 5 Tahun 2018 tentang


Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja.

2) Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan


Lingkungan.

2. Keselamatan Kerja

a. Keselamatan Kerja Bidang Kebakaran

1) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

2) Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER.02/MEN/1983


tentang Instalasi Alarm Kebakaran Automatik.

3) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor


PER.04/MEN/1980 tentang Syarat-Syarat dan Pemeliharaan Alat
Pemadam Api Ringan.

4) Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP.186/MEN/1999


tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja.

b. Keselamatan Kerja Bidang Boiler


7

1) Undang-undang Uap Tahun 1930.

2) Peraturan Uap Tahun 1930.

c. Keselamatan Kerja Bidang Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun

1) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

2) Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP.187/MEN/1999


tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja.

d. Keselamatan Kerja Bidang Kelistrikan

1) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 33 Tahun 2015 tentang


Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik di Tempat.

e. Keselamatan Kerja Bidang Mekanik

1) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

2) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 38 Tahun 2016 tentang


Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pesawat Tenaga dan Produksi.

f. Keselamatan Kerja Bidang Transportasi

1) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

2) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik


Indonesia Nomor PER.09/MEN/VII/2010 tentang Operator dan
Petugas Pesawat Angkat dan Angkut.

3. Kesehatan Kerja

a. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

b. Undang-undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

c. Undang-undang RI Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan


Penyelenggara Jaminan Sosial.

d. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 5 Tahun 2018 tentang


Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja.

e. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor


8

PER.03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja.

f. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia


Nomor 15/MEN/VIII/2008 tentang Pertolongan Pertama pada
Kecelakaan di Tempat Kerja.

g. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per.02/MEN/1980 tentang


Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan
Kesehatan Kerja.

h. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Trasmigrasi Nomor


SE.01/MEN/1979 tentang Pengadaan Kantin Dan Ruang Tempat
Makan.

4. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

a. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

b. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan


Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan.

c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER.04/MEN/1987 tentang


Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja Serta Tata Cara
Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja.

d. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor


PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri.

e. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER. 03/MEN/1998 tentang


Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan.

f. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.KEP.186/MEN/1999 tentang


Unit Penanggulangan Kebakaran Di Tempat Kerja.

g. ISO:45001 2018 tentang Persyaratan Sistem Manajemen Keselamatan


Kesehatan Kerja.

5. Ergonomi

a. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.


9

b. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

c. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat


Buruh.

d. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Kerja.

e. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER.04/MEN/1987 tentang


Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara
Penunjukkan Ahli Keselamatan Kerja.

f. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 48 Tahun 2016 tentang Standar


Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran.

6. Pengelolaan Lingkungan

a. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

b. Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup.

c. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001


tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

e. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan


Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

f. SNI ISO 14001-2005 tentang Sistem Manajemen Lingkungan.


BAB III
HASIL

A. Gambaran Umum Perusahaan

1. Profil Perusahaan
PT. Kayaba Indonesia merupakan salah satu perusahaan manufaktur
di Indonesia yang berdiri sejak tahun 1976. Dengan keberhasilan dan
kinerja yang baik, PT. Kayaba Indonesia telah menjadi kepercayaan
berbagai produsen mobil dan motor sebagai pemasok produk-produk
yang berkualitas dan bermutu.
PT. Kayaba Indonesia memproduksi Shock Absorber (peredam kejut)
yang dikelola oleh beberapa pemegang saham dan modal dari banyak
perusahan yang ternama. Dengan slogan ”Our Precision, Your
Advantage”, PT. Kayaba Indonesia berkomitmen untuk selalu menjaga
mutu produksi dalam meingkatkan kepercayaan pelanggan terhadap
produknya.
Didukung dengan adanya teknologi, produk awal berupa Shock
Absorber dikembangkan dengan memproduksi jenis produk lain seperti
Oil Cushion Unit (OCU) dan Front Fork (FF) dengan berbagai jenis
komponen.
2. Sejarah berdiri
PT. Kayaba Indonesia berdiri sejak 25 Februari 1976. Perusahaan ini
merupakan anak dari perusahaan Astra International dimana kepemilikan
sahamnya dimiliki oleh:
a. ASTRA Otopart (50%)
b. KYB Corporation (30%)
c. Toyota Tsusho Corporation (10%)
d. Yamaha Indonesia Motor Mfg (10%)
PT. Kayaba Indonesia memiliki 2 plant produksi, yaitu plant I yang
merupakan head office berlokasi di Kawasan Industri Pulogadung. Plant
II berlokasi di Kawasan Industri MM2100 Cibitung dengan luas tanah
10
11

100000 m2 dan luas factory building 40130 m2. Plant I merupakan


tempat memproduksi shock absorber kendaraan roda 4 dan shock
absorber kereta api, sedangkan Plant II merupakan tempat untuk
memproduksi shock absorber roda 2. Namun sejak tahun 2008 Plant I
yang berada di Kawasan Industri Pulogadung dipindahkan secara
keseluruhan ke Plant II di Kawasan Industri MM2100 Cibitung.
3. Lokasi
PT. Kayaba Indonesia berlokasi di Jl. Jawa Blok II No.4, Kawasan
Industri MM2100, Cikarang Barat, Jatiwangi, Kec. Cikarang Barat,
Bekasi, Jawa Barat 17520.
4. Visi Misi
a. Visi
To be world wide shock absorber production for KYB group
b. Misi
1) To be #1 in cost & quality for 2 wheelers shock absorber in the
world (excluding Japan)
2) To implement Astra Green Company, Astra Friendly Company,
Security Community Dev & IR Management System and KIPKA
(Kriteria Implementasi Praktik ke-HRD an Astra)
5. Jumlah Karyawan
Pada tahun 2020, PT. Kayaba Indonesia memiliki 2200 karyawan yang
bekerja sesuai shift dan non-shift.
6. Waktu Kerja
PT. Kayaba Indonesia menerapkan sistem 5 hari kerja, yaitu Senin
sampai Jum’at. Waktu hari kerja diatur sebagai berikut:
a. Untuk karyawan yang bekerja sesuai shift
Shift I : Pukul 22.30-06.00 WIB
Shift II : Pukul 06.00-14.30 WIB
Shift III : Pukul 14.30-22.30 WIB
b. Untuk karyawan yang bekerja non-shift
Hari Senin-Kamis : Pukul 07.30-16.00 WIB
12

Hari Jum’at : Pukul 07.30-16.30 WIB


Waktu istirahat untuk karyawan adalah 30 menit, keculi pada hari
Jum’at diberikan waktu 60 menit bagi karyawan shift II dan karyawan
non-shift untuk melaksanakan sholat Jum’at. Pada hari Sabtu dan Minggu
libur, kecuali bagi karyawan yang harus mengganti hari kerja oleh
perusahaan.
7. Gambaran Penerapan Hiperkes dan Keselamatan Kerja di PT. Kayaba
Indonesia
PT. Kayaba Indonesia memiliki departemen EHS yang dipimpin oleh
seorang kepala departemen yang bertanggung jawab langsung kepada
kepala direktur. Departemen EHS memiliki dua divisi kerja yaitu Safety &
Health dan Environment yang masing-masing memiliki seorang
penanggung jawab divisi.
PT. Kayaba Indonesia telah menerapkan Sistem Manajemen K3 ISO
45001:2018, Sistem Manajemen Lingkungan berdasarkan ISO
14001:2015 dan Astra Green Company, serta Keselamatan dan Kesehatan
Kerja untuk perusahaan dalam lingkup grup Astra International.

B. Proses Produksi

1. Bahan Baku
Bahan baku untuk pembuatan produk di PT. Kayaba Indonesia terdiri
dari bahan baku mentah dan bahan setengah jadi yang dipasok oleh
supplier. Bahan baku mentah terdiri dari iron pipe (pipa besi), piston dan
ingot. Sedangkan untuk bahan setengah jadi terdiri dari spring, under
bracket, dan komponen kecil seperti nut, leaf valve, bolt, cap, o’ring, dan
lain-lain.
2. Bahan Tambahan
Bahan tambahan pembuatan produk antara lain ada oli, thinner dan
cat untuk proses plating, cairan coolant untuk proses grinding, dan gas
karbondioksida untuk proses welding. Bahan pendukung lainnya dalam
13

proses produksi adalah kain majun, plastik, kardus dan kertas label untuk
packaging produk jadi.
3. Proses Produksi
PT Kayaba Indonesia memproduksi Front Fork untuk roda dua, Oil
Cushion Unit untuk roda dua, dan Shock Absorber untuk roda empat.

Gambar 1. Bagan alur proses Produksi PT. Kayaba Indonesia, Bekasi,


Jawa Barat
Sumber : PT. Kayaba Indonesia, 2020

a. Alur Produksi Front Fork (FF)


Proses pembuatan Front Fork terdiri dari 4 bagian, yaitu bagian
Inner Tube Complete, Cylinder Complete, Outer Tube Complete, dan
Under Bracket Complete.
1) Inner tube Complete
Bahan baku berupa pipa besi melalui tahapan-tahapan yaitu
Cutting off (pemotongan) sesuai ukuran desain, Boring &
Threading (pembentukan ulir) pada bagian dalam pipa, proses
Grinding (penghalusan) permukaan, Plating (pelapisan
14

menggunakan Chrome) sehingga permukaan mengkilat dan tahan


korosi, proses Buffing (penghalusan) permukaan Inner Tube,
Inspecting (pemeriksaan), kemudian Caulking (penutupan celah).
Inner Tube Complete siap untuk digabungkan dengan bagian
Cylinder Complete.
2) Cylinder Complete
Pipa besi dengan ukuran yang lebih besar dari inner tube
digunakan untuk membuat Cylinder Complete. Tahap pertama
adalah Cutting Off (pemotongan), kemudian Hot Forming
(pembentukan pipa menjadi bentuk sesuai desain), proses
Machining (permesinan), dan Threading (pembuatan ulir).
Cylinder Complete kemudian melalui tahap Inserting (penyisipan
Inner Tube), kemudian siap disisipkan pada Outer Tube Complete
3) Outer Tube Complete
Bahan baku yang digunakan adalah Ingot atau batangan
Alumunium. Ingot dilebur dalam proses Melting dengan suhu di

atas 700o C menjadi Molten agar mudah dicetak sesuai desain.


Proses pencetakan ini disebut Casting. Setelah itu dilakukan
Inspecting, proses Machining (permesinan), Buffing (penghalusan
permukaan), Inspecting Buffing, Painting (pengecatan),
Inspecting Painting, dan Outer Tube Complete siap di
gabungkan dengan Inner Tube dan Cylinder yang telah
digabungkan sebelumnya dalam proses Assembling (perakitan).
4) Under Bracket Complete
Pada bagian ini bahan baku yang digunakan berupa Under
Bracket dan Iron Pipe (yang telah melalui Cutting Off terlebih
dulu), kemudian keduanya dilakukan proses Press dan Welding.
Setelah menyatu, dilakukan proses Painting, Inspecting Painting,
dan Under Bracket Complete siap di rakit dengan bagian pada
proses sebelumnya.
15

Setelah keempat bagian dirakit, proses selanjutnya adalah


Oil Filling (pengisian oli), Inserting (penyisipan Spring) dan
terakhir adalah Function Test (pengujian fungsi). Front Fork
yang telah lolos Function Test dikemas sebelum dikirim ke
Customer.
b. Alur Produksi Oil Cushion Unit (OCU)
OCU merupakan peredam kejut sepeda motor pada bagian
belakang. Alur proses pembuatannya terdiri dari pembuatan bagian
Piston Rod, Outer Shell Complete, dan Cylinder Complete.
1) Piston rod
Bahan baku berupa Piston, dilakukan Machining
(permesinan) menjadi bentuk sesuai desain, kemudian Grinding
(penghalusan permukaan), Plating (pelapisan Chrome), Buffing,
Inspecting Buffing, Welding, Cleaning, Inserting meliputi bagian
valve, spring, piston. Piston Rod kemudian disisipkan ke dalam
Cylinder Complete bersama Outer Shell Complete pada proses
Assembling.
2) Outer Shell Complete
Bahan mentah berupa pipa besi dilakukan proses Inspection
lebih dahulu, kemudian Cutting off (pemotongan), Chamfering
(penutupan salah satu ujung bagian dengan Cap), Welding
(pengelasan), Buffing, Inspecting Buffing. Setelah tahapan
Inspecting Buffing, maka Outer Shell siap disisipkan ke dalam
Cylinder Complete.
3) Cylinder Complete
Bahan baku pada bagian ini adalah pipa besi yang ukurannya
lebih besar dari pada pada bagian Outer Shell. Tahap awal adalah
Inspection, kemudian dilakukan proses Cutting Off, Chamfering,
Cleaning, dan Smoothness Inspection (pemeriksaan kehalusan
permukaan bagian dalam).
16

Setelah itu proses perakitan dengan Valve, Inserting Outer


shell Complete, Oil Filling, dan Inserting Piston Rod. Setelah
ketiga bagian digabungkan, proses selanjutnya adalah
Performance Tester (pengujian kinerja), Painting, Inspection
Painting, perakitan dengan Spring, Mounting, Marking,
Inspection, dan Packaging sebelum akhirnya dikirim ke Customer.
c. Alur Proses Shock Absorber (SA).
SA merupakan peredam kejut untuk roda empat. Pembuatan SA
terdiri dari 4 bagian yaitu Piston Rod SA, Outer Shell SA, Cylinder
SA, dan Cover.
1) Piston Rod
Bahan baku berupa Piston, dilakukan Machining (permesinan)
menjadi bentuk sesuai desain, kemudian Grinding (penghalusan
permukaan), Plating (pelapisan Chrom), Buffing, Inspecting
Buffing, Welding, Cleaning, Inserting (valve, spring, piston). Piston
Rod kemudian disisipkan ke dalam Cylinder Complete bersama
Outer Shell Complete pada proses Assembling.
2) Outer Shell
Bahan Baku berupa pipa besi dilakukan proses Inspection
lebih dahulu, kemudian Cutting off (pemotongan), Chamfering
(penutupan salah satu ujung dengan Cap), Welding (pengelasan),
Buffing, Inspecting Buffing. Outer Shell siap disisipkan ke dalam
Cylinder Complete.
3) Cylinder SA Complete
Bahan baku pada bagian ini adalah pipa besi yang ukurannya
lebih besar dari pada bagian Outer Shell. Tahap awal adalah
Inspection, kemudian dilakukan proses Cutting Off Chamfering,
Cleaning, dan Smothness Inspection (pemeriksaan kehalusan
permukaan bagian dalam). Setelah itu proses perakitan dengan
Valve, inserting Outer shell Complete, Oil Filling, dan Inserting
Piston Rod.
17

4) Cover
Pada bagian ini dilakukan Inspection terlebih dulu pada raw
material, kemudian Cutting Off, Cleaning, dan Welding dengan
hasil Assembling tiga tahapan sebelumnya. Selanjutnya adalah
proses Mounting, Painting, Inspection, dan proses terakhir yaitu
Packaging sebelum dikirim ke Customers.

C. Penerapan Higiene Perusahaan

1. Faktor Fisika
a. Intensitas Kebisingan
1) Identifikasi Sumber
Sumber kebisingan utama yang ada di PT. Kayaba Indonesia
berasal dari area produksi dan area non-produksi. Kebisingan yang
melebihi NAB berasal dari area produksi yaitu Ruang Generator,
Area Konstruksi M/C Gerinda, Area Konstruksi M/C Cutting.
2) Kegiatan Pemantauan
Pemantauan intensitas kebisingan dilakukan pada area kerja
oleh pihak PT. Kayaba Indonesia setiap enam bulan sekali melalui
pihak ketiga yaitu dari laboratorium penguji PT. Medialab
Indonesia.
3) Penilaian
Penilaian dari kegiatan pemantauan intensitas kebisingan
menunjukkan hasil sebagai berikut:
Tabel. 1 Hasil Pemantauan Intensitas Kebisingan
No Customer Sample ID Result Unit
1 Casting Gravity 1-15 81,4 dBA
2 Casting Gravity 16-30 77,3 dBA
3 Casting Gravity 31-42 78,4 dBA
4 Casting Gravity 43-56 77,8 dBA
5 Area Buffing 76,9 dBA
18

6 Assy FF 67,8 dBA


7 Area Loading UBC 70,1 dBA
8 Area Painting 71,6 dBA
9 Ruang Touch Up 72,5 dBA
10 Cutting Pipe 74,1 dBA
11 OCC 69,6 dBA
12 Ruang Compressor 81,7 dBA
13 Ruang Generator 94,6 dBA
14 Ruang Trafo 70,4 dBA
15 Welding Center 67,1 dBA
16 Plating Area 72,4 dBA
16 Area Grinding 72,4 dBA
17 Area Konstruksi M/C Gerinda 88,9 dBA
18 M/C Cutting 91,8 dBA
Sumber : PT. Kayaba Indonesia, 2020
4) Tindakan Pengendalian
Dengan waktu kerja delapan jam per hari, maka NAB
kebisingan yang diperbolehkan yaitu 85 dBA. Area yang melebihi
dari nilai ambang atas adalah Ruang Generator, Area Konstruksi
M/C Gerinda, Area Konstruksi M/C Cutting.
Pengendalian yang dilakukan pada kebisingan di area yang
melebih nilai ambang atas yaitu dengan pemasangan rambu
peringatan, penggunaan earplug dan earmuff serta pengecekan
kebisingan alat/mesin secara teratur.
b. Intensitas Getaran
1) Identifikasi Sumber
Sumber getaran pada area produksi berasal dari proses buffing
di area Outer Tube Buffing. Proses buffing adalah proses untuk
menghaluskan permukaan logam agar merata dan mengkilap. Jenis
19

getaran yang diukur adalah getaran pada lengan dan tangan. Setiap
tenaga kerja terpapar getaran mekanis selama 8 jam dalam 1 shift.
2) Kegiatan Pemantauan
Pemantauan intensitas getaran di PT. Kayaba Indonesia
dilakukan pada area kerja setiap enam bulan sekali melalui pihak
ketiga yaitu dari laboratorium penguji PT. Medialab Indonesia.
3) Penilaian
Penilaian dari kegiatan pemantauan menunjukkan intensitas
getaran pada proses buffing masih dibawah NAB. Dengan hasil
sebagai berikut :
Tabel 2. Hasil Pemantauan Intensitas Getaran
No Customer Sample ID Result Unit
1 Outer Tube Buffing 0,032 m/s2
Sumber : PT. Kayaba Indonesia, 2020
4) Tindakan Pengendalian
Pengendalian yang dilakukan oleh PT. Kayaba Indonesia
terhadap paparan getaran yaitu dengan sarung tangan anti getaran
untuk mengurangi paparan getaran yang diterima oleh pekerja serta
pemasangan peredam suara.
c. Intensitas Pencahayaan
1) Identifikasi Sumber
Jenis pencahayaan yang ada di PT. Kayaba Indonesia yakni
pencahayaan alami dan pencahayaan buatan. Pencahayaan alami
merupakan pencahayaan yang sumbernya berasal dari sinar
matahari secara alami, sedangkan pencahayaan buatan berperan
sebagai pencahayaan tambahan yang digunakan jika pencahayaan
alami tidak mencukupi kebutuhan. Pada area produksi, sumber
pencahayaan berasal dari lampu TL dan LED sesuai dengan
kebutuhan jenis pekerjaan.
Sedangkan pada area kantor, sumber pencahayaan berasal dari
lampu LED sesuai dengan kebutuhan jenis pekerjaan perkantoran
20

serta terdapat kaca tembus pandang yang memungkinkan cahaya


matahari masuk.
2) Kegiatan Pemantauan
Pemantauan intensitas pencahayaan dilakukan pada area kerja
setiap tiga bulan sekali oleh pihak internal Departemen EHS PT.
Kayaba Indonesia. Dari hasil pemantauan tersebut menunjukkan
bahwa tidak ditemukan intensitas pencahayaan yang kurang baik
pada area produksi maupun area kantor.
3) Penilaian
Hasil Penilaian dari kegiatan pemantauan intensitas
pencahayaan terdapat di lampiran 6.
4) Pengendalian
Pengendalian yang dilakukan apabila intensitas pencahayaan
tidak mencukupi kebutuhan yaitu dengan mengganti lampu yang
sudah mulai redup dan pembersihan debu pada rangka lampu.
d. Iklim Kerja
1) Identifikasi Sumber
Iklim kerja yang ada di PT. Kayaba Indonesia adalah iklim
kerja panas pada area produksi yang berasal dari dari mesin –
mesin saat beroperasi.
2) Kegiatan Pemantauan
Pemantauan iklim kerja di PT. Kayaba Indonesia dilakukan
pada area kerja setiap enam bulan sekali oleh pihak ketiga yaitu
laboratorium penguji PT. Medialab Indonesia.
3) Penilaian
Penilaian dari kegiatan pemantauan iklim kerja menunjukkan
hasil sebagai berikut:
Tabel 3. Hasil Pemantauan Iklim Kerja
No Customer Sample ID ISBB (oC)
1 Plating Area 25,3
21

2 Sludge Area 24,8


3 Lab QA 20,6
4 Painting Area 26,3
5 Casting Area 25,9
6 Workshop 21,4
7 Welding Area 26,6
8 Konstruksi Area 24,9
9 CTP Area 25,2
10 OT Machining Area 26,1
11 Buffing Area 25,4
Sumber : PT. Kayaba Indonesia, 2020
4) Pengendalian
Pengendalian yang dilakukan untuk mengendalikan iklim kerja
panas di area produksi yaitu dengan penggunaan exhaust fan yang
mengalirkan udara pada pekerja, penyediaan air minum pada setiap
line produksi dan bagi pekerja di area casting menggunakan
seragam kerja khusus dengan ventilasi pada bagian belakang baju
seragam untuk mengurangi panas pada tubuh pekerja.
2. Faktor Kimia
a. Debu
1) Identifikasi Sumber
Debu yang dihasilkan berasal dari area produksi pada proses
buffing, grinding, welding, painting dan casting.
2) Kegiatan Pemantauan
Pemantauan kadar debu dilakukan pada area kerja sssetiap
enam bulan sekali oleh pihak ketiga yaitu laboratorium penguji PT.
Medialab Indonesia.
3) Penilaian
Penilaian dari kegiatan pemantauan debu menunjukkan hasil
sebagai berikut:
Tabel 4. Hasil Pemantauan Debu
22

No Area Test Description Result Unit


1 Area Casting Total Dust 0.3469 mg/m3
Partikel 10 um 0.059 mg/m3
Partikel 2.5 um 0.027 mg/m3
2 Area Painting Total Dust <0.0011 mg/m3
Partikel 10 um < 0.001 mg/m3
Partikel 2.5 um < 0.001 mg/m3
3 Area Assembly Total Dust <0.0011 mg/m3
FF Partikel 10 um < 0.001 mg/m3
Partikel 2.5 um < 0.001 mg/m3
4 Welding Centre Total Dust <0.0011 mg/m3
Partikel 10 um < 0.001 mg/m3
Partikel 2.5 um < 0.001 mg/m3
5 Area O/T Match Total Dust <0.0011 mg/m3
Partikel 10 um < 0.001 mg/m3
Partikel 2.5 um < 0.001 mg/m3
6 Area Plating Total Dust <0.0011 mg/m3
Partikel 10 um < 0.001 mg/m3
Partikel 2.5 um < 0.001 mg/m3
7 Buffing Repaer Total Dust <0.0011 mg/m3
Partikel 10 um < 0.001 mg/m3
Partikel 2.5 um < 0.001 mg/m3
8 Area Grinding Total Dust <0.0011 mg/m3
Partikel <10 um < 0.001 mg/m3
Partikel <2.5 um < 0.001 mg/m3
Sumber : PT. Kayaba Indonesia, 2020
23

