Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dosen Pengampu :
Oleh :
Kelompok 4
FAKULTAS FARMASI
SURAKARTA
2018
Validasi Metode Analisis
Menurut USP (United States Pharmacopeia), ada 8 langkah dalam validasi metode analisis: Presisi,
Akurasi, Batas deteksi, Batas kuantifikasi, Spesifisitas, Linieritas dan rentang, Kekasaran, Ketahanan.
Menurut ICH (Internacional Conferenceon Harmanization) sebagai berikut : Presisi, Akurasi, Batas
deteksi, Batas kuantifikasi, Spesifisitas, Linieritas, Kisaran, Ketahanan, Kesesuaian system.
1. Kecermatan (accuracy) adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analit dengan
kadar analit yang sebenarnya. Dinyatakan sebagai recovery analit yang ditambahkan. Bergantung
pada sebaran galat sistematik di dalam keseluruhan tahapan analisis. Dilakukan dengan 2 cara
yaitu
a. metode simulasi (spiked-placebo recovery) : sejumlah analit bahan murni ditambahkan dalam
campuran bahan pembawa sediaan farmasi lalu dianalisis dan dibandingkan dengan kadar
analit yang ditambahkan.
b. metode panambahan baku (standard addition method) yaitu sampel dianalisis lalu sejumlah
tertentu analit yang diperiksa ditambahkan dalam sampel dan dianalisis lagi, selisih kedua
hasil dibandingkan dengan kadar yang sebenarnya
Kriteria kecermatan sangat tergantung pada konsentrasi analit dalam matriks sampel dan
keseksamaan metode (RSD). Harga rata-rata selisih harus 1,5% atau kurang.
2. Keseksamaan (Precision) yaitu ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji
individual. Dinyatakan sebagai keterulangan yaitu keseksamaan metode jika dilakukan berulang
kali oleh analis yang sama pada kondisi sana dalam interval waktu yang pendek. Dilakukan pada
3 tingkatan yang berbeda yaitu : keterulangan, presisi antara, dan ketertiruan.
3. Selektivitas (spesifitas) yaitu kemampuan untuk mengukur zat tertentu secara cermat dan seksama
dengan adanya komponen lain yang mungkin ada dalam matriks sampel. Dinyatakan sebagai
derajat penyimpangan. Dilakukan dengan membandingkan hasil analisis sampel yang
mengandung cemaran, hasil urai, senyawa sejenis, senyawa asing lainnya dengan hasil analisis
sampel tanpa penambahan bahan. Cara kerja : zat yang akan diuji ditentukan terlebih dahulu
panjang gelombang maksimum, selanjutnya dibuat larutan baku, larutan uji dan larutan blanko.
Menurut ICH spesifitas ada 2 kategori yaitu uji identifikasi dan uji kemurnian atau pengukuran.
4. Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon yang secara langsung
atau dengan bantuan transformasi matematik yang baik, proporsional terhadap konsentrasi analit
dalam sampel. Dinyatakan dalam istilah variansi sekitar arah garis regresi yang dihitung
berdasarkan persamaan matematik data yang diperoleh dari hasil uji analit dalam sampel dengan
berbagai konsentrasi analit.
5. Rentang (range) adalah konsentrasi terendah dan tertinggi yang mana suatu metode analisis
menunjukkan akurasi, presisi, dan linieritas yang mencukupi.
6. Batas Deteksi (Limit Of Detection) dan Batas Kuantitasi (Limit Of Quantification)
LOD adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih
memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blanko. Batas deteksi merupakan parameter
uji batas. Penentuannya ada 2 macam yaitu :
- Analisis tidak menggunakan instrument, ditentukan dengan mendeteksi analit dalam sampel
pada pengenceran bertingkat
- Analisis menggunakan instrument, ditentukan dengan mengukur respon blanko dan formula
LOQ adalah konsentrasi analit terendah dalam sample yang dapat ditentukan dengan presisi
dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi operasional metode yang digunakan.
Cara lain untuk menentukan batas deteksi dan kuantitasi adalah melalui penentuan rasio S/N.
7. Ketangguhan Metode (ruggedness) atau kekasaran adalah derajat ketertiruan hasil uji yang
diperoleh dari analisis sampel yang sama dalam berbagai kondisi uji normal. Dinyatakan sebagai
tidak adanya pengaruh perbedaan operasi/lingkungan kerja pada hasil uji. Ditentukan dengan
menganalisis beningan suatu lot sampel yang homogen dalam lab yang berbeda dan lingkungan
yang berbeda tetapi prosedur dan parameter ujinya sama.
8. Kekuatan (robustness) atau ketahanan adalah kapasitas metode untuk tetap tidak terpengaruh oleh
adanya variasi parameter metode yang kecil, dengan cara dibuat perubahan metodologi yang kecil
dan terus menerus dan mengevaluasi respon analitik dan efek presisi dan akurasi.
9. Kesesuaian Sistem adalah uji untuk menjamin bahwa metode tersebut dapat menghasilkan akurasi
dan presisi yang dapat diterima.
