SPEK TEKNIS PENATAAN Gandrung
SPEK TEKNIS PENATAAN Gandrung
1 Batu Belah 15/20 Material batu harus keras, kuat, tidak berlapis-lapis, bermutu baik,
rata, berbentuk baji atau lonjong dan tahan cuaca, kualitas batu
harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas sebelum
digunakan. Batu belah yang akan digunakan harus dibersihkan
dari kotoran tanah dan lumpur. Ukuran yang diizinkan adalah
maksimum 15-25 cm atau standard jumlah batu per meter persegi
adalah 14 muka. Apabila menggunakan batu kali/sungai, sebelum
dipasang terlebih dahulu harus dipecahkan agar permukaan batu
tersebut tidak licin.
2 Sirtu 1. Persyaratan campuran agregat sirtu harus terdiri dari pasir dan
kerikil. Prosentase berat lolos saringan No. 200 maksimal 25%.
Ukuran agregat maksimal tidak boleh lebih dari 2” atau 5 cm.
3 Pasir urug 2. Pasir tidak boleh mengandung lumpur, lempung, bahan organik dan
kotoran lainnya lebih dari 5%. Jika pasir di tebarkan ke kain pasir
yang bagus tidak boleh menempel pada kain dan tidak lengket
ketika dipegang.
3.
4 Pasir Muntilan Pasir Muntilan yang digunakan adalah pasir alam mempunyai
gradasi merata, butir yang bersih, keras, awet, bebas dari debu,
lumpur, lempung, bahan organik dan kotoran lainnya. Kadar lumpur
atau mataerial < 0,075 mm yang diijinkan tidak boleh melebihi dari
5%. Penyerapan air yang diijinkan maksimal 5%;
4.
5 Batu koral/split Batu koral/split yang digunakan adalah ukuran 10-20 mm, memiliki
banyak sudut, memiliki bidang pecah minimum 80%, keadaan
No Bahan Bangunan Spesifikasi
7 Pembesian Mutu baja tulangan yang digunakan harus sesuai dengan SNI 2052-
2017. Besi penulangan beton harus disimpan dengan cara-cara
sedemikian rupa, sehingga terkelompok dan bebas dari hubungan
langsung dengan tanah lembab maupun basah. Besi penulangan
yang akan digunakan harus bebas dari karat dan kotoran lain.
Tulangan utama harus menggunakan besi ulir dengan batas
toleransi berat ± 6%. Setiap pertemuan antar struktur, panjang
pembesian harus dilebihkan atau overlay sepanjang 40 kali
diameter besi.
8 Bekisting kayu randu, Cetakan Beton / bekisting harus dibuat dari kayu kelas III dan
tebal 2 cm atau plywood tebal 9 mm dan atau kayu randu tebal 2 cm dengan
Plywood tebal 9 mm permukaan yang rata dan halus, sehingga diperoleh permukaan
beton yang baik. Agar bekisting kuat, tidak bergoyang dan tidak
melendut, harus dipasang penopang dari kayu ukuran 5 x 7 cm.
11 Ornamen Motif Ornament dapat terbuat dari batu paras yang dipahat, atau dicetak
dan dipahat secara manual dari bahan mortar dengan
perbandingan 1 pc : 1 ps dan memiliki ketebalan 7 cm dengan
toleransi +2 cm. Motif ornamen dan dimensi sesuai dengan gambar
kerja.
Ornament harus difinishing dengan cat Mowilex Exterior yang di-
coating dengan clear atau lapisan transparan ex. Mowilex Precoat
(varnish batu alam).
12 Cat Tembok Cat yang digunakan adalah cat Mowilex Exterior. Komponen
pengecatan terdiri dari :
1 lapisan plamir ex. Mowilex Alcasmooth
1 lapisan cat dasar ex. Mowilex jenis alkali resiting primer.
2 lapisan cat penutup ex. Mowilex Weathercoat Supreme
1) Penyedia Jasa Konstruksi harus membuat papan nama proyek ukuran 1,45 m x 1.75
m, sebanyak satu buah, dengan bentuk standar yang dipasang di tepi jalan masuk
pekerjaan atau sesuai dengan Pengawas Lapangan. Papan nama proyek harus
sudah dipasang sebelum fisik pekerjaan dimulai. Penyedia Jasa harus menyediakan
papan nama proyek yang memuat informasi nama kegiatan dan pekerjaan, target
pekerjaan, waktu pelaksanan, anggaran dan sumber dan, serta mencantumkan nama-
nama Pemberi Tugas, Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas dan Penyedia
Jasa.