4) Pengendalian
Pengendalian paparan debu pada area produksi dilakukan
dengan mewajibkan penggunaan masker kain untuk setiap pekerja
yang berada di area tersebut dan pemakaian mesin dust collector
untuk menghisap debu yang dihasilkan dari proses produksi.
b. Gas Bahan Kimia
1) Identifikasi Sumber
Sumber gas bahan kimia yang ada di perusahaan berasal dari
gas buang mesin Painting dan proses Plating.
2) Kegiatan Pemantauan
Pemantauan gas bahan kimia dilakukan pada area kerja setiap
enam bulan sekali oleh laboratorium penguji PT. Medialab
Indonesia.
3) Penilaian
Penilaian dari kegiatan pemantauan gas bahan kimia
menunjukkan hasil sebagai berikut:
Tabel 5. Hasil Pemantauan Gas Bahan Kimia
No Area Test Description Result Unit
1 Area Casting NO2 0.002 ppm
SO2 0.152 PSD
CO 1.33 ppm
2 Area Painting NO2 0.003 ppm
SO2 <0.033 PSD
CO 2.00 ppm
3 Area Assembly NO2 0.003 ppm
FF Assy SO2 <0.033 PSD
CO 1.67 ppm
4 Area Welding NO2 0.003 ppm
SO2 <0.033 PSD
CO 2.00 ppm
5 Area O/T Mach NO2 0.003 ppm
24

SO2 <0.033 PSD


CO 2.00 ppm
6 Area Plating NO2 0.003 ppm
SO2 <0.033 PSD
CO 1.33 ppm
Cr <0.25 mg/m3
7 Area Buffing NO2 0.003 ppm
SO2 <0.033 PSD
CO 1.33 ppm
8 Area Grinding NO2 0.002 ppm
SO2 <0.033 PSD
CO 1.33 ppm
Sumber: PT. Kayaba Indonesia, 2020
4) Pengendalian
Pengendalian untuk semua jenis gas bahan kimia yang
dilakukan perusahaan yaitu dengan melakukan pemasangan
penghisap exhaust fan di area produksi dan penggunaan alat
pelindung diri berupa masker respirator bagi pekerja di area Plating
untuk mencegah pekerja menghirup uap dari cairan Chrome dan
Nickel secara langsung.
3. Faktor Biologi
a. Binatang buas
1) Identikasi Sumber
Binatang buas yang terdapat di PT. Kayaba Indonesia berasal
dari lahan hijau dan pepohonan yang ada di sekeliling bangunan.
2) Kegiatan Pemantauan
PT. Kayaba Indonesia melakukan kerja sama dengan pihak
ketiga di area kerja untuk melakukan pemantauan terkait binatang
buas.
3) Penilaian
25

Penilaian dari kegiatan pemantauan menunjukkan hasil bahwa


binatang buas yang berada di PT. Kayaba Indonesia berupa ular.
4) Tindakan Pengendalian
Pihak perusahaan menghimbau kepada seluruh pekerja, apabila
menemukan hewan buas di area perusahaan diminta untuk segera
menangkap hewan tersebut dan melaporkan kepada departemen
EHS.
b. Parasit
1) Identifikasi Sumber
Parasit yang terdapat di PT. Kayaba Indonesia berasal dari
tempat penampungan air, selokan, dan tempat penyimpanan
barang.
2) Kegiatan Pemantauan
PT. Kayaba Indonesia melakukan kerja sama dengan pihak
ketiga di area kerja untuk melakukan monitoring terkait parasit.
3) Penilaian
Penilaian dari kegiatan pemantauan menunjukkan hasil bahwa
parasit yang berada di PT. Kayaba Indonesia berupa serangga dan
vektor pembawa penyakit seperti tikus, kecoa, semut, lalat,
nyamuk, kucing dan serangga terbang.
4) Pengendalian
a) Fogging
Proses fogging (pengasapan) dilakukan sebagai bentuk
pengendalian terhadap vektor serangga supaya tidak
berkembang biak ditempat kerja.
b) Chemical dan Box Trap
Chemical dan Box Trap digunakan sebagai metode
pengendalian terhadap vektor tikus. Chemical berfungsi sebagai
umpan tikus yang diletakkan dalam Box Trap. Ketika tikus
memakan umpan, maka tikus akan terjebak dalam Box Trap.
c) Himbauan
26

Pihak perusahaan menghimbau kepada seluruh pekerja,


apabila menemukan hewan liar di area perusahaan diminta
untuk segera menangkap hewan tersebut dan melaporkan kepada
departemen EHS.
4. Faktor Fisiologi dan Faktor Mental Psikologis
Penerapan faktor fisiologi dan faktor mental psikologis dijelaskan
dalam aspek ergonomi.

D. Penerapan Keselamatan Kerja

1. Keselamatan Kerja Bidang Kebakaran


a. Identifikasi Potensi Bahaya
Potensi bahaya kebakaran di PT. Kayaba Indonesia bersumber
dari mesin, bahan kimia yang mudah terbakar, dan arus listrik yang
terdapat di beberapa area pabrik, yaitu pada area Casting, Painting,
Gudang Bahan Kimia, Tangki Oli & Solar, Cleaning Center, Mixing
Room, Welding Center, Outer Shell Complete, Cylinder Machining,
Under Bracket Complete, Shock Absorber Assembly dan Warehouse
CKD.
b. Pemeriksaan
Pemeriksaan pada sarana proteksi kebakaran digolongkan dalam
beberapa jenis antara lain Alat Pemadam Api Ringan (APAR), Alat
Pemadam Api Besar (APAB), Hydrant dan Ruang Pompa, instalasi
alarm kebakaran otomatik yang dilakukan oleh Departemen EHS.
c. Pengendalian
Pengendalian kebakaran yang telah dilakukan di PT. Kayaba
Indonesia telah melakukan tindakan pengendalian untuk
meminimalisir terjadinya kebakaran dengan cara, yaitu:
1) Melaksanakan Genba Fire
Dilakukkannya genba fire yang bertujuan untuk
mengidentifikasi sumber bahaya kebakaran pada area tersebut,
apabila terdapat temuan maka akan ditindak lanjuti oleh
27

departemen yang berwenang agar dapat segera dilakukan


penanganan.
2) Larangan membawa telepon genggam
Larangan membawa telepon genggam ke area yang
terdapat bahan kimia seperti Mixing Room, Painting dan
Gudang Bahan Kimia.
3) Melakukan pengendalian teknik
Pengendalian teknik pada area yang terdapat proses
pengelasan, seperti pemasangan tirai pada mesin las agar
percikan tidak keluar dan mengenai material yang mudah
terbakar.
4) Pemasangan Aspek LK3
Aspek LK3 di pasang pada setiap mesin agar operator
yang akan mengunakan mesin mengetahui risiko pada setiap
tahapan pekerjaannya.
5) Melakukan Housekeeping
Dengan cara menyingkirkan material yang tidak
digunakan dan menggunakan tempat sampah yang telah
dibedakan sesuai jenisnya (Organik, Non Organik, dan B3) dan
memiliki tutup
6) Melakukkan Training Pemadam Kebakaran
PT. Kayaba Indonesia bekerja sama dengan Dinas
Pemadam Kebakaran rutin mengadakan pelatihan pemadam
kebakaran agar pekerja memahami cara penggunaan alat
pemadam dan bagaimana harus bertindak saat terjadi
kebakaran di area kerja.

7) Penyediaan Sarana Proteksi Kebakaran

Penerapan sistem proteksi kebakaran di PT. Kayaba


Indonesia yaitu proteksi kebakaran aktif, yang digunakan
antara lain:
28

a) Alat Pemadam Api Ringan (APAR)


APAR tersedia di seluruh area PT. Kayaba Indonesia,
APAR yang terdapat di PT. Kayaba Indoesia berjenis
APAR jenis tepung (dry powder), jenis busa (foam), dan
jenis gas CO2. APAR jenis dry powder digunakan pada
Area Produksi, Warehouse, TPS Limbah B3 dan Gudang
Bahan Kimia, APAR jenis busa (foam) ditempatkan di
dekat tangki – tangki minyak, dan APAR jenis CO2
digunakan untuk area perkantoran. Setiap APAR
ditempatkan dengan jarak 20-25 meter satu dengan yang
lainnya, penempatan APAR dilengkapi rambu yang
disertai dengan nomor APAR. Setiap APAR yang
terpasang terdapat garis hitam kuning yang sudah pudar
menandakan objek tidak boleh terhalang oleh benda.
b) Hydrant
PT. Kayaba Indonesia memiliki hydrant yang tersebar
di seluruh area perusahaan, jenis hydrant yang digunakan
adalah hydrant box. Pasokan air yang digunakan untuk
Hydrant menggunakan satu buah pompa hydrant yang
dioperasikan oleh departemen maintenance. Setiap
Hydrant belum terpasang garis hitam kuning.
c) Fire Alarm
Fire alarm yang terdapat di PT. Kayaba Indonesia
adalah jenis fire alarm manual yang dapat dioperasikan
oleh pekerja jika telah mendapat konfirmasi keadaan
darurat kebakaran. Fire alarm dilengkapi dengan lampu
indikator yang menandakan fire alarm berfungsi dengan
baik.
d) Emergency Response Team (Tim Tanggap Darurat)
29

PT. Kayaba Indonesia telah membentuk Tim Tanggap


Darurat untuk menangani keadaan darurat dan Tim
Tanggap Darurat telah diberikan pelatihan.
Penerapan sistem proteksi kebakaran pasif di PT.
Kayaba Indonesia, yaitu antara lain:
(1) Assembly Point (Titik Kumpul)
PT. Kayaba Indonesia telah menyediakan
assembly point sebanyak 5 titik kumpul di lingkungan
pabrik bagi tenaga kerja saat terjadi keadaan darurat
seperti kebakaran.
(2) Tanda arah evakuasi
Tanda EXIT atau tanda arah evakuasi dipasang di
seluruh area perusahaan mulai dari office, workshop,
warehouse, dan kantin dengan tujuan memudahkan
evakuasi saat terjadi keadaan darurat.
(3) Standar Operasional Prosedur
Prosedur kesiapsiagaan dan tanggap darurat
merupakan salah satu upaya untuk memberikan
informasi mengenai pencegahan terjadinya kebakaran
di PT. Kayaba Indonesia.
(4) Rambu-rambu Tanggap Darurat
Rambu-rambu mengenai tanggap darurat
dipasang di area perusahaan berupa peta jalur
evakuasi, tanda APAR, tanda safety shower, dan
rambu tanda peringatan kondisi gawat darurat lain.
Seluruh sarana proteksi kebakaran diperiksa
secara rutin menggunakan checksheet yang telah
tersedia. Pemeriksaan pada APAR dilaksanakan setiap
satu bulan sekali untuk memeriksa kondisi APAR
apakah layak digunakkan atau tidak. Untuk APAR
30

yang telah kadaluarsa atau yang telah digunakan,


dilakukan penggantian oleh pihak EHS.
2. Keselamatan Kerja Bidang Boiler
PT. Kayaba Indonesia tidak memiliki boiler dan tidak menggunakan
boiler pada setiap tahapan proses produksinya.
3. Keselamatan Kerja Bidang Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun
a. Identifikasi Potensi Bahaya
Potensi bahaya yang diakibatkan jika terkena paparan dari
bahan kimia yang digunakan dapat menyebabkan kerugian dan
kerusakan bagi sekitar. Bahan kimia berbahaya dan beracun (BKB)
memiliki sifat dan konsentrasi berbeda, baik secara langsung
maupun tidak langsung dapat merusak dan mencermarkan
lingkungan hidup serta dapat membahayakan kesehatan manusia.
PT. Kayaba Indonesia menggunakan BKB sebagai bahan pendukung
dalam proses produksinya, bahan kimia berbahaya yang digunakan
dalam proses produksi antara lain cat, thinner, cairan coolant, oli,
cairan chrome, cairan nickel, MDA dan grease.
b. Pemeriksaan
Pemeriksaan yang dilakukan perusahaan yaitu dengan
memantau melalui Safety Data Sheet (SDS). Setiap wadah bahan
kimia harus disertai dengan SDS dan setiap tenaga kerja yang akan
memakai bahan tersebut diharapkan mampu memahami dan
mengerti SDS dan simbol-simbol yang dipasang di setiap wadah
bahan kimia tersebut.
c. Pengendalian
Upaya pengendalian yang telah dilakukan perusahaan antara
lain:
1) Menyimpan BKB di tempat gudang penyimpanan yang tertutup
agar terhindar dari paparan sinar matahari langsung, ventilasi
udara yang cukup sehingga sirkulasi udara selalu terjaga, wadah
bahan kimia yang ditaruh diatas palet agar tidak terkontaminasi
31

dengan permukaan gudang apabila terjadi kebocoran, dan gudang


juga memiliki selokan pada tiap sisi nya agar jika terjadi
kebocoran bahan kimia tidak langsung keluar ke area lain.
2) Gudang penyimpanan bahan kimia dilengkapi dengan rambu atau
simbol bahaya sesuai dengan karateristik bahan kimia dan
terdapat Safety Data Sheet (SDS) tiap bahan kimia pada wadah
nya.
3) Pengawasan pada setiap BKB yang diambil dari Gudang bahan
kimia, harus tercatat dalam logbook dan dipastikan bahan kimia
belum dalam keadaan kadaluarsa. Metode FIFO (First In First
Out) diterapkan dalam penyimpanan dan pengambilan bahan
kimia agar tidak ada bahan kimia yang terlalu lama disimpan.
4) Jika terdapat bahan kimia yang telah kadaluarsa, maka bahan
kimia tersebut akan diberi tanda dan dipindahkan ke tempat
penyimpanan sementara limbah B3 dan akan diangkut oleh pihak
ketiga.
5) Pekerja yang berhubungan langsung dengan BKB dilengkapi
dengan alat pelindung diri sesuai dengan jenis bahan kimia.
Pekerja yang berhubungan langsung dengan bahan kimia coolant
menggunakan sarung tangan berbahan vinyl, pekerja yang
berhubungan langsung dengan oli dan grease menggunakan
sarung tangan kain, pekerja di area plating dan mixing
menggunakan respirator agar tidak terpapar uap dari bahan kimia.
Apron kain digunakan seluruh pekerja yang berhubungan
langsung dengan bahan kimia.
6) Kegiatan pemantauan BKB di PT. Kayaba Indonesia antara
lainnya penerapan 5R dalam penyimpanan bahan kimia untuk
meminimalisir kebocoran maupun potensi terbakar, wadah bahan
kimia juga diperiksa apakah sesuai dengan penggunaannya dan
diberi label.
32

7) Dalam keadaan darurat, PT. Kayaba Indonesia telah menyediakan


prosedur jika terjadi kebocoran bahan kimia.
8) Di gudang penyimpanan bahan kimia disediakan APAR jenis dry
powder untuk memadamkan api. Apabila tubuh pekerja terpapar
bahan kimia, pekerja dapat menggunakan emergency shower
untuk membilas anggota tubuh dan apabila mata terpapar bahan
kima berbahaya beracun dapat menggunakan eyewash untuk
membilas mata.
4. Keselamatan Kerja Bidang Kelistrikan
a. Identifikasi Potensi Bahaya
PT. Kayaba Indonesia menggunakan sumber listrik dari
Cikarang Listrindo sebagai sumber listrik utama, untuk keperluan
tertentu generator digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik.
Potensi bahaya kelistrikan yang terdapat pada area PT. Kayaba
Indonesia yaitu arus pendek (consleting) kabel listrik atau peralatan
yang dapat menimbulkan potensi sengatan listrik. Di samping itu
juga dapat terkena petir pada saat hujan yang pada akhirnya dapat
mengakibatkan kebakaran atau ledakan.
b. Pemeriksaan
Pihak EHS rutin melakukan pmeriksaan atau genba terkait
dengan potensi bahaya listrik seperti melakukan genba panel listrik
dan genba mesin dengan genba dapat diketahui apakah ada potensi
bahaya listrik yang dapat terjadi pada pekerja, hasil genba lalu
diteruskan kepada pihak maintenance untuk dilakukan perbaikan.
c. Pengendalian
Pengendalian yang diupayakan terhadap bahaya energi listrik
antara lain:
1) Pada area perkantoran dipasang himbauan untuk tidak
menggunakan stop kontak secara berlebihan untuk menghindari
kelebihan beban pada peralatan listrik.
33

2) Rambu peringatan bahaya dipasang pada tiap panel sebagai


peringatan.
3) Pada area produksi yang terdapat listrik statis berpotensi
memicu api seperti pada proses painting dan proses mixing,
untuk mencegah terjadi nya listrik statis pekerja yang
menggunakan mesin painting dan mixing room harus
menggunakan pakaian dan sepatu anti elektrostatis serta pada
penyimpanan bahan kimia cat dipasang grounding untuk
mencegah terjadinya listrik statis.
4) Gedung pabrik PT. Kayaba Indonesia telah dipasang grounding
petir yang telah di periksa dan diuji oleh pihak ketiga untuk
kemudian di sahkan.
Pada dasarnya upaya pengendalian terhadap bahaya energi
listrik adalah dengan mengisolasi sumber listrik, instalasi dan
peralatan listrik diberi pengaman, serta perawatan dan pemeriksaan
instalasi listrik rutin dan memberikan rambu peringatan pada panel
listrik.
5. Keselamatan Kerja Bidang Mekanik
a. Identifikasi Potensi Bahaya
Potensi bahaya mekanik yang ada di PT. Kayaba Indonesia
berasal dari mesin produksi dan transportasi dalam pabrik. Potensi
bahaya yang dapat terjadi antara lain terjepit mesin produksi,
tertimpa material atau alat angkat, terpukul dan terbentur mesin
robot.
b. Pemeriksaan
Perusahaan melakukan pemeriksaan setiap mesin produksi yang
akan dioperasikan secara rutin setiap minggu oleh setiap foreman
area tersebut dan pada forklift setiap hari oleh operator forklift.
c. Pengendalian
Untuk menanggulangi hal tersebut di perusahaan telah membuat
standar dan prosedur kerja yang sudah diketahui oleh semua tenaga
34

kerja termasuk kewajiban memakai alat pelindung diri yang sesuai


dengan tenaga kerjaannya pada saat melakukan pekerjaan. Upaya
untuk melindungi tenaga kerja dalam dari potensi bahaya yang akan
ditimbulkan antara lain :
1) Mesin Produksi
Pengendalian bahaya yang dilakukan pada mesin produksi,
yaitu:
a) Safety Sensor
Pada mesin produksi, terdapat safety sensor yang
berfungsi apabila terdapat objek masuk ke dalam mesin saat
mesin bekerja maka mesin akan berhenti beroperasi dan
alarm berbunyi. Sensor ini dapat berfungsi saat mesin dalam
mode auto dan mode manual.
b) Double Push Button
Double push button adalah mekanisme pengoperasian
mesin yang membutuhkan dua tombol untuk beroperasi,
dengan menggunakan double push button maka potensi
kecelakaan dapat terhindarkan karena kedua tangan
operator harus menekan tombol harus secara bersamaan.
c) Tirai Welding
Pada mesin welding, dipasang tirai agar percikan api
dan cahaya dari proses pengelasan tidak terkena pekerja.
Pemasangan tirai welding dapat menurunkan kemungkinan
penyakit akibat kerja pada operator dan kemungkinan
pekerja terluka akibat percikan apidapat menuru.
d) Safety Plug
Safety plug adalah alat pengaman yang berfungsi
sebagai pengaman dengan memutus aliran tenaga pada
mesin, sehingga mesin tidak dapat dioperasikan saat safety
plug tidak terpasang. Safety plug digunakan pada mesin
robot.
35

e) Pagar
Pagar digunakan terutama di area mesin robot,
penggunaan pagar bertujuan agar mengisolasi robot dan
mencegah pekerja terbentur lengan robot saat sedang
beroperasi.
f) Lock Out Tag Out (LOTO)
Lock Out Tag Out digunakan untuk mengisolasi energi
dan harus digunakan saat proses perbaikan agar mesin tidak
dapat dioperasikan saat perbaikan sedang berlangsung.
g) Genba
Genba atau inspeksi rutin dilakukan pada mesin
produksi untuk memastikan tidak ada potensi bahaya dan
apabila ditemukan potensi bahaya maka akan segera
dilakukan tindak lanjut untuk mengurangi terjadinya potensi
bahaya.
h) Rambu
Rambu yang digunakan sesuai dengan bahayayang
terdapat pada mesin produksi dan dipasang ditempat yang
mudah terlihat sertaterbuat dari material yang tahan dari
percikan oli dan material kerja lainnya.
i) Pelatihan
Pelatihan penggunaan mesin produksi dilaksanakan
pada safety dojo dengan simulator mesin produksi yang
mengsimulasikan penggunaan langsung mesin produksi dan
potensi bahaya nya.
2) Crane
Jenis crane yang digunakan pada area produksi yaitu hoist
crane. Hoist crane dioperasikan oleh operator yang telah
mendapatkan SIO untuk mengoperasikan crane. Safe Working
Load tiap crane tertulis pada konstruksi crane sehingga crane
dapat dikenali kapasitas penggunaannya dan saat crane
36

beroperasi maka sirine akan menyala tanda crane sedang


beroperasi. Area yang terdapat hoist crane, wajib menggunakan
APD safety helmet untuk mencegah potensi bahaya tertimpa
barang yang sedang diangkut atau bagian crane yang jatuh.
Rambu peringatan juga terpasang di area yang terdapat crane.
6. Keselamatan Kerja Bidang Transportasi
a. Identifikasi Potensi Bahaya
Dalam melakukan proses produksi PT. Kayaba Indonesia
membutuhkan alat bantu transportasi. Kecelakaan bisa terjadi
apabila kendaraan dalam kondisi kurang baik. Faktor manusia dapat
disebabkan oleh kurangnya konsentrasi akibat kondisi fatigue dan
kurangnya pemahaman akan keselamatan dalam bekerja. Pada
dasarnya, PT. Kayaba Indonesia sebagai perusahaan manufaktur
banyak melakukan kegiatan pengangkutan baik bahan mentah
maupun produk jadi. Maka dari itu, untuk menunjang kegiatan
pengangkutan dibutuhkan alat transportasi yang baik. Perusahaan
menyediakan alat pengangkut berupa forklift yang digunakan di area
warehouse. Potensi bahaya yang dapat terjadi yaitu forklift
terperosok saat melakukan kegiatan loading/unloading, dan tenaga
kerja dapat tertabrak forklift. Keselamatan kerja bidang transportasi
juga termasuk untuk transporter yang melakukan kegiatan
pengiriman barang mentah dan pengambilan produk jadi.
b. Pemeriksaan
PT. Kayaba Indonesia melakukan pemeriksaan dalam
keselamatan kerja bidang transportasi berupa safety inspection secara
rutin setiap hari.
c. Pengendalian
Upaya pengendalian yang telah dilakukan perusahaan antara
lain:
1) Pejalan Kaki
37

Pejalan kaki disediakan jalur khusus berupa jalur berwarna


hijau dan untuk menyebrang pejalan kaki harus menyebrang
melalui zebra cross. Di area produksi, di pasang cermin globe
pada perempatan agar tidak terjadi blind spot di area pekerja
melintas.
PT. Kayaba Indonesia memiliki aturan bagi pejalan kaki
yaitu“Po-Ke-Te-Na-Shi” bagi seluruh karyawan dan
pengunjung di semua area PT. Kayaba Indonesia. “Po-Ke-Te-
Na-Shi” terdiri dari:
a) “Hando Poketto” yaitu dilarang memasukkan tangan ke
dalam saku saat berjalan
b) “Keitai Denwa” yaitu dilarang menggunakan telepon
genggam saat berjalan
c) “Tesuri” yaitu pegang handrail saat naik-turun tangga
d) “Naname Oudan” yaitu berjalanlah pada jalur yang telah
ditentukan
e) “Shisa-Kosho” yaitu tunjuk kanan dan kiri saat menyebrang
Pada jalur pejalan kaki, Rambu tunjuk kanan dan kiri saat
menyebrang di cat pada jalur pejalan kaki. Display himbauan
untuk melakukan “Po-Ke-Te-Na-Shi”dipasang di seluruh jalan
utama area produksi.
2) Sepeda Motor
Karyawan PT. Kayaba Indonesia yang menggunakan
sepeda motor, harus mematuhi peraturan yang berlaku di PT.
Kayaba Indonesia, antara lain kelengkapan SIM dan STNK,
kelengkapan sepeda motor yang memenuhi standar dan atribut
berkendara yang lengkap.
Untuk memastikan kepatuhan terhadap peraturan yang
dibuat, PT. Kayaba Indonesia rutin melaksanakan OPTIK
(Operasi Simpatik) bekerja sama dengan FSPMI (Forum Serikat
Pekerja Metal Indonesia) setiap tahun nya untuk memeriksa
38

kelengkapan surat, kelengkapan sepeda motor dan atribut


berkendara pekerja. Kelengkapan yang diperiksa saat OPTIK
yaitu:
a) Kaca Spion
b) Lampu Utama
c) Lampu Rem dan Lampu Sein
d) Klakson
e) Ban sesuai standar pada motor
f) SIM dan STNK
g) Atribut Berkendara (Jaket, Helm standar SNI, Celana
Panjang, Sarung Tangan dan Sepatu)
Bagi pekerja yang memenuhi kelengkapan berkendara
lengkap sesuai dengan peraturan, maka akan mendapatkan stiker
parking pass. Dan bagi pekerja yang belum memenuhi
kelengkapan berkendara, akan mendapatkan stiker tanda
berwana merah. Bagi yang mendapatkan stiker tanda berwarna
merah, harus melengkapi kelengkapan berkendara nya dan
melapor ke bagian security untuk verifikasi ulang dan
mendapatkan stiker parking pass, serta di ikutkan dalam
pelatihan safety riding.
3) Forklift
Operator forklift harus mengikuti pelatihan dan memiliki
surat izin operasional yang dikeluarkan dari Kementerian
Tenaga Kerja.
Setiap forklift dilengkapi dengan lampu sirine dan buzzer
saat beroperasi agar orang disekitar mengetahui bahwa forklift
sedang beroperasi di area tersebut dan setiap forklift dilengkapi
dengan APAR jenis dry powder berukuran satu kilogram.
Operator wajib menggunakan alat pelindung diri berupa safety
helmet dan safety shoes.
39

Pemeriksaan rutin atau safety inspection dilakukan sebelum


mengoperasikan forklift untuk memastikan fungsi pada unit
forklift berfungsi dan layak beroperasi.

