Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

PERKEMBANGAN KEPERIBADIAN PESERTA DIDIK DENGAN


KECERDASAN GANDA , PERKEMBANGAN

KREATIFITAS , PERKEMBANGAN DALAM KELOMPOK

SEBAYA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik


Dosen Pengampuh : Ibu Lolita A.M.Parera, S.Pd.,M.PKim

DISUSUN OLEH

Nama :FERDIANA MARIA DIU


Kelas : C
Semester : 3 ( lll)
Nim : 2001060067

PROGRAM STUDI PENDIDKAN KIMIA


UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan
karunianya saya dapat menyelesaikan makalah tentang “Perkembangan Keperibadian Peserta
Didik Dengan Kecerdasan Ganda,Perkembangan Kreatifitas Perkembangan Dalam
Kelompok Sebaya ”dengan baik meskipun banyak kekurangannya. Dan juga saya
berterimakasih kepada Ibu Lolita A.M.Parera,S.Si.,M.PKim. selaku dosen mata kuliah
Perkembangan Peserta Didik yang telah memberikan tugas ini kepada saya. Saya sangat
berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan
saya mengenai perubahan materi. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah
ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna oleh sebab itu, saya berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan saya mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa
depan.

Kupang , 16 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Judul .................................................................................................................... i

Kata Pengantar .................................................................................................. ii

Daftar Isi........................................................................................................... iii

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 2
1.3 Tujuan penulisan ........................................................................... 2

BAB II . PEMBEHASAN
2.1 Pengertian kecerdasan.......................................................................... 3

2.2 Faktor yang mempengaruhi kecerdasan ................................................ 4

2.3 Alat kecerdasan ...................................................................................... 6

2.4 Kecerdasan ganda .................................................................................. 6

2.5 Implikasi perkembangan kreatifitas ........................................................ 15

2.6 Kecerdasan ganda dalam hubungan teman sebaya .................................. 16

BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 28


3.2 saran ....................................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 . Latar Belakang


Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses pengembangan potensi individu.
Melalui pendidikan, potensi yang dimiliki oleh individu akan diubah menjadi
kompetensi. Kompetensi mencerminkan kemampuan dan kecakapan individu dalam
melakukan suatu tugas atau pekerjaan. Tugas pendidik atau guru dalam hal ini adalah
memfasilitasi anak didik sebagai individu untuk dapat mengembangkan potensi yang
dimiliki menjadi kompetensi sesuai dengan cita-citanya. Program pendidikan dan
pembelajaran seperti yang berlangsung saat ini oleh karenanya harus lebih diarahkan atau
lebih berorientasi kepada individu peserta didik.
Kenyataan menunjukkan bahwa program pendidikan yang berlangsung saat ini lebih
banyak dilaksanakan dengan cara membuat generalisasi terhadap potensi dan
kemampuan siswa. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman pendidik tentang
karakteristik individu. Muncul keluhan dari pendidik atau guru bahwa mereka merasa
bahwa menjelakan sejelas jelasnya tetapi ada saja anak didik yang tidak dapat memhami
pelajaran dengan baik. Setiap kali orang belajar pasti melibatkan pikirannya dan didalam
pikiran tersebut ada kecerdasan. Salah satu temuan yang sangat bermanfaat adalah bahwa
setiap individu memiliki tidak hanya memiliki satu kecerdasan tetapi lebih yaitu disebut
juga multiple intelligences atau kecerdasan ganda. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
membahasnya di dalam makalah ini yaitu tentang “kecerdasan ganda (multiple
intelligences)”.
1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :


1. Apakah yang disebut dengan kecerdasan ganda ?
2. Apa saja jenis-jenis kecerdasan ganda ?
3. Bagaimana cara yang dilakukan pendidik dalam meningkatkan kecerdasan ganda ?
4. Bagaimana implikasi perkembangan kreatifitas dalam kecerdasan ganda ?
5. Bagaimana kecerdasan ganda dalam hubungan dengan teman sebaya ?

1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :


1. Untuk mengetahui pengertian kecerdasan ganda.
2. Untuk mengetahui jenis – jenis kecerdasan ganda.
3. Untuk mengetahui cara – cara yang dilakukan oleh pendidik dan guru dalam
meningkatkan kecerdasan ganda.
4. Untuk mengetahui implikasi perkembangan kreatifitas yang dimiliki seorang anak.
5. Untuk mengetahui hubungan kecerdasan ganda dalam teman sebaya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kecerdasan

Menurut William Stern, kecerdasan adalah kapasitass umum dari kesadaran


individu untuk menyesuaikan pikirannya terhadap persyaratan atau tuntutan baru.
Sedangkan,Charless Spearman menyebutkan bahwa kecerdasan merupakan dua
kemampuan, yaitu kemampuan yang memegang tugas-tugas Intelektual dan sejumlah
kemampuan khusus (memecahkan persoalan). Bailer dan charles mengungkapkan
bahwa kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan dan
memecahkan persoalan-persoalan baru. Menurut Woudworh, kecerdasan itu sebagai
suatu tindakan yang bijaksana dalam menghadapi setiap situasi secara tepat dan
berhasil.
Menurut Gardner, intelegensi bukan hanya sekedar nilai-nilai IQ semata, melainkan
merupakan kepingan-kepingan kemampuan yang berlokasi pada bagian-bagian yang
berbeda dari otak. Kemampuan-Kemampuan ini saling berhubungan, namun strategi
mengembangkan potensi kecerdasan anak bekerja secara mandiri. Intelegensi itu tidak
statis atau menetap sejak lahir. Jean Piaget melakukan penelitian pada perkembangan
intelektual anak sejak lahir hingga dewasa. Dan ia membagi perkembnagan itu
menjadi empat tahap, yaitu tahap sensori motorik, praoperasional formal. Dalam
perkembnagan sensori-motorik, anak dapat menghubungkan anatara indra dan
aktifitas, motoriknya melalui percobaan, dan anak mulai membedakan diri dari
realitas diluar dirinya. Dalam perkembnagan praopreasional, anak mulai
menggunakan bahasa dan dapat mengubah objek-objek kedalam bentuk simbol, baik
dalam pikiran maupun kata, namun masih bersifat egosentris. Perkembnagan
operasional konkret yaitu anak mulai mampu berpikir logis dan memahami konsep
konservasi.
2.2. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Ganda
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi kecerdasan, yaitu:
1. Factor biologis
Dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas
kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara
lain ditentukan oleh faktor bawaan.
Meskipun banyak argumentasi para ahli tentang besaran pengaruh genetika
atau faktor keturunan dalam perkembangan kecerdasan seseorang, tetapi
semua sepakat bahwa genetika sedikit banyak berpengaruh. Hasil riset
dibidang neuroscience menunjukkan bahwa faktor genetika berpengaruh
terhadap respon kognitif seperti kewaspadaan, memori, dan sensori. Artinya
seseorang akan berpikir dan bertindak dengan menggunakan ketiga aspek itu
secara simultan.