2) Papan nama proyek dari multiplek tebal 6 mm yang dilapisi bahan cetak MMT
berangka yang bertahan dari kerusakan sampai dengan umur pekerjaan. Tiang papan
nama proyek dari kayu kamfer 5/7.
3) Pekerjaan papan nama proyek harus diukur untuk pembayaran dalam satuan unit
sebagai volume aktual nominal pekerjaan yang selesai dan diterima. Pembayaran
berdasarkan harga kontrak per satuan pengukuran.
1) Penyedia Jasa harus melakukan langsiran material pada kondisi mobilisasi material
menggunakan kendaraan roda 4 tidak dapat dilakukan karena sulitnya medan area
pekerjaan. Langsiran material dilakukan dengan menggunakan gerobak sorong atau
gerobak yang telah dimodifikasi sedemikian rupa.
2) Langsiran material harus diukur untuk pembayaran dalam meter kubik (m 3) sebagai
volume aktual material yang dipindahkan. Pembayaran berdasarkan harga kontrak per
satuan pengukuran.
1) Air untuk bekerja harus disediakan Penyedia Jasa dengan menggunakan sambungan
PDAM atau disuplai dari luar. Air harus bersih dari lumpur, minyak dan bahan-bahan
kimia lainnya yang dapat merusak.
2) Penyediaan air kerja harus diukur untuk pembayaran dalam liter sebagai volume aktual
nominal air yang disediakan. Pembayaran berdasarkan harga kontrak per satuan
pengukuran.
1) Pekerjaan ini merupakan suatu struktur sementara yang berfungsi sebagai tempat untuk
bekerja yang aman bagi pekerja sehingga keselamatan kerja terjamin.
2) Ketinggian perancah bambu disesuaikan dengan kebutuhan pekerjaan. Bambu yang
digunakan diameter 6-8 cm. Sambungan antar bambu harus kuat dengan alat pengikat
ganda yaitu paku dan tali ijuk atau kawat bendrat.
4) Pekerjaan pembuatansteger/perancah dari bambu harus diukur untuk pembayaran
dalam meter persegi (m2) sebagai volume aktual nominal pekerjaan yang selesai dan
diterima. Pembayaran berdasarkan harga kontrak per satuan pengukuran.
1) Pekerjaan galian harus dilaksanakan menurut kelandaian, garis dan elevasi yang
ditentukan gambar kerja atau ditunjukkan oleh Konsultan Pengawas.
2) Galian tanah untuk pondasi harus sesuai gambar, lereng galian harus dibuat sedemikian
rupa sehingga mudah dan tidak mudah longsor.
3) Penyedia Jasa harus melaporkan pada Konsultan Pengawas dan dimintakan
persetujuan keputusan, sebelum pekerjaan pondasi dimulai.
4) Tanah galian pondasi harus dibuang (ditimbun) diluar bouwplank dan diratakan
sedemikian rupa sehingga air hujan lekas mengalir keseluruh pembuang. Tanah antara
tepi galian dan bouwplank harus selalu rata dan bersih dari timbunan.
5) Pekerjaan galian harus diukur untuk pembayaran dalam meter kubik (m 3) sebagai
volume aktual material yang dipindahkan. Pembayaran berdasarkan harga kontrak per
satuan pengukuran.
1) Pekerjaan urugan tanah kembali adalah urugan kembali galian tanah untuk pasangan
pondasi batu kali.
2) Pekerjaan urugan harus dipadatkan menggunakan alat bantu sederhana atau
dipadatkan dengan tenaga pekerja.
3) Pekerjaan urugan tanah kembali harus diukur untuk pembayaran dalam meter kubik (m3)
sebagai volume aktual material yang dipindahkan. Pembayaran berdasarkan harga
kontrak per satuan pengukuran.
h. Urugan Pasir
1) Urugan pasir yang dimaksud adalah urugan pasir dibawah pondasi batu belah yang
berfungsi untuk meredam getaran akibat gempa yang terjadi.
2) Pasir ditebarkan, diratakan dan dipadatkan secara manual. Urugan pasir disiram
dengan air agar rongga-rongga udara berkurang. Hasil akhir urugan harus rata, padat
dan sesuai dengan peil yang dikehendaki.