E. Penerapan Kesehatan Kerja

1. Organisasi dan Penanggung Jawab Kegiatan Pelayanan Kesehatan Kerja


Organisasi dan Penanggung Jawab Kegiatan Pelayanan Kesehatan
Kerja di PT. Kayaba Indonesia berbentuk suatu poliklinik yang
merupakan hasil kerja sama antara PT. Kayaba Indonesia dengan rumah
sakit pihak ketiga. Pelayanan poliklinik ini dikelola oleh satu orang
dokter umum dan dua orang perawat yang semuanya sudah memiliki
sertifikat dokter maupun perawat hiperkes. Fasilitas di poliklinik ini
dapat digunakan oleh seluruh karyawan di PT. Kayaba Indonesia.
Pelayanan dari poliklinik diberikan setiap hari kerja dengan
pembagian 2 shift kerja untuk perawat, dengan jadwal sebagai berikut:
a. Shift 1 : Senin – Jumat 07.30 – 16.00 WIB
(dilayani oleh perawat perempuan)
b. Shift 2 : Senin – Jumat 16.00 – 24.00 WIB
(dilayani oleh perawat laki – laki)
Sedangkan untuk jadwal praktek dokter sebagai berikut :
a. Senin : 07.30 – 09.30 WIB
b. Selasa : 12.30 – 14.30 WIB
c. Rabu : 11.30 – 13.30 WIB
d. Kamis : 13.00 – 15.00 WIB
e. Jum’at : 13.00 – 15.00 WIB
2. 12 Pokok Pelayanan Kesehatan Kerja
a. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan berkala dan
pemeriksaan khusus
1) Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja
40

Pemeriksaan ini dilakukan untuk karyawan baru sebagai


langkah penilaian kesehatan calon karyawan apakah dalam
kondisi sehat untuk bekerja dan tidak memiliki riwayat penyakit.
2) Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Pemeriksaan berkala di PT. Kayaba Indonesia dilakukan
setiap satu tahun sekali untuk pekerja shift maupun non-shift.
Pemeriksaan tersebut dilakukan oleh pihak ketiga dan hasil
pemeriksaan tersebut diserahkan kepada HRD untuk mengetahui
apakah pekerja mengalami penyakit akibat kerja.
3) Pemeriksaan Kesehatan Khusus
Pemeriksaan khusus dilakukan pada pekerja dengan area
kebisingan melebihi nilai ambang batas dan terpapar oleh gas.
Pemeriksaan tersebut dilakukan dengan tes Audiometri dan
Spirometri.
b. Pembinaan dan pengawasan atas penyesuaian pekerjaan terhadap
tenaga kerja
Pembinaan pada karyawan dilaksanakan saat pelatihan basic
skill, pekerja diberi pendidikan mengenai bahaya dan penyakit yang
dapat timbul dari proses kerja.
c. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja
Setiap tahun sekali, pihak HRD dan Dokter Perusahaan
melaksanakan plant tour yang bertujuan untuk meninjau kondisi
tempat kerja apakah terdapat potensi sumber penyakit bagi pekerja
dan penanggulangan yang tepat.
d. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan sanitair
Pengawasan perlengkapan sanitair menjadi tanggungjawab
pihak EHS untuk memantau kondisi dan kelayakan perlengkapan
sanitair yang berada di area PT. Kayaba Indonesia.
e. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan untuk kesehatan tenaga
kerja
41

Pihak EHS dan poliklinik rutin melakukan inspeksi pada


perlengkapan kesehatan tenaga kerja untuk memastikan bahwa
perlengkapan kesehatan dapat digunakan secara baik dan maksimal
ketika dibutuhkan.
f. Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit
akibat kerja
Pencegahan dan pengobatan penyakit pada pekerja menjadi
tanggung jawab dari poliklinik perusahaan. Layanan yang disediakan
oleh poliklinik yaitu:
1) Pemeriksaan/pengobatan penyakit ringan.
2) Tindakan penanggulangan luka, perawatan lanjutan dan rawat
jalan.
3) Penanggulangan semua jenis kecelakaan dengan atau tanpa
komplikasi.
Untuk pekerja yang membutuhkan istirahat, dokter akan
memberikan surat istirahat/surat izin berdasarkan pertimbangan
keadaan pekerja yang telah diperiksa satu jam sekali. Apabila
keadaan sudah membaik maka diperbolehkan melanjutkan pekerjaan
di perusahaan.
g. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
PT. Kayaba Indonesia memiliki fasilitas P3K seperti kotak P3K
yang terawat kondisinya dan diisi kembali persediaan obatnya
apabila telah habis dan tersedia tandu yang ada di area produksi dan
gedung kantor. PT. Kayaba Indonesia menyelenggarakan pelatihan
P3K setiap tahun pada petugas penanggungjawab setiap line.
h. Pendidikan kesehatan untuk tenaga kerja dan latihan untuk petugas
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
PT. Kayaba Indonesia telah rutin menyelenggarakan seminar
kesehatan untuk memberikan sosialisasi seputar isu kesehatan.
Perusahaan juga telah melaksanakan pelatihan P3K setiap tahun
pada petugas penanggungjawab setiap line.
42

i. Memberikan nasihat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat


kerja, pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta
penyelenggaraan makanan ditempat kerja
Pihak EHS meninjau rencana pembangunan untuk mengkaji
kelayakan dari segi keselamtan dan kesehatan kerja serta dampaknya
bagi pekerja. Pemilihan alat pelindung dilakukan dengan cara
pemetaan terhdap potensi bahaya tiap area produksi, sehingga alat
pelindung diri yang digunakan tepat dan dapat melindungi pekerja.
j. Membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat
kerja.
Pekerja yang mengalami kecelakaan atau penyakit akibat kerja
mendapat bimbingan konseling dan pemantaun kondisi kesehatan
dari pihak EHS dan HRD sampai pekerja dapat bekerja kembali
dengan normal.
k. Pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga kerja yang mempunyai
kelainan tertentu dalam kesehatannya.
Setiap pekerja yang memiliki kelainan kondisi kesehatan,
berada dalam pantauan pihak EHS dan HRD untuk memastikan
pekerja dalam kondisi yang baik saat bekerja.
l. Memberikan laporan berkala tentang Pelayanan Kesehatan Kerja
kepada pengurus.
Pihak Poliklinik memberikan laporan secara rutin setiap satu
bulan sekali kepada departemen EHS dan HRD. Laporan berkala
berisikan tren penyakit pekerja pada bulan tersebut, kunjungan
pekerja ke poliklinik dan konsumsi obat dalam bulan tersebut.
3. Fasilitas sarana dan prasarana kegiatan pelayanan kesehatan kerja
a. Poliklinik
PT. Kayaba Indonesia memiliki satu poliklinik yang dikelola
oleh satu orang dokter umum dan dua orang perawat yang telah
bersertifikasi hiperkes.
43

Poliklinik ini dilengkapi dengan meja dan kursi konsultasi,


lemari untuk penyimpanan persediaan obat-obatan, timbangan, alat
ukur tensi, tandu dan dua ranjang periksa.
b. Kotak P3K
PT. Kayaba Indonesia menyediakan kotak P3K sejumlah 54
buah yang disediakan pada setiap line produksi dan area kantor
untuk pertolongan pertama apabila pekerja mengalami luka ringan
atau kondisi kesehatan lainnya.
Kotak P3K standar di PT. Kayaba Indonesia terdapat kasa steril,
perban lebar 1,25 cm, 5 cm dan 10cm, hansaplast, kapas, mitela,
gunting kecil, peniti, sarung tangan karet, povidone, gelas mata,
aquades, bioplasenton dan alkohol. Kotak P3K belum dilengkapi
dengan buku petunjuk P3K.
Kotak P3K yang digunakan berwarna dasar putih dan memiliki
lambang P3K warna hijau serta memiliki tutup transparan sehingga
isi dari kotak P3K dapat terlihat.
c. AED (Automated External Defribilator)
PT. Kayaba Indonesia menyediakan 2 buah AED di area
produksi yang berfungsi sebagai perangkat untuk
menjajarkan/memberi panduan penyelamatan defribilasi yang baik.
AED ini juga dilengkapi dengan prosedur pengoperasian.
d. Tandu darurat
Terdapat 12 buah tandu darurat yang disediakan oleh PT.
Kayaba Indonesia dibeberapa titik area perusahaan yang digunakan
untuk membawa korban ke poliklinik atau ke dalam ambulans.
Tandu darurat disimpan dalam kondisi terlipat didalam lemari yang
memiliki tutup tembus pandang yang diberi tanda keberadaan
adanya lemari tandu.
e. Ambulans
PT. Kayaba Indonesia memiliki satu mobil ambulans yang
digunakan untuk membawa korban ke rumah sakit rujukan.
44

Ambulans tersebut dilengkapi dengan sirine, ranjang yang dapat


masuk kedalam mobil dan 2 buah tabung oksigen. Pemeriksaan
dilakukan secara rutin untuk memastikan peralatan dan mesin
ambulans tetap berfungsi dengan baik.
4. Gizi Kerja
Sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan gizi kepada seluruh pekerja,
PT. Kayaba Indonesia menyediakan kantin yang memberikan makanan
bergizi seimbang sesuai kebutuhan kalori bagi pekerja shift maupun non-
shift. Untuk gizi tambahan, pekerja mendapatkan satu buah susu kotak
setiap hari kerja.
5. Jaminan Kesehatan Tenaga Kerja
Seluruh pekerja di PT.Kayaba Indonesia terdaftar dalam BPJS
Ketenagakerjaan sebagai jaminan kesehatan dari perusahaan. Pekerja
terdaftar dalam program BPJS Ketenagakerjaan sebagai berikut:
a. Jaminan Kecelakaan Kerja
Setiap pekerja mendapatkan jaminan kesehatan dari pihak BPJS
Ketenagakerjaan apabila mengalami kecelakaan ketika berangkat ke
perusahaan maupun ketika pulang kembali ke rumah. Pihak
PT.Kayaba Indonesia juga akan memberikan jaminan berupa biaya
pengobatan apabila pekerja membutuhkan perawatan ke rumah sakit
rujukan perusahaan.
b. Jaminan Kematian
Setiap pekerja mendapatkan jaminan dari pihak BPJS
Ketenagakerjaan apabila ia meninggal akibat kecelakaan kerja atau
penyakit akibat kerja berupa santunan kematian.

F. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

1. Kebijakan K3
PT. Kayaba Indonesia memiliki kebijakan LK3, kebijakan ini di
tandatangani oleh President Director dan Vice President Director dari
PT. Kayaba Indonesia. Kebijakan ini juga terintegrasi dengan KIPKA,
45

IR, CSR dan ASMS. Kebijakan mengenai LK3 PT. Kayaba Indonesia
berisi:
a. Menjadikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sebagai prioritas
utama dalam mencegah insiden berupa Kecelakaan Kerja, Penyakit
Akibat Kerja (PAK), kerusakan properti dan nearmiss.
b. Mencegah pencemaran lingkungan yang disebabkan zat padat, cair,
dan gas melalui pengelolaan yang baik disertai pemanfaatan limbah
dengan pendekatan 3R (Reduce, Reuse, Recycle) baik dari kategori
B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) maupun Non B3.
c. Membuat dan atau menghasilkan produk dari bahan yang ramah
lingkungan dan terbebas dari berbagai substansi yang dilarang, baik
yang disyaratkan pemerintah maupun customer.
d. Melakukan efisiensi Sumber Daya Energi (Bahan Bakar, Listrik,
dan Gas) dan pengurangan pencemar udara (Gas Rumah Kaca).
e. Melakukan konservasi air dan penurunan beban pencemaran ke
lingkungan.
f. Mendukung dan berpartisipasi dalam kegiatan konservasi sumber
daya biologi dan Keanekaragaman Hayati.
g. Memenuhi segala kewajiban kepatuhan (compliance obligation),
meliputi peraturan perundangan LK3, ASMS, CSR, KIPKA, IR dan
persyaratan lainnya yang relevan.
h. Senantiasa melakukan perbaikan berkelanjutan pada sistem
manajemen LK3 dalam rangka meningkatkan kinerja LK3
perusahaan.
2. Perencanaan K3
a. Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Risiko (IBPR)
PT. Kayaba Indonesia telah melaksanakan proses identifikasi
bahaya dan penilaian risiko (IBPR) secara periodik pada setiap
proses produksi dengan menggunakan standar form yang telah
ditentukan. Proses pembuatan IBPR dilaksanakan departemen EHS
bersama dengan penanggung jawab line produksi tersebut.
46

Pengendalian yang dilakukan berdasarkan hirarki pengendalian,


yaitu:
1) Eliminasi
Eliminasi yaitu menghilangkan sumber bahaya secara
langsung baik dari mesin, material ataupun proses kerja
2) Substitusi
Substitusi yaitu mengganti mesin, material ataupun proses
kerja dengan risiko yang lebih kecil
3) Pengendalian Teknik
Pengendalian Teknik yaitu modifikasi yang dilakukan pada
mesin atau lingkungan kerja sehingga memiliki risiko yang lebih
kecil
4) Pengendalian Administrasi
Pengendalian Administrasi yaitu pengendalian yang
dilakukan secara administratif seperti pembuatan prosedur,
rotasi kerja dan pelatihan.
5) Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri digunakan apabila empat hirarki
pengendalian tidak memungkinkan untuk dilakukan atau risiko
sisa belum dapat ditolerir setelah empat hirarki tersebut
dilaksanakan.
Proses identifikasi bahaya dan penilaian risiko (IBPR) di
tinjau ulang ketika terjadi kecelakaan saat proses produksi, atau
terdapat mesin produksi yang memiliki riwayat kecelakaan.
b. Kesiapan dan Ketersediaan Persyaratan Legal
PT. Kayaba Indonesia telah mengidentifikasi peraturan dan
perundang-undangan yang harus dipenuhi serta melaksanakan
pemenuhan terkait peraturan dan perundang-undangan yang berlaku
di Indonesia dan juga regional dimana perusahaan berada yaitu Kota
Bekasi dan Provinsi Jawa Barat.
47

PT. Kayaba Indonesia memiliki dokumen terkait identifikasi dan


pemenuhan peraturan dan perundang-undangan yang wajib dipenuhi
oleh pihak perusahaan, dan dokumen ini ditinjau secara rutin agar
peraturan dan perundang-undangan terbaru dipenuhi dengan baik.
c. Program K3
Pihak EHS dari PT. Kayaba Indonesia menyusun program K3
yang terdokumentasi setiap tahun nya. Program ini dilaksanakan
berkoordinasi dengan departemen lain di lingkup PT. Kayaba
Indonesia maupun bekerja sama dengan pihak dari luar perusahaan.
Program K3 yang ada di PT. Kayaba Indonesia, antara lain:
1) Genba
Genba adalah program inspeksi yang dilaksanakan oleh
pihak EHS untuk memeriksa kondisi area kerja dan memastikan
kondisi area kerja aman. Jika ditemukan kondisi tidak aman
maka permasalahan akan disampikan kepada departemen yang
bertanggung jawab untuk segera dilakukan perbaikan dalam
bentuk PICA (Problem Identification & Corrective Action)
2) Pemantauan dan Pengukuran Lingkungan
Pemantauan dan pengukuran lingkungan meliputi
pengukuran kebisingan dan pencahayaan yang dilakukan setiap
tiga bulan sekali. Untuk pengukuran getaran, iklim kerja, debu
dan getaran dilakukan setiap enam bulan sekali.
3) Jumat Safety
Program Jumat Safety dilaksanakan setiap hari jumat
dimana setiap kepala departemen melaksanakan inspeksi ke area
yang sudah ditentukan untuk melaksanakan inspeksi bersama
sebagai wujud komitmen kesehatan dan keselamatan kerja.
4) Safety Talk
Safety talk dilaksanakan setiap awal shift dan dilaksanakan
pada tiap departemen secara bergantian. Topik yang
48

disampaikan yaitu berita terbaru terkait K3 dan kebijakan


perusahaan yang harus ditaati oleh pekerja.
5) Audit
Program audit yang baru dilaksanakan yaitu audit ISO
45001. Audit terbagi menjadi dua, yaitu audit internal dan audit
eksternal. Audit internal dilaksanakan oleh komite audit internal
yang telah mengikuti pelatihan dan ditunjuk dari pihak
perusahaan. Audit eksternal dilaksanakan oleh PJK3 yang
ditunjuk perusahaan, audit eksternal juga berfungsi sebagai
persyaratan untuk memperbaharui sertifikasi ISO 45001.
Baik audit eksternal maupun internal dilaksanakan setiap satu
tahun sekali.
6) Safety Campaign
Safety campaign dilaksanakan dalam berbagai bentuk
seperti poster K3, paging melalui sound system kantor dan
menggunakan safety board, yaitu papan yang berisikan
informasi terkait K3 dan himbauan kepada pekerja. Safety board
berada pada tiap line produksi.
7) Small Group Activity
Small Group Activity adalah program yang diikuti oleh
seluruh departemen di PT. Kayaba Indonesia. Kegiatan dari
small group activity adalah pembuatan makalah dan presentasi
yang terkait dengan perbaikan K3 di area kerja.
8) Benchmark
Pihak EHS PT. Kayaba Indonesia rutin melakukan
benchmark ke perusahaan lain dalam rangka belajar dan
mengenalisis sistem K3 di perusahaan lain.
9) Pelatihan
PT. Kayaba Indonesia rutin melakukan pelatihan terkait K3
baik kepada pekerja lama maupun pekerja baru.
3. Implementasi dan Operasi
49

a. Sumber Daya Manusia dan Tanggung Jawab


PT. Kayaba Indonesia memiliki organisasi P2K3 yang dikepalai
langsung oleh presiden direktur. P2K3 rutin melaksanakan safety
meeting yang membahas terkait isu mengenai K3, kecelakaan kerja,
temuan genba dan hasil audit. P2K3 melaporkan setiap kegiatan nya
kepada Dinas Ketenagakerjaan setempat setiap tiga bulan sekali.
b. Kompetensi dan Pelatihan K3
PT. Kayaba Indonesia melakukan skill mapping kepada tiap
pekerja nya, sehingga kebutuhan pelatihan tiap pekerja dapat
teridentifikasi dan tepat sasaran. Kebutuhan pelatihan
dikelompokkan dalam kategori sebagai berikut:
1) Induksi/Pengenalan
Pelatihan ini dilaksanakan untuk semua karyawan baru
mengenai pengenalan risiko K3 dan dampak lingkungan.
2) Pendalaman
Pelatihan ini berfungsi untuk mendalami peran, tugas dan
tanggung jawab kerja agar sejalan dengan sistem manajemen
K3, termasuk sistem tanggap darurat.
3) Penyegaran
Pelatihan diberikan kepada semua karyawan dengan tujuan
menyegarkan kembali mengenai ilmu K3 dan dampak
lingkungan dari proses kerja yang dilakukan.
4) Operator Khusus
Pelatihan ini diberikan kepada karyawan yang
mengoperasikan alat khusus, menangani material khusus atau
membutuhkan skill khusus
Pelatihan K3 yang diadakan di PT. Kayaba Indonesia yaitu:
a) Pelatihan Damkar
b) P3K
c) Kiken Yochi
d) Safety Riding
50

e) Safety Driving
f) Chemical Handling
g) Stop Six
h) Operator Forklift
i) Operator Towing
j) Operator Alat Angkat Angkut
k) Internal Auditor
PT. Kayaba Indonesia juga melakukan pelatihan terkait
penggunaan mesin produksi dan peralatan produksi yang
dilaksanakan di safety dojo menggunakan alat simulasi yang
memperagakan kondisi saat bekerja langsung.
c. Komunikasi K3
PT. Kayaba Indonesia telah memiliki prosedur terkait
komunikasi dan konsultasi K3. Dalam prosedur tersebut telah diatur
bahwa informasi, kebijakan dan kinerja mengenai K3 harus
disampaikan kepada setiap pekerja dalam berbagai media yaitu:
1) Safety meeting
Safety meeting dilakukan setiap bulan dan rapat Manajemen
Review dilakukan 1 tahun untuk mengevaluasi kinerja K3 dan
melakukan perbaikan untuk tahun selanjutnya.
2) Safety induction
Penerapan safety induction dilakukan apabila ada tamu atau
pengunjung datang ke PT. Kayaba Indonesia. Safety induction
dilakukan dengan tujuan memberi gambaran tentang area
perusahaan, adanya potensi bahaya ditempat kerja, kewajiban
menggunakan APD, serta titik kumpul yang aman saat
terjadikeadaan darurat.
3) Pemasangan rambu K3
Rambu K3 adalah jenis rambu larangan, perintah, informasi
atau peringatan. Rambu ini dipasang di area produksi serta
instalasi berbahaya yang mudah terlihat.
51