2. Faktor Minat dan Pembawaan yang Khas


Dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan
dorongan bagi perbuatan itu.

3. Factor pembentukan atau lingkungan


Dimana pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang
mempengaruhi perkembangan inteligensi.

4. Factor kematangan

Dimana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan


perkembangan.

5. Factor kebebasan
Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan
masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga bebas
dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.

6. Factor pengalaman
Pengalaman merupakan ruang belajar yang dapat mendorong pertumbuhan
potensi seseorang. Penelitian menunjukkan bahwa potensi otak tumbuh dan
berkembang sejalan dengan pengalaman hidup yang dilaluinya. Sejak lahir
hingga masa kanak-kanak yang memperoleh pengasuhan yang baik dari
ibunya akan tumbuh lebih cepat dan lebih sukses dibanding anak yang kurang
mendapat perhatian cenderung menimbulkan rasa rendah diri dan frustasi.
Bila hal ini berjalan secara berulang-ulang akan menentukan besaran potensi
kecerdasan yang dimilikinya.

7. Factor lingkungan
Lingkungan atau konteks akan banyak membentuk kepribadian termasuk
potensi kecerdasan seseorang. Lingkungan yang memberikan stimulus dan
tantangan diikuti upaya pemberdayaan serta dukungan akan memperkuat
mental dan kecerdasan.

8. Factor kemauan dan keputusan


Kemauan yang kuat dalam diri seseorang membantu meningkatkan daya
nalar dan kemampuan memecahkan masalah. Kemauan dan keputusan sering
dijelaskan dalam teori motivasi. Dorongan positif akan timbul dalam diri
seseorang sejalan dengan lingkungan yang kondusif, sebaliknya jika
lingkungan kurang menantang sulit untuk membangun kesadaran untuk
berkreasi. Otak yang paling cerdas sekalipun akan sulit mengembangkan
potensi intelektualnya.

9. Aktifitas belajar dan kegiatan harian


Aktivitas dan kebiasaan manusia merupakan pengalaman yang sangat
berharga dan bermakna bagi kesuksesan seseorang. Menggali kebiasaan hidup
sehari-hari sangat membantu dalam memetakan pengalaman belajar yang
dipadukan dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam
masyarakat. Implikasi dari model belajar terpadu melalui aktivitas dan
pengalaman nyata pada intinya menyerukan perubahan fundamental dalam
praktek bersekolah-di-rumah yang bersifat padagogis dengan rangkaian
pengembangan kemampuan majemuk melalui kebiasaaan dan pengalaman
yang berlangsung sepanjang hayat. Dalam konteks pembelajaran di rumah,
aktivitas merupakan pengalaman itu sendiri yang dibangun berdasarkan nilai-
nilai, kebiasaan, tindakan, kerjasama dan keputusan yang dirangkaikan
melalui pola hubungan positif dengan keluarga dan lingkungan di sekitarnya.
Pelatihan bukan upaya menerampilan suatu kemampuan tertentu kepada
sebagian kelompok masyarakat, tetapi membangun kemampuan belajar
berinteraksi dan merencanakan perubahan kedepan.

2.3. Alat Kecerdasan

Di dalam tubuh manusia terdapat sebuah alat yang sangat mempengaruhi tingkat
kecerdasan seseorang yaitu otak. Otak adalah organ yang sangat kompleks. Seluruh
tubuh dan gerak kita selalu ada di bawah kendali otak. Otak bergerak berdasarkan
pikiran. Antara otak dan pikiran sulit dipisahkan. Otak adalah orang nyata yang
kasatmata, sebaliknya pikiran bersifat abstrak dan tidak bisa dilihat. Hasil kerja
pikiran adalah nyata, dan ini merupakan hasil kerja otak juga, yang menandakan
bahwa pikiran dan otak pada saat bekerja selalu bekerja sama

2.4. Kecerdasan Ganda

1. Pengertian Kecerdasan Ganda

Istilah kecerdasan atau intelegensi bukanlah sesuatu yang baru bagi kita
sebagai pendidik. Namun sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, ilmu
tentang kecerdasanpun berkembang. Banyak ahli dari berbagai bidang disiplin ilmu
melakukan penelitian tentang otak manusia. Setiap individu tidak hanya memiliki satu
kecerdasan tetapi lebih yaitu disebut juga multiple intelligences atau kecerdasan
ganda.

Teori Kecerdasan Ganda (Multiple Inteligence) yang dikemukakan oleh Howard


Gardner – seorang professor psikologi dari Harvard University – akan dijadikan acuan
untuk lebih memahami bakat dan kecerdasan individu.Jerold E. Kemp dan kawan-
kawan mengemukakan (1996) beberapa karakteristik individu siswa yang perlu
dipahami antara lain :
 Age and maturity level
 Motivation and attitude toward subject
 Expectation and vocational level
 Special Talent
 Mechanical Dexterity
 Ability to work under various enviro condition.

Salah satu karakteristik penting dari individu yang perlu dipahami oleh guru
sebagai pendidik adalah bakat dan kecerdasan individu. Guru yang tidak memahami
kecerdasan anak didik akan memiliki kesulitan dalam memfasilitasi proses
pengembangan potensi individu menjadi yang dicita-citakan. Generalisasi terhadap
kemampuan dan potensi individu memberikan dampak negatif yaitu siswa tidak
memiliki kesempatan untuk mengebangkan secara optimal pternsi yang aa pada
dirinya. Akibat penanganan salah seperti yang dilakukan oleh sistem persekolahan
saat ini kita telah kehilangan bakat-bakat cemerlang. Individu-individu yang cerdas
tidak dapat mengembangkan potensi diri mereka secara optimal.

