Objek Tanah untuk Kepentingan Umum sebagaimana dimaksud Tanah untuk Kepentingan Umum sebagaimana dimaksud
Pengadaan dalam Pasal 14 ayat (1) digunakan untuk pembangunan: dalam Pasal 4 ayat (1) digunakan untuk pembangunan:
Tanah
a. pertahanan dan keamanan nasional; a. pertahanan dan keamanan nasional;
Pasal 10
b. jalan umum, jalan tol, terowongan, jalur kereta api, b. jalan umum, jalan tol, terowongan, jalur kereta api,
stasiun kereta api, dan fasilitas operasi kereta api; stasiun kereta api dan fasilitas operasi kereta api;
c. waduk, bendungan, bendung, irigasi, saluran air minum, c. waduk, bendungan, bendung, irigasi, saluran air minum,
saluran pembuangan air dan sanitasi, dan bangunan saluran pembuangan air dan sanitasi dan bangunan
pengairan lainnya; pengairan lainnya;
d. pelabuhan, bandar udara, dan terminal; d. pelabuhan, bandar udara, dan terminal;
e. infrastruktur minyak, gas, dan panas bumi; e. infrastruktur minyak, gas, dan panas bumi;
f. pembangkit, transmisi, gardu, jaringan, dan distribusi f. pembangkit, transmisi, gardu, jaringan, dan/atau
tenaga listrik; distribusi tenaga listrik;
g. jaringan telekomunikasi dan informatika Pemerintah; g. jaringan telekomunikasi dan informatika pemerintah;
h. tempat pembuangan dan pengolahan sampah; h. tempat pembuangan dan pengolahan sampah;
i. rumah sakit Pemerintah/Pemerintah Daerah; i. rumah sakit Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah;
j. fasilitas keselamatan umum; j. fasilitas keselamatan umum;
k. tempat pemakaman umum Pemerintah/Pemerintah k. tempat pemakaman permakaman umum Pemerintah
Daerah; Pusat atau Pemerintah Daerah;
l. fasilitas sosial, fasilitas umum, dan ruang terbuka hijau l. fasilitas sosial, fasilitas umum, dan ruang terbuka hijau
publik; publik;
m. cagar alam dan cagar budaya; m. cagar alam dan cagar budaya;
n. kantor Pemerintah/Pemerintah Daerah/desa; n. kantor Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, atau
Desa;
o. penataan permukiman kumuh perkotaan dan/ atau o. penataan permukiman kumuh perkotaan dan/atau
konsolidasi tanah, serta perumahan untuk masyarakat konsolidasi tanah serta perumahan untuk masyarakat
berpenghasilan rendah dengan status sewa; berpenghasilan rendah dengan status sewa termasuk
untuk pembangunan rumah umum dan rumah khusus;
p. prasarana pendidikan atau sekolah p. prasarana pendidikan atau sekolah Pemerintah Pusat
Pemerintah/Pemerintah Daerah; atau Pemerintah Daerah;
q. prasarana olahraga Pemerintah/Pemerintah Daerah; q. prasarana olahraga Pemerintah Pusat atau Pemerintah
dan Daerah;
r. pasar umum dan lapangan parkir umum. r. pasar umum dan lapangan parkir umum;
s. kawasan Industri Hulu dan Hilir Minyak dan Gas yang
diprakarsai dan/atau dikuasai oleh Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara, atau
Badan Usaha Milik Daerah;
t. kawasan Ekonomi Khusus yang diprakarsai dan/atau
dikuasai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
Badan Usaha Milik Negara, atau Badan Usaha Milik
Daerah;
u. kawasan Industri yang diprakarsai dan/atau dikuasai
oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Badan
Usaha Milik Negara, atau Badan Usaha Milik Daerah;
v. kawasan Pariwisata yang diprakarsai dan/atau dikuasai
oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Badan
Usaha Milik Negara, atau Badan Usaha Milik Daerah;
w. kawasan Ketahanan Pangan yang diprakarsai dan/atau
dikuasai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
Badan Usaha Milik Negara, atau Badan Usaha Milik
Daerah; dan
x. kawasan pengembangan teknologi yang diprakarsai
dan/atau dikuasai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, Badan Usaha Milik Negara, atau Badan Usaha
Milik Daerah.
