SEBAYA
DISUSUN OLEH
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan
karunianya saya dapat menyelesaikan makalah tentang “Perkembangan Keperibadian Peserta
Didik Dengan Kecerdasan Ganda,Perkembangan Kreatifitas Perkembangan Dalam
Kelompok Sebaya ”dengan baik meskipun banyak kekurangannya. Dan juga saya
berterimakasih kepada Ibu Lolita A.M.Parera,S.Si.,M.PKim. selaku dosen mata kuliah
Perkembangan Peserta Didik yang telah memberikan tugas ini kepada saya. Saya sangat
berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan
saya mengenai perubahan materi. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah
ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna oleh sebab itu, saya berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan saya mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa
depan.
Penulis
DAFTAR ISI
Judul .................................................................................................................... i
BAB 1. PENDAHULUAN
BAB II . PEMBEHASAN
2.1 Pengertian kecerdasan.......................................................................... 3
4. Factor kematangan
5. Factor kebebasan
Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan
masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga bebas
dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.
6. Factor pengalaman
Pengalaman merupakan ruang belajar yang dapat mendorong pertumbuhan
potensi seseorang. Penelitian menunjukkan bahwa potensi otak tumbuh dan
berkembang sejalan dengan pengalaman hidup yang dilaluinya. Sejak lahir
hingga masa kanak-kanak yang memperoleh pengasuhan yang baik dari
ibunya akan tumbuh lebih cepat dan lebih sukses dibanding anak yang kurang
mendapat perhatian cenderung menimbulkan rasa rendah diri dan frustasi.
Bila hal ini berjalan secara berulang-ulang akan menentukan besaran potensi
kecerdasan yang dimilikinya.
7. Factor lingkungan
Lingkungan atau konteks akan banyak membentuk kepribadian termasuk
potensi kecerdasan seseorang. Lingkungan yang memberikan stimulus dan
tantangan diikuti upaya pemberdayaan serta dukungan akan memperkuat
mental dan kecerdasan.
Di dalam tubuh manusia terdapat sebuah alat yang sangat mempengaruhi tingkat
kecerdasan seseorang yaitu otak. Otak adalah organ yang sangat kompleks. Seluruh
tubuh dan gerak kita selalu ada di bawah kendali otak. Otak bergerak berdasarkan
pikiran. Antara otak dan pikiran sulit dipisahkan. Otak adalah orang nyata yang
kasatmata, sebaliknya pikiran bersifat abstrak dan tidak bisa dilihat. Hasil kerja
pikiran adalah nyata, dan ini merupakan hasil kerja otak juga, yang menandakan
bahwa pikiran dan otak pada saat bekerja selalu bekerja sama
Istilah kecerdasan atau intelegensi bukanlah sesuatu yang baru bagi kita
sebagai pendidik. Namun sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, ilmu
tentang kecerdasanpun berkembang. Banyak ahli dari berbagai bidang disiplin ilmu
melakukan penelitian tentang otak manusia. Setiap individu tidak hanya memiliki satu
kecerdasan tetapi lebih yaitu disebut juga multiple intelligences atau kecerdasan
ganda.
Salah satu karakteristik penting dari individu yang perlu dipahami oleh guru
sebagai pendidik adalah bakat dan kecerdasan individu. Guru yang tidak memahami
kecerdasan anak didik akan memiliki kesulitan dalam memfasilitasi proses
pengembangan potensi individu menjadi yang dicita-citakan. Generalisasi terhadap
kemampuan dan potensi individu memberikan dampak negatif yaitu siswa tidak
memiliki kesempatan untuk mengebangkan secara optimal pternsi yang aa pada
dirinya. Akibat penanganan salah seperti yang dilakukan oleh sistem persekolahan
saat ini kita telah kehilangan bakat-bakat cemerlang. Individu-individu yang cerdas
tidak dapat mengembangkan potensi diri mereka secara optimal.