4) Informasi K3
Menyediakan sejumlah informasi terbaru mengenai K3
dalam bentuk tulisan maupun gambar yang telah dipasang di
setiap departemen, seperti stand point yang terdapat di tiap line
produksi, mading milik EHS atau menggunakan poster
himbauan.
d. Dokumentasi K3
PT. Kayaba Indonesia mendokumentasikan setiap prosedur dan
dokumen yang dibutuhkan dalam proses berjalan nya sistem
manajemen K3. Pendokumentasian bertujuan untuk menyatukan
secara sistematik kebijakan, tujuan dan sasaran K3 serta tanggung
jawab dalam pelaksanaan sistem manajemen K3. Pendokumentasian
dilakukan pada:
1) Manual LK3
Dokumen ini berisi tentang kebijakan yang terintegrasi
dengan sistem yang ada di perusahaan. Di dalam dokumen
terdapat visi misi perusahaan, komitmen dalam mejalankan
program K3 dan sebagai pedoman untuk mencegah dan
mengurangi terjadinya kecelakaan kerja dengan tujuan utama
untuk mencapai K3 yang lebih baik.
2) Prosedur
Prosedur bertujuan untuk memberi arahan tenaa kerja agar
meakukan pekerjaan dengan aman.
3) Safety Rule
Safety Rule bertujuan untuk memberikan informasi tata cara
pelaksanaan kegiatan K3, pemeriksaan dan pemantauan K3, tata
cara penggunaan alat yang aman, dan spesifikasi modifikasi
pada area kerja.
4) Formulir dan Checksheet
52

Formulir dan checksheet yang ada di PT. Kayaba Indonesia


adalah formulir investigasi kecelakaan, formulir beserta
checksheet pemeriksaan, formulir izin kerja.
e. Pengendalian Dokumen
Pengendalian dokumen yang berlaku harus memenuhi
persyaratan penerbitan dan pengesahan sesuai dengan aturan
penerbitan yang tercantum dalam prosedur dan ditinjau secara rutin.
Setiap dokumen yang terbit di lingkungan PT. Kayaba Indinesia
harus teridentifikasi statusnya dan memiliki nomor dokumen yang
mengikuti kode penomoran dari departemen penerbit dokumen.
Setiap dokumen yang didistribusikan harus tercatat dan terdapat
tanda terima penyerahan dokumen.
f. Pengendalian Operasi
Sebelum melakukan pengendalian operasional PT. Kayaba
Indonesia telah mengidentifikasi operasi dan kegiatan yang berkaitan
dengan risiko. Jenis pengendalian operasional yang terdapat di
perusahaan meliputi :
1) Alat Pelindung Diri
Pihak EHS melakukan pemetaan terkait kebutuhan alat
pelindung diri berdasarkan lingkungan kerja, material yang
ditangani dan risiko bahaya yang ditimbulkan saat bekerja.
Sebelum penggunaan alat pelindung diri, dilakukan percobaan
penggunaan alat pelindung diri pada pekerja yang akan
menggunakan, tujuan percobaan ini adalah untuk mengevaluasi
apakah alat pelindung diri tersebut nyaman dan berfungsi
sebagaimana mestinya atau tidak. Alat pelindung diri yang
digunakan di lingkungan PT. Kayaba Indonesia yaitu:
a) Safety Helmet
b) Safety Glasses
c) Earplug NRR 24
d) Sepatu Safety
53

e) Face Shield
f) Respirator
g) Masker N95
h) Masker Partikel
i) Sarung Tangan Vinyl
j) Sarung Tangan Kain
k) Sarung Tangan Kulit
l) Apron Kulit
m) Apron Kain
n) Safety Full Body Harness
2) Lock Out Tag Out (LOTO)
Lock Out Tag Out adalah gabungan antara penerapan
metode mekanis (pemasangan gembok) dan sistem peringatan
tertulis (pemasangan label) yang dipasang pada suatu peralatan
sebagai peringatan kepada orang lain bahwa peralatan
bersumber energi berbahaya dimaksud sedang diisolasi dan
tidak boleh dioperasikan selama gembok dan label terpasang
pada peralatan tersebut. Lock Out Tag Out harus dilakukan pada
saat melaksanakan pekerjaan dibawah ini:
a) Aktivitas atau pekerjaan dengan memasukkan seluruh
anggota badan kedalam mesin, masuk kedalam mesin,
berarti berada di dalam area yang terpasang berbagai safety
device untuk mencegah operator tersentuh mesin seperti
cover, pagar pelindung dan sensor.
b) Aktivitas atau pekerjaan dengan memasukkan sebagian
anggota badan, dari bagian pintu masuk mesin yang tidak
terpasang safety device, misalnya membuka cover yang
telah dikencangkan dengan baut lalu memasukkan tangan
ke dalam mesin tersebut.
c) Saat masuk ketempat yang terpasang alat pemadam
kebakaran otomatis.
54

d) Tag Out harus diterapkan pada waktu melakukan kerja


dengan memasuki area/ruangan tertentu dimana
area/ruangan tersebut tidak ada aktivitas pekerjaan rutin
didalamnya. Seperti, ruang genset, kompresor dan trafo.
3) Safety Guarding
PT. Kayaba Indonesia melakukan rekayasa teknik pada
mesin produksi dengan memasang pelindung pada komponen
mesin yang bergerak. Tujuan pemasangan pelindung ini
bertujuan untuk mengurangi potensi anggota tubuh pekerja
mengalami bahaya terjepit dan tersangkut di dalam mesin.
4) Izin Kerja
PT. Kayaba Indonesia telah mengidentifikasi jenis
pekerjaan yang memiliki potensi risiko besar sehingga
diperlukan pengawasan dan izin kerja untuk melakukan
pekerjaan tersebut. Izin kerja yang ada di PT. Kayaba Indonesia
yaitu:
a) Cold Work Permit
Izin kerja yang diberikan kepada pekerjaan selain
pekerjaan rutin yang tidak menimbulkan api.
b) Hot Work Permit
Izin kerja yang diberikan kepada pekerjaan selain
pekerjaan rutin yang berpotensi menimbulkan percikan api.
c) Confined Space Work Permit
Izin kerja yang diberikan kepada pekerjaan yang berada
diruangan terbatas dengan persyaratn tertentu
d) Excavation Work Permit
Izin kerja yang diberikan kepada pekerjaan yang
dilakukan diatas tanah dalam kapasitas udara, ruang gerak,
cahaya dan komunikasi yang terbatas.
e) Electrical Work Permit
55

Izin kerja yang diberikan kepada pekerjaan yang


berhubungan langsung dengan listrik.
f) Elevation Work Permit
Izin kerja yang diberikan kepada pekerjaan yang berada
pada ketinggian diatas dua meter.
5) Aspek LK3
Aspek LK3 merupakan dokumen yang memuat tentang
urutan proses kerja beserta potensi bahaya yang ada pada tiap
proses nya. Tujuan dari dokumen Aspek LK3 yaitu agar pekerja
mengenali bahaya dari proses kerja yang dilakukan nya, alat
pelindung diri yang harus digunakan dan potensi bahaya dari
pekerjaan tersebut beserta penanggulangan nya jika terjadi
abnormality.
6) Safety Data Sheet
PT. Kayaba Indonesia menyediakan safety data sheet bahan
kimia yang digunakan baik dalam proses produksi maupun non-
produksi. Safety data sheet yang didapat dari supplier bahan
kimia dipasang pada wadah bahan kimia dan juga pada mesin
yang menggunakan bahan kimia tersebut.
7) Safety Rule
Safety rule merupakan prosedur mengenai tata cara
pelaksanaan kegiatan K3, pemeriksaan dan Pemantauan K3, tata
cara penggunaan alat yang aman, dan spesifikasi modifikasi
pada area kerja yang berkaitan dengan kesehatan dan
keselamatan kerja di area PT. Kayaba Indonesia.
g. Sistem Tanggap Darurat
Keadaan darurat yang teridentifikasi oleh PT. Kayaba Indonesia
yaitu gempa bumi, kebakaran, kebocoran B3 dan keracunan
makanan.
PT. Kayaba Indonesia telah melakukan pengendalian keadaan
darurat denganadanya sistem tanggap darurat yaitu:
56

1) Persahaan memiliki tim respon tanggap darurat


Tim tanggap darurat yang terdiri dari karyawan yang
memiliki pengetahuan dan telah terlatih dalam mengambil
tindakan pada keadaan darurat. Pelatihan yang diberikan kepda
tim respon tanggap darurat meliputi teori api, kelas api,
pemadaman api konvensional, pemadaman api dengan APK,
pemadaman api dengan hydrant, P3K, transportasi dan evakuasi,
manajemen transportasi dan manajemen komunikasi. Pada saat
alarm dibunyikan, maka anggota tim respon tanggap darurat
harus memulai melaksanakan proses evakuasi pekerja dan tamu
perusahaan ke assembly point, setelah pekerja dan tamu
perusahaan di evakuasi maka dilakukan penghitungan untuk
memastikan tidak ada yang tertinggal di dalam area. Anggota
tim respon tanggap darurat harus mengetahui nomor darurat
yang harus dihubungi ketika terjadi keadaan darurat.
2) Prosedur tanggap darurat
Setiap keadaan darurat yang teridentifikasi memiliki
prosedur tanggap darurat yang menjadi pedoman jika terjadi
keadaan darurat bagi pekerja dan tamu perusahaan.
3) Sarana tanggap darurat
Sarana yang disediakan PT. Kayaba Indonesia untuk
mengantisipasi terjadinya keadaan darurat yaitu Self-Contained
Breathing Apparatus, tandu, kotak P3K, defribilator otomatis,
APAR, APK dan hydrant. Sarana tanggap darurat rutin
diperiksa dan diuji secara berkala agar selalu dalam kondisi
layak pakai baik saat keadaan darurat ataupun tidak.
4) Peta evakuasi
Peta evakuasi disiapkan dan disosialisasikan pada tiap
pekerja dan tamu perusahaan agar saat keadaan darurat, pekerja
dan tamu perusahaan dapat menuju assembly point yang
terdekat dari area evakuasi. PT. Kayaba Indonesia memiliki
57

empat assembly point, yaitu di belakang Warehouse CKD, di


depan office timur, di area masjid dan di pos pantau security
bagian belakang pabrik. Rambu-rambu petunjuk jalur evakuasi
dipasang untuk memudahkan pekerja dan tamu perusahaan
menuju assembly point yang terdekat.
4. Pemeriksaan dan Pengawasan
a. Safety Patrol
Safety patrol dilaksanakan secara rutin setiap hari, untuk
memastikan tidak ada kondisi tidak aman dan tindakan tidak aman
yang terjadi di area kerja. Safety patrol tidak hanya dilakukan pada
pekerja PT. Kayaba Indonesia tetapi juga pada kontraktor yang sedang
bekerja di PT. Kayaba Indonesia.
b. Statistik Kecelakaan
Penghitungan statistik kecelakaan di PT. Kayaba Indonesia
menggunakan rumus sebagai berikut:
1) Frequency Rate (Fr)
Ukuran yang digunakan menghitung atau mengukur
kekerapan kecelakaan kerja untuk setiap juta jam kerja orang.
Rumus :
Jumlah karyawan yang kecelakaan x 1 juta
Jumlah seluruh jam kerja karyawan
2) Severity Rate (Sr)
Ukuran yang digunakan untuk menghitung atau mengukur
tingkat keparahan total hilangnya hari kerja pada setiap juta jam
kerja orang
Rumus :
Jumlah hilang hari kerja karena kecelakaan kerja x 1 juta
Jumlah seluruh jam kerja karyawan

c. Penyimpanan Rekaman (laporan-laporan K3)


58

PT. Kayaba Indonesia telah melakukan penyimpanan dokumen


berupa softfile dan hardfile. Penyimpanan softfile ini dapat diakses
oleh semua tenaga kerja dengan sistem sedangkan hardfile disimpan
di dalam ordner yang telah diberi kode kategori kemudian ditaruh di
dalam rak.
d. Inspeksi
Inspeksi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara
terstruktur serta dilakukan untuk mengidentifikasi semua kondisi dan
tindakan yang tidak seuai standar di tempat kerja, memperbaikinya
sehingga mencegah dari kemungkinan timbulnya insiden. PT. Kayaba
Indonesia telah mengetahui bahwa keselamatan dan kesehatan kerja
serta pengelolaan lingkungan hidup adalah salah satu landasan utama
dalam kegiatan operasi.
Dalam rangka mendukung hal tersebut maka dilakukan inspeksi
yang pro-aktif agar kondisi berbahaya dapat diidentifikasi dan
diperbaiki sebelum menyebabkan kecelakaan dan berdampak pada
kerugian. Kegiatan inspeksi dilaksanakan setiap satu kali dalam
seminggu. Adapun jenis inspeksi K3 yang ada di PT. Kayaba
Indonesia meliputi:
1) Inspeksi Area Kerja
2) Inspeksi Peralatan Kerja
3) Inspeksi APD
e. Investigasi Kecelakaan
Departemen EHS melaksanakan investigasi terkait kecelakaan
setiap terjadi dalam kurun waktu 1 x 24 jam sejak kecelakaan terjadi.
Investigasi dilaksanakan bersama penanggung jawab dari area
(foreman) dimana terjadinya kecelakaan. Hasil investigasi dibuat
dalam bentuk laporan analisis penyebab kecelakaan, Why Why
Analysis, dan laporan kejadian yang berisi ringkasan kejadian dan
poin pembelajaran untuk di publikasikan kepada pekerja.
f. Pelaporan Kecelakaan
59

Pelaporan kecelakaan di perusahaan dilakukan menggunakan


formulir pelaporan kecelakaan yang format nya sudah tersedia,
dokumen ini memuat identitas pelapor, identitas korban, jenis
kecelakaan, 5 Why + 1 How dari kejadian, tindakan yang telah
dilakukan dan biaya pengobatan. Dokumen pelaporan kecelakaan di
sahkan oleh pihak security sebelum diserahkan pada departemen EHS.
g. Audit K3
PT. Kayaba Indonesia barusaja mengalami pergantianyang
awalnya menggunakana OHSAS 18001 berganti menjadi ISO 45001.
Audit terkait sistem manajemen K3 dilaksanakan satu tahun sekali,
baik audit internal dari PT. Kayaba Indonesia maupun dari pihak
eksternal dalam rangka pembaharuan sertifikasi sistem manajemen K3
ISO 45001. Untuk audit K3 yang diadakan dari pelanggan PT. Kayaba
Indonesia, dilaksanakan sesuai dengan jadwal dari pihak pelanggan
yang melaksanakan audit.
5. Tinjauan Ulang Manajemen
Tinjauan manajemen di lakukan dalam rapat P2K3 atau Safety
Meeting di PT. Kayaba Indonesia yang dilakukan setiap dua bulan sekali
dan pada Rapat Management Review yang diadakan setiap satu tahun
sekali membahas mengenai program Lingkungan, Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (LK3) serta penerapannya.
G. Penerapan Ergonomi
1. Desain Stasiun Kerja
a. Ergonomi Perkantoran
Pada area perkantoran pada umumnya menggunakan meja dan
kursi, dan posisi kerja yang paling umum adalah sikap posisi kerja
duduk. Pada area kantor di PT. Kayaba Indonesia menggunakan
meja kerja yang cukup luas untuk menaruh peralatan kerja dan
memungkinkan para pekerja dapat menjangkau dengan mudah
seluruh peralatan kerja. Meja juga dilengkapi dengan penopang kaki
sehingga pekerja lebih rileks saat bekerja. Jarak monitor komputer
60

dari posisi duduk pekerja cuku, sehingga mata pekerja tidak cepat
lelah akibat menatap monitor. Kursi yang digunakan memiliki
sandaran dan lebar yang cukup untuk menopang tubuh pekerja.
Kursi kerja dapat diatur sesuai kenyamanan pemakainya dan
dilengkapi dengan roda untuk memudahkan dalam melakukkan
pergeseran. Ketinggian kursi dapat diatur menggunakan tuas
sehingga desain stasiun kerja tetap ideal.
Selain itu untuk penyimpanan dokumen atau file-file penting
ditempatkan pada almari geser yang diletakkan pada sisi dinding
sehingga tidak memakan banyak tempat dan tidak menghalangi
aktivitas pekerja. Pada setiap diberi label dan penempatan yang rapi
dapat memudahkan dalam pencarian dokumen.
b. Ergonomi Area Produksi
Pada area produksi, penataan disesuaikan dengan panjang dan
lebar mesin produksinya serta ditempatkan sesuai alur proses
produksi. Pada setiap line produksi diberkani tanda atau penamaan
yang jelas sesuai nama proses atau nama area sebagai petunjuk dan
dilengkapi dengan meja foreman serta papan informasi di setiap area
produksi. Mesin-mesin yang digunakan telah disesuaikan dengan
postur tubuh orang Indonesia, Jalur transportasi orang dan barang
diberi tanda yaitu dengan pengecatan lantai warna hijau dengan garis
kuning sebagai garis batasnya.
2. Waktu Kerja
PT Kayaba Indonesia menerapkan sistem 5 hari kerja, Senin sampai
Jum’at dan 2 hari libur mingguan. Waktu kerja di PT Kayaba Indonesia
diatur sebagai berikut:
a. Untuk karyawan yang bekerja shift
PT. Kayaba Indonesia membagi tiga shift untuk pekerja area
produksi, tiga shift antara lain:
Shift I : Pukul 22.30-06.00 WIB
Shift II : Pukul 06.00-14.30 WIB
61

Shift III : Pukul 14.30-22.30 WIB


b. Untuk karyawan yang bekerja non-shift
Hari Senin-Kamis : Pukul 07.30-16.00 WIB
Hari Jum’at : Pukul 07.30-16.30 WIB
Waktu istirahat karyawan adalah 30 menit setiap harinya,
kecuali pada hari Jum’at diberikan waktu 60 menit bagi karyawan
shift II dan non-shift untuk istirahat dan sholat Jum’at. Hari Sabtu
dan Minggu libur, kecuali dinyatakan sebagai hari kerja pengganti
oleh perusahaan atau dimanfaatkan sebagai hari lembur.
3. Beban Kerja
Proses pekerjaan yang ada di lingkungan kerja PT. Kayaba Indonesia
dapat menyebabkan kelelahan pada tenaga kerja. Beban kerja yang
diberikan kepada pekerja disesuaikan dengan bidang dan kemampuan
yang dimiliki setiap tenaga kerja, didukung dengan adanya gizi kerja
yang baik, training dan penyuluhan untuk tenaga kerja, organisasi yang
terkoordinir, lingkungan kerja yang terpelihara, serta adanya motivasi
kerja.
4. Display
Display berfungsi sebagai media penyampaian informasi di
lingkungan kerja perusahaan kepada pekerja, display yang teridentifikasi
di area PT. Kayaba Indonesia yaitu:
a. Visual Display
Visual display merupakan display terbanyak yang digunakan di
PT. Kayaba Indonesia. Visual display digunakan untuk
menyampaikan informasi terkait himbauan, panduan dan larangan.
Visual display yang terdapat di PT. Kayaba Indonesia yaitu rambu
peringatan, papan informasi, denah, lampu tanda operasi, jam digital,
grafik dan tampilan pada pengaturan mesin.
b. Auditory Display
Auditory display digunakan untuk menyampaikan informasi
yang bersifat singkat dan selalu berubah-ubah, auditory display
62

dapat digunakan juga sebagai tanda peringatan jika terjadi sesuatu.


Auditory display di PT. Kayaba Indonesia adalah paging dan alarm
kebakaran.
5. Antropometri
Pengumpulan data antropometri pada pekerja bertujuan agar
perusahaan memiliki data mengenai ukuan tubuh pekerja, yang dapat
menjadi acuan dalam pengambilan keputusan, seperti desain stasiun
kerja, penempatan pekerja, dan modifikasi pada layout dan area kerja.
PT. Kayaba Indonesia belum melakukan pengukuran untuk pengambilan
data antropometri pada pekerja, namun telah ditetapkan standar
pengadaan mesin yang digunakan atau alat kerja yang mengacu pada
standar ukuran orang Indonesia pada umumnya.
6. Kelelahan Kerja
Kelelahan kerja dapat terjadi pada seluruh pekerja baik di area
produksi maupun perkantoran. Kelelahan kerja yang dapat teridentifikasi
di PT. Kayaba Indonesia, yaitu:
a. Kelelahan Fisik
Kelelahan fisik dapat terjadi pada semua pekerja, baik di area
produksi maupun perkantoran. Faktor kelelahan fisik yang dapat
teridentifikasi di PT. Kayaba Indonesia, yaitu:
1) Aktivitas Kerja Fisik
Sifat pekerjaan yang memerlukan aktivitas fisik dapat
menimbulkan efek kelelahan pada pekerja, kapasitas fisik pada
tiap orang berbeda-beda tergantung pada beberapa faktor
seperti, usia, riwayat penyakit dan keterbatasan fisik. Kelelahan
kerja dapat dicegah dengan menyesuaikan kapasitas kemampuan
kerja fisik pekerja dengan jenis pekerjaan
2) Stasiun Kerja
Stasiun kerja yang tidak ergonomis dapat berpengaruh
dalam kelelahan kerja pada pekerja, stasiun kerja yang tidak
ergonomis dapat membuat posisi pekerja menjadi tidak ideal
63

dan membuat pekerja lebih cepat mengalami kelelahan. Desain


ulang stasiun kerja atau pembuatan stasiun kerja dapat diatur
menjadi tindakan pencegahan stasiun kerja yang tidak
ergonomis
3) Lingkungan Kerja Ekstrim
Lingkungan kerja pada suhu yang tinggi dapat
mempengaruhi tingkat kelelahan pekerja, pekerja akan merasa
lebih cepat dehidrasi karena terpapar panas dan pekerja akan
lebih cepat lelah. Pengendalian teknik dapat dilakuakn seperti
memasang kipas angin atau menambah ventilasi, dan
pengendalian administrasi seperti menerapkan peraturan minum
secara rutin dan istirahat rutin setelah melakukan pekerjaan
selama beberapa waktu yang ditetentukan.
4) Kebutuhan Kalori Kurang
Kebutuhan kalori yang kurang dapat mempengaruhi
kapasitas fisik pekerja secara langsung. Perubahan menu makan
diperlukan agar asupan kalori pekerja mencukupi sesuai dengan
jenis pekerjaannya.
5) Waktu Istirahat
Waktu istirahat yang kurang dapat mempengaruhi
kemampuan fisik pekerja dalam bekerja, waktu istirahat dapat
mempengaruhi konsentrasi pekerja dan waktu respon dari
pekerja. Perusahaan harus menyediakan mekanisme konsultasi
apabila pekerja mengalami kesulitan dalam beristirahat.
b. Kelelahan Psikis
1) Faktor Pekerjaan
Beban pekerjaan yang berlebihan, target yang harus dicapai,
jam kerja berlebihan dan pekerjaan yang bersifat monoton
sehingga menyebabkan kelelahan psikis.
2) Faktor Organisasi Kerja
64