Penyelesaian Pihak yang Berhak dan pihak yang menguasai Objek (1) Pihak yang Berhak dan pihak yang menguasai Objek
Status Tanah Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum wajib Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum wajib
mematuhi ketentuan dalam Undang-Undang ini mematuhi ketentuan dalam Undang-Undang ini.
Pasal 8
(2) Dalam hal rencana Pengadaan Tanah, terdapat Objek
Pengadaan Tanah yang masuk dalam kawasan hutan,
tanah kas desa, tanah wakaf, tanah ulayat/tanah adat,
dan atau tanah aset Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, Badan Usaha Milik Negara, atau Badan Usaha
Milik Daerah, penyelesaian status tanahnya harus
dilakukan sampai dengan penetapan lokasi.
Pasal 19B
Dalam hal Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum
yang luasnya kurang dari 5 (lima) hektare dilakukan
langsung antara Pihak yang Berhak dan Instansi yang
memerlukan tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
19A ayat (1), penetapan lokasi dilakukan oleh bupati/wali
kota.
Nilai Ganti (1) Nilai Ganti Kerugian yang dinilai oleh Penilai (1) Nilai Ganti Kerugian yang dinilai oleh Penilai
Kerugian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 merupakan nilai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 merupakan
Bersifat Final pada saat pengumuman penetapan lokasi nilai pada saat pengumuman penetapan lokasi
pembangunan untuk Kepentingan Umum sebagaimana pembangunan untuk Kepentingan Umum sebagaimana
Pasal 34
dimaksud dalam Pasal 26. dimaksud dalam Pasal 26.
(2) Besarnya nilai Ganti Kerugian berdasarkan hasil (2) Besarnya nilai Ganti Kerugian berdasarkan hasil
penilaian Penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) penilaian Penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan kepada Lembaga Pertanahan dengan disampaikan kepada Lembaga Pertanahan disertai
berita acara. dengan berita acara.
(3) Nilai Ganti Kerugian berdasarkan hasil penilaian Penilai (3) Besarnya nilai Ganti Kerugian berdasarkan hasil
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi dasar penilaian Penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
musyawarah penetapan Ganti Kerugian. bersifat final dan mengikat.
Hak Atas N/A (1) Tanah yang dikelola badan bank tanah diberikan hak
Tanah yang pengelolaan.
dikelola oleh
Bank Tanak
(2) 8a katas tanah di atas hak pengelolaan sebagaimana
Pasal 129 dimaksud pada ayat (1) dapat diberi hak guna usaha,
hak guna bangunan, dan hak pakai.
(5) Dalam hal hak atas tanah yang berada di atas hak
pengelolaan telah berakhir, tanahnya kembali menjadi
tanah hak pengelolaan.
Hapusnya Hak N/A Pasal 140
Pengelolaan (1) Dalam hal bagian bidang tanah hak pengelolaan
Karena diberikan dengan hak milik, bagian bidang tanah hak
Pemberian
pengelolaan tersebut hapus dengan sendirinya.
Hak Milik
Pasal 140 (2) Hak milik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
diberikan untuk keperluan rumah umum dan keperluan
transmigrasi.
Pasal 146 ayat (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan tanah
(4) dan (5) pada ruang atas tanah dan/atau ruang di bawah tanah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3),
dan ayat (4) diatur dalam Peraturan Presiden.
DOKUMEN PERTANAHAN
Konversi (1) Pembangunan rumah susun komersial sebagaimana (1) Pembangunan rumah susun komersial sebagaimana
Penyediaan dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) dapat dilaksanakan dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) dapat dilaksanakan
Rumah Susun oleh setiap orang. oleh setiap orang.
