oleh
Kata Kunci : Cacahan, Geiger Muller Counter, radiasi, radioaktif, sinar kosmik.
DAFTAR ISI
Bab I Pendahuluan...........................................................................................1
Bab II Dasar Teori.............................................................................................3
II.1 Radiasi......................................................................................................3
II.2 Detektor Geoger Muller Couter...............................................................8
Bab III Metode dan Hipotesis...........................................................................12
III.1 Metode...................................................................................................12
III.2 Hipotesis.................................................................................................12
Bab IV Hasil dan Pembahasan.........................................................................13
IV.1 Hasil Eksperimen...................................................................................13
IV.1.1 Data Kualitatif..........................................................................13
IV.1.2 Data Kuantitatif........................................................................14
IV.2 Pembahasan............................................................................................16
IV.2.1 Pertanyaan dan Analisis...........................................................16
IV.2.2 Open Problem...........................................................................16
Bab V Kesimpulan...........................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18
ii
Bab I Pendahuluan
Radiasi merupakan salah satu cara perambatan energi dari suatu sumber energi ke
lingkungannya tanpa membutuhkan medium atau bahan penghantar tertentu.
Radioaktivitas adalah kemampuan inti atom yang tidak stabil untuk memancarkan
radiasi sehingga menjadi inti yang stabil. Materi yang mengandung inti tak-stabil
yang memancarkan radiasi, disebut zat radioaktif. Besarnya radioaktivitas suatu
unsur radioaktif (radionuklida) ditentukan oleh konstanta peluruhan, yang
menyatakan laju peluruhan tiap detik, dan waktu paruh. Salah satu bentuk energi
yang dipancarkan secara radiasi adalah energi nuklir. Radiasi ini memiliki dua
sifat yang khas, yaitu tidak dapat dirasakan secara langsung oleh panca indra
manusia dan beberapa jenis radiasi dapat menembus berbagai jenis bahan. Oleh
karena itu, untuk menentukan ada atau tidak adanya radiasi nuklir diperlukan
suatu alat, yaitu pengukur radiasi yang dapat mendeteksi dan mengukur radiasi
baik kuantitas, energi, atau dosisnya.
Tujuan percobaan:
1. Menentukan nilai hasil cacahan per menit (CPM) dan laju dosis
menggunakan GMC-320 pada tempat yang sama dengan ketinggian yang
berbeda.
2. Menentukan nilai hasil cacahan per menit (CPM) dan laju dosis
menggunakan GMC-320 pada tempat yang berbeda.
Batasan percobaan:
1
2. Percobaan pengukuran pada ketianggian yang berbeda berada pada posisi
yang sama.
2
Bab II Dasar Teori
II.1 Radiasi
Radiasi adalah emisi dan propagasi (perambatan) energi melalui materi atau ruang
dalam bentuk gelombang elektromagnetik atau partikel. Berdasarkan sifatnya,
radiasi dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu radiasi pengion dan radiasi non pengion.
Bila berinteraksi dengan materi, radiasi pengion dapat menyebabkan ionisasi,
sedang radiasi non pengion tidak menyebabkan ionisasi. Yang termasuk dalam
kategori radiasi pengion, yang biasa disebut radiasi adalah gelombang
elektromagnetik (sinar gama dan sinar-X ), partikel bermuatan listrik
(sinar a, b, dan lain-lain), dan partikel tidak bermuatan listrik (neutron, partikel-
antara).
3
Gambar II.2 Mekanisme terjadinya radiasi
Inti atom yang memancarkan radiasi adalah inti atom yang bersifat tidak stabil,
yang disebut inti radioaktif atau radionuklida. Salah satu contoh radiasi yang
dihasilkan dari kulit atom adalah sinar-X. Pada reaksi fusi inti deuterium dan
reaksi fisi uranium, radiasi yang dihasilkan adalah neutron.
