AFGHANI
Makalah ini disusun dan dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Kajian
Politik Timur Tengah
Disusun Oleh :
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan
Hidayah yang diberikan-Nya sehingga tugas makalah yang berjudul
Pemikiran Politik Jamaluddin Al-Afghani ini dapat kami selesaikan.
Makalah ini kami susun sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas mata
kuliah Kajian Politik Timur Tengah.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantar
DaftarIsi
Bab I: Pendahuluan
A. Latar
Belakang………………………………………………………….4
B. Rumusan
Masalah………………………………………………………......5
C. Tujuan……………………………………………………….5
Bab II: Pembahasan
A. Biografi Jamaluddin Al
Afghani…………………………………….....................6
B. Pemikiran Politik Jamaluddin Al-
Afghani……….…………………………………..........9
C. Pengaruh Pemikiran Jamaluddin Al-
Afghani………………….......................................................1
3
3
BAB I : PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam Sejarah dan Gerakan (Jakarta : Bulan
Bintang , 1984)., 11
4
bahwa Islam adalah sesuai dengan semua bangsa, semua zaman, dan semua
keadaan. Jika muncul pertentangan antara ajaran islam dengan kondisi
perubahan zaman, maka dapat di sesuaikan dengan mengadakan interpretasi
baru tentang ajaran Islam seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an dan
Hadits.
1.2.Rumusan Masalah
1. Bagaimana Biografi Jamaluddin Al-Afghani?
2. Apa Pokok Pemikiran Politik Jamaluddin Al-Afghani?
3. Bagaimana Pengaruh Pemikiran Jamaluddin Al-Afghani?
1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang Biografi Jamaluddin Al-Afghani
2. Untuk mengetahui tentang Pokok Pemikiran Politik Jamaluddin Al-
Afghani
3. Untuk mengetahui tentang Pengaruh Pemikiran Jamaluddin Al-
Afghani
5
BAB II : PEMBAHASAN
2
Muhammad Iqbal, Pemikiran Politik dari Masa Klasik Hingga Indonesia Kontemporer
Cet I (Jakarta: Kencana, 2010)., 58.
3
Noorthaibah, “Pemikiran Pembaharuan Jamaluddin Al-Afghani; Studi Pemikiran Kalam
Tentang Takdir”, FENOMENA, Vol. 7, No 2, 2015., 261
6
mengenalnya, sebagaimana juga yang dikehendaki yang bersangkutan
yang bersangkutan sendiri dengan sebutan al-Afghani.4
7
Muhammad Azam Khan menjadi Perdana Menteri Afghanistan. Pada
masa itu Inggris telah mencampuri hal-hal politik dalam negeri
Afghanistan dan dalam pergolakan yang terjadi ia memilih pihak yang
melawan golongan Inggris. Pihak pertama kalah dan al-Afghani merasa
lebih aman meninggalkan tanah tempat kelahirannya dan pergi ke India
di tahun 1869.8
8
Ris’an Rusli, Pemikiran Teologi Islam Modern, (Depok: Kencana, 2018)., 2
9
Muhammad Imarah, 45 Tokoh Pengukir Sejarah, (Surakarta: Era Intermedia, 2009)., 208.
10
Ibid., 210
8
dimakamkan di Nishanta di Istanbul, pada tahun 1945 M, jenazahnya
dipindahkan ke Afghanistan dan dimakamkan berdekatan dengan Ai
Abad di Kabul.
11
Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, (Jakarta : Logos, 1997)., 157-158
9
berpendapat dan kepala negara harus tunduk kepada Undang-Undang
Dasar.12 Pendapat seperti ini baru dalam sejarah politik Islam yang
selama ini pemikirnya hanya mengenal bentuk khalifah yang
mempunyai kekuasaan absolut. Pendapat ini tampak dipengaruhi oleh
pemikiran barat, sebab barat lebih dahulu mengenal pemerintahan
republik, meskipun pemahaman Al-Afghani tidak lepas terhadap
prinsip-prinsip ajaran Islam yang berkaitan dengan dengan
kemasyarakatan dan kenegaraan. Penafsiran atau pendapat tersebut lebih
maju dari Muhammad Abduh yaitu Islam tidak menetapkan suatu
bentuk pemerintahan , maka bentuk demikian pun harus mengikuti
masyarakat dalam kehidupan materi dan kebebasan berpikir. Ini
mengandung makna, bahwa apapun bentuk pemerintahan, Abduh
menghendaki suatu pemerintahan yang dinamis. Pemunculan ide Al-
Afghani tersebut sebagai reaksi kepada salah satu sebab
kemunduran politis yaitu pemerintah absolut.
2. Sistem Demokrasi
12
J. Suyuthi Pulungan, Fiqh Siyasah : Ajaran, Sejarah dan Pemikiran, (Jakarta : Grafindo
Persada, 1994)., 281.
10
individual terbatas sekali dan syura diperintahkan oleh Allah dalam Al-
Qur’an agar dapat di praktekkan dalam berbagai urusan.13
13
J. Suyuthi Pulungan, Fiqh Siyasah : Ajaran, Sejarah dan Pemikiran, (Jakarta : Grafindo
Persada, 1994)., 294.
14
Ibid., 287.
11
3. Pan Islamisme / Solidaritas Islam
15
Ibid., 294.
12
Islamismenya Al-Afghani itu adalah suatu asosiasi antar negara-negara
Islam dan umat Islam di wilayah jajahan untuk menentang kezaliman
interen, para pengusaha muslim yang lalim, menentang kolonialisme
dan imperialisme barat serta mewujudkan keadilan.
16
Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, (Jakarta : Logos, 1997)., 159.
13
menarik bagi aktivis terkemudian karena kehidupan politiknya yang
luar biasa. Muslim maupun barat pernah memiliki kontak dengan Al-
Afghani. Penulis Barat seperti E.G. Brown dan Wilfred Blunt membuat
tulisan yang isinya membuat pengakuan dan memuji Al-Afghani
semakin memperkuat posisi Al-Afghani di dunia muslim. Fakta bahwa
Al-Afghani telah mempesona dan bahkan berdebat dengan orang-orang
barat terkemuka membuat sosok Al-Afghani semakin penting di mata
intelektual muslim. Akhirnya popularitas Al-Afghani yang berkelanjutan
terjadi karena dia dipandang berbahaya oleh orang-orang barat. Namun
ada penilaian bahwa pengaruh Al-Afghani lebih berdasarkan pada
biografi yang pada umumnya mitos dan interpretasi atas gagasan-
gagasannya.
14
tantangan umat Islam meskipun dalam konteks dan situasi zaman yang
telah berbeda.
17
Nur chalis Majid, Khazanah Intelektual Islam Cet. III, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984).,
332.
15
Abduh, kemudian Rasyid Ridha dan para pemikir modernis lainnya
memiliki benang merah pemikiran pembaharuan Al-Afghani.
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
17
B. SARAN
18
DAFTAR PUSTAKA
19