2. Jenis – jenis Kecerdasan

Ada delapan jenis kecerdasan yang dikemukakan oleh Howard Gardner yaitu :

 Intelegensi Bahasa (Linguistik)


Kecerdasan bahasa berisi kemampuan untuk berfikir dengan kata-kata dan
menggunakan bahasa untuk mengekspresikan arti yang kompleks.
Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam
intelegensi bahasa

a). Senang membaca buku, bercerita atau mendongeng.

b.)Senang berkomunikasi, berbicara,berdialog, berdiskusi dan senang

berbahasa asing
c.) Pandani menghubungkan atau merangkaikan kata – kata atau
kalimat baik lisan ataupun tertulis.

d.) Pandai menafsirkan kata – kata atau paragraph baik secara lisan
maupun tertulis.

e.) Senang mendengarkan musik dan sebagainya dengan baik.

f). Pandai mengingat dan menghafal.

g.) Humoris.

Contohnya orang orang memiliki kecerdasan berbahsa yaitu :

 Pengarang
 Penyair
 Wartawan
 Pembicara
 Pembaca berita

 Intelegensi Logis – matematis


Kecerdasan logis matematis memungkinkan seseorang terampil dalam
melakukan hitungan, penghitungan atau kuantifikasi, mengemukakan
proposisi dan hipotesis dan melakukan operasi
matematis yang kompleks.
Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam
inteligensi logis
matematis :

a Senang bereksperimen, bertanya, menyusun atau merangkai teka – teki.

b. Senang dan pandai berhitung dan bermain angka.

c. Senang mengorganisasikan sesuatu, menyusun scenario.

d. Mampu berfikir logis baik induktif maupun deduktif.

e. Senang silogisme .

f. Senang berfikir abstraksi dan simbolis.


contoh – contoh orang yang memiliki kecerdasan matematis logis adalah
ilmuwan, matematikawan, akuntan, insinyur, dan pemprogram computer

 Intelegensi Visual Spasial


Orang yang memiliki kecerdasan spasial adalah orang yang memiliki
kapasitas dalam berfikir secara tiga dimensi. Contoh – contoh orang yang
memiliki kecerdasan spasial adalah pelaut, pilot, pematung, pelukis daan
arsitek. Kecerdasan spasial memungkinkan individu dapat mempersepsikan
gambar-gambar baik internal maupun eksternal dan mengartikan atau
mengkomunikasikan informasi grafis.
Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam
inteligensi visual spasiall :
a. Senang merancang sketsa, gambar, desain grafik dan table.
b. Peka terhadap citra, warna dan sebagainya.
c. Pandai menvisualisasikan ide.
d. Imaginasinya aktif.
e. Mudah menemukan jalan pada ruang.
f. Mempunyai presepsi yang tepat dari berbagai sudut.
g. Mengenal relasi benda – benda dalam ruang.

 Intelegensi Musikal
Kecerdasan musikal dibuktikan dengan adanya rasa sensitif terhadap nada,
melodi, irama musik. Orang-orang yang memilki kecerdasan musikal yang
baik antara lain ; komposer, konduktor, musisi, kritikus musik, pembuat
instrumen dan orang-orang sensitif terhadap unsur suara.
Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam
inteligensi musikal :
a. Pandai mengubah atau mencipta musik.
b. Senang dan padai bernyanyi.
c. Pandai mengoperasikan musik serta menjaga ritme.
d. Mudah menangkap musik.
e. Peka terhadap suara dan musik.

 Intelegensi Kinestetik Tubuh


Kecerdasan kinestetik tubuh adalahkecerdasan yang memungkinkan
seorang memanipulasi objek dan cakap melakukan aktivitas fisik. Contoh-
contoh orang yang memiliki kecerdasan kinestetik yaitu atlet, penari, ahli
bedah, dan pengrajin.
Berikut ini individu yang menunjukkan kemampuan dalam inteligensi
kinestetik tubuh. :
a. Senang menari atau akting.
b. Pandai dan aktif dalam olahraga tertentu.
c. Mudah berekspresi dengan tubuh.
d. Mampu memainkan mimic.
e. Koordinasi dan fleksibilitas tubuh tinggi.
f. Senang dan efektif berfikir sambil berjalan, berlari dan berolahraga.
g. Pandai merakit sesuatu menjadi suatu produk.

h. Senang bergerak atau tidak bisa diam dalam waktu yang lama.

i. Senang kegiatan di luar rumah

 Intelegensi Intrapersonal
Kecerdasan interpersonal adalah kapasitas yang dimiliki oleh
seseorang untuk dapat memahami dan dapat melakukan interaksi secara
fektif dengan orang lain. Kecerdasan interpersonal akan dapat dilihat dari
beberapa oranng seperti; guru yang sukses, pekerja sosial, aktor, politisi. Saat
ini orang mulai menyadari bahwa kecerdasan interpersonal merupakan salah
satu faktor yang sangat kesuksesan seseorang.
Berikut ini individu yang menunjukkan kemampuan dalam inteligensi intra
personal :
a. Mampu menilai diri sendiri dan bermediasi.
b. Mampu mencanangkan tujuan, menyusun cita – cita dan rencana hidup
yang jelas.
c. Berjiwa bebas.
d. Mudah berkonsentrasi.
e. . Keseimbangan diri.
f. Senang mengekspresikan perasaan – perasaan yang berbeda.
g. Sadar akan realitas spiritual.

 Intelegensi Interpersonal (Sosial)


Kecerdasan intrapersonal diperlihatkan dalam bentuk kemampuan
dalam membangun persepsi yang akurat tentang diri sendiri dan
menggunakan kemampuan tersebut dalam membuat rencana dan
mengarahkan orang lain.
Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam
inteligensi intrapersonal
a. Mampu berorganisasi, menjadi pemimpin dalam organisasi.
b. Mampu bersosialisasi, menjadi mediator, bermain dalam kelompok
bekerja sama dalam tim.
c. Senang permainan berkelompok dari pada individual.
d. Biasanya menjadi tempat mengadu orang lain.
e. Senang berkomunikas verbal dan nonverbal.
f. Peka terhadap teman.
g. Suka memberi feedback.
h. Mudah mengenal dan membedakan perasaan dan pribadi orang

 Intelegensi Naturalis
Keahlian mengenali dan mengkategorikan spesies-flora dan fauna di
lingkungannya. Para pecinta alam adalah contoh orang tergolong sebagai
orang – orang yang memiliki kecerdasan ini.
Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam
inteligensi naturalis :
a. Senag terhadap flora dan fauna, bertani, berkebun, memelihara
binatang, berinteraksi dengan binatang dan berburu.
b. Pandai melihat perubahan cuaca, meneliti tanaman.
c. Senang kegiatan di alam terbuka.