4
Gambar II.3 Deret U-238 dan Th-232
5
Gambar II.4 Radiasi sinar kosmik
6
Gambar II.5 Spektrum gelombang elektromagnetik
Terdapat dua tipe paparan radiasi yaitu radiasi paparan luar (external) dan paparan
internal. Radiasi paparan luar adalah paparan radiasi yang dikeluarkan oleh bahan
radioaktif dari luar tubuh. Dengan kata lain, paparan dalam internal adalah
paparan melalui asupan kedalam tubuh kita berupa udara yang dihirup, air yang
diminum dan makanan yang dimakan dan bahan lainnya yang mengandung bahan
radioaktif. Terdapat empat sumber paparan internal yaitu,
1. Paparan internal melalui mulut dengan makanan atau dikenal dengan oral
intake,
Paparan luar dapat dikurangi dengan bergerak atau keluar menjauhi dari sumber
bahan radioaktif. Untuk kasus paparan internal, dikarenakan bahan radioaktif
berada didalam tubuh, paparan terhadap tubuh akan terus menerus terjadi sampai
bahan tersebut keluar dari dalam tubuh melalui proses metabolisme tubuh atau
7
cara lainnya. Kita sehari-hari senantiasa terpapar baik melalui paparan internal
dan paparan luar oleh radiasi alami. Paparan radiasi dari bahan radioaktif yang
dikeluarkan akibat kecelakaan PLTN merupakan paparan tambahan bahan
radioaktif yang dikeluarkan terhadap radiasi alami yang sudah ada secara alami.
8
bahan detektor yang digunakan. Pendeteksian keberadaan dan atau besarnya
radiasi dilakukan dengan mengamati tanggapan yang ditunjukan oleh suatu
detektor. Untuk mengukur besarnya tanggapan yang diberikan oleh bahan
detektor, maka detektor tersebut dihubungkan dengan peralatan khusus yang
mampu mengubah tanggapan-tanggapan tersebut menjadi sinyal-sinyal elektronik.
Selanjutnya, sinyal-sinyal elektronik tersebut dikonversikan ke dalam besaran
tertentu sehingga menghasilkan besarnya radiasi yang diterima oleh bahan
detektor dalam bentuk digital atau analog.
Sensor detektor ini adalah sebuah tabung Geiger-Müller, sebuah tabung yang
terdiri dari elektroda positif dan negatif, serta berisi gas di antara kedua elektroda
tersebut. Elektroda positif disebut sebagai anoda, yang dihubungkan ke kutub
listrik positif, sedangkan elektroda negatif disebut sebagai katoda, yang
dihubungkan ke kutub listrik negatif. Radiasi yang memasuki detektor akan
mengionisasi gas dan menghasilkan ion-ion positif dan ion-ion negatif. Jumlah
ion yang akan dihasilkan tersebut sebanding dengan energi radiasi dan berbanding
terbalik dengan daya ionisasi gas. Ion-ion yang dihasilkan di dalam detektor
tersebut akan memberikan kontribusi terbentuknya pulsa listrik ataupun arus
listrik. Ion-ion primer yang dihasilkan oleh radiasi akan bergerak menuju
elektroda yang sesuai. Pergerakan ion-ion tersebut akan menimbulkan pulsa atau
arus listrik. Pergerakan ion tersebut dapat berlangsung bila di antara dua elektroda
terdapat cukup medan listrik. Bila medan listriknya semakin tinggi maka energi
kinetik ion-ion tersebut akan semakin besar sehingga mampu untuk menggadakan
ionisasi lain. Ion-ion yang dihasilkan oleh ion primer disebut sebagai ion
sekunder.
9
Gambar II.6 Skema system pencacah Geiger Muller Counter.
Radiasi yang timbul gejalanya bersifat random. Tidak semua inti meluruh pada
saat yang sama, dan tidak ada yang dapat menentukan inti mana yang akan
meluruh pada saat tertentu. Suatu bahan radioaktif memancarkan partikel radiasi
yang keluar dari inti belum tentu dapat masuk ke tabung Geiger-Muller dan tentu
saja belum tentu dapat tercatat dalam pencacah. Oleh karena itu, untuk bisa
mengamati gejala radioaktivitas diperlukan pengetahuan tentang konsep statistika.
Kita dapat merepresentasikan jumlah partikel yang teradiasi dengan menggunakan
statistik dalam pengamatan berulang. Apabila dilakukan beberapa kali
pengamatan, nilai cacahan pada selang waktu tertentu, jarak tertentu, kondisi
perncacah tertentu, makan akan dihasilkan nilai cacahan yang berbeda. Nilai
cacahan rata-ratanya dapat diperoleh dari persamaan :
k
…(1)
∑ Ni
Ń= i=1
k
Dengan N̅ adalah jumlah cacahan rata-rata, Ni adalah jumlah cacahan pada
pengambilan ke-i, dan k adalah jumlah total pengambilan data.
GMC-320+ (V5) adalah versi terbaru dari jajaran Geiger Counter yang sangat
populer dari GQ Electronics. Alat ini memiliki semua fitur utama dari
pendahulunya: sensitivitas yang sangat baik terhadap β, γ & X-Ray (beta, gamma
& radiasi X-Ray), ukuran kompak, pembacaan LCD backlit besar, mudah
10
digunakan, baterai isi ulang dan konektivitas PC, ditambah beberapa fitur baru
yang membuatnya lebih fleksibel, seperti konektivitas WIFI. GMC 320+ biasa
digunakan sebagai peralatan monitoring lingkungan.