Umum atas
Pembangunan
Rumah Susun (2) Pelaku pembangunan rumah susun komersial (2) Pelaku pembangunan rumah susun komersial
Komersial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
menyediakan rumah susun umum sekurang-kurangnya menyediakan rumah susun umum paling sedikit 20%
Pasal 16 20% (dua puluh persen) dari total luas lantai rumah (dua puluh persen) dari total luas lantai rumah susun
susun komersial yang dibangun. komersial yang dibangun.
(3) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat (3) Dalam hal pembangunan rumah susun umum
dilakukan di luar lokasi kawasan rumah susun komersial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dalam 1
pada kabupaten/kota yang sama. (satu) lokasi kawasan rumah susun komersial
pembangunan rumah susun umum dapat dilaksanakan
dalam 1 (satu) daerah kabupaten/kota yang sama.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban (4) Kewajiban menyediakan rumah susun umum paling
menyediakan rumah susun umum sebagaimana sedikit 20% (dua puluh persen) sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dalam dimaksud pada ayat (2) dapat dikonversi dalam bentuk
peraturan pemerintah. dana untuk pembangunan rumah susun umum.
(5) Pengelolaan dana sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) dilaksanakan oleh badan percepatan
penyelenggaraan perumahan.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban
menyediakan rumah susun umum sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur
dalam Peraturan Pemerintah
Standar Persyaratan pembangunan rumah susun meliputi: (1) Standar pembangunan rumah susun meliputi
Pembangunan a. persyaratan administratif; a. persyaratan administratif;
Rumah Susun b. persyaratan teknis; dan b. persyaratan teknis; dan
oleh Peraturan
c. persyaratan ekologis. c. persyaratan ekologis.
Pemerintah
Pengesahan (1) Pemisahan rumah susun sebagaimana dimaksud (1) Pemisahan rumah susun sebagaimana dimaksud
Pemisahan dalam Pasal 25 ayat (1) wajib dituangkan dalam bentuk dalam Pasal 25 ayat (1) wajib dituangkan
Rumah Susun gambar dan uraian. dalam bentuk gambar dan uraian.
berdasarkan
NSPK
Pemerintah (2) Gambar dan uraian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Gambar dan uraian sebagaimana dimaksud pada ayat
Pusat (1) menjadi dasar untuk menetapkan NPP, SHM (1) menjadi dasar untuk menetapkan NPP, SHM
sarusun atau SKBG sarusun, dan perjanjian pengikatan sarusun atau SKBG sarusun, dan perjanjian
Pasal 26 jual beli. pengikatan jual beli.
(3) Gambar dan uraian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Gambar dan uraian sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dibuat sebelum pelaksanaan pembangunan rumah (1) dibuat sebelum pelaksanaan pembangunan rumah
susun. susun.
(4) Gambar dan uraian sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dituangkan dalam bentuk akta pemisahan yang (3) Gambar dan uraian sebagaimana dimaksud pada ayat
disahkan oleh bupati/walikota. (2) dituangkan dalam bentuk akta pemisahan yang
disahkan oleh bupati/wali kota sesuai dengan norma,
standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat.
(5) Khusus untuk Provinsi DKI Jakarta, akta pemisahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disahkan oleh (4) Khusus untuk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta,
Gubernur. akta pemisahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
disahkan oleh Gubernur sesuai dengan norma,
standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat.
Persetujuan Dalam melakukan pembangunan rumah susun, pelaku Dalam melakukan pembangunan rumah susun, pelaku
Bangunan pembangunan harus memenuhi ketentuan administratif yang pembangunan harus memenuhi ketentuan administratif
Gedung meliputi: yang meliputi:
sebagai
a. status hak atas tanah; dan a. status hak atas tanah; dan
Pengganti IMB
dalam b. izin mendirikan bangunan (IMB). b. Persetujuan Bangunan Gedung
Ketentuan
Administratif
Pembangunan
Rumah Susun
Pasal 28
Perizinan (1) Pelaku pembangunan harus membangun rumah susun (1) Pelaku pembangunan harus membangun rumah susun
Berusaha dan lingkungannya sesuai dengan rencana fungsi dan dan lingkungannya sesuai dengan rencana fungsi dan
Berdasarkan pemanfaatannya. pemanfaatannya.