3) Pekerjaan urugan pasir harus diukur untuk pembayaran dalam meter kubik (m3)
sebagai volume aktual material yang dipindahkan. Pembayaran berdasarkan harga
kontrak per satuan pengukuran.
i. Pemasangan Trucuk Bambu
1) Bambu yang digunakan Ø 10 cm dengan panjang 1,2 m berjarak tiap 1meter, kecuali
bagian yang berbatasan dengan tebing curam diberi jarak lebih rapat sesuai intruksi
direksi.
2) Agar awet, Trucuk bambu yang digunakan direndam selama beberapa hari dalam
campuran yang terdiri dari air dan larutan bahan pengawet, lama perendaman
tergantung pada jenis bahan pengawet, spesis bambu dan kondisi batang.
1) Pekerjaan batu kosong dilakukan dengan cara menata batu belah diatas urugan pasir.
Ukuran batu belah harus bervariasi agar dapat mengunci antar batu. Cela-cela antar
batu harus diisi pasir dan disiram dengan air sampai pasir betul-betul mengisi cela-cela
batu. Batu belah yang berbentuk blondos, bidang permukaanya harus dipecahkan agar
bidang sentuh antar permukaan batu belah lebih luas.
2) Pasangan batu kosong / anstamping diukur untuk pembayaran dalam meter kubik (m 3)
sebagai volume yang dikerjakan. Pembayaran berdasarkan harga kontrak per satuan
pengukuran.
1) Pondasi dari batu kali/belah yang dipakai adalah batu kali/ belah dengan tiga muka
pecahan, dengan menggunakan spesi 1pc:4ps.
2) Sebelum batu lain di tempatkan, pada sisi-sisi batu yang berdekatan harus disebarkan
alas mortar dengan ketebalan minimum yang diperlukan untuk sekedar mencegah
bergesekan langsung. Batu harus dipukul dengan palu sehingga mapan dan mantap
posisinya, dan batu yang mencuat lebih dari 20 mm di atas permukaan yang seharusnya
atau lebih dari 30 mm di atas permukaan batu di dekatnya harus segera di betulkan.
3) Pada setiap jarak 1 m disisipkan angkur besi D10 mm untuk diikatkan dengan sloof.
Panjang angkur adalah 40 x diameter besi tertanam pada pasangan batu dan 40 x
diameter bisa diikatkan dengan tulangan sloof. Diantara besi angkur dan batu diisi
dengan siar 1pc:2pp.
4) Adukan mortar yang sudah mengeras atau dibiarkan lebih dari 45 menit tidak boleh
ditambahkan air untuk diaduk dan digunakan kembali untuk pasangan.
5) Pondasi batu kali/belah setelah selesai, pada sisa lubang galian sepanjang alur pondasi
diisi dengan tanah urug hingga peil yang direncanakan.
6) Pekerjaan pasangan batu belah 1pc:4ps harus diukur untuk pembayaran dalam meter
kubik (m3) sebagai volume aktual material yang terpasang. Pembayaran berdasarkan
harga kontrak per satuan pengukuran.
l. Pekerjaan Beton
1) Pengecoran beton dapat dilaksanakan setelah Penyedia Jasa mendapat ijin secara
tertulis dari Konsultan Pengawas. Permohonan ijin rencana pengecoran harus
diserahkan paling lambat 2 hari sebelumnya. Pelaksanaan pengecoran juga harus
mempertimbangkan cuaca.
2) Pemasangan tulangan (diameter, jumlah, tekukan, konfigurasi, selimut beton)
disesuaikan dengan gambar rencana. Semua baja tulangan beton sebelum dipasang
harus bersih dari serpihan-serpihan, karat, minyak, oli dan lapisan yang akan merusak
atau mengurangi daya lekat di dalam beton. Rangakaian pembesian posisinya harus
berada sesuai dengan jarak dan ketebalan selimut beton. Posisi tulangan harus dijaga
agar tidak miring, atau stabil pada saat pengecoran dilakukan. Jarak antar tulangan dan
titik sambungan serta overlay sambungan tulangan disesuaikan dengan gambar.
3) Bekisting harus kuat, rapat dan kokoh serta lurus, untuk mempermudah pelepasan
bekisting, boleh dilumuri dengan minyak/oli. Elevasi, bentuk penampang dan alinyemen
bekisting harus sesuai dengan gambar kerja dan petunjuk Konsultan Pengawas. Pada
struktur yang mengharuskan terdapat stek besi atau angkur, maka bekisting harus
dilubangi untuk pemasangan stek besi atau angkur tersebut.