11
Bab III Metode dan Hipotesis
III.1 Metode
Pada percobaan penentuan hasil cacahan dan laju dosis pada tempat yang sama
dengan ketinggian berbeda dilakukan penentuan lokasi pengambilan data dimulai
di lantai dasar hingga lantai ke tiga. Kemudian alat dan bahan yang akan
digunakan pada praktikum kali ini disiapkan. GMC-320+ dipastikan pada keadaan
yang baik dan dapat digunakan. Timer / stopwatch dihidupkan dan dipastikan
sudah siap untuk digunakan. Setelah selesai, tripod dirangkai dan dipastikan
tempat detektor pada ketinggian sekitar 1 meter. GMC-320+ ditempatkan ke
tempat detektor pada tripod. Timer/stopwatch dinyalakan selama 20 menit dan
dicatat nilai hasil cacahan (CPM) dan laju dosis µSv/h yang tertera pada layar
GMC- 320+ setiap satu menit. Langkah yang sama dilakukan dengan variasi
ketinggian hingga mendapat tiga data ketinggian.
Pada percobaan penentuan hasil cacahan dan laju dosis pada tempat yang berbeda
dilakukan penentuan lokasi pengambilan data. Alat dan bahan yang akan
digunakan pada praktikum kali ini disiapkan. GMC-320+ dipastikan pada keadaan
yang baik dan dapat digunakan. Timer / stopwatch dihidupkan dan dipastikan
sudah siap untuk digunakan. Setelah selesai, tripod dirangkai dan dipastikan
tempat detektor pada ketinggian sekitar 1 meter. GMC-320+ ditempatkan ke
tempat detektor pada tripod. Timer/stopwatch dinyalakan selama 20 menit dan
dicatat nilai hasil cacahan (CPM) dan laju dosis µSv/h yang tertera pada layar
GMC- 320+ setiap satu menit.. Langkah yang sama dilakukan dengan variasi
lokasi pengambilan data.
III.2 Hipotesis
Hipotesis dari eksperimen ini adalah terdapat perbedaan nilai cacahan dan laju
dosis yang akan terbaca oleh detektor GMC-320 yang digunakan pada tempat
yang berbeda dan ketinggian yang berbeda. Karena pada perbedaan tempat akan
terdapat juga perbedaan komposisi batuan bawah permukaan bumi yang menjadi
sumber radiasi. Kemudian pada perbedaan ketinggian dengan tempat yang sama
terjadi perbedaan nilai cacahan dan laju dosis karena kerapatan dari radiasi yang
ditimbulkan dari dalam bumi sebagai sumber radiasi semakin berkurang.
12
13
Bab IV Hasil dan Pembahasan
Data yang didapatkan dari eksperimen adalah data hasil cacahan (CPM) dan laju
dosis µSv/h.
Data hasil cacahan (CPM) dan laju dosis µSv/h diukur di 4 tempat yang berbeda
di area kampus ITB cabang Ganesha. Variasi lokasi yang dilakukan adalah variasi
lokasi di gerband depan dan di lantai 1 GKU Timur.
25
20
CPM
15
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Menit ke-n
Gambar IV.1 Grafik hasil cacahan terhadap waktu pada gedung GKU Barat
14
Laju Dosis GKU Barat
0.1800
0.1600
0.1400
0.1200
0.1000
uSv
0.0800
0.0600
0.0400
0.0200
0.0000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Menit ke-n
Gambar IV.2 Grafik laju dosis terhadap waktu pada gedung GKU Barat
20
15
CPM
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Menit ke-n
Gambar IV.3 Grafik hasil cacahan terhadap waktu pada gerbang belakang
15
Laju Dosis Gedung Belakang
0.1600
0.1400
0.1200
0.1000
µSv/h
0.0800
0.0600
0.0400
0.0200
0.0000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Menit ke-n
Gambar IV.4 Grafik laju dosis terhadap waktu pada gerbang belakang
25
20
CPM
15
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Menit ke-n
Gambar IV.5 Grafik hasil cacahan terhadap waktu pada gerbang depan
16
Laju Dosis Gerbang Depan
0.18
0.16
0.14
0.12
0.1
µSv/h
0.08
0.06
0.04
0.02
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Menit ke-n
Gambar IV.6 Grafik laju dosis terhadap waktu pada gerbang belakang
25
20
CPM
15
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Menit ke-n
Gambar IV.7 Grafik hasil cacahan terhadap waktu pada gedung GKU Timur
17
Laju Dosis GKUT Timur
0.2
0.18
0.16
0.14
0.12
µSv/h
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Menit ke-n
Gambar IV.8 Grafik laju dosis terhadap waktu pada gedung GKU Timur
Data hasil cacahan (CPM) dan laju dosis µSv/h diukur di 3 tempat dengan
ketinggian yang berbeda di area kampus ITB cabang Ganesha. Variasi ketinggian
yang dilakukan adalah ketinggian setiap lantai di gedung GKU Barat.
