Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN EKSPERIMEN FISIKA III

ALAT MONITORING RADIASI LINGKUNGAN PORTABEL

oleh

Ighfar Hasbi A, Balya Elfata, Mohamad Aliffian R


10217057, 10217001, 10216087

LABORATORIUM FISIKA LANJUT


PROGRAM STUDI FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2019-2020
ABSTRAK
Radiasi merupakan salah satu cara perambatan energi dari suatu sumber energi ke
lingkungannya tanpa membutuhkan medium atau bahan penghantar tertentu.
Radioaktivitas adalah kemampuan inti atom yang tidak stabil untuk memancarkan
radiasi sehingga menjadi inti yang stabil. Materi yang mengandung inti tak-stabil
yang memancarkan radiasi, disebut zat radioaktif. Terdapat dua tipe paparan
radiasi yaitu radiasi paparan luar (external) dan paparan internal. Radiasi paparan
luar adalah paparan radiasi yang dikeluarkan oleh bahan radioaktif dari luar tubuh.
Dengan kata lain, paparan dalam internal adalah paparan melalui asupan kedalam
tubuh kita. Tujuan dari percobaan ini adalah Menentukan nilai hasil cacahan per
menit (CPM) dan laju dosis menggunakan GMC-320 pada tempat yang sama
dengan ketinggian yang berbeda. Kemudian menentukan nilai hasil cacahan per
menit (CPM) dan laju dosis menggunakan GMC-320 pada tempat yang berbeda.

Kata Kunci : Cacahan, Geiger Muller Counter, radiasi, radioaktif, sinar kosmik.
DAFTAR ISI

Bab I Pendahuluan...........................................................................................1
Bab II Dasar Teori.............................................................................................3
II.1 Radiasi......................................................................................................3
II.2 Detektor Geoger Muller Couter...............................................................8
Bab III Metode dan Hipotesis...........................................................................12
III.1 Metode...................................................................................................12
III.2 Hipotesis.................................................................................................12
Bab IV Hasil dan Pembahasan.........................................................................13
IV.1 Hasil Eksperimen...................................................................................13
IV.1.1 Data Kualitatif..........................................................................13
IV.1.2 Data Kuantitatif........................................................................14
IV.2 Pembahasan............................................................................................16
IV.2.1 Pertanyaan dan Analisis...........................................................16
IV.2.2 Open Problem...........................................................................16
Bab V Kesimpulan...........................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18

ii
Bab I Pendahuluan

Radiasi merupakan salah satu cara perambatan energi dari suatu sumber energi ke
lingkungannya tanpa membutuhkan medium atau bahan penghantar tertentu.
Radioaktivitas adalah kemampuan inti atom yang tidak stabil untuk memancarkan
radiasi sehingga menjadi inti yang stabil. Materi yang mengandung inti tak-stabil
yang memancarkan radiasi, disebut zat radioaktif. Besarnya radioaktivitas suatu
unsur radioaktif (radionuklida) ditentukan oleh konstanta peluruhan, yang
menyatakan laju peluruhan tiap detik, dan waktu paruh. Salah satu bentuk energi
yang dipancarkan secara radiasi adalah energi nuklir. Radiasi ini memiliki dua
sifat yang khas, yaitu tidak dapat dirasakan secara langsung oleh panca indra
manusia dan beberapa jenis radiasi dapat menembus berbagai jenis bahan. Oleh
karena itu, untuk menentukan ada atau tidak adanya radiasi nuklir diperlukan
suatu alat, yaitu pengukur radiasi yang dapat mendeteksi dan mengukur radiasi
baik kuantitas, energi, atau dosisnya.

Tujuan percobaan:

1. Menentukan nilai hasil cacahan per menit (CPM) dan laju dosis
menggunakan GMC-320 pada tempat yang sama dengan ketinggian yang
berbeda.
2. Menentukan nilai hasil cacahan per menit (CPM) dan laju dosis
menggunakan GMC-320 pada tempat yang berbeda.