Ada delapan jenis kecerdasan yang dikemukakan oleh Howard Gardner yaitu :
berbahasa asing
c.) Pandani menghubungkan atau merangkaikan kata – kata atau
kalimat baik lisan ataupun tertulis.
d.) Pandai menafsirkan kata – kata atau paragraph baik secara lisan
maupun tertulis.
g.) Humoris.
Pengarang
Penyair
Wartawan
Pembicara
Pembaca berita
e. Senang silogisme .
Intelegensi Musikal
Kecerdasan musikal dibuktikan dengan adanya rasa sensitif terhadap nada,
melodi, irama musik. Orang-orang yang memilki kecerdasan musikal yang
baik antara lain ; komposer, konduktor, musisi, kritikus musik, pembuat
instrumen dan orang-orang sensitif terhadap unsur suara.
Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam
inteligensi musikal :
a. Pandai mengubah atau mencipta musik.
b. Senang dan padai bernyanyi.
c. Pandai mengoperasikan musik serta menjaga ritme.
d. Mudah menangkap musik.
e. Peka terhadap suara dan musik.
h. Senang bergerak atau tidak bisa diam dalam waktu yang lama.
Intelegensi Intrapersonal
Kecerdasan interpersonal adalah kapasitas yang dimiliki oleh
seseorang untuk dapat memahami dan dapat melakukan interaksi secara
fektif dengan orang lain. Kecerdasan interpersonal akan dapat dilihat dari
beberapa oranng seperti; guru yang sukses, pekerja sosial, aktor, politisi. Saat
ini orang mulai menyadari bahwa kecerdasan interpersonal merupakan salah
satu faktor yang sangat kesuksesan seseorang.
Berikut ini individu yang menunjukkan kemampuan dalam inteligensi intra
personal :
a. Mampu menilai diri sendiri dan bermediasi.
b. Mampu mencanangkan tujuan, menyusun cita – cita dan rencana hidup
yang jelas.
c. Berjiwa bebas.
d. Mudah berkonsentrasi.
e. . Keseimbangan diri.
f. Senang mengekspresikan perasaan – perasaan yang berbeda.
g. Sadar akan realitas spiritual.
Intelegensi Naturalis
Keahlian mengenali dan mengkategorikan spesies-flora dan fauna di
lingkungannya. Para pecinta alam adalah contoh orang tergolong sebagai
orang – orang yang memiliki kecerdasan ini.
Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam
inteligensi naturalis :
a. Senag terhadap flora dan fauna, bertani, berkebun, memelihara
binatang, berinteraksi dengan binatang dan berburu.
b. Pandai melihat perubahan cuaca, meneliti tanaman.
c. Senang kegiatan di alam terbuka.
Gambaran umum dalam pembelajaran saat guru menjelaskan adalah ada anak yang
senang menerima pelajaran dan berbagai macam sifat siswa di dalam tingkat
kecerdasannya. Menurut Thomas Amstrong, kita tidak dapat memberi label mereka
sebagai “pebelajar verbal”, “pebelajar visual” atau “pebelajar kinestesis” atau seterusnya
karena tujuan dari suatu kegiatan pembelajaran adalah untuk memperluas dan
mengembangkan intelegensi/ kecerdasan anak didik. Tugas guru dan pendidik adalah
bagaimana menciptakan suasana belajar yang dapat mengembangkan semua kecerdasan
yang ada pada setiap individu anak didik. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
menciptakan suasana belajar yang mengembangkan semua kecerdasan yaitu sebagai
berikut :
Secara umum kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan berpikir dan bersikap
tentang sesuatu dengan cara yang baru dan tidak biasa guna menghasilkan penyelesaian yang
unik terhadap berbagai persoalan. Menurut pendapat Galdner (Depdikbud, 1999:88),
kreativitas merupakan suatu aktivitas otak yang terorganisasikan, komprehensif, dan
imajinatif tinggi untuk menghasilkan sesuatu yang orisinil. Oleh karena itu, kreativitas lebih
dikatakan sebagai suatu yang lebih inovatif daripada reproduktif. Desmita dalam bukunya
Psikologi Perkembangan (2008:176) memaparkan tentang perhatian para psikolog dan
kalangan dunia pendidikan terhadap kreativitas sebagai salah satu aspek dari fungsi kognitif
yang berperan dalam prestasi anak di sekolah, yang bermula dari pidato Guilford tahun 1950.
