Teknik Penggudangan
Teknik Penggudangan
i
HALAMAN PENGESAHAN
MODUL PRAKTIKUM
ii
KATA PENGANTAR
Praktikum Teknik Penggudangan dan Inventori dengan bobot 2 SKS ini dirancang
sebagai bagian tak terpisahkan dengan mata kuliah Teknik Penggudangan dan Inventori (1
SKS) pada Program Diploma Agroindustri DTHV SV UGM. Materi praktikum disusun sesuai
dengan kebutuhan program studi Diploma III Agroindustri DTHV SV UGM dalam menguasai
mata kuliah Teknik Penggudangan dan Inventori secara praktis.
Semoga pedoman praktikum yang sangat sederhana ini dapat membantu para praktikan
dalam memahami Teknik Penggudangan dan Inventori. Kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan dari semua pihak yang memiliki perhatian pada pengembangan sistem
Penggudangan dan Inventori di Indonesia.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
iv
TATA TERTIB PRAKTIKUM UNTUK PRAKTIKAN
v
10. Jika terjadi kerusakan atau kehilangan alat dalam pelaksanaan praktikum maka menjadi
tanggung jawab pemakai dan wajib mengganti dengan barang/ alat yang sama
maksimal 2 hari setelah kejadian.
11. Praktikan diwajibkan mengikuti semua rangkaian acara praktikum tanpa terkecuali,
apabila perlu adanya INHAL dikarenakan sakit harus menyertakan:
a. Sakit (rawat inap) adanya bukti rawat inap
b. Sakit yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter dari Rumah Sakit minimal
kelas D atau Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) Tingkat 2.
c. Lelayu keluarga inti (bapak, ibu, saudara kandung, kakek, nenek kandung) adanya
bukti dan surat keterangan.
d. Apabila sakit maka maksimal 30 menit sebelum masuk praktikum, harus
konfirmasi ke teknisi, koass dan menyusulkan surat keterangan sakit maksimal
H+2
e. Jika tidak memenuhi syarat di atas maka dianggap GUGUR pada acara tersebut,
dan apabila 1 mahasiswa INHAL 3 acara atau lebih maka dianggap GUGUR pada
mata praktikum tersebut. Mata Praktikum yang gugur berarti praktikan
mendapatkan Nilai E.
f. Mekanisme INHAL:
1) Apabila dalam 1 minggu masih ada shift yang dapat sebagai pengganti, maka
bisa ikut shift lain untuk menggantikan praktikum.
2) Apabila praktikum INHAL tidak dapat dilakukan/ dilaksanakan maka akan
diberikan tugas dengan nilai maksimal 50%.
3) Praktikan yang dinyatakan melanggar tata tertib ini dan atau terbukti berlaku
curang, dapat dikenakan sanksi, paling berat dinyatakan TIDAK LULUS
PRAKTIKUM.
4) Semua praktikan maupun asisten harus mematuhi semua peraturan yang telah
disepakati.
12. MINIMAL KEHADIRAN untuk dapat mengikuti responsi adalah 75% seluruh acara.
13. Wajib mengisi kuesioner yang telah diberikan oleh asisten instruktur sebagai tiket
masuk responsi.
14. Hal-hal yang belum tercantum dalam tata tertib ini akan diatur kemudian.
Ketentuan :
vi
1. Mahasiswa yang dapat melakukan inhal adalah yang memenuhi 3 persyaratan sesuai
ketentuan.
2. Jika memenuhi persyaratan, dan diberikan tugas maka nilai maksimal adalah 50%.
3. Tugas pengganti hanya boleh diberikan oleh Dosen Pengampu (bukan teknisi, aslab,
ataupun koas).
4. Jika tidak mengikuti acara, maka tidak ada nilai untuk seluruh rangkaian praktikum
(pre-test, laporan akhir, keaktifan, dll).