Batasan percobaan:

1. Percobaan pengukuran dilakukan di empat tempat.


2. Percobaan pengukuran dilakukan sekali pada setiap tempat.
3. Percobaan pengukuran dilakukan 20 menit pada setiap tempat.
4. Percobaan pengukuran dilakukan menggunakan dua alat ukur GMC-320

Asumsi yang digunakan dalam percobaan:

1. Alat yang digunakan pada eksperimen semua terkalibrasi dengan baik.

1
2. Percobaan pengukuran pada ketianggian yang berbeda berada pada posisi
yang sama.

2
Bab II Dasar Teori

II.1 Radiasi
Radiasi adalah emisi dan propagasi (perambatan) energi melalui materi atau ruang
dalam bentuk gelombang elektromagnetik atau partikel. Berdasarkan sifatnya,
radiasi dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu radiasi pengion dan radiasi non pengion.
Bila berinteraksi dengan materi, radiasi pengion dapat menyebabkan ionisasi,
sedang radiasi non pengion tidak menyebabkan ionisasi. Yang termasuk dalam
kategori radiasi pengion, yang biasa disebut radiasi adalah gelombang
elektromagnetik (sinar gama dan sinar-X ), partikel bermuatan listrik
(sinar a, b, dan lain-lain), dan partikel tidak bermuatan listrik (neutron, partikel-
antara).

Gambar II.1 Jenis radiasi pengion

3
Gambar II.2 Mekanisme terjadinya radiasi

Inti atom yang memancarkan radiasi adalah inti atom yang bersifat tidak stabil,
yang disebut inti radioaktif atau radionuklida. Salah satu contoh radiasi yang
dihasilkan dari kulit atom adalah sinar-X. Pada reaksi fusi inti deuterium dan
reaksi fisi uranium, radiasi yang dihasilkan adalah neutron.

Berdasarkan sumbernya, radiasi dikelompokkan menjadi radiasi alam, radiasi


buatan yang dihasilkan dari instalasi nuklir, radiasi fall out (jatuhan) hasil dari
percobaan senjata nuklir, radiasi kosmik dari luar angkasa, dan radiasi hasil
interaksi radiasi kosmik dengan inti atom di udara.

4
Gambar II.3 Deret U-238 dan Th-232

5
Gambar II.4 Radiasi sinar kosmik

Jika berinteraksi dengan materi, radiasi dapat diteruskan, dihamburkan, atau


diserap. Interaksi yang terjadi dapat berupa eksitasi atau ionisasi.  Yang termasuk
radiasi non pengion, antara lain sinar ultra violet, sinar tampak, sinar infra merah,
gelombang mikro yang hanya dapat mengakibatkan efek fisika atau kimia (reaksi
kimia) pada materi.

6
Gambar II.5 Spektrum gelombang elektromagnetik

Terdapat dua tipe paparan radiasi yaitu radiasi paparan luar (external) dan paparan
internal. Radiasi paparan luar adalah paparan radiasi yang dikeluarkan oleh bahan
radioaktif dari luar tubuh. Dengan kata lain, paparan dalam internal adalah
paparan melalui asupan kedalam tubuh kita berupa udara yang dihirup, air yang
diminum dan makanan yang dimakan dan bahan lainnya yang mengandung bahan
radioaktif. Terdapat empat sumber paparan internal yaitu,

1. Paparan internal melalui mulut dengan makanan atau dikenal dengan oral
intake,

2. Paparan melalui udara yang masuk melalui pernafasan yang dikenal


dengan intake by inhalation,

3. Paparan melalui kulit (penyerapan dermal) dan

4. Paparan melalui luka (penetrasi luka).

Paparan luar dapat dikurangi dengan bergerak atau keluar menjauhi dari sumber
bahan radioaktif. Untuk kasus paparan internal, dikarenakan bahan radioaktif
berada didalam tubuh, paparan terhadap tubuh akan terus menerus terjadi sampai
bahan tersebut keluar dari dalam tubuh melalui proses metabolisme tubuh atau

7
cara lainnya. Kita sehari-hari senantiasa terpapar baik melalui paparan internal
dan paparan luar oleh radiasi alami. Paparan radiasi dari bahan radioaktif yang
dikeluarkan akibat kecelakaan PLTN merupakan paparan tambahan bahan
radioaktif yang dikeluarkan terhadap radiasi alami yang sudah ada secara alami.