3. .Cara Meningkatkan Kecerdasan Ganda

Gambaran umum dalam pembelajaran saat guru menjelaskan adalah ada anak yang
senang menerima pelajaran dan berbagai macam sifat siswa di dalam tingkat
kecerdasannya. Menurut Thomas Amstrong, kita tidak dapat memberi label mereka
sebagai “pebelajar verbal”, “pebelajar visual” atau “pebelajar kinestesis” atau seterusnya
karena tujuan dari suatu kegiatan pembelajaran adalah untuk memperluas dan
mengembangkan intelegensi/ kecerdasan anak didik. Tugas guru dan pendidik adalah
bagaimana menciptakan suasana belajar yang dapat mengembangkan semua kecerdasan
yang ada pada setiap individu anak didik. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
menciptakan suasana belajar yang mengembangkan semua kecerdasan yaitu sebagai
berikut :

a. Mengaktifkan seluruh indra anak didik


b. Melatih intelegensi / kecerdasan yang berimbang
c. Melatih silang intelegensi / kecerdasan yang bebeda.

4. Faktor – Faktor Penting dalam Meningkatkan Kecerdasan Ganda

implementasi teori kecerdasan ganda dalam aktivitas pembelajaran memerlukan


dukungan komponen-komponen sistem persekolahan sebagai berikut :

a. Orang tua murid


b. Guru
c. Kurikulum dan fasilitas
d. Sistem penilaian
Komponen masyarakat, dalam hal ini orang tua murid perlu memberikan
dukungan yang optimal agar implementasi teori kecerdasan ganda di sekolah
dapat berhasil. Orang tua, dalam konteks pengembangan kecerdasan ganda perlu
memeberikan sedikit kebebasan pada anak mereka untuk dapat memilih
kompetensi yang ingin dikembangkan sesuai dengan kecerdasan dan bakat yang
mereka miliki.
Guru memegang peran yang sangat penting dalam implementasi teori
kecerdasan ganda. Agar implementasi teori kecerdasan ganda dapat mencapai
hasil seperti yang diinginkan ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu :
 Kemampuan guru dalam mengenali kecerdasan individu siswa
Kemampuan guru dalam mengenali kecerdasan ganda yang
dimiliki oleh siswa merupakan hal yang sangat penting. Faktor ini
akan sangat menentukan dalam merencanakan proses belajar yang
harus ditempuh oleh siswa. Ada banyak cara yang dapat dilakukan
oleh guru untuk mengenali kecerdasan spesifik yang dimiliki oleh
siswa. Semakin dekat hubungan antara guru dengan siswa, maka
akan semakin mudah bagi para guru untuk mengenali karakteristik
dan tingkat kecerdasan siswa.

 Kemampuan mengajar dan memanfaatkan waktu mengajar secara


proporsional.
Setelah mengetahui kecerdasan setiap individu siswa, maka
langkah – langkah berikutnya adalah merancang kegiatan
pembelajaran. Armstrong (2004) mengemukakan proporsi waktu
yang dapat digunakan oleh guru dalam mengimplementasikan teori
kecerdasan ganda yaitu :
30 % pembelajaran langsungØ
30 % belajar kooperatifØ
30% belajar independent

Implementasi teori kecerdasan ganda membawa implikasi bahwa guru bukan


lagi berperan sebagai sumber (resources), tapi harus lebih berperan sebagai
manajer kegiatan pembelajaran. Dalam menerapkan teori kecerdasan ganda,
sistem sekolah perlu menyediakan guru-guru yang kompeten dan mampu
membawa anak mengembangkan potensi-potensi kecerdasan yang mereka
miliki. Guru musik misalnya, selain mampu memainkan instrumen musik, ia
juga harus mampu mengajarkannya sehimgga dapat menjadi panutan yang
baik bagi siswa yang memiliki kecerdasan musikal. Sekolah yang menerapkan
teori kecerdasan ganda juga perlu menyediakan fasilitas pendukung selain
guru yang berkualitas. Fasilitas tersebut dapat digunakan oleh guru dan siswa
dalam meningkatkan kecerdasan-kecerdasan yang spesifik.
Fasilitas dapat berbentuk media pembelajaran dan peralatan serta
perlengkapan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kecerdasan ganda. Contoh fasilitas pembelajaran yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kecerdasan ganda antara lain : peralatan musik, peralatan olah
raga dan media pembelajaran yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan
spesifik.
Sistem penilaian yang diperlukan oleh sekolah yang menerapkan teori
kecerdasan ganda berbeda dengan sistem penilaian yang digunkan pada
sekolah konvensional. Sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda pada
dasarnya berasumsi bahwa semua individu itu cerdas. Penilaian yang
digunakan tidak berorientasi pada input dari proses pembelajaran tapi lebih
berorientasi pada proses dan kemajuan (progress) yang diperlihatkan oleh
siswa dalam mempelajari suatu keterampilan yang spesifik. Metode penilaian
yang cocok dengan sistem seperti ini adalah metode penilaian portofolio.
Sistem penilaian portofolio menekankan pada perkembangan bertahap yang
harus dilalui oleh siswa dalam mempelajari sebuah keterampilan atau
pengetahuan.

