Anda di halaman 1dari 30

UU 2/2012 UU 11/2020

TENTANG PENGADAAN TANAH TENTANG CIPTA KERJA

PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM

Objek Tanah untuk Kepentingan Umum sebagaimana dimaksud Tanah untuk Kepentingan Umum sebagaimana dimaksud
Pengadaan dalam Pasal 14 ayat (1) digunakan untuk pembangunan: dalam Pasal 4 ayat (1) digunakan untuk pembangunan:
Tanah
a. pertahanan dan keamanan nasional; a. pertahanan dan keamanan nasional;
Pasal 10
b. jalan umum, jalan tol, terowongan, jalur kereta api, b. jalan umum, jalan tol, terowongan, jalur kereta api,
stasiun kereta api, dan fasilitas operasi kereta api; stasiun kereta api dan fasilitas operasi kereta api;
c. waduk, bendungan, bendung, irigasi, saluran air minum, c. waduk, bendungan, bendung, irigasi, saluran air minum,
saluran pembuangan air dan sanitasi, dan bangunan saluran pembuangan air dan sanitasi dan bangunan
pengairan lainnya; pengairan lainnya;
d. pelabuhan, bandar udara, dan terminal; d. pelabuhan, bandar udara, dan terminal;
e. infrastruktur minyak, gas, dan panas bumi; e. infrastruktur minyak, gas, dan panas bumi;
f. pembangkit, transmisi, gardu, jaringan, dan distribusi f. pembangkit, transmisi, gardu, jaringan, dan/atau
tenaga listrik; distribusi tenaga listrik;
g. jaringan telekomunikasi dan informatika Pemerintah; g. jaringan telekomunikasi dan informatika pemerintah;
h. tempat pembuangan dan pengolahan sampah; h. tempat pembuangan dan pengolahan sampah;
i. rumah sakit Pemerintah/Pemerintah Daerah; i. rumah sakit Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah;
j. fasilitas keselamatan umum; j. fasilitas keselamatan umum;
k. tempat pemakaman umum Pemerintah/Pemerintah k. tempat pemakaman permakaman umum Pemerintah
Daerah; Pusat atau Pemerintah Daerah;
l. fasilitas sosial, fasilitas umum, dan ruang terbuka hijau l. fasilitas sosial, fasilitas umum, dan ruang terbuka hijau
publik; publik;
m. cagar alam dan cagar budaya; m. cagar alam dan cagar budaya;
n. kantor Pemerintah/Pemerintah Daerah/desa; n. kantor Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, atau
Desa;
o. penataan permukiman kumuh perkotaan dan/ atau o. penataan permukiman kumuh perkotaan dan/atau
konsolidasi tanah, serta perumahan untuk masyarakat konsolidasi tanah serta perumahan untuk masyarakat
berpenghasilan rendah dengan status sewa; berpenghasilan rendah dengan status sewa termasuk
untuk pembangunan rumah umum dan rumah khusus;
p. prasarana pendidikan atau sekolah p. prasarana pendidikan atau sekolah Pemerintah Pusat
Pemerintah/Pemerintah Daerah; atau Pemerintah Daerah;
q. prasarana olahraga Pemerintah/Pemerintah Daerah; q. prasarana olahraga Pemerintah Pusat atau Pemerintah
dan Daerah;
r. pasar umum dan lapangan parkir umum. r. pasar umum dan lapangan parkir umum;
s. kawasan Industri Hulu dan Hilir Minyak dan Gas yang
diprakarsai dan/atau dikuasai oleh Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara, atau
Badan Usaha Milik Daerah;
t. kawasan Ekonomi Khusus yang diprakarsai dan/atau
dikuasai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
Badan Usaha Milik Negara, atau Badan Usaha Milik
Daerah;
u. kawasan Industri yang diprakarsai dan/atau dikuasai
oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Badan
Usaha Milik Negara, atau Badan Usaha Milik Daerah;
v. kawasan Pariwisata yang diprakarsai dan/atau dikuasai
oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Badan
Usaha Milik Negara, atau Badan Usaha Milik Daerah;
w. kawasan Ketahanan Pangan yang diprakarsai dan/atau
dikuasai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
Badan Usaha Milik Negara, atau Badan Usaha Milik
Daerah; dan
x. kawasan pengembangan teknologi yang diprakarsai
dan/atau dikuasai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, Badan Usaha Milik Negara, atau Badan Usaha
Milik Daerah.

Penyelesaian Pihak yang Berhak dan pihak yang menguasai Objek (1) Pihak yang Berhak dan pihak yang menguasai Objek
Status Tanah Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum wajib Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum wajib
mematuhi ketentuan dalam Undang-Undang ini mematuhi ketentuan dalam Undang-Undang ini.
Pasal 8
(2) Dalam hal rencana Pengadaan Tanah, terdapat Objek
Pengadaan Tanah yang masuk dalam kawasan hutan,
tanah kas desa, tanah wakaf, tanah ulayat/tanah adat,
dan atau tanah aset Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, Badan Usaha Milik Negara, atau Badan Usaha
Milik Daerah, penyelesaian status tanahnya harus
dilakukan sampai dengan penetapan lokasi.

(3) Penyelesaian perubahan kawasan hutan sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui mekanisme
pelepasan kawasan hutan atau pinjam pakai kawasan
hutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dibidang kehutanan.

(4) Perubahan obyek Pengadaan Tanah yang masuk


dalam kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) khususnya untuk proyek prioritas Pemerintah
Pusat dilakukan melalui mekanisme:
a. pelepasan kawasan hutan dalam hal Pengadaan
Tanah dilakukan oleh Instansi; atau
b. pelepasan kawasan hutan atau pinjam pakai
kawasan hutan dalam hal Pengadaan Tanah
dilakukan oleh swasta.
Pengadaan N/A Pasal 19A
Tanah Skala (1) Dalam rangka efisiensi dan efektivitas, Pengadaan
Kecil Tanah untuk Kepentingan Umum yang luasnya tidak
lebih dari 5 (lima) hektare dapat dilakukan langsung
Penambahan
Pasal 19A, oleh Instansi yang memerlukan tanah dengan Pihak
Pasal 19B yang Berhak.