Tabel II.1 Komposisi sumber radiasi alami dan buatan

II.2 Detektor Geoger Muller Couter


Salah satu alat ukur untuk dapat mendeteksi keberadaan radiasi adalah detektor
Geiger-Muller. Pada prinsipnya, pendeteksian dan pengukuran radiasi dengan
menggunakan alat ukur radiasi memanfaatkan prinsip-prinsip kemampuan
interaksi antara radiasi dengan materi. Setiap alat ukur radiasi selalu dilengkapi
dengan detektor yang mampu mengenali adanya radiasi. Apabila radiasi melewati
bahan suatu detektor, maka akan terjadi pemindahan energi dari radiasi yang
datang ke bahan detektor. Perpindahan energi ini menimbulkan berbagai jenis
tanggapan yang berbeda-beda dari bahan detektor tersebut. Jenis tanggapan yang
ditunjukan oleh suatu detektor terhadap radiasi tergantung pada jenis radiasi dan

8
bahan detektor yang digunakan. Pendeteksian keberadaan dan atau besarnya
radiasi dilakukan dengan mengamati tanggapan yang ditunjukan oleh suatu
detektor. Untuk mengukur besarnya tanggapan yang diberikan oleh bahan
detektor, maka detektor tersebut dihubungkan dengan peralatan khusus yang
mampu mengubah tanggapan-tanggapan tersebut menjadi sinyal-sinyal elektronik.
Selanjutnya, sinyal-sinyal elektronik tersebut dikonversikan ke dalam besaran
tertentu sehingga menghasilkan besarnya radiasi yang diterima oleh bahan
detektor dalam bentuk digital atau analog.

Sensor detektor ini adalah sebuah tabung Geiger-Müller, sebuah tabung yang
terdiri dari elektroda positif dan negatif, serta berisi gas di antara kedua elektroda
tersebut. Elektroda positif disebut sebagai anoda, yang dihubungkan ke kutub
listrik positif, sedangkan elektroda negatif disebut sebagai katoda, yang
dihubungkan ke kutub listrik negatif. Radiasi yang memasuki detektor akan
mengionisasi gas dan menghasilkan ion-ion positif dan ion-ion negatif. Jumlah
ion yang akan dihasilkan tersebut sebanding dengan energi radiasi dan berbanding
terbalik dengan daya ionisasi gas. Ion-ion yang dihasilkan di dalam detektor
tersebut akan memberikan kontribusi terbentuknya pulsa listrik ataupun arus
listrik. Ion-ion primer yang dihasilkan oleh radiasi akan bergerak menuju
elektroda yang sesuai. Pergerakan ion-ion tersebut akan menimbulkan pulsa atau
arus listrik. Pergerakan ion tersebut dapat berlangsung bila di antara dua elektroda
terdapat cukup medan listrik. Bila medan listriknya semakin tinggi maka energi
kinetik ion-ion tersebut akan semakin besar sehingga mampu untuk menggadakan
ionisasi lain. Ion-ion yang dihasilkan oleh ion primer disebut sebagai ion
sekunder.

9
Gambar II.6 Skema system pencacah Geiger Muller Counter.

Radiasi yang timbul gejalanya bersifat random. Tidak semua inti meluruh pada
saat yang sama, dan tidak ada yang dapat menentukan inti mana yang akan
meluruh pada saat tertentu. Suatu bahan radioaktif memancarkan partikel radiasi
yang keluar dari inti belum tentu dapat masuk ke tabung Geiger-Muller dan tentu
saja belum tentu dapat tercatat dalam pencacah. Oleh karena itu, untuk bisa
mengamati gejala radioaktivitas diperlukan pengetahuan tentang konsep statistika.
Kita dapat merepresentasikan jumlah partikel yang teradiasi dengan menggunakan
statistik dalam pengamatan berulang. Apabila dilakukan beberapa kali
pengamatan, nilai cacahan pada selang waktu tertentu, jarak tertentu, kondisi
perncacah tertentu, makan akan dihasilkan nilai cacahan yang berbeda. Nilai
cacahan rata-ratanya dapat diperoleh dari persamaan :
k
…(1)
∑ Ni
Ń= i=1
k
Dengan N̅ adalah jumlah cacahan rata-rata, Ni adalah jumlah cacahan pada
pengambilan ke-i, dan k adalah jumlah total pengambilan data.