4) Campuran beton dibuat metode site mix, menggunakan mesin pengaduk kapasitas 0,3
m3, dengan lama waktu pencampuran tidak boleh lebih dari 1,5 menit. Campuran beton
tidak boleh terlalu encer atau jika diuji slumpnya harus memiliki nilai kelacakan/slump 10
± 2 cm.
5) Beton harus dicor sedemikian rupa sehingga menghindarkan terjadinya pemisahan
material (segregation) dan perubahan letak tulangan. Jarak jatuh bebas beton tidak
boleh lebih dari 2 m. Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurnya air
pada semen dan agregat atau semen pada agregat telah melampaui 45 menit dan
waktu ini dapat berkurang lagi jika Konsultan Pengawas menganggap perlu didasarkan
pada kondisi tertentu. Saat pengecoran tidak boleh dilakukan penambahan air untuk
menambah kelacakan atau untuk kemudahan pengecoran. Sebelum beton dituang
harus dipastikan bahwa slump beton sesuai. Pengecoran tidak dapat dilakukan sebelum
hasil tahapan semua pekerjaan disetujui oleh Konsultan Pengawas.
6) Beton segar yang dipindahkan dengan gerobak sorong, jarak maksimal tidak boleh lebih
dari 60 m.
7) Pengecoran kolom dan dinding dilaksanakan secara bertahap dengan tebal masing-
masing lapisan ≤ 60 cm dengan interval pengecoran antar lapis ≤ 20 menit.
8) Pemadatan harus dilakukan secara maksimal agar beton tidak keropos dan
menghasilkan permukaan beton yang bagus. Pemadatan dapat menggunakan bambu
atau batang tulangan untuk merojok-rojok.
9) Pembongkaran/ pelepasan bekisting harus sesuai Tabel 1 dibawah ini:
10) Keberterimaan mutu beton mengacu SNI 2487 2019 tentang Persyaratan Beton
Struktural untuk Bangunan Gedung. Jika volume total campuran beton lebih dari 38 m 3,
maka pengujian kekuatan tekan perlu dilakukan. Selain itu pengujian kekuatan tekan
beton dapat dilakukan jika menurut Konsultan Pengawas dan atau Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) terjadi keraguan akan mutu beton tersebut. Jika demikian maka dapat
menggunakan metode pengujian dengan sampel core drill atau menggunakan hammer
test. Pengujian kuat tekan beton dilakukan di laboratorium independen dan alat uji
sudah terkalibrasi. Uji kekuatan tekan adalah hasil rata-rata pengujian setidaknya dua
silinder berukuran 150 mm x 300 mm atau tiga silinder berukuran 100 mm x 200 mm
yang terbuat dari beton dengan sampel yang sama dan berusia 28 hari, atau usia
pengujian saat beton mencapai fc’. Sampel pengujian harus diambil secara acak, agar
mewakili periode pengujian, waktu sampling, atau batching beton, menggunakan basis
kesempatan pengujian. Sampel batching beton tidak diambil dengan basis tampilan,
kenyamanan, atau kriteria bias lainnya, jika hal ini dilakukan maka akan menyebabkan
analisis statistik yang dilakukan menjadi tidak kredibel. Spesimen untuk satu uji
kekuatan harus terbuat dari satu batch, serta tidak boleh ada material lain yang
ditambahkan setelah sampel diuji.
11) Pengukuran pekerjaan beton tersaji pada Tabel 2, sementara pembayaran berdasarkan
harga kontrak per satuan pengukuran.
1) Pasangan bata merah harus sesua dengan gambar kerja dengan ketentuan adukan
sebagai berikut :
Pasangan bata merah 1 bata = 1pc : 4ps
Pasangan bata merah ½ bata = 1pc : 5ps
2) Pembuatan adonan mortar harus baik, menggunakan molen ukuran 0,3 m 3 dan lama
pengadukan tidak lebih dari 1,5 menit.
3) Bata merah sebelum dipasang harus direndam dengan air terlebih dahulu sampai jenuh
kemudian dikeringkan permukaannya.
4) Kelurusan profil dan benang harus sesuai gambar kerja dan di periksa Konsultan
Pengawas.