NSPK
Pemerintah
Pusat (2) Rencana fungsi dan pemanfaatan sebagaimana (2) Rencana fungsi dan pemanfaatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus mendapatkan izin dari dimaksud pada ayat (1) harus mendapatkan
Pasal 29 bupati/walikota. Perizinan Berusaha dari bupati/wali kota sesuai
dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria
yang ditetapkan oleh Pemerintah.
(3) Khusus untuk Provinsi DKI Jakarta, rencana fungsi dan (3) Khusus untuk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta,
pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) rencana fungsi dan pemanfaatan sebagaimana
harus mendapatkan izin Gubernur. dimaksud pada ayat (1) harus mendapatkan Perizinan
Berusaha dari Gubernur sesuai dengan norma,
standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh
Pemerintah.
(4) Permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai rencana fungsi dan
dan ayat (3) diajukan oleh pelaku pembangunan pemanfaatan pembangunan Rumah Susun
dengan melampirkan persyaratan sebagai berikut: diatur dalam Peraturan Pemerintah
a. sertifikat hak atas tanah;
b. surat keterangan rencana kabupaten/kota;
c. gambar rencana tapak;
d. gambar rencana arsitektur yang memuat denah,
tampak, dan potongan rumah susun yang
menunjukkan dengan jelas batasan secara vertikal
dan horizontal dari sarusun;
e. gambar rencana struktur beserta perhitungannya;
f. gambar rencana yang menunjukkan dengan jelas
bagian bersama, benda bersama, dan tanah
bersama; dan
g. gambar rencana utilitas umum dan instalasi beserta
perlengkapannya.
Pengubahan (1) Pengubahan rencana fungsi dan pemanfaatan rumah (1) Pengubahan rencana fungsi dan pemanfaatan rumah
Rencana susun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2) susun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2)
Fungsi dan harus mendapatkan izin dari bupati/walikota. harus memenuhi Perizinan Berusaha dari
Pemanfaatan
bupati/walikota sesuai dengan norma, standar,
Rumah Susun
Wajib prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah
Memenuhi Pusat.
NSPK
Pemerintah (2) Khusus untuk Provinsi DKI Jakarta, pengubahan (2) Khusus untuk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta,
Pusat rencana fungsi dan pemanfaatan rumah susun pengubahan rencana fungsi dan pemanfaatan rumah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus susun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
Pasal 31
mendapatkan izin dari Gubernur. memenuhi Perizinan Berusaha dari Gubernur sesuai
dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
Perizinan Pedoman permohonan izin rencana fungsi dan pemanfaatan Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan Berusaha terkait
Rencana serta pengubahannya diatur dengan peraturan Menteri. rencana fungsi dan pemanfaatan serta pengubahannya
Fungsi dan diatur dalam Peraturan Pemerintah
Pemanfaatan
Rumah Susun
diatur oleh
Peraturan
Pemerintah
Pasal 32
Perizinan Ketentuan lebih lanjut mengenai permohonan izin rencana Pasal 33 dihapuskan.
Rencana fungsi dan pemanfaatan sebagaimana dimaksud dalam
Fungsi dan Pasal 29 serta permohonan izin pengubahan rencana fungsi
Pemanfaatan
dan pemanfaatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31
Rumah Susun
diatur oleh diatur dengan peraturan daerah.
Peraturan
Pemerintah
Pasal 33
Penggantian (1) Pelaku pembangunan wajib mengajukan permohonan (1) Pelaku pembangunan wajib mengajukan permohonan
IMB menjadi sertifikat laik fungsi kepada bupati/walikota setelah sertifikat laik fungsi kepada bupati/walikota setelah
Persetujuan
Bangunan menyelesaikan seluruh atau sebagian pembangunan menyelesaikan seluruh atau sebagian pembangunan
Gedung rumah susun sepanjang tidak bertentangan dengan rumah susun sepanjang tidak bertentangan dengan
dalam Rangka IMB. Persetujuan Bangunan Gedung sesuai dengan norma,
Permohonan
standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh
Sertifikat Laik
Fungsi Pemerintah Pusat.