5. Kecerdasan Ganda dalam pembelajaran


Teori kecerdasan majemuk ini menjelaskan fungsi kognitif yang menyatakan bahwa
seseorang memiliki kapasitas dalam kesepuluh kecerdasan tersebut dan berjalan
secara bersamaan dengan cara yang berbeda pada setiap orang. Orang pada umumnya
mengembangkan setiap kecerdasan sampai pada tingkat penguasaan tertentu.
Kecerdasan umumnya bekerja bersamaan dengan cara yang kompleks, karena
kecerdasan selalu berinteraksi satu sama lain. Kecerdasan majemuk menekankan
keanekaragaman cara orang menunjukkan bakat baik dalam satu kecerdasan tertentu
maupun antarkecerdasan.
Setiap individu memiliki kesepuluh kecerdasan dan dapat dikembangkan sampai
pada tingkat kompetensi yang paling optimal. Di sisi lain, masing-masing anak
memiliki kecenderungan terhadap kecerdasan tertentu atau kelebihan yang
ditunjukkan melalui perilaku spesifik. Dalam pembelajaran harus dihindari
pembatasan kemampuan hanya dalam satu kategori atau wilayah kecerdasan tertentu
saja. Tetapi lebih penting bagaimana anak di perlakukan sebagai orang yang sedang
melakukan perjalanan hidupnya dengan cara yang memungkinkan mengoptimalkan
apa yang ada dalam dirinya.
Dalam proses pembelajaran di sekolah, pengembangan kecerdasan dapat dilakukan
dengan teknik “tutor sebaya”, dengan cara guru menyeleksi anak yang memiliki
keunggulan dalam bidang tertentu. Anak yang memiliki keunggulan di bidang
matematika misalnya, diminta untuk membimbing teman-temannya yang kurang
dalam bidang matematika. Demikian juga untuk bidang kecerdasan yang lain.
Menilai potensi dan cara anak dalam mencapai tujuan tertentu merupakan langkah
awal dalam mengenal kecerdasan ganda. Tidak sada satu tes pun yang dapat
menghasilkan keputusan yang komprehensif mengenai kecerdasan dan potensi
pembelajar. Tidak selamanya tes formal mampu memberikan informasi yang cukup
mengenai kecerdasan seseorang, namun perlu dilengkapi dengan berbagai alat uji lain
seperti catatan sederhana, laporan pertumbuhan fisik, dan observasi. Indikator
pengamatan yang baik dapat menunjukkan kecenderungan terhadap aspek kecerdasan
seseorang, terutama cara menggunakan waktu luang, minat terhadap suatu objek,
kebiasaan dan tindakan yang menonjol. Secara sederhana observasi membantu dalam
menggali kecenderungan kemampuan seseorang dan menentukan wilayah lain yang
perlu dioptimalkan. Menyatukan seluruh kecerdasan yang dimiliki menjadi prinsip
yang dipegang oleh pendidik dan orang tua.
2.5 Implikasi Perkembangan Kreatifitas

Secara umum kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan berpikir dan bersikap
tentang sesuatu dengan cara yang baru dan tidak biasa guna menghasilkan penyelesaian yang
unik terhadap berbagai persoalan. Menurut pendapat Galdner (Depdikbud, 1999:88),
kreativitas merupakan suatu aktivitas otak yang terorganisasikan, komprehensif, dan
imajinatif tinggi untuk menghasilkan sesuatu yang orisinil. Oleh karena itu, kreativitas lebih
dikatakan sebagai suatu yang lebih inovatif daripada reproduktif. Desmita dalam bukunya
Psikologi Perkembangan (2008:176) memaparkan tentang perhatian para psikolog dan
kalangan dunia pendidikan terhadap kreativitas sebagai salah satu aspek dari fungsi kognitif
yang berperan dalam prestasi anak di sekolah, yang bermula dari pidato Guilford tahun 1950.
Guilford dalam pidatonya menegaskan bahwa kreativitas perlu dikembangkan melalui jalur
pendidikan guna mengembangkan potensi peserta didik secara utuh dan bagi kemajuan ilmu
pengetahuan dan seni.

Menyadari posisi strategis kreativitas dalam kehidupan peserta didik, perlu


dikemukakan berbagai upaya yang dapat mendukung pengembangan kreativitas terhadap
pendidikan. Namun dalam kenyataannya, kreativitas bukanlah sesuatu yang diajarkan kepada
peserta didik, melainkan hanya memungkinkan untuk dapat dimunculkan. Oleh sebab itu,
Treffinger (Depdikbud, 1999:105) mengemukakan sejumlah pengalaman belajar yang dapat
dikembangkan oleh pendidik agar mampu mendorong kreativitas peserta didik, khususnya
dalam proses pembelajaran. Hal tersebut antara lain guru diharapkan dapat menyajikan materi
pembelajaran, menyiapkan berbagai media, menggunakan pendekatan pembelajaran yang
memungkinkan posisi peserta didik sebagai subjek daripada objek pembelajaran, serta
mengadakan evaluasi yang tepat sehingga mampu mendukung pengembangan kreativitas
peserta didik.
2.6 Kecerdasan Ganda dalm Hubungan dengan Teman Sebaya

A. latar belakang dari hubungan dengan teman sebaya:

 Adanya perkembangan proses sosialisasi. Pada usia remaja (usia anak


SMP dan SMA), individu mengalami proses sosialisasi, di mana mereka
itu sedang belajar memperoleh kemantapan sosial dalam mempersiapkan
diri untuk menjadi orang dewasa yang baru. Sehingga individu mencari
kelompok yang sesuai dengan keinginannya, di mana individu bisa saling
berinteraksi satu sama lain dan merasa diterima dalam kelompok.

 Kebutuhan untuk menerima penghargaan. Secara psikologis, individu


butuh penghargaan dari orang lain, agar mendapat kepuasan dari apa yang
telah dicapainya. Oleh karena itu individu bergabung dengan teman
sebayanya yang mempunyai kebutuhan psikologis yang sama yaitu ingin
dihargai. Sehingga individu merasakan kebersamaan/kekompakan dalam
kelompok teman sebayanya.

 Perlu perhatian dari orang lain. Individu perlu perhatian dari orang lain
terutama yang merasa senasib dengan dirinya. Hal ini dapat ditemukan
dalam kelompok sebayanya, di mana individu merasa sama satu dengan
yang lainnya, mereka tidak merasakan adanya perbedaan status, seperti
jika mereka bergabung dengan dunia orang dewasa.

 Ingin menemukan dunianya. Di dalam peer group individu dapat


menemukan dunianya, di mana berbeda dengan dunia orang dewasa.
Mereka mempunyai persamaan pembicaraan di segala bidang. Misalnya:
pembicaraan tentang hobi dan hal-hal yang menarik lainnya.