Hubungan antar pekerja ataupun hubungan dengan atasan


dapat mempengaruhi kondisi psikis pada seorang pekerja
sehingga dapat mempengaruhi bagaimana pekerja tersebut
berkontribusi dalam organisasi kerja.
3) Faktor Dari Luar Pekerjaan
Masalah keluarga, masalah keuangan atau masalah pribadi
dapat menjadi faktor terjadinya kelelahan psikis pada pekerja.
7. Penilaian Muskuloskeletal
Beberapa metode yang digunakan dalam penilaian keluhan sistem
muskuloskeletal seperti metode OWAS, metode RULA, metode REBA
dan metode Nordic Body Map (NBM). PT. Kayaba Indonesia belum
melakukan penilaian terkait keluhan sistem muskuloskeletal di tempat
kerja, namun untuk pengendalian sudah dilakukan melalui pelatihan,
seminar kesehatan, poster kesehatan dan evaluasi bulanan terhadap
kejadian sakit yang tercatat di poliklinik perusahaan. Pelatihan metode
angkat angkut yang baik diberikan pada pelatihan basic skill dan
sosialisasi safety dojo.
8. Manual dan Automatic handling
a. Manual Handling
Di perusahaan terdapat akivitas manual handling yaitu pada area
produksi dan area perkantoran. Dalam kegiatan produksi, kegiatan
manual handling yaitu mengangkat APAR, memindahkan bagian
produk, mengangkut material produksi, dan menarik wagon yang
berisi muatan.
Kegiatan manual handling pada area perkantoran yaitu
mengangkat tumpukan dokumen dan file. PT. Kayaba Indonesia
telah membuat prosedur kerja terkait manual handling, prosedur ini
mengatur beban maksimal pekerja dalam melaksanakan manual
handling, postur kerja yang baik dan prosedur kerja manual
handling.
b. Automatic Handling
65

Kegiatan automatic handling di area produksi menggunakan alat


bantu yaitu hand truck, hand pallet, trolley, wagon, towing, AGV
dan forklift.
Hand truck digunakan untuk membawa material wadah bahan
kimia dan kardus. Hand pallet digunakan untuk mengangkut wadah
bahan kimia dan juga produk setengah jadi di area casting. Trolley
digunakan untuk membawa peralatan kebersihan dan peralatan
perbaikan. Wagon digunakan untuk membawa material setengah
jadi, produk jadi dan mengangkut limbah sisa produksi berupa
cutting chip dan scrap, untuk wagon material setengah jadi dan
produk jadi dapat ditarik menggunakan AGV atau towing apabila
susunan wagon tidak memungkinkan untuk ditarik oleh pekerja dan
jarak pemindahan yang jauh. Forklift digunakan di area warehouse
untuk memindahkan barang yang berada di ketinggian dan harus di
pindahkan secara cepat dalam proses pengangkutan.
9. House keeping
PT. Kayaba Indonesia menerapkan 5R dalam penerapan house
keeping di tempat kerja, 5R yaitu:
a. Ringkas (Seiri)
Aktivitas yang dilakukan antara lain memisahkan barang yang
sering digunakan dengan yang jarang digunakan, menyingkirkan
barang yang sudah tidak digunakan lagi, dan menempatkan kembali
barang yang tidak digunakan lagi.
b. Rapi (Seiton)
Aktivitas yang dilakukan adalah menempatkan barang sesuai
dengan tempatnya, barang yang sering digunakan diletakkan di
tempat paling depan atau tempat yang paling mudah dilihat dan
mudah untuk dijangkau, dan memberi label atau penamaan, petunjuk
dan batas area yang jelas.
c. Resik (Seiso)
66

Aktivitas yang dilakukan antara lain membuang sampah pada


tempatnya, menjaga kebersihan lingkungan kerja, menghilangkan
serta mencegah sumber yang menyebabkan kotor.
d. Rawat (Seiketsu)
Aktivitas yang dilakukan adalah memelihara kondisi 3R di atas
secara teratur dan rutin di tempat kerja, tetap konsisten dan
konsekuen menjaga dan melakukan aktivitas 3R sebelumnya,
membuat standar nilai, dan melakukan pemeriksaan secara berkala
atau rutin dengan patrol check, pengisian check sheet.
e. Rajin (Shitsuke)
Aktivitas yang dilakukan adalah konsisten dan konsekuen
melakukan peraturan yang berlaku, membiasakan diri dengan terus
melaksanakan 4R sebelumnya, menjadikan 4R menjadi budaya.
10. Stress kerja
Tekanan psikologis yang dapat menimbulkan penyakit baik secara
fisik maupun penyakit jiwa yang disebabkan oleh pekerjaan yang
berlebih bagi tenaga kerja, salah satunya dengan adanya fatigue
management dengan program yang dilakukan berupa pengaturan jam
kerja, hari kerja, senam pada pagi hari, pemberian cuti kepada tenaga
kerja, senam ringan sebelum memulai pekerjaan, safety briefing, family
gathering, lomba dalam memperingati kemerdekaan Indonesia, dan
lomba memperingati bulan K3 serta dilakukannya rotasi bagian kerja
pada operator setelah satu tahun bekerja.
11. Hubungan kerja
Adanya mitra kerja yang diadakan oleh seluruh departemen sebagai
salah satu kegiatan untuk menunjang kelancaran proses produksi dan
penyampaian informasi merupakan bagian penting karena untuk menjaga
hubungan kerja yang baik dan sistem berjalan lancar di perusahaan, yang
meliputi kegiatan seperti daily meeting, weekly meeting, dan hubungan
kerja tenaga kerja dapat dilakukan melalui media komunikasi di area
kerja seperti, personal kontak, e-mail, telepon.
67

H. Pengelolaan Lingkungan

1. Organisasi dan tanggung jawab kegiatan pengelolaan lingkungan


PT. Kayaba Indonesia memiliki organisasi pengelolaan lingkungan
dan tanggung jawab sosial yaitu ESR (Enviromental Social
Responsibility) Committee. ESR dikepalai langsung oleh presiden
direktur PT. Kayaba Indonesia. Organisasi ini terbagi menjadi sub
bagaian yang memiliki tanggung jawab yang berbeda, yaitu Proper, EHS,
Green Product dan CSR-Biodiversity.
2. Pengelolaan Limbah
a. Limbah Cair
1) Identifikasi Sumber
Limbah cair di PT. Kayaba Indonesia dihasilkan dari limbah
cair domestik dan limbah cair B3.
2) Kegiatan Pemantauan
Pemantauan limbah cair dilakukan oleh pihak PT. Kayaba
Indonesia setiap enam bulan sekali melalui pihak ketiga yaitu
dari laboratorium penguji PT. Medialab Indonesia.
3) Penilaian
Penilaian dari kegiatan pemantauan limbah cair
menunjukkan hasil sebagai berikut:
a) Limbah Cair Domestik
Limbah cair domestik dihasilkan dari kegiatan kantor,
MCK dan kantin karyawan.
b) Limbah Cair B3
Limbah cair B3 dihasilkan dari limbah cair outlet,
coolant, solar bekas, sisa thinner dan cat, sisa chrom &
CrO3, MDA bekas, oli bekas serta chemical bercampur debu
alumunium.
4) Metode Pengolahan
a) Limbah Cair Domestik
68

Limbah cair domestik langsung dialirkan ke saluran


limbah domestik milik MM2100 untuk diproses lebih
lanjut.
b) Limbah Cair B3
Untuk coolant, solar bekas, sisa thinner dan cat, MDA
bekas, oli bekas serta chemical bercampur debu alumunium
dikumpulkan di TPS kemudian diserahkan ke pihak ketiga.
Sedangkan limbah cair outlet dan sisa chrom & CrO3 diolah
di WWTP PT. Kayaba Indonesia kemudian dialirkan ke
saluran IPAL kawasan MM2100.
b. Limbah Udara
1) Identifikasi Sumber
Limbah udara di PT. Kayaba Indonesia dihasilkan dari hasil
produksi dan emisi gas buang kendaraan.
2) Kegiatan Pemantauan
Pemantauan limbah udara dilakukan oleh pihak PT. Kayaba
Indonesia setiap enam bulan sekali melalui pihak ketiga yaitu
dari laboratorium penguji PT. Medialab Indonesia.
3) Penilaian
Penilaian dari kegiatan pemantauan limbah cair
menunjukkan hasil bahwa limbah udara hasil produksi berupa
gas dari mesin produksi proses painting dan proses plating.
Sedangkan emisi gas buang kendaraan berupa asap dari
kendaraan yang berada di area PT. Kayaba Indonesia.
4) Metode Pengolahan
Limbah udara dari kedua proses tersebut dialirkan ke
scrubber untuk mereduksi kandungan gas berbahaya kemudian
dikeluarkan melalui cerobong.
c. Limbah Padat
1) Identifikasi Sumber
69

Limbah padat domestik di PT. Kayaba Indonesia dihasilkan


dari limbah padat domestik dan limbah padat B3.
2) Kegiatan Pemantauan
Pemantauan limbah padat dilakukan oleh pihak PT. Kayaba
Indonesia pada enam bulan sekali melalui pihak ketiga yaitu dari
laboratorium penguji PT. Medialab Indonesia.
3) Penilaian
Penilaian dari kegiatan pemantauan limbah cair
menunjukkan hasil sebagai berikut:
a) Limbah Padat Domestik
Limbah padat domestik dihasilkan dari sisa makanan,
limbah halaman, limbah perkantoran dan sisa material
packaging produk.
b) Limbah Padat B3
Limbah padat B3 berupa scarp alumunium sludge
IPAL, anode bekas, kain majun terkontaminasi B3 dan filter
bekas dari proses non produksi yaitu aki bekas, lampu TL
bekas dan toner bekas.
4) Metode Pengolahan
a) Limbah Padat Domestik
Limbah sisa makanan dari kantin diangkut oleh
cathering penyedia makanan, sedangkan limbah halaman,
limbah perkantoran dan sisa material packaging produk
disimpan sementara di TPS untuk selanjutnya diangkut oleh
pihak ketiga.
b) Limbah Padat B3
Limbah padat B3 disimpan terlebih dahulu ditempat
penampungan sementara khusus B3 sebelum diangkut oleh
pihak ketiga.
PT. Kayaba Indonesia memiliki dua tempat
penyimpanan sementara untuk limbah B3, yaitu sludge dan
70

non-sludge.Tempat penyimpanan sementara B3 sludge


digunakan untuk menyimpan limbah dari sludge IPAL,
sludge disimpan dalam jumbo bag dan disimpan dalam
keadaan terikat. TPS B3 sludge memiliki atap atap dan
ventilasi yang cukup sehingga srikulasi udara baik dan
terhindari matahari secara langsug, serta dilengkapi dengan
pagar tertutup untuk aksesnya. Pada pagar TPS B3,
terpasang simbol tanda bahaya.
Jumbo bag memiliki masa simpan sementara maksimal
sembilan puluh hari dari dihasilkannya limbah. Jumbo bag
juga dilengkapi dengan simbol tanda bahaya dan
ditempatkan diatas palet. Setiap limbah B3 yang masuk dan
keluar harus tercatat dalam logbook, meliputi jenis limbah,
tanggal masuk, sumber limbah, jumlah limbah masuk,
tanggal keluar limbah, jumlah limbah keluar, tujuan
penyerahan, bukti nomor dokumen dan sisa limbah B3 di
TPS.
3. Program Lingkungan Hidup
PT. Kayaba Indonesia memiliki program terkait lingkungan hidup,
yaitu:
a. Efisiensi energi
b. Pengurangan pencemaran udara
c. Pengurangan dan pemanfaatan limbah b3
d. Konservasi air
e. Penggunaan kembali kertas bekas
f. Program zero plastic
4. Penghargaan
PT. Kayaba Indonesia telah mendapatkan sertifikat sistem
manajemen lingkungan ISO 14001:2015, Astra Green Company
peringkat hijau dan penghargaan PROPER (Program Peningkatan
71

Kinerja Perusahaan) peringkat biru dari Kementerian Lingkungan Hidup


pada tahun 2018.
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Penerapan Higiene Perusahaan

1. Faktor Fisika
a. Intensitas Kebisingan
PT. Kayaba Indonesia telah melakukan pengukuran kebisingan
secara berkala setiap enam bulan sekali melalui pihak ketiga yaitu
laboratorium penguji PT. Medialab Indonesia. Hal tersebut telah
sesuai dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Lingkungan Kerja pasal 5 ayat (1) huruf a menyebutkan
“Pelaksanaan syarat-syarat K3 Lingkungan Kerja sebagaimana
dimakud dalam pasal 4 dilakukan melalui kegiatan: a. Pengukuran
dan pengendalian lingkungan kerja”, dan sesuai dengan pasal 10 ayat
(1) yang berbunyi “Pengukuran dan pengendalian kebisingan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (1) huruf b harus
dilakukan pada tempat kerja yang memiliki sumber bahaya
kebisingan dari operasi peralatan kerja.”
Berdasarkan hasil pengukuran kebisingan dengan waktu paparan
8 jam/hari diperolah data bahwa kebisingan masih dibawah 85 dBA.
Namun kebisingan yang dihasilkan pada Ruang Generator, Area
Konstruksi M/C Gerindra, Area Konstruksi M/C Cutting melebihi
NAB maka hal tersebut belum sesuai dengan Lampiran I Peraturan
Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja yang
menyebutkan bahwa lama pemaparan 8 jam per hari NAB yang
diperkenankan yaitu 85 dBA.
Upaya pengendalian yang telah dilakukan PT. Kayaba Indonesia
di area yang melebihi nilai ambang batas yaitu dengan pemasangan
rambu peringatan, penggunaan earplug dan earmuff serta
72
73

pengecekan kebisingan alat/mesin secara teratur. Hal ini telah sesuai


dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lingkungan Kerja pasal 7 ayat (1) yang berbunyi “Pengendalian
lingkungan kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (2)
huruf a dan huruf b dilakukan agar tingkat pajanan faktor fisika dan
faktor kimia berada dibawah NAB”, serta sesuai dengan pasal 10
ayat (4) yang berbunyi “Pengendalian sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dilakukan dengan melaksanakan program pencegahan
penurunan pendengaran dengan: d. mengatur dan membatasi pajanan
kebisingan atau pengaturan waktu kerja; e. menggunakan alat
pelindung diri yang sesuai.”
Perusahaan juga telah sesuai dengan Undang-Undang No.1
Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 14 huruf b yang
berbunyi “Pengurus diwajibkan memasang dalam tempat kerja yang
dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan
semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah
dilihat dan terbaca menurut petunjuk dan pengawas atau ahli
keselamatan kerja”. Untuk pemberian APD juga telah sesuai dengan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 8 Tahun
2010 tentang Alat Pelindung Diri pasal 2 ayat (1) bahwa,
“Pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja/buruh ditempat
kerja.”
b. Intensitas Getaran
PT. Kayaba Indonesia telah melakukan pengukuran getaran
secara berkala setiap enam bulan sekali melalui bekerjasama dengan
pihak ketiga yaitu laboratorium penguji PT. Medialab Indonesia.
Hal tersebut telah sesuai dengan Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja pasal 11 ayat
(1) yang berbunyi “Pengukuran dan pengendalian getaran
74

sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (1) huruf c harus


dilakukan pada tempat kerja yang memiliki sumber bahaya getaran
dari operasi peralatan kerja.”
Berdasarkan hasil pengukuran getaran tidak ada mesin yang
melebihi NAB baik itu getaran seluruh badan maupun getaran alat
lengan, hal ini sesuai dengan Lampiran I Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja yang
menyebutkan bahwa waktu pajanan 6 sampai 8 jam per hari
diperkenankan 5m/det2 untuk pemaparan lengan dan tangan.
Upaya pengendalian yang telah dilakukan PT. Kayaba Indonesia
terhadap paparan getaran yaitu dengan sarung tangan anti getaran
untuk mengurangi paparan getaran yang diterima oleh pekerja serta
pemasangan peredam suara. Hal ini telah sesuai dengan Peraturan
Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja pasal
11 ayat (3) yang berbunyi “Jika hasil pengukuran tempat kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melebihi dari NAB harus
dilakukan pengendalian” dan telah sesuai dengan pasal 11 ayat (4)
huruf e yang berbunyi “Pengendalian sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dilakukan dengan: e. Penggunaan alat pelindung diri yang
sesuai.”
c. Intensitas Pencahayaan
PT. Kayaba Indonesia menggunakan dua sumber pencahayaan
yaitu pencahayaan alami dan buatan. Perusahaan telah melakukan
pengukuran intensitas pencahayaan secara berkala setiap tiga bulan
sekali yang dilakukan oleh Departemen EHS.
Hal tersebut telah sesuai dengan Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja pasal 16 ayat
(1) yang berbunyi “Pengukuran dan pengendalian pencahayaan
75

sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (1) huruf g harus


dilakukan ditempat kerja” dan ayat (2) yang berbunyi “Pencahayaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. pencahayaan
alami; dan/atau b. pencahayaan buatan.”
Hasil pengukuran intensitas pencahayaan diperoleh data
bahwa pada area produksi telah memenuhi standar yang ditentukan
dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lingkungan Kerja Lampiran 1 yaitu, pekerjaan yang membutuhkan
agak ketelitian seperti di line Work Shop, WWT for Painting, SA 1,
Packaging, SA3 membutuhkan pencahayaan minimal 200 lux,
pekerjaan yang membutuhkan ketelitian seperti di area OTM, OTB,
UBC, SSM, OCC, CTP, CYL, CLN, OSC 2, OSC 1, WLC, OCU,
QA Lab, FF membutuhkan pencahayaan minimal 300 lux
Pada area Office telah memenuhi standar yang ditentukan
dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lingkungan Kerja Lampiran 1 yaitu Pekerjaan Kantor yang
berganti-ganti menulis dan membaca, pekerjaan arsip dan seleksi
surat minimal harus memiliki intensitas penerangan sebesar 300 lux.
Pada area Warehouse, intensitas pencahayaan telah
memenuhi standar yang ditentukan dalam Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja Lampiran 1
yaitu gudang-gudang untuk menyimpan barang harus memiliki
intensitas pencahayaan minimal sebesar 100 Lux.
Upaya pengendalian yang telah dilakukan PT. Kayaba Indonesia
terhadap intensitas pencahayaan yaitu dengan pemasangan jendela
kaca di area office yang menjadi sumber pencahayaan alami dari
sinar matahari yang masuk kedalam ruangan, penggunaan lampu
LED dan alampu TL sebagai sumber pencahayaan buatan serta
76

pembersihan rangka lampu dari debu yang menghalangi cahaya. Hal


ini telah sesuai dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Lingkungan Kerja pasal 16 ayat (3) yang berbunyi “Jika hasil
pengukuran pencahayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
sesuai dengan standar dilakukan pengendalian agar intensitas
pencahayaan sesuai dengan jenis pekerjaannya.”
d. Iklim Kerja
PT. Kayaba Indonesia telah melakukan pengukuran secara
berkala setiap enam bulan sekali melalui bekerjasama dengan pihak
ketiga yaitu laboratorium penguji PT. Medialab Indonesia. Hal
tersebut telah sesuai dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja pasal 9 ayat (1) yang berbunyi
“Pengukuran dan pengendalian iklim kerja sebagaimana dimaksud
dalam pasal 8 ayat (1) huruf a harus dilakukan pada tempat kerja
yang memiliki sumber bahaya tekanan panas dan tekanan dingin.”
Menurut Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Lingkungan Kerja lampiran 1 menyebutkan bahwa NAB iklim
kerja dengan pengaturan waktu kerja 50%-75% perhari dan jenis
pekerjaan sedang adalah 28oC.
Berdasarkan hasil pengukuran iklim kerja di PT. Kayaba
Indonesia tidak ada yang melebihi NAB dan perusahaan telah
melakukan tindakan dalam mengendalikan faktor fisika iklim panas
dengan menyediakan ventilasi yang cukup, pemasangan exhaust fan,
penggunaan seragam khusus, serta pemberian air minum pada setiap
line produksi.
Upaya pengendalian yang telah dilakukan PT. Kayaba Indonesia
terhadap iklim kerja panas telah sesuai dengan Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 tentang
77

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja pasal 9 ayat


(5) yang berbunyi “Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) dilakukan melalui: d. Menyediakan sistem ventilasi; e.
Menyediakan air minum; g. Penggunaan baju kerja yang sesuai dan;
i. Melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.”
2. Faktor Kimia
a. Debu
PT. Kayaba Indonesia telah melakukan pengukuran terhadap
kadar debu secara rutin setiap enam bulan sekali melalui kerjasama
dengan laboratorium penguji PT. Medialab Indonesia. Hal tersebut
telah sesuai dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Lingkungan Kerja pasal 20 ayat (1) yang berbunyi
“Pengukuran dan pengendalian faktor kimia sebagaimana dimaksud
dalam pasal 5 ayat (2) huruf b harus dilakukan pada tempat kerja
yang memiliki potensi bahaya bahan kimia.”
Berdasarkan hasil pengukuran, diperoleh data bahwa debu
masih dibawah NAB sesuai dengan standar baku mutu yang
digunakan oleh PT. Medialab Indonesia. Pengendalian yang
dilakukan oleh perusahaan berupa dust collector untuk menghisap
debu yang dihasilkan dari proses produksi serta pewajiban
pemakaian masker kain kepada pekerja.
Hal tersebut telah sesuai dengan Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja pasal 21 ayat
(2) yang berbunyi “Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan dengan: d. mengisolasi atau membatasi pajanan
sumber potensi bahaya; e. menyediakan sistem ventilasi; f.
membatasi pajanan sumber potensi bahaya kimia melalui pengaturan
78

waktu kerja; g. Merotasi tenaga kerja; j. Penggunaan alat pelindung


diri yang sesuai.”
b. Gas Bahan Kimia
Gas bahan kimia yang ada di PT. Kayaba Indonesia berasal dari
gas buang mesin Painting dan proses Plating. Kadar gas bahan kimia
sudah dilakukan pengukuran secara berkala setiap enam bulan sekali
oleh PT. Medialab Indonesia, hal tersebut telah sesuai dengan
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan
Kerja pasal 20 ayat (1) yang berbunyi “Pengukuran dan
pengendalian faktor kimia sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat
(2) huruf b harus dilakukan pada tempat kerja yang memiliki potensi
bahaya bahan kimia.
Upaya pengendalian yang telah dilakukan perusahaan dengan
pemasangan penghisap asap mistresa pada mesin area produksi dan
penggunaan alat pelindung diri berupa masker respirator pada
pekerja di area Plating. Hal ini telah sesuai dengan Peraturan
Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja pasal
21 ayat (1) yang berbunyi “Jika hasil pengukuran terhadap pajanan
melebihi NAB dan hasil pengukuran faktor kimia terhadap tenaga
kerja yang mengalami pajanan melebihi IPB harus dilakukan
pengendalian.” Dan ayat (2) yang berbunyi “Pengendalian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan i. Penyediaan
lembar data keselamatan bahan dan label bahan kimia; j.
Penggunaan alat pelindung diri yang sesuai; dan/atau k.
Pengendalian lainnya sesuai dengan tingkat risiko.”
3. Faktor Biologi
PT. Kayaba Indonesia telah melakukan pemantauan terhadap faktor
bahaya biologi yaitu kepada binatang dan serangga. Hal tersebut telah
sesuai dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
79

Nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Lingkungan Kerja pasal 22 ayat (1) yang berbunyi “Pengukuran,
pemantauan, dan pengendalian faktor bilogi sebagaimana dimaksud
dalam pasal 5 ayat (2) huruf c harus dilakukan pada tempat kerja yang
memiliki potensi bahaya faktor biologi.”
Upaya pengendalian yang dilakukan oleh perusahaan berupa pest
control yang bekerjasama dengan pihak ketiga dalam bentuk kegiatan
fogging, chemical dan box trap dan penangkapan. Hal ini telah sesuai
dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan
Kerja pasal 22 ayat (6) yang berbunyi “Dalam hal hasil pemantauan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) terdapat potensi bahaya harus
dilakukan pengendalian.”