Pasal 39 (2) Khusus untuk Provinsi DKI Jakarta, permohonan (2) Khusus untuk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta,
sertifikat laik fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat permohonan sertifikat laik fungsi sebagaimana
(1) diajukan kepada Gubernur. dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Gubernur
sesuai dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria
yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
(3) Pemerintah daerah menerbitkan sertifikat laik fungsi (3) Pemerintah Daerah menerbitkan sertifikat laik fungsi
setelah melakukan pemeriksaan kelaikan fungsi setelah melakukan pemeriksaan kelaikan fungsi
bangunan rumah susun sesuai dengan ketentuan bangunan rumah susun sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. peraturan perundang-undangan.
Ketentuan (1) Pelaku pembangunan wajib melengkapi lingkungan (1) Pelaku pembangunan wajib melengkapi lingkungan
Standar rumah susun dengan prasarana, sarana, dan utilitas rumah susun dengan prasarana, sarana, dan
Pelayanan umum. utilitas umum.
minimal
Sarana
Prasarana dan (2) Prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagaimana (2) Prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagaimana
Utilitas Umum dimaksud pada ayat (1) harus mempertimbangkan: dimaksud pada ayat (1) harus mempertimbangkan:
diatut oleh a. kemudahan dan keserasian hubungan dalam a. kemudahan dan keserasian hubungan dalam
Peraturan kegiatan sehari-hari; kegiatan sehari-hari;
Pemerintah b. pengamanan jika terjadi hal-hal yang b. pengamanan jika terjadi hal yang membahayakan;
membahayakan; dan dan
Pasal 40
c. struktur, ukuran, dan kekuatan sesuai dengan fungsi c. struktur, ukuran, dan kekuatan sesuai dengan
dan penggunaannya. fungsi dan penggunaannya.
(3) Prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagaimana (3) Prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagaiman
dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi standar dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi standar
pelayanan minimal. pelayanan minimal.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar pelayanan (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar pelayanan
minimal prasarana, sarana, dan utilitas umum diatur minimal prasarana, sarana, dan utilitas umum diatur
dengan Peraturan Menteri. dalam Peraturan Pemerintah.
Perubahan (1) Proses jual beli sarusun sebelum pembangunan rumah (1) Proses jual beli sarusun sebelum pembangunan rumah
IMB menjadi susun selesai dapat dilakukan melalui PPJB yang susun selesai dapat dilakukan melalui PPJB yang
Persetujuan dibuat di hadapan notaris. dibuat di hadapan notaris.
Bangunan
Gedung
Sebagai (2) PPJB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan (2) PPJB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
Syarat setelah memenuhi persyaratan kepastian atas: setelah memenuhi persyaratan kepastian atas:
Kepastian a. status kepemilikan tanah; a. status kepemilikan tanah;
PPJB b. kepemilikan IMB; b. Persetujuan Bangunan Gedung;
c. ketersediaan prasarana, sarana, dan utilitas umum; c. ketersediaan prasarana, sarana, dan utilitas
Pasal 43 d. keterbangunan paling sedikit 20% (dua puluh umum;
persen); dan d. keterbangunan paling sedikit 20% (dua puluh
e. hal yang diperjanjikan. persen); dan
e. hal yang diperjanjikan
Pasal 54 (1) Sarusun umum yang memperoleh kemudahan dari (1) Sarusun umum yang memperoleh kemudahan dari
pemerintah hanya dapat dimiliki atau disewa oleh MBR. pemerintah hanya dapat dimiliki atau disewa oleh MBR.