5. Bobot asistensi sama dengan 1 acara praktikum.
6. Minimal kehadiran untuk dapat mengikuti response adalah 75% seluruh acara.
vii
TATA TERTIB PRAKTIKUM UNTUK (CO-)ASISTEN
viii
IDENTITAS PRAKTIKUM
ix
3. Identifikasi dan Pelacakan
Produk
4. Ketepatan dalam
pemisahan/penempatan produk
pada linkungan yang sesuai
5. Dokumentasi dan perawatan
dalam penggudangan dan
inventori
3. Penilaian Penggudangan Diskusi, Laptop, LCD, Latihan Soal
1. Penghitungan nilai produk di
gudang dengan sistem FIFO
2. Penghitungan nilai produk di
gudang dengan sistem LIFO
3. Penghitungan nilai harga pokok
produk
4. Penghitungan nilai laba kotor
produk
4. Beer Game Diskusi, Laptop, LCD, Latihan Soal
1. Menjalankan proses incoming
order, outgoing order, incoming
delivery dan outcoming delivery
pada level retailer
2. Menjalankan proses incoming
order, outgoing order, incoming
delivery dan outcoming delivery
pada level wholesaler
3. Menjalankan proses incoming
order, outgoing order, incoming
delivery dan outcoming delivery
pada level manufacturer
4. Menjalankan proses incoming
order, outgoing order, incoming
x
delivery dan outcoming delivery
pada level supplier
5. Pengendalian Inventori Diskusi, Laptop, LCD, Latihan Soal
1. Perhitungan EOQ menggunakan
software POM for Windows
2. Perhitungan Reoder point
mengguanakan software POM
for Windows
3. Perhitungan Safety Stock
menggunakan software POM for
Windows
4. Perhitungan total biaya
penyimpanan dan total biya
pemesanan menggunaka
software POM for Windows
6. Analisis Tata Letak Gudang Kunjungan Industri, diskusi,
1. Perhitungan space requirement Laptop, LCD, Latihan Soal
pada gudang
2. Perhitungan troughput pada
gudang
3. Perhitungan jarak penyimpanan
produk di gudang
4. Penempatan produk di gudang
7. Responsi Praktek/Ujian Tertulis
d Outcome Pembelajaran
Keluaran yang diharapkan dari praktikum teknik penggudangan dan inventory adalah
dihasilkan mahasiswa yang mampu dalam mengelola sistem pergudangan dan inventory
dengan menerapkan aktivitas Good Warehouse Practices, mampu mengkalkulasikan
nilai produk yang ada di gudang dengan sistem penyimpanan FIFO dan LIFO, mampu
menentukan kebutuhan dan tingkat persediaan dengan memahami sistem rantai pasoknya,
dan mampu mendisain tata letak optimum dalam pemanfaatan luas area gudang.
xi
e Evaluasi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa
Mekanisme evaluasi dan penilaian hasil belajar dilakukan terhadap mahasiswa peserta
praktikum teknik penggudangan dan inventory. Evaluasi dan penilaian hasil belajar
tersebut digunakan untuk mengukur kemampuan mahasiswa berdasarkan tingkat
ketercapaian tujuan dan outcome pembelajaran. Indikator yang digunakan untuk evaluasi
dan penilaian hasil belajar tersebut adalah sebagai berikut:
1) Presensi
2) Pretest/Post-test
3) Keaktifan dalam kegiatan praktikum
4) Laporan praktikum
5) Responsi
6) Teamwork
xii
FORMAT LAPORAN PRAKTIKUM
xiii
Pada halaman isi dituliskan sbb:
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Manfaat
B. Langkah Kerja
A. Hasil
B. Pembahasan
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
ACARA I
ASISTENSI
Asistensi bertujuan untuk menjelaskan tiap-tiap acara yang akan dilaksanakan dan
peralatan yang digunakan dalam praktikum. Ujian awal akan dilakukan untuk menguji
pemahaman dan kesiapan praktikan.
ACARA II
STUDI LITERATUR TENTANG
“GOOD WAREHOUSE/STORAGE PRACTICES”
A. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu memahami aktivitas dan prosedur persediaan dalam pergudangan
2. Mahasiswa mampu memahami prosedur manajemen persediaan (good storage
practices)
3. Mahasiswa mampu menjabarkan contoh penerapan good storage practices
berdasarkan aktivitas dan prosedurnya secara detail dan sistematis pada komoditas
berbasis agro
B. LANDASAN TEORI
Kualitas sebuah produk ditentukan dari sebuah rantai proses mulai dari hulu hingga
hilir. Cakupan proses tersebut dimulai dari pemilihan dan penanganan bahan baku, proses
produksi, pergudangan, distribusi, penjualan, hingga produk sampai ke tangan konsumen.