5) Setiap 6 lapis bata harus diberi angkur Ø10 yang menghubungkan pasangan bata dengan
kolom. Kesikuan, kerataan dan kerapian pasangan bata harus dicek setiap ketinggian 1
m. Jarak antar bata harus diberi siar berkisar 15 mm. Pelaksanaan pasangan harus
cermat, rapi dan benar-benar tegak lurus.
6) Pasangan dinding bata merah tebal 1 bata diukur untuk pembayaran dalam meter kubik
(m3) sementara pasangan dinding bata merah ½ bata diukur untuk pembayaran dalam
meter persegi (m2) sebagai volume yang dikerjakan. Pembayaran berdasarkan harga
kontrak per satuan pengukuran.
n. Pasangan Plesteran
1) Pasangan plesteran dilaksanakan pada saat pasangan bata berumur minimal 7 hari.
Sebelum pekerjaan plesteran dilakukan, bidang-bidang yang akan diplester harus
dibersihkan terlebih dahulu kemudian dibasahi dengan air agar plesteran bisa melekat
dengan pasangan bata merah sehingga tidak cepat kering dan tidak retak-retak.
2) Agregat adukan untuk plesteran harus diayak lebih dahulu agar plesteran tidak pecah-
pecah dan mempermudah pekerjaan selanjutnya;
3) Campuran spesi untuk pekerjaan plesteran menggunakan campuran 1pc : 5ps.
Pembuatan adonan mortar harus baik, menggunakan molen ukuran 0,3 m 3 dan lama
pengadukan tidak lebih dari 1,5 menit.
4) Tebal plesteran tidak boleh lebih dari 2 cm dan kurang dari 1 cm, kecuali plesteran
permukaan beton tebal maksimum 1 cm.
5) Jika metode pengerjaan pasangan bata dilaksanakan setelah kolom-kolom dicor, untuk
menghindari retak susut, maka pasangan plesteran pada sambungan bata dan kolom
harus diberi kawat anyam Ø1mm – 5x5mm selebar minimal 2 kali lebar kolom.
6) Pekerjaan plesteran harus lurus, rata, vertikal dan tegak lurus dengan bidang lainnya atau
tidak bergelombang.
7) Pasangan Plesteran diukur untuk pembayaran dalam meter persegi (m2) sebagai volume
yang dikerjakan. Pembayaran berdasarkan harga kontrak per satuan pengukuran.
1) Sebelum pekerjaan acian dan skonengan dilakukan, bidang-bidang yang akan dikerjakan
harus dibersihkan terlebih dahulu kemudian dibasahi dengan air.
2) Pasangan acian dan skonengan dilakukan dengan komposisi campuran semen protland
dengan air secukupnya. untuk menghindari retak rambut pada permukaan tembok,
campuran acian dapat menggunakan kapur atas izin Konsultan Pengawas.
3) Permukaan acian harus halus dan rata. Sementara hasil akhir pekerjaan skonengan,
bidang harus bersudut dan lurus.
4) Pasangan acian diukur untuk pembayaran dalam meter persegi (m2) sebagai volume
yang dikerjakan. Pembayaran berdasarkan harga kontrak per satuan pengukuran.
Sementara pasangan skoningan diukur untuk pembayaran dalam meter lari (m’) sebagai
volume yang dikerjakan. Pembayaran berdasarkan harga kontrak per satuan
pengukuran.
p. Pemasangan Ornamen
1) Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pemasangan ornament motif sesuai gambar
rencana sehingga diperoleh hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
2) Ornamen memiliki tebal 7 cm dengan toleransi + 2 cm, berbahan batu paras atau mortar
pracetak dengan perbandingan 1pc : 1ps yang dipahat secara manual.
3) Permukaan yang akan dipasang ornamen, harus bersih dari debu dan memiliki
permukaan yang rata.
4) Pemasangan ornamen dikaitkan dengan mortar perekat ex. MU atau lem beton ex. Hilti
dan diperkuat dengan sekrup fisher panjang 10 cm dengan jumlah 10 titik per 1 m2
luasan ornamen yang dipasang.
5) Penentuan ketinggian dan letak pemasangan ornamen harus sesuai dengan gambar
kerja.
6) Setelah ornament terpasang, harus dilakukan coating semen pada sambungan ornamen
dan pada titik-titik sekrup sehingga menghasilkan tampilan yang baik.
7) Finishing ornamen dilakukan dengan pemberian lapisan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a) 1 lapisan plamir ex. Mowilex Alcasmooth.
b) 1 lapisan cat dasar ex. Mowilex jenis alkali resiting primer.
c) 2 lapisan cat penutup ex. Mowilex Weathercoat Supreme.
d) 1 lapisan transparan ex. Mowilex Precoat (varnish batu alam).