(2) Setiap orang yang memiliki sarusun umum (2) Setiap orang yang memiliki sarusun umum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat
mengalihkan kepemilikannya kepada pihak lain dalam mengalihkan kepemilikannya kepada pihak lain dalam
hal: hal:
a. pewarisan; a. pewarisan; atau
b. perikatan kepemilikan rumah susun setelah jangka b. perikatan kepemilikan rumah susun setelah
waktu 20 (dua puluh) tahun; atau jangka waktu 20 (dua puluh) tahun.
c. pindah tempat tinggal yang dibuktikan dengan surat c. pindah tempat tinggal yang dibuktikan dengan
keterangan pindah dari yang berwenang. surat keterangan pindah dari yang berwenang.
(3) Pengalihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf (3) Pengalihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
b dan huruf c hanya dapat dilakukan kepada badan huruf b hanya dapat dilakukan oleh badan percepatan
pelaksana. penyelenggaraan perumahan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengalihan (4) Ketentuan Ketentuan lebih lanjut mengenai pengalihan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3) diatur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dan
dalam peraturan pemerintah. kriteria dan tata cara pemberian kemudahan
kepemilikan sarusun umum sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Presiden.
(5) Ketentuan mengenai kriteria dan tata cara pemberian (5) Ketentuan mengenai kriteria dan tata cara pemberian
kemudahan kepemilikan sarusun umum sebagaimana kemudahan kepemilikan sarusun umum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan
Menteri. Menteri.
Pasal 56 (1) Pengelolaan rumah susun meliputi kegiatan (1) Pengelolaan rumah susun meliputi kegiatan
operasional, pemeliharaan, dan perawatan bagian operasional, pemeliharaan, dan perawatan bagian
bersama, benda bersama, dan tanah bersama. bersama, benda bersama, dan tanah bersama.
(2) Pengelolaan rumah susun sebagaimana dimaksud (2) Pengelolaan rumah susun sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus dilaksanakan oleh pengelola yang pada ayat (1) harus dilaksanakan oleh pengelola yang
berbadan hukum, kecuali rumah susun umum sewa, berbadan hukum, kecuali rumah susun umum sewa,
rumah susun khusus, dan rumah susun negara. rumah susun khusus, dan rumah susun negara.
(3) Badan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) (3) Badan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
harus mendaftar dan mendapatkan izin usaha dari harus mendaftar dan mendapatkan perizinan Berusaha
bupati/walikota. dari bupati/wali kota sesuai dengan norma, standar,
prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah
(4) Khusus untuk Provinsi DKI Jakarta, badan hukum Pusat.
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus mendaftar
dan mendapatkan izin usaha dari Gubernur. (4) Khusus untuk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta,
badan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
harus mendaftar dan mendapatkan perizinan Berusaha
dari Gubernur sesuai dengan norma, standar,
prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat.
Pasal 67 (1) Dalam pelaksanaan peningkatan kualitas rumah susun (1) Dalam pelaksanaan peningkatan kualitas rumah susun
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat (1) huruf sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat (1) huruf
a, PPPSRS dapat bekerja sama dengan pelaku a, PPPSRS dapat bekerja sama dengan pelaku
pembangunan rumah susun. pembangunan rumah susun.
(2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan berdasarkan perjanjian tertulis yang dibuat di dilakukan berdasarkan perjanjian tertulis yang dibuat di
hadapan pejabat yang berwenang berdasarkan prinsip hadapan pejabat yang berwenang berdasarkan prinsip
kesetaraan. kesetaraan.
(3) Pelaksanaan peningkatan kualitas rumah susun umum (3) Pelaksanaan peningkatan kualitas rumah susun umum
dan rumah susun khusus dilaksanakan oleh badan dan rumah susun khusus dilaksanakan oleh badan
pelaksana. percepatan penyelenggaraan perumahan.
Pasal 72 (1) Untuk mewujudkan penyediaan rumah susun yang Pasal 72 dihapuskan
layak dan terjangkau bagi MBR, Pemerintah menugasi
atau membentuk badan pelaksana.