B. Penerapan Keselamatan Kerja

1. Keselamatan Kerja Bidang Kebakaran


PT. Kayaba Indonesia memiliki area yang berpotensi menimbulkan
bahaya kebakaran yang tinggi, diantaranya terdapat pada area Casting,
Painting, Gudang Bahan Kimia, Tangki Oli & Solar, Cleaning Center,
Mixing Room, Welding Center, Outer Shell Complete, Cylinder
Machining, Under Bracket Complete, Shock Absorber Assembly dan
Warehouse CKD.
Tindakan preventif telah dilakukan untuk meminimalisir potensi
kebakaran, perencaanan tindakan preventif yang dilakukan perusahaan
tersebut telah sesuai dengan Undang Undang No.1 Tahun 1970 yaitu
Tentang Keselamatan Kerja Pasal 3 Ayat (1) Poin b dan c yaitu “Dengan
peraturan perundangan-undangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan
kerja untuk: b. mencegah, mengurangi dan memadam kan kebakaran; c.
mencegah dan mengurangi bahaya peledakan; yang berbunyi
“Mencegah dan mengurangi dan memadamkan kebakaran.”
a. Sarana Proteksi Kebakaran Aktif
80

1) Alat Pemadam Api Ringan(APAR)


APAR di PT. Kayaba Indonesia diletakkan pada posisi
yang mudah dilihat dan penempatan antara APAR satu dengan
yang lainnya sejauh 20-25 m dengan tinggi 125 cm (dari dasar
lantai).
Pemasangan APAR pada posisi yang mudah dilihat, telah
sesuai Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 4
Tahun 1980 Tentang Syarat-Syarat Pemasangan dan
Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan Bab II Pasal 4 ayat
(1) bahwa “Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan
harus ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas,
mudah dicapai dan diambil serta dilengkapi dengan pemberian
tanda pemasangan”, dan pasal 4 ayat (3) yang menyatakan
bahwa “Tinggi pemberian tanda pemasangan tersebut ayat (1)
adalah 125 cm dari dasar lantai tepat di atas satu atau kelompok
alat pemadam api ringan bersangkutan”, serta jarak antara
setiap APAR pada posisi yang melebihi 15 m yaitu 20-25 m hal
ini belum sesuai dengan ayat (5) yang berbunyi “Penempatan
tersebut ayat (1) antara alat pemadam api satu dengan lainnya
atau kelompok satu dengan lainnya tidak boleh melebihi 15
meter, kecuali ditetapkan lain oleh pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja.”
Setiap APAR di PT. Kayaba Indonesia diinspeksi setiap
satu bulan sekali oleh Departemen EHS. Hal ini telah sesuai
dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
4 Tahun 1980 Tentang Syarat-Syarat Pemasangan dan
Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan bab III pasal 11 ayat
(1) yang menyatakan: Setiap alat pemadam api ringan harus
diperiksa 2 (dua) kali dalam setahun, yaitu :
a) Pemeriksaan dalam jangka 6 (enam) bulan;
b) Pemeriksaan dalam jangka 12 (dua belas) bulan.
81

2) Hydrant
PT. Kayaba Indonesia mempunyai 47 buah Hydrant yang
diletakkan di setiap titik sumber bahaya untuk menanggulangi
terjadinya kebakaran dalam skala besar. Hal ini telah sesuai
dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia
No. 186 Tahun 1999 Tentang Unit Penanggulangan Kebakaran
di Tempat Kerja Pasal 2 huruf b yaitu “Kewajiban mencegah,
mengurangi dan memadamkan kebakaran di tempat kerja yang
meliputi: penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam
kebakaran, sarana evakuasi.” Hal ini juga sesuai dengan
Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
pasal 3 ayat (1) huruf b yang berbunyi “ Mencegah, mengurang,
dan memadamkan kebakaran.”
Hydrant (hydrant box ) pada area luar gedung ditemukan
terhalang oleh barang hasil produksi. Hal ini belum sesuai
dengan keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
02/KPTS/1985 tentang Ketentuan Pencegahan Dan
Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan Gedung Pasal 20
ayat 4 huruf (e) yang berbunyi “Kotak hydrant gedung harus
mudah dibuka, dilihat, dijangkau, dan tidak terhalang oleh benda
lain”.
3) Fire Alarm
PT. Kayaba Indonesia menyediakan Fire Alarm jenis
manual yang dapat dioperasikan oleh pekerja. Hal ini telah
sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik
Indonesia No. 186 Tahun 1999 Tentang Unit Penanggulangan
Kebakaran di Tempat Kerja Pasal 2 huruf b yaitu “Kewajiban
mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran di tempat
kerja yang meliputi: penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam
kebakaran, sarana evakuasi.”
b. Sistem Potensi Kebakaran Pasif
82

PT. Kayaba Indonesia rutin melaksanakan pelatihan pemadam


kebakaran bekerja sama dengan dinas pemadam kebakaran dan
Emergency drill setiap satu tahun sekali.
Hal ini telah sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja
Republik Indonesia No. 186 Tahun 1999 Tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja Pasal (2) huruf e yaitu
“Kewajiban mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran di
tempat kerja yang meliputi: Penyelenggaraan latihan dan gladi
penanggulangan kebakaran secara berkala.”
2. Keselamatan Kerja Bidang Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun
PT. Kayaba Indonesia telah melakukan pengendalian antara lain
menyimpan BKB pada gudang penyimpanan yang telah didesain khusus
untuk menyimpan BKB. Hal ini telah sesuai dengan Peraturan
Pemerintah RI No. 74 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun Pasal 18 Ayat 2 yaitu “Tempat penyimpanan B3
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib memenuhi persyaratan
untuk: a. lokasi; b. konstruksi bangunan.”
PT. Kayaba Indonesia telah melakukan pengendalian antara lain
dengan melengkapi setiap bahan kimia dengan memberikan simbol pada
kemasan bahan kimia dalam bentuk LDKB dan SDS pada area produksi
yang menggunakan bahan kimia Hal tersebut sesuai dengan Peraturan
Pemerintah No.50 Tahnun 2012 tentang Penerapan SMK3 lampiran II
oin 9.3.2 yaitu “Terdapat Lembar Data Keselamatan Bahan
(LDKB)/Safety Data Sheet (SDS) meliputi keterangan mengenai
keselamatan bahan sebagaimana diatur pada peraturan
perundangundangan dan dengan mudah dapat diperoleh”. Hal ini juga
sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI No. 74 Tahun 2001 Tentang
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun Pasal 15 Ayat (1) yaitu
“Setiap kemasan B3 wajib diberikan simbol dan label serta dilengkapi
dengan Lembar Data Keselamatan Bahan (Material Safety Data Sheet).”
83

Gudang penyimpanan bahan kimia berbahaya dan beracun


dilengkapi dengan peralatan darurat seperti Emergency Shower, APAR
dan Spill Kit. Hal ini telah sesuai dengan yaitu dengan Peraturan
Pemerintah RI No. 74 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun Pasal 19 “Pengelolaan tempat penyimpanan B3
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) wajib dilengkapi dengan
sistem tanggap darurat dan prosedur penanganan B3.”
Pekerja yang berhubungan langsung dengan BKB telah dilengkapi
dengan alat pelindung diri yang sesuai dengan jenis bahan kimia. Hal
tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Alat Pelindung Diri pasal 4
ayat (1) huruf b yaitu “APD wajib digunakan di tempat kerja di mana:
b. dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut atau
disimpan bahan atau barang yang dapat meledak, mudah terbakar,
korosif, beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi atau bersuhu
rendah.”
3. Keselamatan Kerja Bidang Kelistrikan
PT. Kayaba Indonesia telah melakukan upaya untuk menjaga
keselamatan dan kesehatan kerja terkait listrik dengan Genba rutin dan
pemasangan Grounding.
Perusahaan telah memenuhi peraturan Permenaker No. 12 Tahun
2015 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik di Tempat
Kerja Pasal 2 dan Pasal 4 Ayat (1) yaitu “Pengusaha dan/atau Pengurus
wajib melaksanakan K3 listrik di tempat kerja.” Dan “Pelaksanaan K3
listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 merupakan pelaksanaan
persyaratan K3 yang meliputi: a. perencanaan, pemasangan,
penggunaan, perubahan, pemeliharaan; b. pemeriksaan dan pengujian.”
4. Keselamatan Kerja Bidang Mekanik
PT. Kayaba Indonesia telah melakukan pembuatan SOP disetiap
proses produksi, hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen
84

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab 4 tentang Pelaksanaan K3 pasal


10 ayat (4) huruf c tentang pengadaan sarana dan prasarana kerja berupa
prosedur operasi atau prosedur kerja.
Pekerja yang mengoperasikan mesin produksi harus menggunakan
alat pelindung diri yang sesuai dengan jenis bahaya yang ada, hal
tersebut telah memenuhi Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia No. 8 Tahun 2010 tentang Alat
Pelindung Diri pasal 6 yang menyatakan bahwa “Pekerja/buruh dan
orang lain yang memasuki tempat kerja wajib memakai atau
menggunakan APD sesuai dengan potensi bahaya dan risiko.”
a. Mesin Produksi
PT. Kayaba Indonesia telah melakukan pengendalian terhadap
bahaya mekanik dengan adanya machine guarding dan pagar untuk
mesin-mesin yang berputar, berpotensi menjepit, bersuhu tinggi.
Hal tersebut sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga
Kerja RI No. 4 Tahun 1985 Tentang Pesawat Tenaga dan Produksi
Pasal 4 yang berbunyi “Semua bagian yang bergerak dan berbahaya
dari pesawat tenaga produksi harus dipasang alat pelindung yang
efektif kecuali ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak ada
orang atau efektif yang menyinggungnya.”
Penggunaan Double Push Button, Safety Sensor untuk
keamanan pekerja saat pengoperasian mesin, telah memenuhi
dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. 4 Tahun 1985
Tentang Pesawat Tenaga dan Produksi Pasal 14 ayat (1) “Alat-alat
pengendali Pesawat Tenaga dan Produksi dibuat dan dipasang
sedemikian rupa sehingga pesawat Tenaga dan Produksi tersebut
dapat bekerja dengan baik, aman dan mudah dilayani dari tempat
operator.”
Pemasangan tirai Welding pada mesin Welding telah sesuai
dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. 4 Tahun 1985
Tentang Pesawat Tenaga dan Produksi Pasal 9 Ayat (1) yaitu “Pada
85

pekerjaan yang menimbulkan serbuk, serpih, debu dan bunga api


yang dapat menimbulkan bahaya harus diadakan pengaman dan
perlindungan.”
Saat proses perbaikan, LOTO dan Safety Plug digunakan untuk
mengisolasi energi agar tidak dapat dioperasikan saat perbaikan
sedang berlangsung, hal ini telah sesuai dengan Peraturan Menteri
Tenaga Kerja RI No. 4 Tahun 1985 Tentang Pesawat Tenaga dan
Produksi Pasal 6 yaitu “Pada Pesawat Tenaga dan Produksi yang
sedang diperbaiki tenaga penggerak harus dimatikan dan alat
pengontrol harus segera dikunci serta diberi suatu tanda larangan
untuk menjalankan pada tempat yang mudah dibaca sampai Pesawat
Tenaga dan Produksi atau alat pengaman tersebut selesai
diperbaiki.”
Pelatihan dilaksanakan agar pekerja memahami fungsi mesin
serta potensi bahaya pada mesin yang digunakan, hal ini sesuai
dengan Undang Undang No.1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan
Kerja Pasal 9 Ayat (4) yaitu “Pengurus diwajibkan
menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada
di bawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan
pemberantasan kebakaran serta peningkatan keselamatan dan
kesehatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan pertama dalam
kecelakaan.”
b. Crane
Crane yang terdapat di PT. Kayaba Indonesia yaitu hoist crane.
Safe Working Load tertulis pada bagian hoist crane dengan jelas,
hal ini telah memenuhi Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. 5
Tahun 1985 Tentang Pesawat Angkat dan Angkut Pasal 3 Ayat (1)
yaitu ”Beban maksimum yang diijinkan dari pesawat angkat dan
angkut harus ditulis pada bagian yang mudah dilihat dan dibaca
dengan jelas.”
86

Setiap operator yang mengoperasikan hoist crane, harus


memiliki SIO yang aktif dan telah mengikuti pelatihan dan hoist
crane tidak boleh dioperasikan oleh pekerja yang tidak memiliki
SIO. Hal ini telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi No. 9 Tahun 2010 Tentang Operator dan Petugas
Pesawat Angkat Angkut Pasal 5 Ayat (1) yaitu “Pesawat angkat dan
angkut harus dioperasikan oleh operator pesawat angkat dan angkut
yang mempunyai Lisensi K3 dan buku kerja sesuai jenis dan
kualifikasinya.”
Bagi pekerja yang mengoperasikan hoist crane ataupun
pekerja yang berada di area crane, harus menggunakan alat
pelindung diri yang telah ditentukan pihak perusahaan, hal tersebut
telah memenuhi Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Republik Indonesia No. 8 Tahun 2010 tentang Alat Pelindung Diri
pasal 6 yang menyatakan bahwa “Pekerja/buruh dan orang lain yang
memasuki tempat kerja wajib memakai atau menggunakan APD
sesuai dengan potensi bahaya dan risiko.”
5. Keselamatan Kerja Bidang Transportasi
Penerapan Keselamatan kerja bidang transportasi telah dilakukan
pihak perusahaan dengan memberlakukan peraturan pejalan kaki “Po-
Ke-Te-Na-Shi” dan program OPTIK bagi pekerja yang menggunakan
sepeda motor. Hal ini telah sesuai dengan Undang Undang No.1 Tahun
1970 Pasal 3 Ayat (1) huruf a yaitu “Dengan peraturan perundangan-
undangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk: a. mencegah
dan mengurangi kecelakaan.”
Setiap operator forklift harus memiliki SIO untuk dapat
mengoperasikan forklift, Hal ini telah sesuai dengan Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 9 Tahun 2010 Tentang Operator dan
Petugas Pesawat Angkat Angkut Pasal 5 Ayat (1) yaitu “Pesawat angkat
dan angkut harus dioperasikan oleh operator pesawat angkat dan angkut
87

yang mempunyai Lisensi K3 dan buku kerja sesuai jenis dan


kualifikasinya.”
Forklift dilengkapi dengan buzzer dan sirine sebagai tanda bahwa
forklift sedang beroperasi, hal ini telah sesuai dengan Peraturan Menteri
Tenaga Kerja RI No. 5 Tahun 1985 Pasal 107 Tentang Pesawat Angkat
dan Angkut yaitu “Truk, trukk derek, traktor dan sejenisnya harus
dilengkapi dengan lampu-lampu penerangan dan peringatan yang
efektif.”
Sebelum mengoperasikan forklift, operator harus memeriksa
kelengkapan forklift serta memastikan peralatannya berfungsi dengan
sesuainya, hal ini telah memenuhi Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI
No. 5 Tahun 1985 Pasal 101 Tentang Pesawat Angkat dan Angkut
“Semua perlengkapan pesawat angkutan di atas landasan dan di atas
permukaan sebelum digunakan harus diperiksa terlebih dahulu oleh
operator.”

C. Penerapan Kesehatan Kerja


1. Organisasi dan Penanggung Jawab Kegiatan Pelayanan Kesehatan Kerja
PT. Kayaba Indonesia memiliki satu dokter dan dua perawat yang
telah bersertifikat hiperkes dan berada dibawah tanggung jawab HRD.
Hal tersebut telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor
3 Tahun 1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja pasal 5 yang
berbunyi “Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja dipimpin dan
dijalankan oleh seorang dokter yang telah disetujui Direktur.”
2. 12 Pokok Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja
a. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan berkala dan
pemeriksaan khusus
1) Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja
PT. Kayaba Indonesia telah melakukan pemeriksaan
kesehatan sebelum kerja kepada calon pekerja. Hal tersebut
telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
88

Transmigrasi No.2 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan


Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja pasal
1 huruf a yang berbunyi “Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja
adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter sebelum
seorang tenaga kerja diterima untuk melakukan pekerjaan.”
Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan meliputi:
pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, serta
pemeriksaan lain yang sesuai dengan jenis pekerjaannya. Hal ini
telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor 2 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan
Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan
Kerja pasal 2 ayat (3) yang berbunyi “Pemeriksaan kesehatan
sebelum kerja meliputi pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran
jasmani, rontgen paru-paru (bilamana mungkin) dan
laboratorium rutin, serta pemeriksaan lain yang dianggap perlu.”
2) Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Pemeriksaan berkala di PT. Kayaba Indonesia dilakukan
setiap satu tahun sekali untuk pekerja shift maupun non shift.
Hal ini telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor 2 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan
Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan
Kerja pasal 3 ayat (2) yang berbunyi “Semua perusahaan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (2) tersebut diatas
harus melakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi tenaga
kerja sekurang-kurangnya 1 tahun sekali kecuali ditentukan lain
oleh Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Perburuhan dan
Perlindungan Tenaga Kerja.”
3) Pemeriksaan Kesehatan Khusus
PT. Kayaba Indonesia melakukan pemeriksaan kesehatan
khusus kepada tenaga kerja dalam kondisi tertentu atau bagi
tenaga kerja dengan risiko bahaya yang tinggi. Hal ini telah
89

sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan


Transmigrasi No.2 Tahun 1980 tentang pemeriksaan Kesehatan
Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja pasal
5 ayat (2) huruf a yang berbunyi bahwa “Pemeriksaan
Kesehatan Khusus dilakukan pula terhadap tenaga kerja yang
telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang memerlukan
perawatan yang lebih dari dua minggu”, dan huruf c yang
berbunyi bahwa “tenaga kerja yang terdapat dugaan-dugaan
tertentu mengenai gangguan-gangguan kesehatannya perlu
dilakukan pemeriksaan khusus sesuai dengan kebutuhan.”
b. Pembinaan dan pengawasan atas penyesuaian pekerjaan terhadap
tenaga kerja
PT. Kayaba melakukan pembinaan pada karyawan dilaksanakan
saat pelatihan basic skill, sebelum memulai bekerja. Hal ini telah
sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Nomor 3 Tahun 1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja
Pasal 2 Huruf b yaitu “Pasal 2 Tugas pokok pelayanan Kesehatan
Kerja meliputi: b. pembinaan dan pengawasan atas penyesuaian
pekerjaan terhadap tenaga kerja.”
c. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja
Setiap tahun sekali, pihak HRD dan Dokter Perusahaan
melaksanakan plant tour sebagai langkah peninjauan kondisi tempat
kerja mengenai potensi sumber penyakit bagi pekerja dan
penanggulangan yang tepat. Hal ini telah sesuai dengan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 3 Tahun 1982
tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja Pasal 2 huruf c yaitu
“Tugas pokok pelayanan kesehatan kerja meliputi: c. Pembinaan dan
pengawasan terhadap lingkungan kerja.”
d. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan sanitair
Pengawasan perlengkapan sanitair rutin dilakukan oleh pihak
departemen EHS melalui inspeksi sarana sanitair yang dibersihkan
90

oleh bagian kebersihan perusahaan. Hal ini telah sesuai dengan


Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 3 Tahun
1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja Pasal 2 huruf c
yaitu “Tugas pokok pelayanan kesehatan kerja meliputi: c.
Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja.”
e. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan untuk kesehatan tenaga
kerja
Pihak EHS dan poliklinik rutin melakukan pemeriksaan
perlengkapan kesehatan tenaga kerja di poliklinik dan area produksi.
Hal tersebut telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor 3 Tahun 1982 tentang Pelayanan Kesehatan
Tenaga Kerja Pasal 2 huruf e yang berbunyi “Tugas pokok
pelayanan kesehatan tenaga kerja meliputi: e. Pembinaan dan
pengawasan perlengkapan untuk kesehatan tenaga kerja.”
f. Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit
akibat kerja
Pihak poliklinik sudah melakukan pencegahan dan pengobatan
pada penyakit umum dan penyakit akibat kerja dengan memberikan
obat, surat istirahat dan rekomendasi rujukan rumah sakit apabila
diperlukan. Hal tersebut telah sesuai dengan dengan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 3 Tahun 1982
tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja Pasal 2 huruf f yang
berbunyi “Tugas pokok pelayanan kesehatan tenaga kerja meliputi: f.
Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit
akibat kerja.”
g. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
PT. Kayaba Indonesia telah menyediakan fasilitas P3K seperti
kotak P3K di setiap area produksi dan area kantor, poliklinik serta
tandu. Hal tersebut telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Nomor 3 Tahun 1982 tentang Pelayanan
Kesehatan Tenaga Kerja Pasal 2 huruf g yang berbunyi “Tugas
91

pokok pelayanan kesehatan kerja meliputi: g. Pertolongan Pertama


Pada Kecelakaan” dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 15
Tahun 2008 tentang Pertolongan Pertama di Tempat Kerja BAB I
pasal 2 ayat (1) yang berbunyi “Pengusaha wajib menyediakan
petugas P3K dan Fasilitas P3K ditempat kerja.”
h. Pendidikan kesehatan untuk tenaga kerja dan latihan untuk petugas
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
PT. Kayaba Indonesia secara rutin menyelenggarakan seminar
kesehatan untuk memberikan informasi seputar isu kesehatan.
Perusahaan juga telah menyelenggarakan pelatihan P3K untuk
penanggung jawab tiap bagian produksi. Hal ini telah sesuai dengan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 3 Tahun
1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja Pasal 2 huruf h
yang berbunyi “Tugas pokok pelayanan kesehatan kerja meliputi: h.
Pendidikan kesehatan untuk tenaga kerja dan latian untuk petugas
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan.”
i. Memberikan nasihat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat
kerja, pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta
penyelenggaraan makanan ditempat kerja
Di PT. Kayaba Indonesia, departemen EHS melakukan
peninjauan rencana pembangunan kelayakan dari segi keselamatan
dan kesehatan kerja serta pemilihan alat pelindung diri yang
digunakan pekerja. Untuk penyelenggaraan makanan ditempat kerja
termasuk tanggung jawab dari departeme General Affair. Hal
tersebut telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor 3 Tahun 1982 tentang Pelayanan Kesehatan
Tenaga KerjaPasal 2 huruf i yang berbunyi “Tugas pokok pelayanan
kesehatan kerja meliputi: i. Memberikan nasehat mengenai
perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan alat pelindung
diri yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan makanan di
tempat kerja.”
92

j. Membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat


kerja.
Di PT. Kayaba Indonesia, departemen EHS bekerja sama
dengan HRD memberikan pendampingan bagi pekerja yang sedang
mengalami penyakit akibat kerja atau sedang dalam masa
rehabilitasi. Hal tersebut telah sesuai dengan Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 3 Tahun 1982 tentang
Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja Pasal 2 Huruf j yang berbunyi
“Tugas pokok pelayanan Kesehatan Kerja meliputi: j. Membantu
usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat kerja.”
k. Pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga kerja yang mempunyai
kelainan tertentu dalam kesehatannya.
PT. Kayaba Indonesia melakukan pengawasan terhadap pekerja
yang memiliki kelainan dalam kondisi kesehatannya. Pekerja
tersebut dipantau secara rutin oleh pihak departemen EHS dan HRD.
Hal ini telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor 3 Tahun 1982 tentang Pelayanan Kesehatan
Tenaga Kerja Pasal 2 Huruf k yang berbunyi “Tugas pokok
pelayanan Kesehatan Kerja meliputi: k. Pembinaan dan pengawasan
terhadap tenaga kerja yang mempunyai kelainan tertentu dalam
kesehatannya.”
l. Memberikan laporan berkala tentang Pelayanan Kesehatan Kerja
kepada pengurus
Laporan berkala mengenai pelayanan kesehatan kerja diberikan
oleh pihak poliklinik perusahaan kepada departemen EHS dan
HRD. Laporan tersebut mengenai kegiatan poliklinik dan tren
penyakit pekerja pada bulan tersebut. Hal ini telah sesuai dengan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 3 Tahun
1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja Pasal 2 Huruf i
yaitu “Tugas pokok pelayanan Kesehatan Kerja meliputi: i.
93

Memberikan laporan berkala tentang Pelayanan Kesehatan Kerja


kepada pengurus.”
3. Fasilitas sarana dan prasarana kegiatan pelayanan kesehatan kerja
Fasilitas sarana dan prasarana untuk kegiatan pelayanan kesehatan
kerja di PT. Kayaba Indonesia berupa poliklinik yang dilengkapi dengan
peralatan kesehatan, kotak P3K, tandu darurat, defribilator otomatis dan
ambulans. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan telah memenuhi
persyaratan teknis pelayanan kesehatan kerja yang diatur dalam
Keputusan Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor 22
Tahun 2008 Tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Kesehatan
Kerja.”
4. Gizi Kerja
Sebagai pemenuhan gizi kerja, perusahaan telah menyediakan kantin
bagi karyawan nya serta menu makanan yang disesuaikan dengan
kebutuhan pekerja. Hal ini menunjukkan bahwa PT. Kayaba Indonesia
telah mematuhi Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Nomor 1 Tahun 1979 Tentang Pengadaan Kantin dan Ruang Tempat
Makan yaitu “Lebih lanjut, Pemerintah dalam hal ini Departemen Tenaga
Kerja dan Transmigrasi mengambil kebijaksanaan untuk menganjurkan
kepada:
1. Semua perusahaan yang mempekerjakan buruh antara 50 sampai 200
orang, supaya menyediakan ruang/tempat makan di perusahaan yang
bersangkutan.
2. Semua perusahaan yang mempekerjakan buruh lebih dari 200 orang,
supaya menyediakan kantin di perusahaan yang bersangkutan.”
5. Jaminan Kesehatan Tenaga Kerja
PT. Kayaba Indonesia memberikan jaminan kesehatan tenaga kerja
dengan mendaftarkan seluruh pekerja ke BPJS Ketenagakerjaan dan
BPJS Kesehatan. Hal ini telah sesuai dengan Undang Undang Nomor 24
Tahun 2011 tentang Penyelenggara Jaminan Sosial pasal 15 ayat (1) yang
berbunyi bahwa “Pemberi kerja secara bertahap wajib mendaftarkan
94

dirinya dan pekerjanya sebagai peserta kepada BPJS sesuai dengan


program jaminan sosial yang diikuti.”
Perusahaan juga telah memenuhi peraturan Badan Penyelenggara
Jaminan Kesehatan Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan
Jaminan Kesehatan pasal 47 yang berbunyi bahwa “Setiap peserta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan yang mencakup pelayanan promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan
medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis yang diperlukan.”
Jaminan kesehatan yang diberikan oleh BPJS kesehatan tidak hanya
untuk tenaga kerja, melainkan juga untuk anggota keluarga tenaga kerja.
Hal tersebut sesuai dengan Peraturan BPJS Kesehatan Nomor 1 Tahun
2014 Tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Pasal 10 ayat (1)
yang berbunyi “Anggota keluarga meliputi istri atau suami sah, anak
kandung, anak tiri dari perkawinan yang sah dan anak angkat yang sah
sebanyak-banyaknya 5 orang.”

D. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

PT. Kayaba Indonesia telah menerapkan Sistem Manajemen K3


ISO:45001 2018, tetapi belum menerapkan Sistem Manajemen K3 sesuai
dengan PP No. 50 Tahun 2012 Tentang Sistem Manajemen K3 Pasal 5 Ayat
(1) yaitu “Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di perusahaannya. Dan
ayat (2) yaitu “Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku bagi
perusahaan: a. mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus)
orang; atau b. mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi.” Maka dari itu
sebaiknya PT. Kayaba Indonesia melakukan sertifikasi SMK3.
1. Kebijakan K3
PT. Kayaba Indonesia telah menyusun Kebijakan Mengenai K3
yang ditinjau ulang secara rutin dan ditanda tangani langsung oleh
pimpinan tertinggi perusahaan. ini telah sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab II Sistem
95

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bagian Kedua Penetapan


Kebijakan K3 Pasal 7 yang menyatakan bahwa, “Penetapan kebijakan
K3 sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) huruf a dilaksanakan
oleh pengusaha”, dengan dikeluarkannya kebijakan mengenai
keselamatan dan kesehatan kerja oleh direksi perusahaan, menunjukkan
adanya kepedulian dan tanggung jawab pihak manajemen terhadap
masalah keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan sesuai yang
tercantum dalam salah satu misi perusahaan yaitu menciptakan
lingkungan kerja yang aman dan sehat, dan sesuai dengan pasal 7 ayat 3
yaitu Kebijakan K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
memuat: visi; tujuan perusahaan; komitmen dan tekad melaksanakan
kebijakan; dan kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan
perusahaan secara menyeluruh yang bersifat umum dan/atau
operasional. Selain itu, telah sesuai dengan Pasal 8 yang menyatakan
bahwa “Pengusaha harus menyebarluaskan kebijakan K3 yang telah
ditetapkan kepada seluruh pekerja atau buruh, orang lain selain pekerja
atau buruh yang berada di perusahaan, dan pihak lain yang terkait.”
Hal ini telah memenuhi Sistem Manajemen K3 ISO 45001 : 2018
Klausul 5.2 Kebijakan OH&S yaitu “Manajemen puncak harus
menetapkan menerapkan dan memelihara kebijakan K3 yang:
a. Mencakup komitmen untuk menyediakan kondisi kerja yang aman
dan sehat untuk pencegahan cedera terkait pekerjaan dan kesehatan
yang buruk dan sesuai dengan tujuan, ukuran dan konteks organisasi
dan sifat khusus dari risiko K3 dan peluang K3;
b. Menyediakan kerangka kerja untuk menetapkan sasaran K3;
c. Termasuk komitmen untuk memenuhi persyaratan hukum dan
persyaratan lainnya;
d. Termasuk komitmen untuk menghilangkan bahaya dan mengurangi
risiko K3 (lihat 8.1.2);
e. Termasuk komitmen untuk perbaikan sistem manajemen K3 secara
berkesinambungan;
96

f. Termasuk komitmen untuk konsultasi dan partisipasi pekerja dan, di


mana mereka ada, perwakilan pekerja.
2. Perencanaan K3
a. Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Resiko (IBPR)
PT. Kayaba Indonesia telah melakukan identifikasi bahaya dan
pengendalian resiko untuk mengendalikan potensi bahaya yang ada
pada proses produksi. Pengelolaan keselamatan kerja dilakukan
dengan cara melaksanakan identifikasi bahaya dimulai dengan
membuat SOP, selanjutnya adalah pembuatan Hazard Identification
Risk Assesment and Determining Control (HIRADC). Hal ini juga
telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012
tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja pasal 9 ayat 3 yang berisi “Dalam menyusun rencana K3
sebagaimana dimaksud pada ayat 2 pengusaha harus
mempertimbangkan:
1) Hasil penelaahan awal;
2) Identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian
resiko;
3) Peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya;
dan
4) Sumber daya yang dimiliki.
Perusahaan telah memenuhi kriteria sistem manajemen K3 K3
ISO 45001: 2018 Klausul 6.1.2.1 Identifikasi Bahaya yaitu “
Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara suatu
proses untuk identifikasi bahaya yang sedang berlangsung dan
proaktif.”
b. Kesiapan dan Ketersediaan Persyaratan Legal
PT. Kayaba Indonesia telah mengidentifikasi peraturan dan
standar yang harus dipenuhi dalam bentuk dokumen. Perusahaan
telah memenuhi kriteria sistem manajemen K3 ISO 45001 : 2018
Klausul 4.3. Menentukan ruang lingkup sistem manajemen K3 yaitu
97

“Organisasi harus menentukan batas dan penerapan sistem


manajemen K3 untuk menetapkan ruang lingkupnya. Ketika
menentukan ruang lingkup ini, organisasi harus: a)
mempertimbangkan masalah eksternal dan internal yang mengacu
pada 4.1; b) Mempertimbangkan persyaratan sebagaimana dimaksud
dalam 4.2; c) Memperhitungkan kegiatan yang direncanakan atau
dilakukan terkait pekerjaan.”
Sistem manajemen K3 harus mencakup aktivitas, produk, dan
layanan di dalam kendali atau pengaruh organisasi yang dapat
memengaruhi kinerja K3 organisasi. Ruang lingkup harus tersedia
sebagai informasi yang terdokumentasi.
c. Program K3
PT. Kayaba Indonesia telah menyusun program K3 setiap tahun
nya. Perusahaan telah memenuhi kriteria sistem manajemen K3 ISO
45001 : 2018 Klausul 4.4 Sistem Manajemen K3 yaitu “Organisasi
harus menetapkan, menerapkan, memelihara dan terus memperbaiki
sistem manajemen K3, termasuk proses yang diperlukan dan
interaksinya, sesuai dengan persyaratan dokumen ini.”
3. Implementasi dan Operasi
a. Sumber Daya Manusia dan Tanggung Jawab
PT. Kayaba Indonesia dalam organisasi nya telah menentukan
fungsi dan tanggung jawab tiap anggota nya sesuai dengan
kemampuan nya. Perusahaan telah memenuhi kriteria sistem
manajemen K3 ISO 45001:2018 Klausul 7.1 Sumber Daya yaitu
“Organisasi harus menentukan dan menyediakan sumber daya yang
diperlukan untuk pembentukan, penerapan, pemeliharaan, dan
peningkatan berkelanjutan sistem manajemen K3.”
b. Kompetensi dan Pelatihan K3
PT. Kayaba Indonesia telah memetakan keperluan pelatihan
dan tenaga kerja ahli yang dibutuhkan dalam keberlangsungan
proses bisnis nya mengikutsertakan Departemen EHS dalam
98

training-training yang berhubungan dengan K3 dan telah melakukan


internal training untuk tenaga kerja sehingga telah sesuai dengan
Kepmenaker No. 186 Tahun 1999 tentang Unit Penanggulangan
Kebakaran di Tempat Kerja BAB I pasal 2 ayat 1 berisi “Pengurus
atau pengusaha wajib mencegah, mengurangi dan memadamkan
kebakaran, latihan penanggulangan pemadaman kebakaran di tempat
kerja”, adanya fire training, first aid training, training mengenai K3
serta sosialisasi regulasi EHS pada tingkat manajemen.. Perusahaan
telah memenuhi kriteria sistem manajemen K3 ISO 45001 : 2018
Klausul 7.2 Kompetensi yaitu “Organisasi harus: a) menentukan
kompetensi yang diperlukan pekerja yang mempengaruhi atau dapat
mempengaruhi kinerja K3-nya; b) memastikan bahwa pekerja
kompeten (termasuk kemampuan untuk mengidentifikasi bahaya)
atas dasar pendidikan, pelatihan atau pengalaman yang sesuai; c) jika
memungkinkan, mengambil tindakan untuk memperoleh dan
mempertahankan kompetensi yang diperlukan, dan mengevaluasi
efektivitas tindakan yang diambil; d) mempertahankan informasi
yang didokumentasikan sebagai bukti kompetensi.” Dan sesuai
dengan Klausul 7.3 Awareness yaitu ”Pekerja harus diberi tahu
tentang: a) kebijakan K3 serta sasaran K3; b) kontribusi mereka
terhadap efektivitas sistem manajemen K3, termasuk manfaat
peningkatan kinerja K3; c) implikasi dan konsekuensi potensial
karena tidak sesuai dengan persyaratan sistem manajemen K3; d)
insiden dan hasil investigasi yang relevan dengan mereka; e) bahaya,
risiko dan tindakan K3 yang ditentukan yang relevan bagi mereka; f)
kemampuan untuk menghapus diri dari situasi kerja yang mereka
anggap menghadirkan bahaya yang dekat dan serius terhadap
kehidupan atau kesehatan mereka, serta pengaturan untuk
melindungi mereka dari konsekuensi yang tidak semestinya untuk
melakukannya.”
c. Komunikasi K3
99

PT. Kayaba Indonesia telah menetapkan prosedur komunikasi


K3 baik dalam lingkup, internal maupun eksternal. Perusahaan telah
memenuhi kriteria sistem manajemen K3 ISO 45001; 2018 Klausul
7.4.2 Komunikasi internal yaitu “Organisasi harus: a) secara internal
mengkomunikasikan informasi yang relevan dengan sistem
manajemen K3 di antara berbagai tingkat dan fungsi organisasi,
termasuk perubahan pada sistem manajemen K3, yang sesuai; b)
memastikan proses komunikasinya memungkinkan pekerja untuk
berkontribusi pada perbaikan berkelanjutan.” Dan sesuai dengan
Klausul 7.4.3 Komunikasi eksternal Organisasi harus secara
eksternal mengkomunikasikan informasi yang relevan dengan sistem
manajemen K3, sebagaimana ditetapkan oleh proses komunikasi
organisasi dan memperhatikan persyaratan hukum dan persyaratan
lainnya.”
d. Dokumentasi K3
PT. Kayaba Indonesia telah mendokumentasikan seluruh
dokumen terkait penyelenggaran sistem manajemen K3. Perusahaan
telah memenuhi kriteria sistem manajemen K3 ISO 45001 : 2018
Klausul 7.5 Informasi yang didokumentasikan 7.5.1 Umum yaitu “
Sistem manajemen K3 organisasi harus mencakup: a) dokumentasi
informasi yang diperlukan oleh dokumen ini; b) informasi yang
terdokumentasi yang ditentukan oleh organisasi sebagai penting
untuk keefektifan sistem manajemen K3.”
e. Pengendalian Dokumen
PT. Kayaba Indonesia telah melakukan pengendalian terhadap
dokumen sesuai dengan prosedur yang berlaku di perusahaan.
Perusahaan telah memenuhi kriteria sistem manajemen K3 ISO
45001: 2018 Klausul 7.5.3 Pengendalian informasi yang
terdokumentasi yaitu Informasi yang didokumentasikan yang
diperlukan oleh sistem manajemen K3 dan oleh dokumen ini harus
dikendalikan untuk memastikan: a) tersedia dan sesuai untuk
100

digunakan, di mana dan kapan diperlukan; b) dilindungi secara


memadai (mis. dari hilangnya kerahasiaan, penggunaan yang tidak
benar atau kehilangan integritas).
Pengendalian dokumen di PT. Kayaba Indonesia terkait ISO
19001, ISO 14001, OHSAS18001, ISO 45001, dan persyaratan
standar telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun
2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja terdapat pada Lampiran II point A nomor 4 tentang
pengendalian dokumen. Hal tersebut juga telah sesuai dengan ISO
45001:2018 klausul 7.5.3 Pengendalian informasi yang
terdokumentasi yaitu Informasi yang didokumentasikan yang
diperlukan oleh sistem manajemen K3 dan oleh dokumen ini harus
dikendalikan untuk memastikan: a) tersedia dan sesuai untuk
digunakan, di mana dan kapan diperlukan; b) dilindungi secara
memadai (mis. dari hilangnya kerahasiaan, penggunaan yang tidak
benar atau kehilangan integritas).
f. Pengendalian Operasi
PT. Kayaba Indonesia telah melakukan pengendalian operasi
diantara nya Alat pelindung diri, Lock Out Tag Out, safety guarding,
izin Kerja, safety rule, Safey Data Sheet dan Aspek LK3. Perusahaan
telah memenuhi kriteria sistem manajemen K3 ISO 45001: 2018
Klausul 8.1 Perencanaan dan kendali operasional 8.1.1 Umum yaitu
“Organisasi harus merencanakan, melaksanakan, mengendalikan,
dan memelihara proses yang diperlukan untuk memenuhi
persyaratan sistem manajemen K3, dan untuk menerapkan tindakan
yang ditentukan dalam Klausul 6, dengan: a. menetapkan kriteria
untuk proses; b) menerapkan kendali atas proses sesuai dengan
kriteria; c) memelihara dan menyimpan informasi yang
terdokumentasi sejauh yang diperlukan untuk memiliki keyakinan
bahwa proses telah dilakukan sesuai rencana; d) menyesuaikan
pekerjaan dengan pekerja.”
101

g. Sistem Tanggap Darurat


PT. Kayaba Indonesia telah mengidentifikasi keadaan darurat
yang dapat terjadi di area perusahaan, prosedur dan sarana tanggap
darurat telah disediakan sesuai dengan kebutuhan. Perusahaan telah
memenuhi kriteria sistem manajemen K3 ISO 45001:2018 Klausul
8.2 Kesiapsiagaan Tanggap Darurat yaitu “Organisasi harus
menetapkan, menerapkan dan memelihara suatu proses yang
diperlukan untuk mempersiapkan dan menanggapi situasi darurat
potensial, sebagaimana diidentifikasi dalam 6.1.2.1, termasuk: a)
menetapkan tanggapan yang direncanakan untuk situasi darurat,
termasuk penyediaan pertolongan pertama; b) memberikan pelatihan
untuk tanggapan yang direncanakan; c) secara berkala menguji dan
melatih kemampuan respon yang direncanakan; d) mengevaluasi
kinerja dan, bila perlu, merevisi tanggapan yang direncanakan,
termasuk setelah pengujian dan, khususnya, setelah terjadinya situasi
darurat; e) mengkomunikasikan dan memberikan informasi yang
relevan kepada semua pekerja tentang tugas dan tanggung jawab
mereka; f) mengkomunikasikan informasi yang relevan kepada
kontraktor, pengunjung, layanan tanggap darurat, otoritas pemerintah
dan, sebagaimana mestinya, masyarakat setempat; g) dengan
mempertimbangkan kebutuhan dan kemampuan semua pihak yang
berkepentingan yang relevan dan memastikan keterlibatan mereka,
sebagaimana mestinya, dalam pengembangan respon yang
direncanakan. Organisasi harus menyimpan dan menyimpan
informasi yang terdokumentasi mengenai proses dan rencana untuk
menanggapi situasi darurat potensial.
4. Pemeriksaan dan Pengawasan
a. Safety Patrol
PT. Kayaba Indonesia telah melaksanakan safety patrol secara
rutin dan terjadwal. . Perusahaan telah memenuhi kriteria sistem
manajemen K3 ISO 45001 : 2018 Klausul 9.1.2 Evaluasi kepatuhan
102

yaitu “Organisasi harus menetapkan, menerapkan, dan memelihara


suatu proses untuk mengevaluasi kepatuhan terhadap persyaratan
hukum dan persyaratan lainnya (lihat 6.1.3).
Organisasi harus: a) menentukan frekuensi dan metode untuk
evaluasi kepatuhan; b) mengevaluasi kepatuhan dan mengambil
tindakan jika diperlukan (lihat 10.2); c) menjaga pengetahuan dan
pemahaman tentang status kepatuhannya dengan persyaratan hukum
dan persyaratan lainnya; d) menyimpan informasi yang
terdokumentasi dari hasil evaluasi kepatuhan.
b. Statistik Kecelakaan
PT. Kayaba Indonesia telah mendokumentasikan jumlah
kecelakaan yang terjadi dalam periode tertentu dan melakukan
penghitungan statistik terhadap jam kerja dan keparahan. PT.
Kayaba Indonesia telah melaksanakan safety patrol secara rutin dan
terjadwal. . Perusahaan telah memenuhi kriteria sistem manajemen
K3 ISO 45001 : 2018 Klausul 9.1 Pemantauan, pengukuran, analisis,
dan evaluasi kinerja 9.1.1 Umum yaitu “Organisasi harus
menetapkan, menerapkan dan memelihara suatu proses untuk
pemantauan, pengukuran, analisis dan evaluasi kinerja. Organisasi
harus menentukan: a) apa yang perlu dipantau dan diukur, termasuk:
1) sejauh mana persyaratan hukum dan persyaratan lainnya dipenuhi;
2) kegiatan dan operasinya terkait dengan bahaya, risiko, dan
peluang yang teridentifikasi; 3) kemajuan menuju pencapaian
sasaran K3 organisasi; 4) efektivitas pengendalian operasional dan
lainnya; b) metode untuk pemantauan, pengukuran, analisis dan
evaluasi kinerja, sebagaimana berlaku, untuk memastikan hasil yang
valid; c) kriteria yang akan digunakan organisasi untuk
mengevaluasi kinerja K3-nya; d) kapan pemantauan dan pengukuran
harus dilakukan; e) kapan hasil dari pemantauan dan pengukuran
harus dianalisis, dievaluasi dan dikomunikasikan. Organisasi harus
mengevaluasi kinerja K3 dan menentukan efektivitas sistem
103

manajemen K3. Organisasi harus memastikan bahwa peralatan


pemantauan dan pengukuran dikalibrasi atau diverifikasi
sebagaimana berlaku, dan digunakan dan dipelihara sebagaimana
mestinya.”
c. Penyimpanan Rekaman (laporan-laporan K3)
Penyimpanan Rekaman yang dilakukan oleh PT. Kayaba
Indonesia dengan identifikasi dan pengelompokan sesuai jenis dan
waktu berupa softfile dan hardfile. Hal ini telah sesuai dengan PP.
No 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja kriteria 10.1.1 yang menyatakan
bahwa “pengusaha atau pengurus telah mendokumentasikan dan
menerapkan prosedur pelaksanaan identifikasi, pengumpulan,
pengarsipan, pemeliharaan, penyimpanan dan penggantian catatan
K3.”
d. Inspeksi
PT. Kayaba Indonesia telah melaksanakan inspeksi peralatan
keselamatan kerja dan PPE oleh Departemen EHS bertujuan untuk
mengidentifikasi sumber-sumber bahaya potensial yang ada di
tempat kerja serta mencegah dan mengendalikan bahaya dan
penyakit akibat kerja. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah
No. 50 Tahun 2012 tentang SMK3 lampiran I nomor 4.1 yang
menyatakan bahwa, “Pemeriksaan, pengujian, dan pengukuran
harus ditetapkan dan dipelihara prosedurnya sesuai dengan tujuan
dan sasaran K3 serta frekuensinya disesuaikan dengan obyek
mengacu pada peraturan dan standar yang berlaku.”
e. Investigasi Kecelakaan
PT. Kayaba Indonesia telah menetapkan prosedur mengenai
investigasi kecelakaan. Perusahaan telah memenuhi kriteria sistem
manajemen K3 ISO 45001 : 2018 Klausul 10.2 Insiden,
ketidaksesuaian, dan tindakan korektif yaitu “Organisasi harus
menetapkan, menerapkan dan memelihara suatu proses, termasuk
104

melaporkan, menginvestigasi dan mengambil tindakan, untuk


menentukan dan mengelola insiden dan ketidaksesuaian.”
f. Pelaporan Kecelakaan
PT. Kayaba Indonesia telah menetapkan prosedur mengenai
pelaporan kecelakaan di area perusahaan. Perusahaan telah
memenuhi kriteria sistem manajemen K3 ISO 45001 : 2018 Klausul
10.2 Insiden, ketidaksesuaian, dan tindakan korektif yaitu
“Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara suatu
proses, termasuk melaporkan, menginvestigasi dan mengambil
tindakan, untuk menentukan dan mengelola insiden dan
ketidaksesuaian.”
g. Audit K3
PT. Kayaba Indonesia telah melaksanakan audit K3
dilaksanakan secara rutin baik dari pihak internal maupun eksternal.
Perusahaan telah memenuhi Peraturan Pemerintah RI No. 50 Tahun
2012 Bab II Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Bagian Kelima tentang Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3 Pasal
14 ayat (2) bahwa “Pemantauan dan evaluasi kinerja K3
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melalui pemeriksaan,
pengujian, pengukuran, dan audit internal SMK3 dilakukan oleh
sumber daya manusia yang kompeten”, dan belum sesuai dengan
Lampiran I huruf d No. 2 yang menyebutkan bahwa “Audit internal
SMK3 harus dilakukan secara berkala untuk mengetahui keefektifan
penerapan SMK3”. Serta sesuai dengan sistem manajemen K3 ISO
45001 : 2018 Klausul 9.2.2 Pogram Audit Internal yaitu “Organisasi
harus: a) merencanakan, menetapkan, menerapkan dan memelihara
program audit termasuk frekuensi, metode, tanggung jawab,
konsultasi, persyaratan perencanaan dan pelaporan, yang harus
mempertimbangkan pentingnya proses yang terkait dan hasil audit
sebelumnya; b) menentukan kriteria dan ruang lingkup audit untuk
setiap audit; c) memilih auditor dan melakukan audit untuk
105

memastikan objektivitas dan ketidakberpihakan proses audit; d)


memastikan bahwa hasil audit dilaporkan kepada manajer terkait;
memastikan bahwa hasil audit yang relevan dilaporkan kepada
pekerja, dan, di mana mereka ada, perwakilan pekerja, dan pihak
terkait yang relevan lainnya; e) mengambil tindakan untuk
mengatasi ketidaksesuaian dan terus meningkatkan kinerja K3 (lihat
Ayat 10); f) menyimpan informasi yang terdokumentasi sebagai
bukti pelaksanaan program audit dan hasil audit.”
E. Penerapan Ergonomi

