Anda di halaman 1dari 6

NAMA : SELSIA NINI SOARES FERREIRA

KELAS : KPN 19 B

NIM : 1420119064R

RINGKASAN

Di Indonesia, kasus epidemi penyakit HIVAIDS masih terus meningkat, meskipun


jumlah infeksi baru menunjukkan tren penurunan di Myanmar, Nepal, dan Thailand. Indonesia
merupakan negara dengan penularan HIV-AIDS tercepat di Asia Tenggara (WHO, 2009).
Indonesia merupakan negara yang menempati urutan pertama dalam penularan HIV-AIDS di
Asia Tenggara. Dari total populasi penduduk sebanyak 240 juta jiwa, Indonesia memiliki
prevalensi HIV sebesar 0,24% dengan estimasi ODHA 186.000, bahkan bisa mencapai 200.000
(Profil Kesehatan Indonesia, 2010).

Trend Kasus Baru Infeksi HIV di Indonesia Periode Tahun 2012–2016Setelah tiga tahun
berturut-turut (2010–2012) cukup stabil, perkembangan jumlah kasus baru HIV positif di
Indonesia pada tahun 2013 kembali mengalami peningkatan secara signifikan sebesar 34,99%.

Pada tahun 2012 jumlah kasus baru HIV positif yang dilaporkan adalah sebanyak 21.511
kasus, dan meningkat menjadi 29.037 di tahun 2013. Jumlah kasus baru HIV di tahun 2014 juga
kembali mengalami peningkatan secara signifikan sebesar 12,65% dari sebelumnya, yaitu tahun
2013. Akan tetapi, jumlah kasus baru HIV positif yang dilaporkan pada tahun 2015 sebanyak
30.935 kasus, mengalami penurunan 5,43% dibandingkan tahun 2014.Tahun 2014 mengalami
peningkatan kembali dengan rata-rata kejadian kasus HIV dari ke 33 provinsi yaitu sebesar 994
kasus. Akan tetapi, selang tahun berikutnya mengalami penurunan pada tahun 2015 dengan rata-
rata kejadian kasus
Perbedaan jumlah kasus HIV dari periode tahun 2012 hingga tahun 2016 dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan :

1. Perbedaan jumlah kasus HIV periode tahun 2012 dengan tahun 2013 menunjukkan
perbedaan yang signifikan dengan terjadi peningkatan yang cukup tajam (34,99%) dari
ratarata jumlahkasus HIV.

2. Perbedaan jumlah kasus HIV periode tahun 2013 dengan tahun 2014 menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan secara statistic dengan bukti terjadi peningkatan
12,65% rata-rata jumlah kasus HIV.

3. Perbedaan jumlah kasus HIV periode tahun 2014 dengan tahun 2015 menunjukkan
tidak adanya perbedaan yang signifikan secara statistic dengan bukti penurunan rata-rata
jumlah kasus HIV yang terjadi sebesar 5,43%.

4. Perbedaan jumlah kasus HIV periode tahun 2015 dengan tahun 2016 menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan secara statistic dengan bukti terjadinya peningkatan
ratarata jumlah kasus HIV yang cukup tajam (33,34%).
Isu-Isu Mengenai Media Penyebaran HIV/AIDS

A. Terompet tahun baru

Pergantian tahun identik dengan pesta kembang api dan tiup-tiup terompet. Beberapa waktu lalu
pun ramai beredar pesan berantai yang menyebutkan bahwa virus HIV bisa menyebar lewat
terompet. HIV tidak menular melalui air liur. Penularan virus ini memang terjadi melalui kontak
cairan tubuh, tetapi bukan melalui mulut. Darah dan sperma paling sering menularkan virus
tersebut.

B. Baju bekas

Pada sekitar tahun 2015, Menteri Perdagangan saat itu, Rachmat Gobel, sempat mendapat
kecaman dari aktivis Indonesia AIDS Coalition (IAC). Gobel menyebut pakaian bekas impor
berbahaya karena bisa menularkan HIV (Human Imunodeficiency Virus). Dalam rilisnya, IAC
menyebut pernyataan Gobel tersebut menyesatkan dan ‘berbau hoax’ karena HIV hanya menular
melalui kontak cairan tubuh. Salah paham tentang cara penularan virus mematikan tersebut,
dikhawatirkan akan menciptakan stigma negatif terhadap upaya penanggulangan HIV.