Seleksi parameter analitik untuk validasi dapat bervariasi bergantung pada tipe prosedur analitik.
Metode yang digunakan untuk pemeriksaan produk farmasetika dapat dikalsifikasikan seperti :
- Kategori I : metode analitikl utk kuantitatif komponen maupun substansi bahan baku obat
- Kategori II : metode analitikal untuk menentukan campuran dalam substansi bahan baku atau
komponen sisa pada produk akhir farmasetika
- Kategori III : metode analitik untuk menentukan performa karakteristik
Suatu metode analisis harus divalidasi untuk melakukan verifikasi bahwa parameter-parameter
kinerjanya cukup mampu untuk mengatasi problem analisis, karenanya metode harus divalidasi
ketika:
I. Isian singkat
II. Uraian
Validasi Metode Analisis harus dilakukan untuk memastikan bahwa prosedur analisis
yang digunakan untuk tes obat-obatan telah sesuai tujuan penggunaannya dan karakterisitik
dari kinerja metode telah memenuhi persyaratan untuk aplikasi analisis metode yang
dilakukan. Validasi Metode Analisis kemudian dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja
metode, seperti kepekaan, selektivitas, akurasi dan presisi, menguji kelemahan dan
keterbatasan metode serta menguji faktor-faktor yang dapat memengaruhi kinerja metode.
3. VMA diatur dalam salah satu guideline yaitu ICH (International Conferenceon
Harmanization).
d. Sebutkan parameternya serta berikan definisi tiap parameter tersebut!
e. Apakah semua parameter yang disebutkan di atas selalu dilakukan pada setiap
VMA? Jelaskan!
Jawab :
a. Parameter penentuan analisis :
1. AKURASI : kedekatan antara nilai yang diterima, baik sebagai nilai yang sebenarnya
secara konvensional maupun nilai dari referensi yang telah diterima, dibandingkan
dengan nilai yang ditemukan dalam analisis.
2. SPESIFISITAS : kemampuan suatu metode analisis untuk mengukur analit yang
dituju secara tepat dan spesifik dengan adanya komponen-komponen lain seperti
produk degradasi, komponen matrik, dan pengotor lainnya.
3. PRESISI : kedekatan (derajat penyebaran) antara serangkaian pengukuran yang
diperoleh dari beberapa sampel dari sampel homogen yang sama di bawah kondisi
yang ditentukan.
4. LOD (Limit of Detection) : jumlah terendah analit dalam sampel yang dapat
dideteksi oleh alat tetapi tidak harus dapat dihitung/dikuantitasi.
5. LOQ (Limit of quantitation) : jumlah terendah analit dalam sampel yang dapat
ditentukan secara kuantitatif dengan presisi dan akurasi yang sesuai.
6. LINIERITAS : kemampuan (dalam kisaran tertentu) untuk mendapatkan hasil tes
yang berbanding lurus dengan konsentrasi (jumlah) dari analit dalam sampel.
7. RANGE : interval antara konsentrasi atas dan bawah (jumlah) dari analit dalam
sampel yang telah menunjukkan bahwa prosedur analitis memiliki tingkat yang
sama presisi, akurasi dan linearitas.
8. ROBUSTNESS : ukuran kapasitas untuk tetap tidak terpengaruh oleh hal kecil,
namun variasi yang disengaja dalam parameter metode dan memberikan indikasi
kehandalan selama penggunaan normal.
b. Semua parameter tersebut tidak selalu dilakukan pada setiap VMA, itu semua tergantung pada
prosedur analisis yang dilakukan. Parameter VMA tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
(1) dalam kasus di mana reproducibility telah dilakukan, Interm. Precision tidak
diperlukan
(2) kurangnya spesifisitas satu prosedur analisis dapat dikompensasi oleh prosedur
analisis pendukung lainnya
Prosedur Identifikasi
Pada prosedur ini, parameter yang diperlukan hanyalah spesifisitas, karena parameter
ini berhubungan dengan keberadaan analit yang dianalisis (uji kualitatif), oleh karena
itu parameter kuantitatif tidak dilakukan
Prosedur Tes Ketidakmurnian (Impurities)
- Kuantitatif
Pada sebagian besar kasus, parameter LOD tidak dilakukan karena senyawa
pengotor yang diuji sudah pasti ada dan parameter-parameter yang berhubungan
dengan kuantitasilah yang hanya perlu dilakukan.
- Uji batas
Dalam uji batas ini tidak ada kuantifikasi yang terlibat namun spesifitas dan LOD
masih diperlukan karena parameter ini menentukan respon sample untuk terdeteksi
Assay (disolusi, content/potency)
LOD dan LOQ tidak diperlukan, karena senyawa yang diuji sudah pasti ada dan sudah
pasti dapat dihitung dengan valid.
Sumber:
http://www.ich.org/fileadmin/Public_Web_Site/ICH_Products/Guidelines/Quality/Q2_R1/Ste
p4/Q2_R1__Guideline.pdf
Rohman, A., 2009, Kromatografi untuk Analisis Obat, Graha Ilmu, Yogyakarta, hal. 219-221.