Tabel IV.1 Hasil Cacahan dan Laju Dosis Rata-rata untuk tiga lantai berurutan
di gedung GKU Timur.
GKU Timur CPM rata-rata µSv/h rata-rata
Lantai 1 16.55 0.1075
Lantai 2 15.75 0.1020
Lantai 3 16.80 0.1095
18
Hasil Cacahan Setiap Lantai GKU Timur
30
25
20
CPM
15
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Menit ke-n
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Menit ke-n
IV.2 Pembahasan
IV.2.1 Pertanyaan dan Analisis
Alat hanya mengukur jika ada radiasi yang terukur sedangkan benda-benda di
sekitar alat tidak secara konsisten memancarkan radiasi sehingga jumlah cacahan
di setiap waktunya bersifat acak.
19
Sumber utama radiasi adalah batu-batuan yang menjadi bahan penyusun dinding
atau tiang yang banyak ditemukan di ITB Kampus Ganesha. Selain dari itu,
radiasi juga disebabkan oleh mineral atau materi yang ada di dalam bumi—yang
memiliki waktu paruh cukup panjang.
Data pada lantai 3 cenderung presisi dan rata-ratanya yang paling tinggi.
Ketinggian tidak memengaruhi jumlah cacahan maupun laju dosis. Tingkat
kepresisian data sebanding dengan naiknya jumlah cacahan atau laju dosis.
Keempat data memiliki tingkat presisi yang mirip. Jumlah cacahan dan laju dosis
rata-rata semakin berkurang dengan dari selatan ke utara dan dari timur ke barat.
Urutannya dari yang terbesar adalah; gerbang depan, GKU Timur, GKU Barat,
dan gerbang belakang.
Hasil cacahan besifar linier dengan laju dosis. Semua data memiliki koefisien di
sekitar 0.006 kecuali pada data gedung belakang, data lantai 2 GKU Barat, dan
data lantai 3 GKU Timur.
20
pengukuran maka semakin tinggi radiasinya. Selain itu, pada variasi ruang, besar
radiasi juga ditentukan oleh objek-objek di sekitar ruang tersebut misalnya seperti
batuan (pada daerah pertambangan) atau pada dinding bangunan (di mana terdapat
gas radon yang merupakan bahan radioaktif)
Fungsi pemetaan dan monitoring radiasi lingkungan salah satunya adalah agar
ketika terdeteksi radiasi tinggi pada lingkungan tersebut, maka mitigasi dapat
dilakukan secara cepat sehingga korban jiwa dapat diminimalkan.
Proses pengukuran dengan alat portable dan mobile adalah dengan membawa alat
tersebut ke suatu lingkungan, kemudian alat dinyalakan sehingga pencacahan
dimulai. Hasilnya dapat ditampilkan pada alat tersebut, atau bisa diekspor ke
komputer melalui internet.
Memonitor lingkungan secara realtime dan online sangat diperlukan, apalagi
dengan memanfaatkan teknologi informasi dan instrumentasi agar dapat
menganalisis dampak dan langkah-langkah yang dilakukan secara cepat.
Kepedulian terhadap lingkungan dan menjaga lingkungan tetap sehat adalah tugas
kita semua, terlepas ada atau tidaknya kebijakan yang dibuat mengenai itu (seperti
undang-undang, peraturan daerah, dan lain-lain).
Karena radiasi bisa berada di mana saja, termasuk di dalam makanan, minuman,
udara, dan sumber air, maka memonitor makanan, minuman, udara, dan sumber
air juga diperlukan sebagai langkah pencegahan.
21
Bab V Kesimpulan
22
DAFTAR PUSTAKA
http://www.batan.go.id/ensiklopedi/08/01/01/02/08-01-01-02.html
Leo, William R. 1987. Techniques for Nuclear and Particle Physics Experiment.
Berlin : Springer.
23