Dari rangkaian proses tersebut dibutuhkan sebuah prosees yang baik (good practices)
yang terintegrasi satu dengan yang lainnya. Good practices merupakan sebuah proses
yang diadaptasi dari Good Agricultural Practices (GAP) dengan tujuan untuk menjamin
bahan baku yang digunakan sesuai dengan syarat mutu dan keamanan pangan. Good
practices yang dikenal hingga hari ini merupakan sebuah praktik yang mulai berkembang
dengan pesat sejak 2-3 dekade terakhir.
Perjalanan sebuah produk dari produsen hingga sampai ke tangan konsumen dengan
kualitas terbaik membutuhkan sebuah proses dengan konsep good practices. Konsep
15
good practices juga diperlukan oleh produk jadi (finished good) dalam proses
penyimpanan di gudang. Proses penyimpanan dengan konsep good practices dikenal
dengan Good Storage Practices (GSP). Terdapat delapan hal yang menjadi perhatian
dalam GSP antara lain penerimaan barang, penyimpanan, kapasitas gudang, bangunan,
peralatan, kendaraan, pemeliharaan bangunan, dan manajemen pengelolan stok.
Gudang dalam proses rantai pasok sebuah produk memiliki peran yang vital. Secara
umum gudang memiliki beberapa fungsi antara lain:
1. Receiving
Aktivitas yang meliputi kegiatan penerimaan semua material yang telah dipesan
untuk disimpan dalam gudang, penjamin terhadap kualitas maupun kuantitas barang
sesuai dengan pesanan, serta pengalokasian atau pembagian barang untuk disimpan
atau dikirim lagi.
2. Inspection and quality control
Perpanjangan dari proses receiving dan dilakukan ketika supplier tidak konsisten
terhadap kualitas atau produk yang dibeli sulit diatur dan harus diperiksa tiap
langkah dalam proses
3. Repackaging
Kegiatan memecah produk yang diterima dalam jumlah atai ukuran yang besar dari
supplier kemudian dikemas dalam satuan yang lebih kecil atau menggabungkan
beberapa produk dalam bentuk kit. Pelabelan dilakukan ketika produk diterima tanpa
tanda yang mudah untuk dibaca oleh sistem atau manusia untuk tujuan identifikasi.
4. Putaway
Merupakan kegiatan memindahkan dan menempatkan barang pada tempat
penyimpanan
5. Storage
Merupakan suatu keadaan dimana barang menunggu untuk diambil sesuai dengan
permintaan.
6. Order picking
Merupakan proses pemindahan barang dari gudang sesuai dengan permintaan. Hal
ini merupakan layanan dasar warehouse untuk customer dan merupakan fungsi
utama dari dasar desai warehouse.
7. Postponement
16
Dapat dilakukan sebagai langkah yang dapat dipilih setelah proses pengambilan
barang. Seperti pada proses repacking, barang sejenis atau campuran dikemas untuk
memudahkan penggunaan.
8. Sortation
Merupakan kegiatan memilah barang sesuai dengan pesanan masing-masing dan
akumulasi pendistribusian dari berbagai pesanan.
Secara khusus, gudang atau area lain yang peruntukannya digunakan untuk tujuan
penyimpanan harus memenuhi standar minimum yang ditentukan. Gudang atau area
tersebut harus ditempatkan, dibangun, diservis dan dipelihara untuk melindungi
barang/produk yang disimpan, dari semua pengaruh yang berpotensi berbahaya seperti
variasi suhu dan kelembaban yang tidak semsestina; debu dan bau; masuknya binatang
seperti kutu dan serangga yang pada akhirnya akan menurunkan kualitas atau merusak
produk. Untuk meastikan produk yang disimpan tetap dalam kondisi kualitas terbaik,
maka perlu proses dengan konsep good warehouse/storage practices.
C. PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Praktikan mencari literature yang mendukung pemahaman konsep good storage
practices beserta aktivitas penggudangan secara umum.
2. Praktikan menduskusikan literatur-literatur tersebut yang terkait dengan prinsip dari
good warehouse/storage practices berikut dalam kelompok praktikum (sertakan
contoh penerapannya):
a. Proteksi produk terhadap potensi kontaminasi
17
b. Kondisi Gudang (storage) optimum
c. Identifikasi dan Pelacakan Produk
d. Ketepatan dalam pemisahan/penempatan produk pada linkungan yang sesuai
e. Dokumentasi dan perawatan dalam penggudangan dan inventori
f. Kelebihan dan kekurangan dari penerapan good storage practices
3. Laporan bersifat individu, ditulis tangan dan diselesaikan saat praktikum!
4. Setiap pernyataan dalam laporan praktikum yang merupakan bukan penyataan
sendiri wajib menyertakan sumber referensinya
5. Lampirkan dokumentasi dari referensi yang digunakan
D. REFERENSI
Bekčić, S., Kelečevića, N., Marinkovićb, V., Tasićb, L. and Krajnovićb, D., 2015.