1. Desain Stasiun Kerja


Desain stasiun kerja baik pada area perkantoran maupun produksi
telah dianalisa sesuai dengan jenis pekerjaan serta dilakukan pemantauan
apakah desain stasiun kerja efektif atau tidak. Fasiltas telah disesuaikan
dengan jenis pekerjaan dan postur tubuh pekerja. Desain stasiun kerja
dapat disesuaikan dan diatur sesuai dengan pengguna. Dalam hal ini
perusahaan telah sesuai dengan Permenaker No. 5 Tahun 2018 tentang
K3 di Lingkungan Kerja Pasal 23 Ayat (1) yaitu “Pengukuran dan
pengendalian Faktor Ergonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (2) huruf d harus dilakukan pada Tempat Kerja yang memiliki
potensi bahaya Faktor Ergonomi.”
2. Waktu Kerja
Jam kerja yang diterapkan di PT. Kayaba Indonesia yaitu 5 hari
kerja dalam satu Minggu, 8 jam kerja perhari dengan istirahat 30 menit
yang dibagi menjadi 3 waktu. Hal ini telah sesuai dengan Undang-
Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan paragraf 4
mengenai Waktu Kerja yang tertuang dalam pasal 77 ayat (2) huruf b
mengatakan bahwa “Waktu kerja 8 jam 1 hari dan 40 jam 1 minggu
untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu”. Dan pasal 79 mengenai pengusaha
wajib memberi waktu istirahat dan cuti kepada pekerja/buruh.
3. Display
106

PT. Kayaba Indonesia telah mempertimbangkan dalam


menyampaikan informasi melalui display terbagi menjadi dua yaitu
visual display dan auditory display. Hal ini sesuai dengan Teori
(Tarwaka, 2013) yaitu setiap display mempunyai kelebihan dan
kekurangan masing-masing, untuk itu perlu dilakukan seleksi didalam
implementasi display yang tepat yang didasarkan atas kondisi
lingkungan disekitarnya, populasi yang menerima informasi, tujuan
yang ingin dicapai dari penyampaian informasi sendiri.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari display, PT. Kayaba
Indonesia telah sesuai dengan Undang - Undang No. 1 tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja pasal 14 ayat (2) yang berbunyi “Pengurus
diwajibkan untuk memasang didalam tempat kerja yang dipimpinnya,
semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan
pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca
menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.”
4. Antropometri
PT. Kayaba Indonesia belum melakukan pengukuran data
antropometri pada pekerja. Perusahaan belum memenuhi Permenaker No.
5 Tahun 2018 tentang K3 di Lingkungan Kerja Pasal 23 Ayat (1) yaitu
“Pengukuran dan pengendalian Faktor Ergonomi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (2) huruf d harus dilakukan pada Tempat Kerja yang
memiliki potensi bahaya Faktor Ergonomi.”
5. Kelelahan Kerja
Kelelahan Kerja baik secara fisik maupun psikis telah dilakukan
pengendalian agar tidak terjadi pada pekerja. Pengendalian pada
kelelahan fisik yaitu pengaturan jam istirahat dan penyediaan makanan,
untuk pengendalian pada kelelahan psikis yaitu dengan mengadakan tour
karyawan setiap tahun, ulang tahun karyawan setiap bulan dan hak cuti
bagi setiap karyawan. Perusahaan telah memenuhi Permenaker No. 5
Tahun 2018 tentang K3 di Lingkungan Kerja Pasal 24 Ayat (1) yaitu
“Pengukuran dan pengendalian Faktor Psikologi sebagaimana dimaksud
107

dalam Pasal 5 ayat (2) huruf e harus dilakukan pada Tempat Kerja yang
memiliki potensi bahaya Faktor Psikologi.”
6. Penilaian Musculoskeletal
PT. Kayaba Indonesia belum melakukan pengukuran postur kerja
musculoskeletal. Perusahaan belum memenuhi dengan Permenaker No. 5
Tahun 2018 tentang K3 di Lingkungan Kerja Pasal 23 Ayat (1) yaitu
“Pengukuran dan pengendalian Faktor Ergonomi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (2) huruf d harus dilakukan pada Tempat Kerja yang
memiliki potensi bahaya Faktor Ergonomi.” Maka dari itu sebaiknya
perusahaan melakukan pengukuran postur kerja musculoskeletal pada
pekerja karena adanya potensi mengalami kelainan dari proses kerja yang
ada.
7. Manual/Automatic handling
PT. Kayaba Indonesia telah membuat prosedur terkait metode
manual handling dan pelatihan dalam melakukan manual handling. Alat
bantu untuk pekerjaan yang tidak bisa dilakukan dengan manual handling
telah disediakan oleh perusahaan. Perusahaan belum memenuhi dengan
Permenaker No. 5 Tahun 2018 tentang K3 di Lingkungan Kerja Pasal 23
Ayat (1) dan Pasal 4 yaitu “Pengukuran dan pengendalian Faktor
Ergonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf d harus
dilakukan pada Tempat Kerja yang memiliki potensi bahaya Faktor
Ergonomi.” dan “(4) Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilakukan dengan a. menghindari posisi kerja yang janggal; b.
memperbaiki cara kerja dan posisi kerja; f. melakukan pekerjaan dengan
sikap tubuh dalam posisi netral atau baik; dan/atau menggunakan alat
bantu.”
8. House keeping
PT. Kayaba Indonesia telah melakukan program house keeping
dengan penerapan aturan 5R. Perusahaan telah memenuhi Undang Undang
No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Pasal 3 Ayat (1) poin P yaitu
“Dengan peraturan perundangan-undangan ditetapkan syarat-syarat
108

keselamatan kerja untuk p. mengamankan dan memperlancar pekerjaan


bongkar-muat, perlakuan dan penyimpanan barang.”
9. Stress Kerja
Perusahaan memiliki program dalam mengatasinya stress akibat
kerja. Program yang dilakukan berupa pengaturan jam kerja dan hari
kerja, pemberian cuti kepada tenaga kerja, senam ringan sebelum
memulai pekerjaan, safety briefing, family gathering, lomba dalam
memperingati kemerdekaan Indonesia, lomba memperingati bulan K3
serta dilakukannya rotasi kerja pada operator setelah satu tahun bekerja.
Dalam hal ini perusahaan telah sesuai dengan Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja pasal 24 ayat (1)
“Pengukuran dan pengendalian faktor psikologis sebagaimana dimaksud
dalam pasal 5 ayat (2) huruf e harus dilakukan pada tempat kerja yang
memiliki potensi bahaya faktor psikologi.”
10. Hubungan Kerja
Hubungan kerja di PT. Kayaba Indonesia terjalin dengan baik. Hal
ini telah sesuai dengan Undang–undang No.13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan pasal 1 ayat (15) yang menyebutkan bahwa “Hubungan
kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh
berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan
perintah” (Undang-Undang, 2003).
Selain itu perusahaan memiliki program untuk menjalin hubungan
kerja yang baik antara pekerja yang satu dengan yang lain berupa family
gathering dalam menumbuhkan rasa kekeluargaan baik di tempat kerja
maupun diluar pekerjaan. Hal ini sudah sesuai dengan teori Suma’mur
yaitu manusia dalam bekerja bukan robot yang bekerja tanpa perasaan,
fikiran dan kehidupan sosial.

F. Pengelolaan Lingkungan

1. Organisasi dan tanggung jawab kegiatan pengelolaan lingkungan


109

PT. Kayaba Indonesia telah memiliki organisasi pengelolaan


lingkungan yang memiliki anggota yang bertanggung jawab sesuai peran
masing-masing.
PT. Kayaba Indonesia telah memenuhi ISO 14001 tentang Sistem
Manajemen Lingkungan klausul 4.4.1 sumber daya, peran, tanggung
jawab dan kewenangan yang menyebutkan bahwa “Manajemen puncak
organisasi harus menunjuk satu orang atau lebih wakil manajemen
tertentu, yang tidak tergantung pada tanggung jawab lainnya, yang harus
mempunyai peran, tanggung jawab dan kewenangan yang ditetapkan
untuk:
a. Memastikan bahwa sistem manajemen lingkungan ditetapkan,
diterapkan dan dipelihara sesuai dengan persyaratan Standar
Internasional ini.
b. Melapor kepada manajemen puncak mengenai kinerja sistem
manajemen lingkungan untuk kajian, termasuk rekomendasi
perbaikan.
2. Pengelolaan limbah
a. Limbah Cair
Di PT. Kayaba Indonesia menghasilkan limbah cair berupa
limbah cair B3 dan limbah cair domestik. Upaya pengelolaan limbah
cair B3 adalah pengolahan di WWT (Waste Water Treatment).
Hal ini telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 82
Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air pasal 37 yang berbunyi “Setiap penanggung jawab
usaha dan atau kegiatan yang membuang air limbah ke air atau
sumber air wajib mencegah dan menang-gulangi terjadinya
pencemaran air.”
b. Limbah Udara
Limbah udara yang dihasilkan oleh PT. Kayaba Indonesia
berasal dari proses painting dan plating. Pengelolaan yang dilakukan
perusahaan berupa pemasangan scrubber dan pemantauan secara
110

rutin untuk memastikan limbah udara yang dihasilkan tidak melebihi


baku mutu.
Hal ini telah sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 32
tahun 2009 pasal 98 ayat (1) poin (2) yang berbunyi “Pengendalian
pencemaran udara adalah upaya pencegahan dan/atau
penanggulangan pencemaran udara serta pemulihan mutu udara”,
kemudian dilanjutkan pada pasal 5 yaitu “Limbah udara harus
dikelola dan dikendalikan sampai memenuhi baku mutu udara yang
ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku”. Perusahaan juga
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara pasal 21 yang berisi “Setiap orang
yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang mengeluarkan emisi
dan/atau baku tingkat gangguan ke udara ambien wajib:
1) Menaati baku mutu udara ambien, baku mutu emisi, dan baku
tingkat gangguan yang ditetapkan untuk usaha dan/atau
kegiatan yang dilakukannya;
2) Melakukan pencegahan dan/atau penanggulangan pencemaran
udara yang diakibatkan oleh usaha dan/atau kegiatan yang
dilakukannya.”
Upaya yang dilakukan perusahaan dengan melakukan uji emisi
sesuai dengan baku mutu yang disyaratkan. Hal ini sesuai dengan
Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara pasal 22 ayat 1 “Setiap orang yang melakukan
usaha dan/atau kegiatan sumber tidak bergerak yang mengeluarkan
emisi dan/atau gangguan wajib memenuhi persyaratan mutu emisi
dan/atau gangguan yang ditetapkan dalam izin melakukan usaha
dan/atau kegiatan.”
c. Limbah Padat
Limbah padat yang ada dihasilkan oleh PT. Kayaba Indonesia
berupa limbah padat non B3 dan limbah padat B3. Upaya
pengelolaan limbah padat yang telah dilakukan oleh PT. Kayaba
111

Indonesia yakni pengumpulan, penyimpanan, pemakaian serta


pembuangan limbah ke pembuangan akhir yang bekerjasama
dengan pihak yang berijin. Hal tersebut telah sesuai dengan Undang-
Undang RI Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 16 ayat (1) yang berbunyi
“Setiap penanggung jawab usaha dan kegiatan wajib melakukan
pengelolaan limbah hasil usaha dan/atau kegiatan.”
Untuk pengelolaan limbah padat B3 di PT. Kayaba Indonesia
dikelola oleh pengolah/pihak ketiga yang berijin. Sebelum
diserahkan kepada pihak ketiga, limbah B3 terlebih dahulu
ditempatkan pada TPS Limbah B3. Hal ini telah sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 101 Tahun 2014
Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3)
Pasal 3 ayat (1) yang menyatakan “Setiap Orang yang menghasilkan
Limbah B3 wajib melakukan Pengelolaan Limbah B3 yang
dihasilkannya.”
3. Program lingkungan hidup
PT. Kayaba Indonesia telah memiliki beberapa program lingkungan
hidup sebagai langkah perbaikan dari hasil pemantauan dan pengukuran
serta telah memiliki beberapa program CSR. Hal tersebut telah sesuai
dengan ISO 14001:2015 tentang Sistem Manajemen Lingkungan klausul
4.3.3 tujuan, sasaran dan program yang berbunyi :
a. Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara tujuan
dan sasaran lingkungan yang terdokumentasi, pada fungsi dan
tingkatan yang sesuai dalam organisasi tersebut.”
b. Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara
program-program untuk mencapai tujuan dan sasarannya”
4. Penghargaan
PT. Kayaba Indonesia telah mengikuti audit PROPER (Program
Peningkatan Kinerja Perusahaan) dan mendapatkan penghargaan
PROPER peringkat Biru pada Tahun 2018. Hal ini menunjukkan bahwa
112

PT. Kayaba Indonesia telah memenuhi Peraturan Kementerian


Lingkungan Hidup untuk menjalankan dan mengikuti PROPER sesuai
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan pasal 3 yang berbunyi
“Pelaksanaan proper dilakukan terhadap usaha dan/ atau kegiatan wajib
AMDAL atau UKL-UPL.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil observasi, pengamatan, wawancara, dan analisa data


yang penulis lakukan maka penulis dapat mengambil kesimpulan mengenai
pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Kayaba Indonesia, yaitu:
1. Higiene Perusahaan
Faktor bahaya yang ada di PT. Kayaba Indonesia antara lain : Faktor
Fisika, Faktor Kimia, Faktor Biologi. Perusahaan telah melakukan
pengukuran terhadap Faktor Fisika yang meliputi Intensitas Kebisingan,
Intensitas Getaran, Intensitas Pencahayaan dan Iklim Kerja. Hasil
pemantauan menunjukkan bahwa kondisi yang ada di perusahaan telah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan kecuali untuk intensitas
kebisingan yang dihasilkan perusahaan pada Ruang Generator, Area
Konstruksi M/C Gerinda, Area Konstruksi M/C Cutting melebihi NAB.
Pengendalian dan pemantauan yang dilaksanakan telah sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.Faktor kimia yang teridentifikasi
yaitu kadar debu dan gas bahan kimia di tempat kerja. Pemantauan telah
dilaksanaan secara rutin dan hasilnya tidak melebihi NAB yang
ditentukan peraturan perundangan. Pengendalian dan pemantauan yang
telah dilaksanakan memenuhi peraturan perundangan yang berlaku.
Faktor biologi yang teridentifikasi yaitu ular dan hewan parasit. Telah
dikendalikan melalui kegiatan fogging dan box trap.
2. Penerapan Keselamatan Kerja
a. Pada Keselamatan Kerja Bidang Kebakaran, sarana pemadam
kebakaran beserta fasilitas tanggap darurat telah memenuhi peraturan
perundangan yang berlaku. Tetapi ditemukan jarak setiap APAR
melebihi 15 m yaitu 20-25 m hal ini belum sesuai yang belum sesuai
dan tanda hitam kuning pada hydrant belum ada.

113
114

b. Keselamatan Kerja Bidang Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun


Pengemasan, penyimpanan dan penggunaan BKB telah sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
c. Keselamatan Kerja Bidang Kelistrikan Pengendalian dan
pemantauan perusahaan terhadap peralatan dan mesin-mesin yang
menggunakan listrik, potensi bahaya petir dan listrik statis telah
memenuhi peraturan yang berlaku.
d. Keselamatan Kerja Bidang Mekanik di perusahaan telah sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
e. Keselamatan Kerja Bidang Transportasi pemberlakuan program
OPTIK dan peraturan pejalan kaki “POKETENASHI” telah
memenuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. PT. Kayaba Indonesia telah melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan
kerja pada poliklinik milik perusahaan. 12 Pokok Pelayanan Kesehatan
Kerja telah dilaksanakan. Pihak perusahaan telah menyediakan pelayanan
makan bagi pekerja dan gizi tambahan yang dilaksanakan oleh
departemen General Affair. Perusahaan telah menyediakan fasilitas
kesehatan kerja seperti Poliklinik, Kotak P3K, Tandu Darurat, Ambulans
dan Defribilator Otomatis, akan tetapi Kotak P3K yang terdapat di area
perusahaan belum dilengkapi buku petunjuk P3K.
4. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PT.
Kayaba Indonesia belum memenuhi dari Peraturan Pemerintah No. 50
Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, akan tetapi di perusahaan sudah memenuhi standar ISO
45001:2018 dengan memenuhi kriteria pelaksanaan sistem manajemen
K3 seperti Kebijakan K3L, Perencanaan, Implementasi dan Operasi,
P2K3, Pelatihan K3, Komunikasi K3, Dokumentasi K3, Pengendalian
Dokumen, Tanggap Darurat, Pemeriksaan dan Pengawasan, serta
Tinjauan Ulang Manajemen.
115

5. Penerapan aspek ergonomi di PT. Kayaba Indonesia antara lain meliputi


desain stasiun kerja, waktu kerja, beban kerja, display, beban kerja,
kelelahan kerja, penilaian muskuloseletal, automatic handling, stress
kerja dan hubungan kerja, akan tetapi perusahaan belum melakukan
penilaian terhadap postur kerja musculoskeletal dan pengukuran data
antropometri, namun perusahaan telah memiliki standar dan prosedur
untuk penggunaan mesin dan alat kerja yang telah mengacu pada standar
postur tubuh orang Indonesia.
6. Dalam aspek pengelolaan lingkungan, PT. Kayaba Indonesia telah
memenuhi ketentuan yang dipersyaratkan oleh peraturan perundangan
dalam pengolahan limbah yang dihasilkan kegiatan perusahaan.

f. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan laporan magang, secara umum penulis


dapat memberikan saran yang berkaitan dengan pengelolaan keselamatan dan
kesehatan kerja sebagai berikut:
1. PT. Kayaba Indoneia telah menerapkan Sistem Manejemen K3 ISO
45001 : 2018, akan tetapi sebaiknya perusahaan melakukan sertifikasi
SMK3 sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 karena
PT. Kayaba Indonesia termasuk dalam kategori wajib untuk
menerapkan Sistem Manejemen K3. Kewajiban menerapkan Sistem
Manajemen K3 terdapat pada Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012
tentang Sistem Manajemen K3 Pasal 5 Ayat 2 yang menyebutkan bahwa
perusahaan dengan pekerja lebih dari 100 orang atau kurang dari 100
orang dengan resiko tinggi wajib menerapkan Sistem Manajemen K3 di
tempat kerja.
2. Sebaiknya perusahaan melakukan pengukuran postur kerja
musculoskeletal pada pekerja karena adanya potensi mengalami kelainan
dari proses kerja yang ada. Ketentuan pengukuran ini terdapat dalam
Pasal 23 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 5 Tahun 2018 Tentang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Di Lingkungan Kerja bahwa
116

pengukuran dan pengendalian faktor ergonomi harus dilakukan pada


tempat kerja yang memiliki resiko ergonomi.
DAFTAR PUSTAKA

ISO 14001:2004 Tentang Sistem Manajemen Lingkungan


Kepmenaker Nomor 715/MENKES/SK/V/2003 tentang Persyaratan Hygiene
Sanitasi Jasa Boga
Kebbapedal No. Kep 29/BAPEDAL/05/1997 Tentang Standarisasi,
Akreditasi,dan Sertifikasi Bidang Lingkungan.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 186/MEN/1999 Tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran Di Tempat Kerja.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 187/MEN/1999 Tentang
Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya Di Tempat Kerja.
Kep. Menkes. RI No.1405/MENKES/XI/2002 Tentang Persyartan Kesehatan
Lingkungan Kerja Perkantoran Dan Industri.
OHSAS 18001:2007 Occupational Health and Safety Management System
ISO 45001:2018 Persyaratan Sistem Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja.
Peraturan BPJS Kesehatan No. 01 tahun 2014 tentang penyelenggaraan jaminan
kesehatan.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per 03/MEN/1982 Tentang Pelayanan
Kesehatan Kerja.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per 02/MEN/1983 Tentang Instalasi Alarm
Kebakaran Automatik.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per 05/MEN/1985 Tentang Pesawat Angkat
Dan Angkut.
Peraturan Menteri Tenga Kerja Dan Transmigrasi RI No.08/MEN/VII/2010
Tentang Alat Pelindung Diri
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 12 tahun 2015 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik di Tempat Kerja.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor 37 Tahun 2016 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Bejana Tekan dan Tangki Timbun.
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018
tentang Keselamatan Kerja Dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
117
118

Peraturan Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER.15/MEN/VII/2008 tentang


Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di Tempat Kerja
Peraturan Pemerintah RI Nomor 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja Pada
Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi.
Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 101 Tahun 2014 Tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3).
Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran
Udara.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.50 Tahun 2012 Tentang Penerapan
Sistem Manajemen K3.
Permenakertrans RI No. Per-02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan
Tenaga Kerja dalam penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
Permenakertrans No.Per.04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat pemasangan dan
pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan.
Permenaker No. 01/MEN/1988 tentang Kualifikasi dan Syarat-syarat operator
Pesawat Uap / Boiler.
Permen LH No. 14 Tahun 2013 tentang “Simbol dan Label Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun.
Ramli, Soehatman. 2010. Pedoman Praktis Manajemen Risiko Dalam Prespektif
K3. Jakarta: PT. Dian rakyat-Jakarta
Surat Edaran Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.SE.01/MEN/1979
tentang pengadaan kantin dan ruang tempat makan
Surat Edaran Dirjen Bina Hubungan Ketenagakerjaan dan Pengawasan Norma
Kerja No.SE.86/BW/1989 tentang Perusahaan Katering yang Mengelola
Makanan Bagi Setiap Tenaga Kerja
Standar Nasional Indonesia (SNI) No: SNI 0226:2011/Amd 1:2013 mengenai
Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2011 (PUIL 2011).
Suma’mur. 2013. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES) Edisi 2
Jakarta: CVSagung Seto.
119

Tarwaka. 2014. Keselamatan dan Kesehatan Kerja: Manajemen dan


Implementasi
K3 di Tempat kerja. Surakarta: Harapan Press
Undang-Undang No 1 Tahun 1970 Tentang Kelamatan dan Kesehatan Kerja
Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Undang-Undang RI No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. Kayaba Indonesia
Lampiran 2. Struktur Departemen EHS PT. Kayaba Indonesia
Lampiran 3. Struktur Tim Tanggap Darurat PT. Kayaba Indonesia
Lampiran 4. Kebijakan LK3 PT. Kayaba Indonesia
Lampiran 5. Prosedur Pemantauan dan Pengukuran LK3
Lampiran 6. Hasil Penilaian Kegiatan Pemantauan Intensitas Pencahayaan
Lampiran 7. Sertifikat Dokter Hiperkes
Lampiran 8. Kelengkapan Forklift
Lampiran 8. Sertifikat PROPER

Anda mungkin juga menyukai