B. Hakikat teman sebaya / peer group

Peer group bagaimanapun juga terbentuk mulai dari kelompok informal ke


organisasi. Semula individu yang bukan anggota kelompok sekarang menjadi anggota
kelompok teman sebayanya. Anak-anak sebaya akan berinteraksi dengan anggota
teman sebayanya, sehingga ia bertumbuh di dalamnya.
Peer group mempunyai aturan-aturan tersendiri baik ke dalam maupun ke luar. Hal ini
juga dimiliki oleh organisasi sosial lainnya dan merupakan harapan bagi anggota
kelompoknya. Aturan-aturan itu, misalnya bagaimana menolong teman
sekelompoknya atau bagaimana memanggil teman bila bertemu di jalan. Peer group
menyatakan tradisi-tradisi mereka, kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, bahkan bahasa
mereka. Karena dalam peer group mempunyai aturan-aturan tersendiri maka mereka
juga ingin menunjukkan ciri khas kelompoknya dengan tradisi atau kebiasaan mereka.
Dalam kelompok itu ada standar tertentu dalam berpakaian, berbicara antar anggota
kelompok dan dalam bertingkah laku.

Situasi daripada harapan peer group, sepenuhnya disetujui oleh harapan-harapan


orang dewasa. Pembentukan kelompok sebaya seperti kelompok bermain di sekitar
anak secara tidak langsung disetujui oleh orang tua, karena orang tua mudah
mengawasinya. Atau kelompok teman di sekolahnya disetujui oleh guru, karena
memenuhi harapan guru agar anak berkembang hubungan sosialnya. Pada
kenyataannya peer group diketahui dan diterima oleh sebagian besar orang tua dan
guru. Kepentingan dalam hubungan sosial individu sering tidak dikenal oleh anak.
Sebagai perbandingan dengan lembaga sosial lainnya seperti keluarga atau sekolah,
maka peer group anak belajar tentang hubungan sosialnya dari yang sempit sampai
hubungan sosialnya yang semakin luas, dari teman sebaya di rumah sampai teman
sekolahnya dan hal ini dapat

C. Fungsi teman sebaya

Fungsi-fungsi tersebut adalah sebagai berikut:

 Mengajarkan kebudayaan. Dalam peer group ini diajarkan kebudayaan yang


berada di tempat itu. Misalnya: orang luar negeri masuk ke Indonesia, maka
teman sebayanya di Indonesia mengajarkan kebudayaan Indonesia.
 Mengajarkan mobilitas sosial. Mobillitas sosial adalah perubahan status yang
lain. Misalnya ada kelas menengah dan kelas rendah (tingkat sosial). Dengan
adanya kelas rendah pindah ke kelas menengah dinamakan mobilitas sosial.
Dalam hal ini Neugarten mengadakan penyelidikan pada kelas V dan VI,
mendapatkan data bahwa apabila mereka ditanya siapa teman mereka yang
paling baik, kebanyakan mereka menunjuk anak yang berasal di atas sosial
mereka, baru kemudian anak dari kelas mereka sendiri.
 Membantu peranan sosial yang baru. Peer group memberi kesempatan bagi
anggotanya untuk mengisi peranan sosial yang baru. Misalnya: anak yang
belajar bagaimana menjadi pemimpin yang baik, dan sebagainya.
 Peer group sebagai sumber informasi bagi orang tua dan guru bahkan untuk
masayarakat. Kelompok teman sebaya di sekolah bisa sebagai sumber
informasi bagi guru dan orang tua tentang hubungan sosial individu dan
seorang yang berprestasi baik dapat dibandingkan dalam kelompoknya. Peer
group di masyarakat sebagai sumber informasi, kalau salah satu anggotanya
berhasil, maka di mata masyarakat peer group itu berhasil. Atau sebaliknya,
bila suatu kelompok sebaya itu sukses maka anggota-anggotanya juga baik.
 Dalam peer group, individu dapat mencapai ketergantungan satu sama lain.
Karena dalam peer group ini mereka dapat merasakan kebersamaan dalam
kelompok, mereka saling tergantung satu sama lainnya.
 Peer group mengajar moral orang dewasa. Anggota peer group bersikap dan
bertingkah laku seperti orang dewasa, untuk mempersiapkan diri menjadi
orang dewasa mereka memperoleh kemantapan sosial. Tingkah laku mereka
seperti orang dewasa, tapi mereka tidak mau disebut dewasa. Mereka ingin
melakukan segala sesuatu sendiri tanpa bantuan orang dewasa, mereka ingin
menunjukkan bahwa mereka juga bisa berbuat seperti orang dewasa.
 Di dalam peer group, individu dapat mencapai kebebasan sendiri. Kebebasan
di sini diartikan sebagai kebebasan untuk berpendapat, bertindak atau untuk
menemukan identitas diri. Karena dalam kelompok itu, anggota-anggota
yang lain juga mempunyai tujuan dan keinginan yang sama. Berbeda dengan
kalau anak bergabung dengan orang dewasa, maka anak akan sulit untuk
mengutarakan pendapat atau untuk bertindak, karena status orang dewasa
selalu berada di atas dunia anak sebaya.
 Di dalam peer group, anak-anak mempunyai organisasi sosial yang baru.
Anak belajar tentang tingkah laku yang baru, yang tidak terdapat dalam
keluarga. Dalam keluarga yang strukturnya lebih sempit, anak belajar
bagaimana menjadi anak dan saudara. Sekarang dalam peer group mereka
belajar tentang bagaimana menjadi teman, bagaimana mereka berorganisasi,
bagaimana berhubungan dengan anggota kelompok yang lain, dan bagaimana
menjadi seorang pemimpin dan pengikut. Peer group menyediakan peranan
yang cocok bagi anggotanya untuk mengisi peranan sosial yang baru.