GMC-320+ (V5) adalah versi terbaru dari jajaran Geiger Counter yang sangat
populer dari GQ Electronics. Alat ini memiliki semua fitur utama dari
pendahulunya: sensitivitas yang sangat baik terhadap β, γ & X-Ray (beta, gamma
& radiasi X-Ray), ukuran kompak, pembacaan LCD backlit besar, mudah

10
digunakan, baterai isi ulang dan konektivitas PC, ditambah beberapa fitur baru
yang membuatnya lebih fleksibel, seperti konektivitas WIFI. GMC 320+ biasa
digunakan sebagai peralatan monitoring lingkungan.

Gambar II.7 GMC-320

11
Bab III Metode dan Hipotesis

III.1 Metode
Pada percobaan penentuan hasil cacahan dan laju dosis pada tempat yang sama
dengan ketinggian berbeda dilakukan penentuan lokasi pengambilan data dimulai
di lantai dasar hingga lantai ke tiga. Kemudian alat dan bahan yang akan
digunakan pada praktikum kali ini disiapkan. GMC-320+ dipastikan pada keadaan
yang baik dan dapat digunakan. Timer / stopwatch dihidupkan dan dipastikan
sudah siap untuk digunakan. Setelah selesai, tripod dirangkai dan dipastikan
tempat detektor pada ketinggian sekitar 1 meter. GMC-320+ ditempatkan ke
tempat detektor pada tripod. Timer/stopwatch dinyalakan selama 20 menit dan
dicatat nilai hasil cacahan (CPM) dan laju dosis µSv/h yang tertera pada layar
GMC- 320+ setiap satu menit. Langkah yang sama dilakukan dengan variasi
ketinggian hingga mendapat tiga data ketinggian.

Pada percobaan penentuan hasil cacahan dan laju dosis pada tempat yang berbeda
dilakukan penentuan lokasi pengambilan data. Alat dan bahan yang akan
digunakan pada praktikum kali ini disiapkan. GMC-320+ dipastikan pada keadaan
yang baik dan dapat digunakan. Timer / stopwatch dihidupkan dan dipastikan
sudah siap untuk digunakan. Setelah selesai, tripod dirangkai dan dipastikan
tempat detektor pada ketinggian sekitar 1 meter. GMC-320+ ditempatkan ke
tempat detektor pada tripod. Timer/stopwatch dinyalakan selama 20 menit dan
dicatat nilai hasil cacahan (CPM) dan laju dosis µSv/h yang tertera pada layar
GMC- 320+ setiap satu menit.. Langkah yang sama dilakukan dengan variasi
lokasi pengambilan data.

III.2 Hipotesis
Hipotesis dari eksperimen ini adalah terdapat perbedaan nilai cacahan dan laju
dosis yang akan terbaca oleh detektor GMC-320 yang digunakan pada tempat
yang berbeda dan ketinggian yang berbeda. Karena pada perbedaan tempat akan
terdapat juga perbedaan komposisi batuan bawah permukaan bumi yang menjadi
sumber radiasi. Kemudian pada perbedaan ketinggian dengan tempat yang sama
terjadi perbedaan nilai cacahan dan laju dosis karena kerapatan dari radiasi yang
ditimbulkan dari dalam bumi sebagai sumber radiasi semakin berkurang.

12
13
Bab IV Hasil dan Pembahasan

IV.1 Hasil Eksperimen

Data yang didapatkan dari eksperimen adalah data hasil cacahan (CPM) dan laju
dosis µSv/h.