(2) Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan
sesuai dengan kesesuaian tata ruang wilayah.

Pasal 19B
Dalam hal Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum
yang luasnya kurang dari 5 (lima) hektare dilakukan
langsung antara Pihak yang Berhak dan Instansi yang
memerlukan tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
19A ayat (1), penetapan lokasi dilakukan oleh bupati/wali
kota.

Penerbitan N/A Pasal 19C


Penetapan Setelah penetapan lokasi Pengadaan Tanah dilakukan, tidak
Lokasi diperlukan lagi persyaratan:
a. Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang;
Pasal 19C
b. pertimbangan teknis;
c. di luar kawasan hutan dan di luar Kawasan
pertambangan;
d. di luar kawasan gambut/sempadan pantai; dan;
e. analisis mengenai dampak lingkungan hidup.
Jangka Waktu Penetapan lokasi pembangunan untuk Kepentingan Umum (1) Penetapan lokasi pembangunan untuk Kepentingan
Penetapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (6) atau Pasal Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat
Lokasi 22 ayat (1) diberikan dalam waktu 2 (dua) tahun dan dapat (6) atau Pasal 22 ayat (1) diberikan untuk jangka
diperpanjang paling lama 1 (satu) tahun. waktu 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang 1 (satu)
Pasal 24
kali untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.

(2 Permohonan perpanjangan waktu penetapan lokasi


disampaikan paling singkat 6 (enam) bulan sebelum
masa berlaku penetapan lokasi berakhir

Pengadaan N/A Pasal 173


Tanah oleh (1) Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai
Badan Usaha dengan
Swasta
kewenangannya berdasarkan norma, standar,
sebagai
Kemudahan prosedur,
Proyek dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat
Strategis bertanggung jawab dalam menyediakan lahan dan
Nasional Perizinan Berusaha bagi proyek strategis nasional dari
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Badan Usaha
Pasal 173 UU Milik Negara, atau Badan Usaha Milik Daerah.
Cipta Kerja
(2) Dalam hal pengadaan tanah belum dapat dilaksanakan
oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai
dengan kewenangannya berdasarkan norma, standar,
prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat, pengadaan tanah untuk proyek strategis
nasional dapat dilakukan oleh badan usaha.
Jangka Waktu (1) Dalam hal Pihak yang Berhak menolak bentuk dan/atau (1) Dalam hal Pihak yang Berhak menolak bentuk dan/atau
Pengadilan besarnya Ganti Kerugian berdasarkan hasil besarnya Ganti Kerugian berdasarkan hasil
Negeri musyawarah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37, musyawarah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37,
Menerima
atau putusan pengadilan negeri/Mahkamah Agung atau putusan pengadilan negeri/Mahkamah Agung
dana
Konsinyasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38, Ganti Kerugian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38, Ganti
Ganti dititipkan di pengadilan negeri setempat. Kerugian dititipkan di pengadilan negeri setempat.
Kerugian atas
Objek (2) Penitipan Ganti Kerugian selain sebagaimana dimaksud (2) Penitipan Ganti Kerugian selain sebagaimana
Pengadaan pada ayat (1), juga dilakukan terhadap: dimaksud pada ayat (1), juga dilakukan terhadap:
Tanah a. Pihak yang Berhak menerima Ganti Kerugian tidak a. Pihak yang Berhak menerima Ganti Kerugian tidak
diketahui keberadaannya; atau diketahui keberadaannya; atau
Pasal 42
b. Objek Pengadaan Tanah yang akan diberikan Ganti b. Objek Pengadaan Tanah yang akan diberikan Ganti
Kerugian: Kerugian:
1. sedang menjadi objek perkara di pengadilan; 1. sedang menjadi objek perkara di pengadilan;
2. masih dipersengketakan kepemilikannya; 2. masih dipersengketakan kepemilikannya;
3. diletakkan sita oleh pejabat yang berwenang; atau 3. diletakkan sita oleh pejabat yang berwenang; atau
4. menjadi jaminan di bank. 4. menjadi jaminan di bank.

(3) Pengadilan negeri paling lama dalam jangka waktu 14


(empat belas) Hari wajib menerima penitipan Ganti
Kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2).

Nilai Ganti (1) Nilai Ganti Kerugian yang dinilai oleh Penilai (1) Nilai Ganti Kerugian yang dinilai oleh Penilai
Kerugian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 merupakan nilai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 merupakan
Bersifat Final pada saat pengumuman penetapan lokasi nilai pada saat pengumuman penetapan lokasi
pembangunan untuk Kepentingan Umum sebagaimana pembangunan untuk Kepentingan Umum sebagaimana
Pasal 34
dimaksud dalam Pasal 26. dimaksud dalam Pasal 26.
(2) Besarnya nilai Ganti Kerugian berdasarkan hasil (2) Besarnya nilai Ganti Kerugian berdasarkan hasil
penilaian Penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) penilaian Penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan kepada Lembaga Pertanahan dengan disampaikan kepada Lembaga Pertanahan disertai
berita acara. dengan berita acara.

(3) Nilai Ganti Kerugian berdasarkan hasil penilaian Penilai (3) Besarnya nilai Ganti Kerugian berdasarkan hasil
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi dasar penilaian Penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
musyawarah penetapan Ganti Kerugian. bersifat final dan mengikat.

(4) Besarya nilai Ganti Kerugian sebagaimana dimaksud


pada ayat (2), dijadikan dasar untuk menetapkan
bentuk Ganti Kerugian.

(5) Musyawarah penetapan bentuk Ganti Kerugian


sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilaksanakan
oleh Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah bersama
dengan Penilai dengan para Pihak yang Berhak.