Warna cat harus memperhatikan detail motif ukiran sehingga menghasilkan tampilan motif
ornamen yang hidup.
8) Pekerjaan pemasangan ornamen harus diukur untuk pembayaran per meter persegi (m 2)
sebagai volume aktual ornamen yang terpasang. Pembayaran berdasarkan harga
kontrak per satuan pengukuran
a. Topi Pelindung (Safety - Helm proyek harus standar ANSI Z.89.1-2014 atau
Helm) minimal standar SNI atau MSA Import.
- Model helm adalah V-Guard dan dilengkapi dengan
tali dagu karet serta model otomatis untuk
mengencangkan suspensi helm.
- Helm dilarang untuk dicat (karena akan bersenyawa
dengan cat) dan dilarang ditulis dengan spidol.
- Catat tanggal pembelian pada bagian dalam helm
dan di buku catatan.
- Masa pakai helm paling lama adalah 5 tahun setelah
itu harus diganti baru.
- Helm yang rusak atau terkena dampak (kejatuhan
benda) harus diganti.
- Cek kondisi helm minimal setiap 2 minggu sekali,
ganti bila cacat atau rusak.
No Uraian Pekerjaan Ketentuan / Spesifikasi
b. Sepatu Keselamatan - Sepatu keselamatan harus standar ANSI Z.41-1999
(Safety Shoes) atau minimal standar SNI 7079-2009 dan SNI 0111-
2009.
- Sepatu untuk pekerjaan galian dan pengecoran
dapat digunakan sepatu karet biasa.
- Sepatu untuk pekerjaan konstruksi lain harus
menggunakan sepatu dengan pelindung jari yang
terbuat dari baja, dan anti tergelincir.
- Catat tanggal pembelian pada buku catatan.
- Masa pakai sepatu paling lama adalah 3 tahun,
setelah itu harus diganti baru.
- Cek kondisi sepatu minimal setiap 2 minggu sekali,
ganti bila cacat atau rusak.
2 Fasilitas, Sarana dan Peralatan P3K harus sesuai dengan Peraturan Menteri
Prasarana Kesehatan berupa Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
Peralatan P3K Nomor PER.15/MEN/VIII/2008 Tentang Pertolongan
Pertama pada Kecelakaan di Tempat Kerja. Standar isi
kotak P3K tipe A adalah sebagai berikut :
NO ISI JUMLAH
1 Kasa steril terbungkus 20 bh
2 Perban (lebar 5cm) 2 bh
3 Perban (lebar 10 cm) 2 bh
4 Perban (lebar 1,25 cm) 2 bh
5 Plester cepat 10 bh
6 Kapas (25 gram) 1 bh
7 Kain segitiga/mittela 2 bh
8 Gunting 1 bh
9 Peniti 12 bh
10 Sarung tangan sekali pakai 2 bh
11 Masker 1 box
12 Pinset 1 bh
13 Lampu senter 1 bh
14 Gelas untuk cuci mata 1 bh
15 Kantong plastik bersih 1 pack
16 Aquades (100 ml lar. Saline) 1 bh
17 Povidon Iodin (60 ml) 1 bh
18 Alkohol 70% 1 bh
19 Buku panduan P3K di tempat 1 bh
kerja
20 Buku catatan 1 bh
Jabatan Kulifikasi
Pelaksana Lapangan Berpengalaman minimal 3 tahun dan memiliki
Sertifikasi Pelaksana Lapangan Pekerjaan
Perumahan dan Gedung (TA 020)
D. Informasi lainnya
Pengguna Jasa mengacu pada hasil dokumen pekerjaan jasa Konsultansi Konstruksi
perancangan dan/atau berkonsultasi dengan Ahli K3 Konstruksi dalam menetapkan uraian
pekerjaan, identifikasi bahaya, dan penetapan tingkat Risiko Keselamatan Konstruksi pada
Pekerjaan Konstruksi. Dalam melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap RKK dan
penerapan SMKK, Pengguna Jasa dapat dibantu oleh Ahli K3 Konstruksi dan/atau Petugas
Keselamatan Konstruksi
Dibuat oleh
Pejabat Pembuat Komitmen
HANIEF KURNIAWAN,S.T.,M.T.
NIP. 19830206 200604 1 005