D. Ciri-ciri teman sebaya

Adapun ciri-ciri daripada peer group adalah sebagai berikut:

1. Tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas. Peer group terbentuk secara
spontan. Di antara anggota kelompok mempunyai kedudukan yang sama, tetapi
ada satu di antara anggota kelompok yang dianggap sebagai pemimpin. Di mana
semua anggota beranggapan bahwa dia memang pantas dijadikan sebagai
pemimpin, biasanya anak yang disegani dalam kelompok itu. Semua anggota
merasa sama kedudukan dan fungsinya.
2. Bersifat sementara. Karena tidak ada struktur organisasi yang jelas, maka
kelompok ini kemungkinan tidak bisa bertahan lama, lebih-lebih jika yang menjadi
keinginan masing-masing anggota kelompok tidak tercapai, atau karena keadaan
yang memisahkan mereka seperti pada teman sebaya di sekolah. Yang terpenting
dalam peer group adalah mutu hubungan yang bersifat sementara.
3. Peer group mengajarkan individu tentang kebudayaan yang luas. Misalnya teman
sebaya di sekolah, mereka pada umumnya terdiri dari individu yang berbeda-beda
lingkungannya, di mana mempunyai aturan-aturan atau kebiasaan-kebiasaan yang
berbeda-beda pula. Lalu mereka memasukkannya dalam peer group, sehingga
mereka saling belajar secara tidak langsung tentang kebiasan-kebiasaan itu dan
dipilih yang sesuai dengan kelompok kemudian dijadikan kebiasaan-kebiasaan
kelompok.
4. Anggotanya adalah individu yang sebaya. Contoh konkritnya pada anak-anak usia
SMP atau SMA, di mana mereka mempunyai keinginan dan tujuan serta
kebutuhan yang sama.

E. Pengaruh perkembangan teman sebaya

Menurut Havinghurst pengaruh perkembangan peer group ini mengakibatkan adanya:

1. Kelas-kelas sosial. Pembentukan kelompok sebaya berdasarkan tingkat status


sosial ekonomi individu, sehingga dapat digolongkan atas kelompok kaya dan
kelompok miskin.
2. In’ dan ‘Out’ group. ‘In’ group adalah teman sebaya dalam kelompok. ‘Out’
group adalah teman sebaya di luar kelompok. Contoh yang mudah mengenai ‘in’
dan ‘Out’ group ini dapat kita rasakan dalam kelas, di mana kita mempunyai
teman akrab dan teman tidak akrab (biasa). Teman yang akrab tersebut dinamakan
‘in’ group dan teman yang lainnya kita sebut ‘Out’ group.

Pengaruh lain dalam peer group ini ada yang positif dan ada yang negatif.

Pengaruh positif dari peer group adalah:

1. Apabila individu di dalam kehidupannya memiliki peer group maka mereka akan
lebih siap menghadapi kehidupan yang akan datang.
2. Individu dapat mengembangkan rasa solidaritas antar kawan.
3. Bila individu masuk dalam peer group, maka setiap anggota akan dapat membentuk
masyarakat yang akan direncanakan sesuai dengan kebudayaan yang mereka anggap
baik (menyeleksi kebudayaan dari beberapa temannya).
4. Setiap anggota dapat berlatih memperoleh pengetahuan, kecakapan dan melatih
bakatnya.
5. Mendorong individu untuk bersikap mandiri.
6. Menyalurkan perasaan dan pendapat demi kemajuan kelompok.

Pengaruh negatif dari peer group adalah;

1. Sulit menerima seseorang yang tidak mempunyai kesamaan.


2. Tertutup bagi individu lain yang tidak termasuk anggota.
3. Menimbulkan rasa iri pada anggota satu dengan anggota yang lain yang tidak
memiliki kesamaan dengan dirinya.
4. Timbulnya persaingan antar anggota kelompok.
5. Timbulnya pertentangan/gap-gap antar kelompok sebaya, misalnya: antara kelompok
kaya dengan kelompok miskin.
Berikut ini akan diuraikan beberapa aspek perkembangan hubungan peserta didik dengan
teman sebayanya.

 Karakteristik hubungan anak usia sekolah dengan teman sebayanya.


Seperti halnya dengan masa awal anak-anak, berinteraksi dengan teman sebaya
merupakan aktivitas yang banyak menyita waktu anak selama masa pertengahan dan
akhir anak-anak. Barker dan Wright dalam Desmita (2009:224) mencatat bahwa:
anak-anak usia 2 tahun menghabiskan 10 % dari waktu siangnya untuk berinteraksi
dengan teman sebaya. Pada usia 4 tahun, waktu yang dihabiskan untuk berinteraksi
dengan teman sebaya meningkat menjadi 20 %. Sedangkan anak usia 7 hingga 11
tahun meluangkan lebih dari 40 % waktunya untuk berinteraksi dengan teman
sebaya.

 Pembentukan kelompok
Interaksi teman sebaya dari kebanyakan anak usia sekolah ini terjadi dalam grup
atau kelompok, sehingga periode ini sering disebut “usia kelompok”. Pada masa itu,
anak tidak lagi puas bermain sendirian di rumah, atau melakukan kegiatan-kegiatan
dengan anggota keluarga. Hal ini adalah karena anak memiliki keinginan yang kuat
untuk diterima sebagai anggota kelompok, serta merasa tidak puas bila tidak bersama
teman-temanya.
Dalam menentukan sebuah kelompok teman, anak usia sekolah dasar lebih
menekankan pentingnya aktivitas bersama-sama, seperti berbicara, berkeluyuran,
berjalan ke sekolah, berbicara melalui telepon, mendengarkan musik, bermain game,
dan melucu. Tinggal di lingkungan yang sama , bersekolah di sekolah yang sama,
dan berpartisipasi dalam organisasi masyarakat yang sama, merupakan dasar bagi
kemungkinan terbentuknya kelompok teman sebaya.
Krasnor dalam Desmita (2009:225) mencatat bahwa:
Adanya perubahan sifat dari kelompok teman sebaya pada anak usia sekolah. Ketika
anak berusia 6 hingga 7 tahun, kelompok teman sebaya tidak lebih dari pada
kelompok bermain; mereka memiliki sedikit peraturan dan tidak terstruktur untuk
menjelaskan peran dan kemudahan berinteraksi di antara anggota-anggotanya.
Kelompok terbentuk secara spontan. Ketika anak berusia 9 tahun, kelompok-
kelompok menjadi lebih formal. Sekarang anak-anak berkumpul menurut minat yang
sama dan merencanakan perlombaan-perlombaan. Mereka membentuk klub atau
perkumpulan dengan aturan-aturan tertentu. Kelompok-kelompok ini mempunyai
keanggotaan inti; masing-masing anggota harus berpartisipasi dalam aktivitas
kelompok, dan yang bukan anggota dikeluarkan.