BADAN BANK TANAH

Pembentukan N/A Pasal 125


Badan Bank (1) Pemerintah Pusat membentuk badan bank tanah
Tanah
(2) Badan bank tanah sebagaimana dimaksud pada ayat
Pasal 125
(1) merupakan badan khusus yang mengelola tanah.

(3) Kekayaan badan bank tanah merupakan kekayaan


negara yang dipisahkan.
(4) Badan bank tanah berfungsi melaksanakan
perencanaan, perolehan, pengadaan, pengelolaan,
pemanfaatan, dan pendistribusian tanah.

Jaminan N/A Pasal 126


Ketersediaan (1) Badan Bank Tanah menjamin ketersediaan tanah
Tanah dalam rangka ekonomi berkeadilan untuk:
Pasal 126
a. Kepentingan umum;
b. Kepentingan sosial;
c. Kepentingan pembangunan nasional;
d. Pemerataan ekonomi;
e. Konsolidasi tanah;
f. Reforma agrarian.

(2) Ketersediaan tanah untuk reforma agraria


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f paling
sedikit 30% dari tanah negara yang diperuntukkan
untuk Bank Tanah.

Hak Atas N/A (1) Tanah yang dikelola badan bank tanah diberikan hak
Tanah yang pengelolaan.
dikelola oleh
Bank Tanak
(2) 8a katas tanah di atas hak pengelolaan sebagaimana
Pasal 129 dimaksud pada ayat (1) dapat diberi hak guna usaha,
hak guna bangunan, dan hak pakai.

(3) Jangka waktu hak guna bangunan di atas hak


pengelolaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat diberikan perpanjangan dan pembaharuan hak
apabila
sudah digunakan danlatau dimanfaatkan sesuai
dengan
tujuan pemberian haknya.

(4) Dalam rangka mendukung investasi, pemegang hak


pengelolaan badan bank tanah diberi kewenangan
untuk:
a. melakukan penyusunan rencana induk;
b. membantu memberikan kemudahan Perizinan
Berusaha /persetujuan;
c. melakukan pengadaan tanah; dan
d. menentukan tarif pelayanan.

(5) Pemerintah Pusat melakukan pengawasan dan


pengendalian atas penggunaan dan/atau pemanfaatan
tanah di atas hak pengelolaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

PENGUATAN HAK PENGELOLAAN

Pengertian N/A Hak pengelolaan merupakan hak menguasai dari negara


Hak yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan
Pengelolaan kepada pemegang haknya
Pasal 136

Pemberian N/A Pasal 137


Hak
Pengelolaan
dan (1) Sebagian kewenangan hak menguasai dari negara
Kewenangan berupa tanah dapat diberikan hak pengelolaan kepada:
Pemegang a. instansi Pemerintah Pusat;
Hak
b. Pemerintah Daerah;
Pengelolaan
c. Badan bank tanah;
Pasal 137 d. Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik
Daerah;
e. Badan hukum milik negaraldaerah; atau
f. Badan hukum yang ditunjuk oleh Pemerintah Pusat.

(2) Hak pengelolaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


memberikan kewenangan untuk:
a. menyusun rencana peruntukan, penggunaan, dan
pemanfaatan tanah sesuai dengan rencana tata
ruang;
b. menggunakan dan memanfaatkan seluruh atau
sebagian tanah hak pengelolaan untuk digunakan
sendiri atau dikerjasamakan dengan pihak ketiga;
dan
c. menentukan tarif dan menerima uang
pemasukan/ganti rugi dan atau uang wajib tahunan
dari pihak ketiga sesuai dengan perjanjian.

(3) Pemberian hak pengelolaan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) diberikan atas tanah negara dengan
keputusan pemberian hak di atas tanah negara.

(4) Hak pengelolaan dapat dilepaskan kepada pihak yang


memenuhi syarat.
Pemanfaatan N/A Pasal 138
Hak (1) Penyerahan pemanfaatan bagian tanah hak
Pengelolaan pengelolaan kepada pihak ketiga sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 137 ayat (2) huruf b dilakukan
Pasal 138
dengan perjanjian pemanfaatan tanah.

(2) Di atas tanah hak pengelolaan yang pemanfaatannya


diserahkan kepada pihak ketiga baik sebagian atau
seluruhnya, dapat diberikan hak guna usaha, hak guna
bangunan, danf atau hak pakai sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Jangka waktu hak guna bangunan di atas hak


pengelolaan sebagaimana dimaksud pada ayat (21
dapat diberikan perpanjangan dan pembaharuan hak
apabila sudah digunakan danlatau dimanfaatkan sesuai
dengan tujuan pemberian haknya.

(4) Pemerintah Pusat melakukan pengawasan dan


pengendalian atas penggunaan dan/atau pemanfaatan
tanah di atas hak pengelolaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

(5) Dalam hal hak atas tanah yang berada di atas hak
pengelolaan telah berakhir, tanahnya kembali menjadi
tanah hak pengelolaan.
Hapusnya Hak N/A Pasal 140
Pengelolaan (1) Dalam hal bagian bidang tanah hak pengelolaan
Karena diberikan dengan hak milik, bagian bidang tanah hak
Pemberian
pengelolaan tersebut hapus dengan sendirinya.
Hak Milik

Pasal 140 (2) Hak milik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
diberikan untuk keperluan rumah umum dan keperluan
transmigrasi.

HAK ATAS TANAH PADA RUANG ATAS/BAWAH TANAH

Pemberian N/A Pasal 146


Hak Atas (1) Tanah atau ruang yang terbentuk pada ruang atas
Tanah Pada dan/atau bawah tanah dan digunakan untuk kegiatan
Ruang
tertentu dapat diberikan hak guna bangunan, hak pakai,
Atas/Bawah
Tanah atau hak pengelolaan.