Pasal 107 Setiap orang yang menyelenggarakan rumah susun tidak Setiap orang yang menyelenggarakan rumah susun tidak
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
16 ayat (2), Pasal 22 ayat (3), Pasal 25 ayat (1), Pasal 26 16 ayat (2), Pasal 22 ayat (3), Pasal 25 ayat (1), Pasal 26
ayat (1), Pasal 30, Pasal 39 ayat (1), Pasal 40 ayat (1), Pasal ayat (1), Pasal 30, Pasal 39 ayat (1), Pasal 40 ayat (1), Pasal
51 ayat (3), Pasal 52, Pasal 59 ayat (1), Pasal 61 ayat (1), 51 ayat (3), Pasal 52, Pasal 59 ayat (1), Pasal 61 ayat (1),
Pasal 66, Pasal 74 ayat (1) dikenai sanksi administratif. Pasal 66, Pasal 74 ayat (1), Pasal 98, Pasal 100, atau Pasal
101 dikenai sanksi administratif.
Pasal 108 (1) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam (1) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 107 dapat berupa: Pasal 107 dapat berupa:
a. peringatan tertulis; a. peringatan tertulis;
b. pembatasan kegiatan pembangunan dan/atau b. pembatasan kegiatan pembangunan danf atau
kegiatan usaha; kegiatan usaha;
c. penghentian sementara pada pekerjaan c. penghentian sementara pada pekerjaan
pelaksanaan pembangunan; pelaksanaan pembangunan;
d. penghentian sementara atau penghentian tetap d. penghentian sementara atau penghentian tetap
pada pengelolaan rumah susun; pada pengelolaan rumah susun;
e. pengenaan denda administratif; e. pencabutan Persetujuan Bangunan Gedung;
f. pencabutan IMB; f. pencabutan sertifikat laik fungsi;
g. pencabutan sertifikat laik fungsi; g. pencabutan SHM sarusun atau SKBG sarusun;
h. pencabutan SHM sarusun atau SKBG sarusun; h. perintah pembongkaran bangunan rumah susun;
i. perintah pembongkaran bangunan rumah susun; i. denda administratif; dan/atau
atau j. pencabutan Perizinan Berusaha.
j. pencabutan izin usaha.
(2) Pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis, besaran
pada ayat (1) tidak menghilangkan tanggung jawab denda, dan tata cara pengenaan sanksi administratif
pemulihan dan pidana. sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi administratif, (3) Pengenaan sanksi administratif sebagaimana
tata cara, dan besaran denda administratif diatur dalam dimaksud pada ayat (2) tidak menghilangkan
peraturan pemerintah. tanggung jawab pemulihan dan pidana
Pasal 110 Pelaku pembangunan yang membuat PPJB: Pasal 110 dihapuskan.
a. yang tidak sesuai dengan yang dipasarkan; atau
b. sebelum memenuhi persyaratan kepastian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2);
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun atau denda
paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
Pasal 112 Setiap orang yang membangun rumah susun di luar lokasi Pasal 112 dihapuskan
yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 100
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun
atau denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar
rupiah).
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 102 dipidana dengan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 102 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling
banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
Pasal 117 (1) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud dalam (1) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 109 sampai dengan Pasal 116 dilakukan oleh Pasal 109, Pasal 111, Pasal 115 atau Pasal 116
badan hukum, maka selain pidana penjara dan denda dilakukan oleh badan hukum, selain pidana penjara
terhadap pengurusnya, pidana dapat dijatuhkan dan denda terhadap pengurusnya, pidana dapat
terhadap badan hukum berupa pidana denda dengan dijatuhkan terhadap badan hukum berupa pidana
pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana denda terhadap denda dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana
orang. denda terhadap orang.
(2) Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada
(1), badan hukum dapat dijatuhi pidana tambahan ayat (1), badan hukum dapat dijatuhi pidana tambahan
berupa: berupa:
a. pencabutan izin usaha; atau a. pencabutan Perizinan Berusaha; atau
b. pencabutan status badan hukum. b. pencabutan status badan hukum