C. Makanan kalengan

Pernah beredar kabar bahwa ada virus HIV-AIDS di dalam kemasan makanan kalengan impor.
Pesan yang dikirim melalui broadcast message blackberry messenger tersebut mengatakan
bahwa para pekerja positif HIV-AIDS tempat makanan tersebut dibuat memasukkan darah
mereka ke dalam kemasan makanan tersebut. Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan
(BPOM) mengatakan bahwa berita tersebut hoax dan menyesatkan. BPOM mengatakan bahwa
BPOM tidak pernah menemukan hal-hal seperti yang disebutkan dalam pesan berantai tersebut,
termasuk kandungan darah dan virus HIV. Selain itu, virus HIV tidak akan mampu bertahan
hidup jika sudah keluar dari host atau tubuh manusia.

D. Pembalut

Salah satu benda yang disebut-sebut bisa menjadi media penularan HIVAIDS dan sempat ramai
dibicarakan adalah pembalut. Masyarakat kala itu diminta berhati-hati karena ada produk
pembalut yang sudah ‘disisipi’ oleh virus HIV. Lagi-lagi sangat tidak masuk akal virus HIV bisa
menular melalui produk pembalut yang dijual di pasaran. Lagipula jika pembalut yang dibelinya
kotor, terdapat bercak darah seperti pembalut yang sudah pernah dipakai, tentu tidak ada orang
yang mau menggunakannya.

E. Bangku bioskop

Selain di toilet umum, jarum suntik yang disebut-sebut berisi virus HIV juga pernah dipasang di
bangku bioskop. Jika ada orang yang duduk di bangku tersebut, maka ia otomatis akan tertular
oleh virus tersebut. Sulit menularkan virus HIV-AIDS ini karena darah yang terinfeksi harus
benarbenar masuk ke dalam pembuluh darah seseorang. Isu Etik Dalam Keperawatan HIV/AIDS
Di Indonesia Telenursing diartikan sebagai pemakaian telekomunikasi untuk memberikan
informasi dan pelayanan keperawatan jarak-jauh. Aplikasinya saat ini, menggunakan teknologi
satelit untuk menyiarkan konsultasi antara fasilitasfasilitas kesehatan di dua negara dan memakai
peralatan video conference (bagian integral dari telemedicine atau telehealth).

Konsep dari Family Centered Care pada ODHA


! Martabat dan kehormatan Praktisi keperawatan mendengarkan dan

menghormati pandangan dan pilihan pasien. Pengetahuan, nilai,

kepercayaan dan latar belakang budaya pasien dan keluarg abergabung

dalam rencana dan intervensi keperawatan pada ODHA.

! Berbagi informasi. Praktisi keperawatan berkomunikasi dan

memberitahukan informasi yang berguna bagi pasien dan keluarga dengan

benar dan tidak memihak kepada pasien dan keluarga. Pasien dan keluarga

menerima informasi setiap waktu, lengkap, akurat agar dapat berpartisipasi

dalam perawatan dan pengambilan keputusan pada ODHA.

! Partisipasi. Pasien pada ODHA dan keluarga termotivasi berpartisipasi

dalam perawatan dan pengambilan keputusan sesuai dengan kesepakatan

yang telah mereka buat.

! Kolaborasi. Pasien pada ODHA dan keluarga juga termasuk ke dalam

komponen dasar kolaborasi. Perawat berkolaborasi dengan pasien pada

ODHA dan keluarga dalam pengambilan kebijakan dan pengembangan

program, implementasi dan evaluasi, desain

Sembilan element Family-Centered Care pada ODHA( orang dengan HIV

AIDS) yaitu :

a) Keluarga dipandang sebagai unsur yang konstan sementara kehadiran

profesi kesehatan fluktuatif


b) Memfasilitasi kolaborasi keluarga professional pada semua level perawatan

kesehatan.

c) Meningkatkan kekuatan keluarga, dan mempertimbangkan metode-metode

alternative dalam koping.

d) Memperjelas hal-hal yang kurang jelas dan informasi lebih komplit oleh

keluarga tentang perawatan pada ODHA( orang dengan HIV AIDS) yang

tepat.

e) Menimbulkan kelompok support antara orang tua dengan ODHA( orang

dengan HIV AIDS).

f) Mengerti dan memanfaatkan sistem pelayanan kesehatan dalam memenuhi

kebutuhan pelayanan pada ODHA (orang dengan HIV AIDS)

g) melaksanakan kebijakan dan program yang tepat, komprehensif meliputi

dukungan emosional dan finansial dalam memenuhi kebutuhan kesehatan

keluarganya.

h) Menunjukkan desain transportasi perawatan kesehatan fleksibel, accessible,

dan responsive ODHA( orang dengan HIV AIDS) terhadap kebtuhan pasien

pada

i) Implementasi kebijakan dan program yang tepat komprehensif meliputi

dukunga nemosional dengan staff. Element Family Centered Care

Anda mungkin juga menyukai