Pasal 146 ayat


(1)

Batas Pasal 146


Kepemilikan (2) Batas kepemilikan tanah pada ruang atas tanah oleh
Tanah pada pemegang hak atas tanah diberikan sesuai dengan
Ruang
koefisien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan,
Atas/Bawah
Tanah dan rencana tata ruang yang ditetapkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 146 ayat
(2) dan (3)
(3) Batas kepemilikan tanah pada ruang bawah tanah oleh
pemegang hak atas tanah diberikan sesuai dengan
batas kedalaman pemanfaatan yang diatur sesuai
dengan ketentuan peraturan perurndang-undangan.

Penggunaan Pasal 146


dan (4) Penggunaan dan pemanfaatan tanah pada ruang atas
Pemanfaatan dan/atau bawah tanah oleh pemegang hak yang
Ruang
berbeda dapat diberikan hak guna bangunan, hak
Atas/Bawah
Tanah pakai, atau hak pengelolaan.

Pasal 146 ayat (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan tanah
(4) dan (5) pada ruang atas tanah dan/atau ruang di bawah tanah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3),
dan ayat (4) diatur dalam Peraturan Presiden.

DOKUMEN PERTANAHAN

Dokumen N/A Pasal 147


Pertanahan Tanda bukti hak atas tanah, hak milik atas satuan rumah
secara susun, hak pengelolaan, dan hak tanggungan, termasuk
Elektronik
akta
Pasal 147 peralihan hak atas tanah dan dokumen lainnya yang
berkaitan dengan tanah dapat berbentuk elektronik
PENELANTARAN TANAH/KONSESI

Jangka Waktu N/A Pasal 180


Penelantaran (1) Hak, izin, atau konsesi atas tanah danlatau Kawasan
Tanah/Konsesi yang dengan sengaja tidak diusahakan atau
ditelantarkan dalam jangka waktu paling larna 2 (dua)
Pasal 180 ayat
(1) tahun sejak diberikan dicabut dan dikembalikan kepada
negara.

Pengembalian N/A Pasal 180


Tanah (2) Dalam pelaksanaan pengembalian kepada negara
Terlantar sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah
kepada
Pusat dapat menetapkan hak, izin, atau konsesi
Negara
tersebut sebagai aset Bank Tanah.
Pasal 180 ayat
(2) dan (3) (3) Ketentuan lebih lanjut pencabutan hak, izin, atau
konsesi dan penetapannya sebagai aset Bank Tanah
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
UU 20/2011 UU 11/2020
TENTANG RUMAH SUSUN TENTANG CIPTA KERJA

PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN

Konversi (1) Pembangunan rumah susun komersial sebagaimana (1) Pembangunan rumah susun komersial sebagaimana
Penyediaan dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) dapat dilaksanakan dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) dapat dilaksanakan
Rumah Susun oleh setiap orang. oleh setiap orang.
Umum atas
Pembangunan
Rumah Susun (2) Pelaku pembangunan rumah susun komersial (2) Pelaku pembangunan rumah susun komersial
Komersial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
menyediakan rumah susun umum sekurang-kurangnya menyediakan rumah susun umum paling sedikit 20%
Pasal 16 20% (dua puluh persen) dari total luas lantai rumah (dua puluh persen) dari total luas lantai rumah susun
susun komersial yang dibangun. komersial yang dibangun.

(3) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat (3) Dalam hal pembangunan rumah susun umum
dilakukan di luar lokasi kawasan rumah susun komersial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dalam 1
pada kabupaten/kota yang sama. (satu) lokasi kawasan rumah susun komersial
pembangunan rumah susun umum dapat dilaksanakan
dalam 1 (satu) daerah kabupaten/kota yang sama.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban (4) Kewajiban menyediakan rumah susun umum paling
menyediakan rumah susun umum sebagaimana sedikit 20% (dua puluh persen) sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dalam dimaksud pada ayat (2) dapat dikonversi dalam bentuk
peraturan pemerintah. dana untuk pembangunan rumah susun umum.
(5) Pengelolaan dana sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) dilaksanakan oleh badan percepatan
penyelenggaraan perumahan.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban
menyediakan rumah susun umum sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur
dalam Peraturan Pemerintah

Standar Persyaratan pembangunan rumah susun meliputi: (1) Standar pembangunan rumah susun meliputi
Pembangunan a. persyaratan administratif; a. persyaratan administratif;
Rumah Susun b. persyaratan teknis; dan b. persyaratan teknis; dan
oleh Peraturan
c. persyaratan ekologis. c. persyaratan ekologis.
Pemerintah

Pasal 24 (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar


pembangunan rumah susun sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah

Pengesahan (1) Pemisahan rumah susun sebagaimana dimaksud (1) Pemisahan rumah susun sebagaimana dimaksud
Pemisahan dalam Pasal 25 ayat (1) wajib dituangkan dalam bentuk dalam Pasal 25 ayat (1) wajib dituangkan
Rumah Susun gambar dan uraian. dalam bentuk gambar dan uraian.
berdasarkan
NSPK
Pemerintah (2) Gambar dan uraian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Gambar dan uraian sebagaimana dimaksud pada ayat
Pusat (1) menjadi dasar untuk menetapkan NPP, SHM (1) menjadi dasar untuk menetapkan NPP, SHM
sarusun atau SKBG sarusun, dan perjanjian pengikatan sarusun atau SKBG sarusun, dan perjanjian
Pasal 26 jual beli. pengikatan jual beli.

(3) Gambar dan uraian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Gambar dan uraian sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dibuat sebelum pelaksanaan pembangunan rumah (1) dibuat sebelum pelaksanaan pembangunan rumah
susun. susun.
(4) Gambar dan uraian sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dituangkan dalam bentuk akta pemisahan yang (3) Gambar dan uraian sebagaimana dimaksud pada ayat
disahkan oleh bupati/walikota. (2) dituangkan dalam bentuk akta pemisahan yang
disahkan oleh bupati/wali kota sesuai dengan norma,
standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat.
(5) Khusus untuk Provinsi DKI Jakarta, akta pemisahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disahkan oleh (4) Khusus untuk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta,
Gubernur. akta pemisahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
disahkan oleh Gubernur sesuai dengan norma,
standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat.