Guilford dalam pidatonya menegaskan bahwa kreativitas perlu dikembangkan melalui jalur
pendidikan guna mengembangkan potensi peserta didik secara utuh dan bagi kemajuan ilmu
pengetahuan dan seni.
Perlu perhatian dari orang lain. Individu perlu perhatian dari orang lain
terutama yang merasa senasib dengan dirinya. Hal ini dapat ditemukan
dalam kelompok sebayanya, di mana individu merasa sama satu dengan
yang lainnya, mereka tidak merasakan adanya perbedaan status, seperti
jika mereka bergabung dengan dunia orang dewasa.
1. Tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas. Peer group terbentuk secara
spontan. Di antara anggota kelompok mempunyai kedudukan yang sama, tetapi
ada satu di antara anggota kelompok yang dianggap sebagai pemimpin. Di mana
semua anggota beranggapan bahwa dia memang pantas dijadikan sebagai
pemimpin, biasanya anak yang disegani dalam kelompok itu. Semua anggota
merasa sama kedudukan dan fungsinya.
2. Bersifat sementara. Karena tidak ada struktur organisasi yang jelas, maka
kelompok ini kemungkinan tidak bisa bertahan lama, lebih-lebih jika yang menjadi
keinginan masing-masing anggota kelompok tidak tercapai, atau karena keadaan
yang memisahkan mereka seperti pada teman sebaya di sekolah. Yang terpenting
dalam peer group adalah mutu hubungan yang bersifat sementara.
3. Peer group mengajarkan individu tentang kebudayaan yang luas. Misalnya teman
sebaya di sekolah, mereka pada umumnya terdiri dari individu yang berbeda-beda
lingkungannya, di mana mempunyai aturan-aturan atau kebiasaan-kebiasaan yang
berbeda-beda pula. Lalu mereka memasukkannya dalam peer group, sehingga
mereka saling belajar secara tidak langsung tentang kebiasan-kebiasaan itu dan
dipilih yang sesuai dengan kelompok kemudian dijadikan kebiasaan-kebiasaan
kelompok.
4. Anggotanya adalah individu yang sebaya. Contoh konkritnya pada anak-anak usia
SMP atau SMA, di mana mereka mempunyai keinginan dan tujuan serta
kebutuhan yang sama.
Pengaruh lain dalam peer group ini ada yang positif dan ada yang negatif.
1. Apabila individu di dalam kehidupannya memiliki peer group maka mereka akan
lebih siap menghadapi kehidupan yang akan datang.
2. Individu dapat mengembangkan rasa solidaritas antar kawan.
3. Bila individu masuk dalam peer group, maka setiap anggota akan dapat membentuk
masyarakat yang akan direncanakan sesuai dengan kebudayaan yang mereka anggap
baik (menyeleksi kebudayaan dari beberapa temannya).
4. Setiap anggota dapat berlatih memperoleh pengetahuan, kecakapan dan melatih
bakatnya.
5. Mendorong individu untuk bersikap mandiri.
6. Menyalurkan perasaan dan pendapat demi kemajuan kelompok.
Pembentukan kelompok
Interaksi teman sebaya dari kebanyakan anak usia sekolah ini terjadi dalam grup
atau kelompok, sehingga periode ini sering disebut “usia kelompok”. Pada masa itu,
anak tidak lagi puas bermain sendirian di rumah, atau melakukan kegiatan-kegiatan
dengan anggota keluarga. Hal ini adalah karena anak memiliki keinginan yang kuat
untuk diterima sebagai anggota kelompok, serta merasa tidak puas bila tidak bersama
teman-temanya.