 Popularitas, Penerimaan Sosial, dan Penolakan


Pada anak usia sekolah dasar mulai terlihat adanya usaha untuk mengembangkan
suatu penilaian terhadap orang lain dengan berbagai cara. Hal ini terlihat pada anak-
anak kelas dua atau kelas tiga yang telah memiliki stereotip budaya tentang tubuh.
Misalnya saja dalam hal ini mereka menilai bahwa anak laki-laki yang tegap
(berotot) lebih disenangi dari pada anak laki-laki yang gemuk atau kurus. Kemudian,
pemilihan teman dari anak-anak ini terus meningkat dengan lebih mendasarkan pada
kualitas pribadi, seperti kejujuran, kebaikan hati, humor, dan kreativitas.
Para ahli psikologi perkembangan telah lama mempelajari pembentukan
kelompok teman sebaya dan status dalam kelompok untuk mengetahui anak-anak
yang cenderung menjadi populer. Para peneliti juga telah melakukan penelitian untuk
menentukan mana anak-anak yang sering sendiri dan mana anak yang disenangi oleh
anak-anak lain. Dalam penelitian ini, mereka telah menggunakan suatu teknik yang
disebut sosiometri (Hallinan, 1981), yaitu suatu teknik penelitian yang digunakan
untuk menentukan status dan penerimaan sosial anak di antara teman sebayanya.
Dalam hal ini, mereka secara khas menanyakan kepada anak-anak yang tergabung
dalam suatu organisasi (misalnya dalam ruang kelas), tentang mana anak-anak yang
pantas dikelompokkan sebagai “teman baik”, yang “paling disukai oleh anak-anak
lain”, atau yang “kurang disukai”. Atas dasar jawaban-jawaban dari anak-anak
tersebut, para peneliti menyusun sebuah sosiogram, yaitu suatu diagram yang
menggambarkan interaksi anggota suatu kelompok, atau bagaimana perasaan masing-
masing anak dalam suatu kelompok terhadap anak-anak lain. Sosiogram ini
menentukan mana anak-anak yang diterima oleh anak-anak lain, mana yang diterima
sedikit teman sekelas, dan mana anak yang tidak diterima oleh seorang pun.
Berdasarkan informasi ini, kemudian peneliti membedakan anak-anak atas dua, yaitu
anak yang populer dan anak yang tidak popular.

 Anak yang Populer


Popularitas seorang anak ditentukan oleh berbagai kualitas pribadi yang
dimilikinya. Hartup, 1983 (dalam Desmita, 2009) mencatat bahwa anak yang populer
adalah anak yang ramah, suka bergaul, bersahabat, sangat peka secara sosial, dan
sangat mudah bekerjasama dengan orang lain. Asher et al., 1982 (dalam Desmita,
2009), juga mencatat bahwa anak-anak yang populer adalah anak-anak yang dapat
menjalin interaksi sosial dengan mudah, memahami situasi sosial, memiliki
keterampilan yang tinggi dalam hubungan antar pribadi dan cenderung bertindak
dengan cara-cara yang kooperatif, prososial, serta selaras dengan norma-norma
kelompok. Popularitas juga dihubungkan dengan IQ dan prestasi akademik. Anak-
anak lebih menyukai anak yang memiliki prestasi sedang, mereka sering menjauh
dari anak yang sangat cerdas dan yang sangat rajin di sekolah, demikian juga halnya
dengan mereka yang pemalas secara akademis (Zigler & Stevenson, 1993).

 Anak yang tidak Populer


Anak yang tidak populer dibedakan atas dua tipe, yaitu: anak-anak yang ditolak
dan anak-anak yang diabaikan. Anak-anak yang diabaikan adalah anak yang
menerima sedikit perhatian dari teman-teman sebaya mereka, tapi bukan berarti
mereka tidak disenangi oleh teman-teman sebayanya. Anak-anak yang ditolak adalah
anak yang tidak disukai oleh teman-teman sebaya mereka. Mereka cenderung bersifat
mengganggu, egois, dan mempunyai sedikit sifat-sifat positif.
Anak-anak yang ditolak kemungkinan untuk memperlihatkan perilaku agresif,
hiperaktif, kurang perhatian atau ketidak dewasaan, sehingga sering bermasalah
dalam perilaku dan akademis di sekolah (Putallaz & Waserman, 1990). Akan tetapi
tidak semua anak-anak yang ditolak bersifat agresif.
BAB III

PENUTUP

3.1 . Kesimpulan
belajar tidak saja mengangkat hal-hal yang bersifat kognitif saja dan mencakup
kemampuan satu aspek kecerdasan, tetapi menghidupkan secara utuh dan alamiah
seluruh kecerdasan melalui pendekatan yang sesuai. Mendidik dan melatih
merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan orang tua atau fasilitator dalam
merangsang seluruh kecerdasan dan memperbaiki aspek-aspek yang masih lemah.
Oleh karena itu, kemampuan mendidik sangat erat kaitannya dengan kemampuan
mengidentifikasi dan melihat potensi kecerdasan pebelajar serta memahami
bagaimana hal itu dikumpulkan dalam suatu rangkaian belajar yang menarik.
Pengalaman-pengalaman menyenangkan ketika belajar akan menjadi aktivator
bagi perkembangan kecerdasan pada tahap perkembangan berikutnya. Sedangkan
pengalaman yang menakutkan, memalukan, menyebabkan marah, dan pengalaman
emosi negatif lainnya akan menghambat perkembangan kecerdasan pada tahap
perkembangan berikutnya.
Perkembangan kecerdasan dapat dilakukan dengan teknik konseling tutor sebaya.
Dengan cara, guru menyeleksi siswa yang memiliki keunggulan dalam bidang
tertentu. Anak yang memiliki keunggulan di bidang matematika misalnya, diminta
membimbing teman-temannya yang kurang matematika. Pembimbing di dalam
kelompok dapat bergantian tergantung pada kecerdasan apa yang akan
dikembangkan.

3.2 Saran

Dari makalah yang penulis sampaikan adapun saran penulis adalah setelah membaca
makalah ini diharapkan agar setiap orang mau belajar untuk mengasah kecerdasan yang
dimilikinya sehingga jika setiap orang mampu menggunakan inteligensi / kecerdasannya
yang paling kuat maka mereka akan menemukan bahwa belajar itu mudah dan
menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA

Asri.Budiningsih.2005.Belajardan Pembelajaran.Jakarta

http://www.suparlan.com/pages/posts/kecerdasan-ganda-multiple-intelligences
penerapannya-dalam-proses-pembelajaran-dan-pengajaran95.php.

Anda mungkin juga menyukai