Persetujuan Dalam melakukan pembangunan rumah susun, pelaku Dalam melakukan pembangunan rumah susun, pelaku
Bangunan pembangunan harus memenuhi ketentuan administratif yang pembangunan harus memenuhi ketentuan administratif
Gedung meliputi: yang meliputi:
sebagai
a. status hak atas tanah; dan a. status hak atas tanah; dan
Pengganti IMB
dalam b. izin mendirikan bangunan (IMB). b. Persetujuan Bangunan Gedung
Ketentuan
Administratif
Pembangunan
Rumah Susun

Pasal 28
Perizinan (1) Pelaku pembangunan harus membangun rumah susun (1) Pelaku pembangunan harus membangun rumah susun
Berusaha dan lingkungannya sesuai dengan rencana fungsi dan dan lingkungannya sesuai dengan rencana fungsi dan
Berdasarkan pemanfaatannya. pemanfaatannya.
NSPK
Pemerintah
Pusat (2) Rencana fungsi dan pemanfaatan sebagaimana (2) Rencana fungsi dan pemanfaatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus mendapatkan izin dari dimaksud pada ayat (1) harus mendapatkan
Pasal 29 bupati/walikota. Perizinan Berusaha dari bupati/wali kota sesuai
dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria
yang ditetapkan oleh Pemerintah.

(3) Khusus untuk Provinsi DKI Jakarta, rencana fungsi dan (3) Khusus untuk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta,
pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) rencana fungsi dan pemanfaatan sebagaimana
harus mendapatkan izin Gubernur. dimaksud pada ayat (1) harus mendapatkan Perizinan
Berusaha dari Gubernur sesuai dengan norma,
standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh
Pemerintah.

(4) Permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai rencana fungsi dan
dan ayat (3) diajukan oleh pelaku pembangunan pemanfaatan pembangunan Rumah Susun
dengan melampirkan persyaratan sebagai berikut: diatur dalam Peraturan Pemerintah
a. sertifikat hak atas tanah;
b. surat keterangan rencana kabupaten/kota;
c. gambar rencana tapak;
d. gambar rencana arsitektur yang memuat denah,
tampak, dan potongan rumah susun yang
menunjukkan dengan jelas batasan secara vertikal
dan horizontal dari sarusun;
e. gambar rencana struktur beserta perhitungannya;
f. gambar rencana yang menunjukkan dengan jelas
bagian bersama, benda bersama, dan tanah
bersama; dan
g. gambar rencana utilitas umum dan instalasi beserta
perlengkapannya.

(5) Dalam hal rumah susun dibangun di atas tanah sewa,


pelaku pembangunan harus melampirkan perjanjian (5) Dalam hal rumah susun dibangun di atas tanah sewa,
tertulis pemanfaatan dan pendayagunaan tanah pelaku pembangunan harus melampirkan perjanjian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1). tertulis pemanfaatan dan pendayagunaan tanah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1).

Penghapusan Pelaku pembangunan setelah mendapatkan izin Pasal 30 dihapuskan


Permintaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2) dan ayat (3)
Pengesahan wajib meminta pengesahan dari pemerintah daerah tentang
Pertelaan
pertelaan yang menunjukkan batas yang jelas dari setiap
Pasal 30 sarusun, bagian bersama, benda bersama, dan tanah
bersama beserta uraian NPP.

Pengubahan (1) Pengubahan rencana fungsi dan pemanfaatan rumah (1) Pengubahan rencana fungsi dan pemanfaatan rumah
Rencana susun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2) susun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2)
Fungsi dan harus mendapatkan izin dari bupati/walikota. harus memenuhi Perizinan Berusaha dari
Pemanfaatan
bupati/walikota sesuai dengan norma, standar,
Rumah Susun
Wajib prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah
Memenuhi Pusat.
NSPK
Pemerintah (2) Khusus untuk Provinsi DKI Jakarta, pengubahan (2) Khusus untuk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta,
Pusat rencana fungsi dan pemanfaatan rumah susun pengubahan rencana fungsi dan pemanfaatan rumah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus susun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
Pasal 31
mendapatkan izin dari Gubernur. memenuhi Perizinan Berusaha dari Gubernur sesuai
dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.

(3) Pengubahan rencana fungsi dan pemanfaatan rumah


(3) Pengubahan rencana fungsi dan pemanfaatan rumah susun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
susun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mengurangi fungsi bagian bersama, benda bersama,
mengurangi fungsi bagian bersama, benda bersama, dan fungsi hunian
dan fungsi hunian.
(4) Dalam hal pengubahan rencana fungsi dan
(4) Dalam hal pengubahan rencana fungsi dan pemanfaatan rumah susun sebagaimana dimaksud
pemanfaatan rumah susun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan pengubahan NPP,
pada ayat (1) mengakibatkan pengubahan NPP, pertelaannya harus mendapatkan pengesahan kembali
pertelaannya harus mendapatkan pengesahan kembali dari bupati/walikota.
dari bupati/walikota.
(5) Khusus Provinsi DKI Jakarta pengubahan rencana
(5) Khusus Provinsi DKI Jakarta pengubahan rencana fungsi dan pemanfaatan rumah susun sebagaimana
fungsi dan pemanfaatan rumah susun sebagaimana dimaksud pada ayat (4) mendapatkan pengesahan dari
dimaksud pada ayat (4) mendapatkan pengesahan dari Gubernur.
Gubernur.
(6) Untuk mendapatkan izin pengubahan sebagaimana
(6) Untuk mendapatkan izin pengubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pelaku pembangunan harus
dimaksud pada ayat (1), pelaku pembangunan harus mengajukan alasan dan usulan pengubahan dengan
mengajukan alasan dan usulan pengubahan dengan melampirkan:
melampirkan: a. gambar rencana tapak beserta pengubahannya;
a. gambar rencana tapak beserta pengubahannya; b. gambar rencana arsitektur beserta pengubahannya;
b. gambar rencana arsitektur beserta pengubahannya; c. gambar rencana struktur dan penghitungannya
c. gambar rencana struktur dan penghitungannya beserta pengubahannya;
beserta pengubahannya; d. gambar rencana yang menunjukkan dengan jelas
bagian bersama, benda bersama, dan tanah
bersama beserta pengubahannya; dan
d. gambar rencana yang menunjukkan dengan jelas e. gambar rencana utilitas umum dan instalasi serta
bagian bersama, benda bersama, dan tanah perlengkapannya beserta pengubahannya.
bersama beserta pengubahannya; dan
e. gambar rencana utilitas umum dan instalasi serta (7) Pengajuan izin pengubahan sebagaimana dimaksud
perlengkapannya beserta pengubahannya. pada ayat (4) dan ayat (5) dikenai retribusi.