Dalam menentukan sebuah kelompok teman, anak usia sekolah dasar lebih
menekankan pentingnya aktivitas bersama-sama, seperti berbicara, berkeluyuran,
berjalan ke sekolah, berbicara melalui telepon, mendengarkan musik, bermain game,
dan melucu. Tinggal di lingkungan yang sama , bersekolah di sekolah yang sama,
dan berpartisipasi dalam organisasi masyarakat yang sama, merupakan dasar bagi
kemungkinan terbentuknya kelompok teman sebaya.
Krasnor dalam Desmita (2009:225) mencatat bahwa:
Adanya perubahan sifat dari kelompok teman sebaya pada anak usia sekolah. Ketika
anak berusia 6 hingga 7 tahun, kelompok teman sebaya tidak lebih dari pada
kelompok bermain; mereka memiliki sedikit peraturan dan tidak terstruktur untuk
menjelaskan peran dan kemudahan berinteraksi di antara anggota-anggotanya.
Kelompok terbentuk secara spontan. Ketika anak berusia 9 tahun, kelompok-
kelompok menjadi lebih formal. Sekarang anak-anak berkumpul menurut minat yang
sama dan merencanakan perlombaan-perlombaan. Mereka membentuk klub atau
perkumpulan dengan aturan-aturan tertentu. Kelompok-kelompok ini mempunyai
keanggotaan inti; masing-masing anggota harus berpartisipasi dalam aktivitas
kelompok, dan yang bukan anggota dikeluarkan.
PENUTUP
3.1 . Kesimpulan
belajar tidak saja mengangkat hal-hal yang bersifat kognitif saja dan mencakup
kemampuan satu aspek kecerdasan, tetapi menghidupkan secara utuh dan alamiah
seluruh kecerdasan melalui pendekatan yang sesuai. Mendidik dan melatih
merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan orang tua atau fasilitator dalam
merangsang seluruh kecerdasan dan memperbaiki aspek-aspek yang masih lemah.
Oleh karena itu, kemampuan mendidik sangat erat kaitannya dengan kemampuan
mengidentifikasi dan melihat potensi kecerdasan pebelajar serta memahami
bagaimana hal itu dikumpulkan dalam suatu rangkaian belajar yang menarik.
Pengalaman-pengalaman menyenangkan ketika belajar akan menjadi aktivator
bagi perkembangan kecerdasan pada tahap perkembangan berikutnya. Sedangkan
pengalaman yang menakutkan, memalukan, menyebabkan marah, dan pengalaman
emosi negatif lainnya akan menghambat perkembangan kecerdasan pada tahap
perkembangan berikutnya.
Perkembangan kecerdasan dapat dilakukan dengan teknik konseling tutor sebaya.
Dengan cara, guru menyeleksi siswa yang memiliki keunggulan dalam bidang
tertentu. Anak yang memiliki keunggulan di bidang matematika misalnya, diminta
membimbing teman-temannya yang kurang matematika. Pembimbing di dalam
kelompok dapat bergantian tergantung pada kecerdasan apa yang akan
dikembangkan.
3.2 Saran
Dari makalah yang penulis sampaikan adapun saran penulis adalah setelah membaca
makalah ini diharapkan agar setiap orang mau belajar untuk mengasah kecerdasan yang
dimilikinya sehingga jika setiap orang mampu menggunakan inteligensi / kecerdasannya
yang paling kuat maka mereka akan menemukan bahwa belajar itu mudah dan
menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Asri.Budiningsih.2005.Belajardan Pembelajaran.Jakarta
http://www.suparlan.com/pages/posts/kecerdasan-ganda-multiple-intelligences
penerapannya-dalam-proses-pembelajaran-dan-pengajaran95.php.