IV.1.1 Eksperimen Variasi Lokasi

Data hasil cacahan (CPM) dan laju dosis µSv/h diukur di 4 tempat yang berbeda
di area kampus ITB cabang Ganesha. Variasi lokasi yang dilakukan adalah variasi
lokasi di gerband depan dan di lantai 1 GKU Timur.

Hasil Cacahan GKU Barat


30

25

20
CPM

15

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Menit ke-n

Gambar IV.1 Grafik hasil cacahan terhadap waktu pada gedung GKU Barat

14
Laju Dosis GKU Barat
0.1800

0.1600

0.1400

0.1200

0.1000
uSv

0.0800

0.0600

0.0400

0.0200

0.0000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Menit ke-n

Gambar IV.2 Grafik laju dosis terhadap waktu pada gedung GKU Barat

Hasil Cacahan Gedung Belakang


25

20

15
CPM

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Menit ke-n

Gambar IV.3 Grafik hasil cacahan terhadap waktu pada gerbang belakang

15
Laju Dosis Gedung Belakang
0.1600
0.1400
0.1200
0.1000
µSv/h

0.0800
0.0600
0.0400
0.0200
0.0000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Menit ke-n

Gambar IV.4 Grafik laju dosis terhadap waktu pada gerbang belakang

Hasil Cacahan Gerbang Depan


30

25

20
CPM

15

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Menit ke-n

Gambar IV.5 Grafik hasil cacahan terhadap waktu pada gerbang depan

16
Laju Dosis Gerbang Depan
0.18
0.16
0.14
0.12
0.1
µSv/h

0.08
0.06
0.04
0.02
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Menit ke-n

Gambar IV.6 Grafik laju dosis terhadap waktu pada gerbang belakang

Hasil Cacahan GKU Timur


30

25

20
CPM

15

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Menit ke-n

Gambar IV.7 Grafik hasil cacahan terhadap waktu pada gedung GKU Timur

17
Laju Dosis GKUT Timur
0.2
0.18
0.16
0.14
0.12
µSv/h

0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Menit ke-n

Gambar IV.8 Grafik laju dosis terhadap waktu pada gedung GKU Timur

IV.1.2 Eksperimen Variasi Tinggi

Data hasil cacahan (CPM) dan laju dosis µSv/h diukur di 3 tempat dengan
ketinggian yang berbeda di area kampus ITB cabang Ganesha. Variasi ketinggian
yang dilakukan adalah ketinggian setiap lantai di gedung GKU Barat.

Tabel IV.1 Hasil Cacahan dan Laju Dosis Rata-rata untuk tiga lantai berurutan
di gedung GKU Timur.
GKU Timur CPM rata-rata µSv/h rata-rata
Lantai 1 16.55 0.1075
Lantai 2 15.75 0.1020
Lantai 3 16.80 0.1095

18
Hasil Cacahan Setiap Lantai GKU Timur
30

25

20
CPM

15

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Menit ke-n

Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3


Gambar IV.9 Grafik hasil cacahan terhadap waktu di setiap lantai gedung GKU
Timur

Laju Dosis GKUT Timur


0.2
0.18
0.16
0.14
0.12
µSv/h

0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Menit ke-n

Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3


Gambar IV.10 Grafik laju dosis terhadap waktu di setiap lantai gedung GKU
Timur

IV.2 Pembahasan
IV.2.1 Pertanyaan dan Analisis

Alat hanya mengukur jika ada radiasi yang terukur sedangkan benda-benda di
sekitar alat tidak secara konsisten memancarkan radiasi sehingga jumlah cacahan
di setiap waktunya bersifat acak.

19
Sumber utama radiasi adalah batu-batuan yang menjadi bahan penyusun dinding
atau tiang yang banyak ditemukan di ITB Kampus Ganesha. Selain dari itu,
radiasi juga disebabkan oleh mineral atau materi yang ada di dalam bumi—yang
memiliki waktu paruh cukup panjang.

Metode untuk meningkatkan akurasi pengukuran adalah metode pengukuran


berulang. Karena data yang diterima di setiap rentang waktu bersifat acak,
pengukuran berulang yang banyak akan meminimalisir galat acak dari
pengukuran. Pengukuran berulang lebih baik dilakukan di waktu yang berbeda-
beda juga.