(7) Pengajuan izin pengubahan sebagaimana dimaksud


pada ayat (4) dan ayat (5) dikenai retribusi.

Perizinan Pedoman permohonan izin rencana fungsi dan pemanfaatan Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan Berusaha terkait
Rencana serta pengubahannya diatur dengan peraturan Menteri. rencana fungsi dan pemanfaatan serta pengubahannya
Fungsi dan diatur dalam Peraturan Pemerintah
Pemanfaatan
Rumah Susun
diatur oleh
Peraturan
Pemerintah

Pasal 32

Perizinan Ketentuan lebih lanjut mengenai permohonan izin rencana Pasal 33 dihapuskan.
Rencana fungsi dan pemanfaatan sebagaimana dimaksud dalam
Fungsi dan Pasal 29 serta permohonan izin pengubahan rencana fungsi
Pemanfaatan
dan pemanfaatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31
Rumah Susun
diatur oleh diatur dengan peraturan daerah.
Peraturan
Pemerintah

Pasal 33

Penggantian (1) Pelaku pembangunan wajib mengajukan permohonan (1) Pelaku pembangunan wajib mengajukan permohonan
IMB menjadi sertifikat laik fungsi kepada bupati/walikota setelah sertifikat laik fungsi kepada bupati/walikota setelah
Persetujuan
Bangunan menyelesaikan seluruh atau sebagian pembangunan menyelesaikan seluruh atau sebagian pembangunan
Gedung rumah susun sepanjang tidak bertentangan dengan rumah susun sepanjang tidak bertentangan dengan
dalam Rangka IMB. Persetujuan Bangunan Gedung sesuai dengan norma,
Permohonan
standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh
Sertifikat Laik
Fungsi Pemerintah Pusat.

Pasal 39 (2) Khusus untuk Provinsi DKI Jakarta, permohonan (2) Khusus untuk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta,
sertifikat laik fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat permohonan sertifikat laik fungsi sebagaimana
(1) diajukan kepada Gubernur. dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Gubernur
sesuai dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria
yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.

(3) Pemerintah daerah menerbitkan sertifikat laik fungsi (3) Pemerintah Daerah menerbitkan sertifikat laik fungsi
setelah melakukan pemeriksaan kelaikan fungsi setelah melakukan pemeriksaan kelaikan fungsi
bangunan rumah susun sesuai dengan ketentuan bangunan rumah susun sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. peraturan perundang-undangan.

Ketentuan (1) Pelaku pembangunan wajib melengkapi lingkungan (1) Pelaku pembangunan wajib melengkapi lingkungan
Standar rumah susun dengan prasarana, sarana, dan utilitas rumah susun dengan prasarana, sarana, dan
Pelayanan umum. utilitas umum.
minimal
Sarana
Prasarana dan (2) Prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagaimana (2) Prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagaimana
Utilitas Umum dimaksud pada ayat (1) harus mempertimbangkan: dimaksud pada ayat (1) harus mempertimbangkan:
diatut oleh a. kemudahan dan keserasian hubungan dalam a. kemudahan dan keserasian hubungan dalam
Peraturan kegiatan sehari-hari; kegiatan sehari-hari;
Pemerintah b. pengamanan jika terjadi hal-hal yang b. pengamanan jika terjadi hal yang membahayakan;
membahayakan; dan dan
Pasal 40
c. struktur, ukuran, dan kekuatan sesuai dengan fungsi c. struktur, ukuran, dan kekuatan sesuai dengan
dan penggunaannya. fungsi dan penggunaannya.
(3) Prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagaimana (3) Prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagaiman
dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi standar dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi standar
pelayanan minimal. pelayanan minimal.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar pelayanan (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar pelayanan
minimal prasarana, sarana, dan utilitas umum diatur minimal prasarana, sarana, dan utilitas umum diatur
dengan Peraturan Menteri. dalam Peraturan Pemerintah.

Perubahan (1) Proses jual beli sarusun sebelum pembangunan rumah (1) Proses jual beli sarusun sebelum pembangunan rumah
IMB menjadi susun selesai dapat dilakukan melalui PPJB yang susun selesai dapat dilakukan melalui PPJB yang
Persetujuan dibuat di hadapan notaris. dibuat di hadapan notaris.
Bangunan
Gedung
Sebagai (2) PPJB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan (2) PPJB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
Syarat setelah memenuhi persyaratan kepastian atas: setelah memenuhi persyaratan kepastian atas:
Kepastian a. status kepemilikan tanah; a. status kepemilikan tanah;
PPJB b. kepemilikan IMB; b. Persetujuan Bangunan Gedung;
c. ketersediaan prasarana, sarana, dan utilitas umum; c. ketersediaan prasarana, sarana, dan utilitas
Pasal 43 d. keterbangunan paling sedikit 20% (dua puluh umum;
persen); dan d. keterbangunan paling sedikit 20% (dua puluh
e. hal yang diperjanjikan. persen); dan
e. hal yang diperjanjikan

Pasal 54 (1) Sarusun umum yang memperoleh kemudahan dari (1) Sarusun umum yang memperoleh kemudahan dari
pemerintah hanya dapat dimiliki atau disewa oleh MBR. pemerintah hanya dapat dimiliki atau disewa oleh MBR.

(2) Setiap orang yang memiliki sarusun umum (2) Setiap orang yang memiliki sarusun umum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat
mengalihkan kepemilikannya kepada pihak lain dalam mengalihkan kepemilikannya kepada pihak lain dalam
hal: hal:
a. pewarisan; a. pewarisan; atau
b. perikatan kepemilikan rumah susun setelah jangka b. perikatan kepemilikan rumah susun setelah
waktu 20 (dua puluh) tahun; atau jangka waktu 20 (dua puluh) tahun.
c. pindah tempat tinggal yang dibuktikan dengan surat c. pindah tempat tinggal yang dibuktikan dengan
keterangan pindah dari yang berwenang. surat keterangan pindah dari yang berwenang.

(3) Pengalihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf (3) Pengalihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
b dan huruf c hanya dapat dilakukan kepada badan huruf b hanya dapat dilakukan oleh badan percepatan
pelaksana. penyelenggaraan perumahan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengalihan (4) Ketentuan Ketentuan lebih lanjut mengenai pengalihan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3) diatur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dan
dalam peraturan pemerintah. kriteria dan tata cara pemberian kemudahan
kepemilikan sarusun umum sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Presiden.

(5) Ketentuan mengenai kriteria dan tata cara pemberian (5) Ketentuan mengenai kriteria dan tata cara pemberian
kemudahan kepemilikan sarusun umum sebagaimana kemudahan kepemilikan sarusun umum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan
Menteri. Menteri.

Pasal 56 (1) Pengelolaan rumah susun meliputi kegiatan (1) Pengelolaan rumah susun meliputi kegiatan
operasional, pemeliharaan, dan perawatan bagian operasional, pemeliharaan, dan perawatan bagian
bersama, benda bersama, dan tanah bersama. bersama, benda bersama, dan tanah bersama.

(2) Pengelolaan rumah susun sebagaimana dimaksud (2) Pengelolaan rumah susun sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus dilaksanakan oleh pengelola yang pada ayat (1) harus dilaksanakan oleh pengelola yang
berbadan hukum, kecuali rumah susun umum sewa, berbadan hukum, kecuali rumah susun umum sewa,
rumah susun khusus, dan rumah susun negara. rumah susun khusus, dan rumah susun negara.
(3) Badan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) (3) Badan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
harus mendaftar dan mendapatkan izin usaha dari harus mendaftar dan mendapatkan perizinan Berusaha
bupati/walikota. dari bupati/wali kota sesuai dengan norma, standar,
prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah
(4) Khusus untuk Provinsi DKI Jakarta, badan hukum Pusat.
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus mendaftar
dan mendapatkan izin usaha dari Gubernur. (4) Khusus untuk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta,
badan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
harus mendaftar dan mendapatkan perizinan Berusaha
dari Gubernur sesuai dengan norma, standar,
prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan Berusaha


sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4)
diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 67 (1) Dalam pelaksanaan peningkatan kualitas rumah susun (1) Dalam pelaksanaan peningkatan kualitas rumah susun
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat (1) huruf sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat (1) huruf
a, PPPSRS dapat bekerja sama dengan pelaku a, PPPSRS dapat bekerja sama dengan pelaku
pembangunan rumah susun. pembangunan rumah susun.

(2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan berdasarkan perjanjian tertulis yang dibuat di dilakukan berdasarkan perjanjian tertulis yang dibuat di
hadapan pejabat yang berwenang berdasarkan prinsip hadapan pejabat yang berwenang berdasarkan prinsip
kesetaraan. kesetaraan.

(3) Pelaksanaan peningkatan kualitas rumah susun umum (3) Pelaksanaan peningkatan kualitas rumah susun umum
dan rumah susun khusus dilaksanakan oleh badan dan rumah susun khusus dilaksanakan oleh badan
pelaksana. percepatan penyelenggaraan perumahan.
Pasal 72 (1) Untuk mewujudkan penyediaan rumah susun yang Pasal 72 dihapuskan
layak dan terjangkau bagi MBR, Pemerintah menugasi
atau membentuk badan pelaksana.

(2) Penugasan atau pembentukan badan pelaksana


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk:
a. mempercepat penyediaan rumah susun umum dan
rumah susun khusus, terutama di perkotaan;
b. menjamin bahwa rumah susun umum hanya dimiliki
dan dihuni oleh MBR;
c. menjamin tercapainya asas manfaat rumah susun;
dan
d. melaksanakan berbagai kebijakan di bidang rumah
susun umum dan rumah susun khusus.

(3) Badan pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


mempunyai fungsi pelaksanaan pembangunan,
pengalihan kepemilikan, dan distribusi rumah susun
umum dan rumah susun khusus secara terkoordinasi
dan terintegrasi.

(4) Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud


pada ayat (3), badan pelaksana bertugas:
a. melaksanakan pembangunan rumah susun
umum dan rumah susun khusus;
b. menyelenggarakan koordinasi operasional lintas
sektor, termasuk dalam penyediaan prasarana,
sarana, dan utilitas umum;
c. melaksanakan peningkatan kualitas rumah susun
umum dan rumah susun khusus;
d. memfasilitasi penyediaan tanah untuk
pembangunan rumah susun umum dan rumah
susun khusus;
e. memfasilitasi penghunian, pengalihan,
pemanfaatan, serta pengelolaan rumah susun
umum dan rumah susun khusus;
f. melaksanakan verifikasi pemenuhan persyaratan
terhadap calon pemilik dan/atau penghuni rumah
susun umum dan rumah susun khusus; dan
g. melakukan pengembangan hubungan kerja sama
di bidang rumah susun dengan berbagai instansi
di dalam dan di luar negeri.