Data pada lantai 3 cenderung presisi dan rata-ratanya yang paling tinggi.
Ketinggian tidak memengaruhi jumlah cacahan maupun laju dosis. Tingkat
kepresisian data sebanding dengan naiknya jumlah cacahan atau laju dosis.

Keempat data memiliki tingkat presisi yang mirip. Jumlah cacahan dan laju dosis
rata-rata semakin berkurang dengan dari selatan ke utara dan dari timur ke barat.
Urutannya dari yang terbesar adalah; gerbang depan, GKU Timur, GKU Barat,
dan gerbang belakang.

Hasil cacahan besifar linier dengan laju dosis. Semua data memiliki koefisien di
sekitar 0.006 kecuali pada data gedung belakang, data lantai 2 GKU Barat, dan
data lantai 3 GKU Timur.

IV.2.2 Open Problem


Kita perlu mengetahui dan menganalisis lingkungan sekitar kita dari aspek radiasi
nuklir lingkungan, karena dampak berbahaya dari radiasi nuklir itu sendiri.
Radiasi nuklir dalam dosis tinggi mengakibatkan dampak seperti kanker, mutasi
DNA, dan lain-lain. Apabila ketika dianalisis lingkungan tersebut memiliki radiasi
yang tinggi maka sebaiknya tidak dibangun permukiman penduduk di sana atau
apabila seseorang bekerja di sana (contoh: pertambangan batu bara) maka
diwajibkan menggunakan baju pelindung yang protektif.
Pentingnya melakukan analisis waktu dan ruang untuk radiasi lingkungan karena
radiasi dapat bervariasi terhadap ruang dan waktu. Contoh variasi terhadap ruang
adalah variasi terhadap ketinggian, di mana pada umumnya semakin tinggi lokasi

20
pengukuran maka semakin tinggi radiasinya. Selain itu, pada variasi ruang, besar
radiasi juga ditentukan oleh objek-objek di sekitar ruang tersebut misalnya seperti
batuan (pada daerah pertambangan) atau pada dinding bangunan (di mana terdapat
gas radon yang merupakan bahan radioaktif)
Fungsi pemetaan dan monitoring radiasi lingkungan salah satunya adalah agar
ketika terdeteksi radiasi tinggi pada lingkungan tersebut, maka mitigasi dapat
dilakukan secara cepat sehingga korban jiwa dapat diminimalkan.
Proses pengukuran dengan alat portable dan mobile adalah dengan membawa alat
tersebut ke suatu lingkungan, kemudian alat dinyalakan sehingga pencacahan
dimulai. Hasilnya dapat ditampilkan pada alat tersebut, atau bisa diekspor ke
komputer melalui internet.
Memonitor lingkungan secara realtime dan online sangat diperlukan, apalagi
dengan memanfaatkan teknologi informasi dan instrumentasi agar dapat
menganalisis dampak dan langkah-langkah yang dilakukan secara cepat.
Kepedulian terhadap lingkungan dan menjaga lingkungan tetap sehat adalah tugas
kita semua, terlepas ada atau tidaknya kebijakan yang dibuat mengenai itu (seperti
undang-undang, peraturan daerah, dan lain-lain).
Karena radiasi bisa berada di mana saja, termasuk di dalam makanan, minuman,
udara, dan sumber air, maka memonitor makanan, minuman, udara, dan sumber
air juga diperlukan sebagai langkah pencegahan.

21
Bab V Kesimpulan

1. Hasil cacahan pada setiap tempat diberikan pada Bab IV.


2. Laju dosis pada setiap tempat diberikan pada Bab IV.
3. Dari data yang kami proses, ketinggian tidak memengaruhi laju dosis dan
jumlah cacahan.

22
DAFTAR PUSTAKA

http://www.batan.go.id/ensiklopedi/08/01/01/02/08-01-01-02.html

Leo, William R. 1987. Techniques for Nuclear and Particle Physics Experiment.
Berlin : Springer.

23

Anda mungkin juga menyukai