Pasal 73 Ketentuan lebih lanjut mengenai penugasan atau Pasal 73 dihapuskan


pembentukan badan pelaksana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 72 diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 107 Setiap orang yang menyelenggarakan rumah susun tidak Setiap orang yang menyelenggarakan rumah susun tidak
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
16 ayat (2), Pasal 22 ayat (3), Pasal 25 ayat (1), Pasal 26 16 ayat (2), Pasal 22 ayat (3), Pasal 25 ayat (1), Pasal 26
ayat (1), Pasal 30, Pasal 39 ayat (1), Pasal 40 ayat (1), Pasal ayat (1), Pasal 30, Pasal 39 ayat (1), Pasal 40 ayat (1), Pasal
51 ayat (3), Pasal 52, Pasal 59 ayat (1), Pasal 61 ayat (1), 51 ayat (3), Pasal 52, Pasal 59 ayat (1), Pasal 61 ayat (1),
Pasal 66, Pasal 74 ayat (1) dikenai sanksi administratif. Pasal 66, Pasal 74 ayat (1), Pasal 98, Pasal 100, atau Pasal
101 dikenai sanksi administratif.

Pasal 108 (1) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam (1) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 107 dapat berupa: Pasal 107 dapat berupa:
a. peringatan tertulis; a. peringatan tertulis;
b. pembatasan kegiatan pembangunan dan/atau b. pembatasan kegiatan pembangunan danf atau
kegiatan usaha; kegiatan usaha;
c. penghentian sementara pada pekerjaan c. penghentian sementara pada pekerjaan
pelaksanaan pembangunan; pelaksanaan pembangunan;
d. penghentian sementara atau penghentian tetap d. penghentian sementara atau penghentian tetap
pada pengelolaan rumah susun; pada pengelolaan rumah susun;
e. pengenaan denda administratif; e. pencabutan Persetujuan Bangunan Gedung;
f. pencabutan IMB; f. pencabutan sertifikat laik fungsi;
g. pencabutan sertifikat laik fungsi; g. pencabutan SHM sarusun atau SKBG sarusun;
h. pencabutan SHM sarusun atau SKBG sarusun; h. perintah pembongkaran bangunan rumah susun;
i. perintah pembongkaran bangunan rumah susun; i. denda administratif; dan/atau
atau j. pencabutan Perizinan Berusaha.
j. pencabutan izin usaha.

(2) Pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis, besaran
pada ayat (1) tidak menghilangkan tanggung jawab denda, dan tata cara pengenaan sanksi administratif
pemulihan dan pidana. sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi administratif, (3) Pengenaan sanksi administratif sebagaimana
tata cara, dan besaran denda administratif diatur dalam dimaksud pada ayat (2) tidak menghilangkan
peraturan pemerintah. tanggung jawab pemulihan dan pidana

Pasal 110 Pelaku pembangunan yang membuat PPJB: Pasal 110 dihapuskan.
a. yang tidak sesuai dengan yang dipasarkan; atau
b. sebelum memenuhi persyaratan kepastian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2);
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun atau denda
paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

Pasal 112 Setiap orang yang membangun rumah susun di luar lokasi Pasal 112 dihapuskan
yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 100
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun
atau denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar
rupiah).

Pasal 113 (1) Setiap orang yang: Setiap orang yang:


a. mengubah peruntukan lokasi rumah susun yang a. mengubah peruntukan lokasi rumah susun yang sudah
sudah ditetapkan; atau ditetapkan; atau
b. mengubah fungsi dan pemanfaatan rumah susun b. mengubah fungsi dan pemanfaatan rumah susun
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101
dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101 menimbulkan
(satu) tahun atau denda paling banyak korban terhadap manusia atau kerusakan barang, pelaku
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun
atau denda paling banyak Rp250.000.000,00 (dua ratus lima
(2) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat puluh juta rupiah).
(1) mengakibatkan bahaya bagi nyawa orang atau
barang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak
Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah).

Pasal 114 Setiap pejabat yang: Setiap pejabat yang:


a. menetapkan lokasi yang berpotensi menimbulkan a. menetapkan lokasi yang berpotensi menimbulkan
bahaya untuk pembangunan rumah susun; atau bahaya untuk pembangunan rumah susun;
atau
b. mengeluarkan izin mendirikan bangunan rumah susun b. mengeluarkan Persetujuan Bangunan Gedung rumah
yang tidak sesuai dengan lokasi peruntukan susun yang tidak sesuai dengan lokasi
peruntukan.

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 102 dipidana dengan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 102 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling
banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)

Pasal 117 (1) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud dalam (1) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 109 sampai dengan Pasal 116 dilakukan oleh Pasal 109, Pasal 111, Pasal 115 atau Pasal 116
badan hukum, maka selain pidana penjara dan denda dilakukan oleh badan hukum, selain pidana penjara
terhadap pengurusnya, pidana dapat dijatuhkan dan denda terhadap pengurusnya, pidana dapat
terhadap badan hukum berupa pidana denda dengan dijatuhkan terhadap badan hukum berupa pidana
pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana denda terhadap denda dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana
orang. denda terhadap orang.

(2) Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada
(1), badan hukum dapat dijatuhi pidana tambahan ayat (1), badan hukum dapat dijatuhi pidana tambahan
berupa: berupa:
a. pencabutan izin usaha; atau a. pencabutan Perizinan Berusaha; atau
b. pencabutan status badan hukum. b. pencabutan status badan hukum

Anda mungkin juga menyukai