Developing a quality management tool for preparing Good Distribution
Practice audit of pharmaceutical contract vaccine distributor. Indian
Journal of Pharmaceutical Education and Research, 49(3), pp.174-182.
Anonim, 2019. https://www.ava.gov.sg/docs. [Online]
Available at: https://www.ava.gov.sg/docs/default-source/tools-and-
resources/resources-for-businesses/
[Accessed 21 Januari 2019].
18
ACARA III
PENILAIAN PERSEDIAAN
A. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu memahamu persediaan/inventori
2. Mahasiswa mampu menjelaskan bagaimana persediaan dinilai
3. Mahasiswa mampu melakukan perhitungan nilai persediaan akhir sistem periodik dan
sistem perpetual dengan metode FIFO, LIFO dan rata-rata (average)
4. Mahasiswa mamu melakukan perhitungan harga pokok dan laba kotor produk yang
ada di gudang
B. LANDASAN TEORI
Persediaan dapat diartikan sebagai gambaran suatu aktiva yang meliputi barang-
barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode waktu tertentu
atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi,
ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses
produksi.
Sebagai tempat penyimpanan barang baik itu bahan baku, produk setengah jadi
ataupun produk jadi, gudang memiliki peran penting untuk menjaga barang tersebut tetap
memiliki kualitas baik. Untuk menjaga agar barang yang disimpan tidak mengalami
kerusakan, dibutuhkan suatu metode untuk mengelola barang tersebut. Metode yang
umum digunakan untuk mengelola perputaran barang persediaan di gudang ada tiga, yaitu
Last In First Out (LIFO), First In First Out (FIFO), dan First Expired First Out (FEFO).
LIFO merupakan suatu metode sistem penyimpanan barang dalam gudang dengan
barang yang datang terakhir digunakan terlebih dahulu. Sistem ini biasanya digunakan
untuk barang barang yang dapat bertahan lama atau barang yang jika disimpan lebih lama
kualitasnya akan lebih baik. Salah satu produk yang menggunakan metode LIFO untuk
pengelolaannya pada persediaan penggudangan adalah tembakau. Sedangkan FIFO
merupakan suatu metode sistem penyimpanan barang dengan barang yang masuk terlebih
dahulu juga dikeluarkan terlebih dahulu. Jadi keluarnya barang secara berurutan atau
sesuai kronologis. Sistem ini umumnya digunakan untuk barang yang kurang bisa tahan
lama.
Sejumlah persediaan dalam sebuah gudang perlu untuk dilakukan dokumentasi.
Proses dokumentasi ini dilakukan dengan tujuan untuk memudahkan dalam pemantauan
19
persediaan dan juga menghitung nilai perputaran barang yang terjadi di gudang. Proses
dokumentasi ini dilakukan dengan menggunakan sistem akuntansi persediaan. Sistem
akuntansi persediaan dibedakan menjadi dua:
1. Periodik (periodic inventory system)
Pada akhir periode akuntansi dengan menggunakan sistem pencatatan periodik harus
melakukan pengecekan fisik terhadap persediaan (stock opname of inventories)
dengan cara mengukur dan menghitung berapa jumlah barang yang ada di gudang.
2. Perpetual (perpetual inventory system)
Sistem pencatatan perpetual selalu membuat catatan setiap terjadinya mutasi
persediaan (pembelian, penjualan, ataupun retur).
Penilaian dengan pendekatan arus harga pokok (cost basic flow approach) Dalam
pendekatan ini terdapat dua sistem pencatatan persediaan yaitu sistem periodik dan sistem
perpetual yang masing-masing ada tiga cara penilaian persediaan, yaitu:
1. FIFO (First in First Out)
Metode ini menyatakan bahwa persediaan dengan nilai perolehan awal (pertama)
masuk akan dijual (digunakan) terlebih dahulu, sehingga persediaan akhir dinilai
dengan nilai perolehan persediaan yang terakhir masuk (dibeli). Metode ini cenderung
menghasilkan persediaan yang nilainya tinggi dan berdampak pada nilai aktiva
perusahaan yang dibeli.
2. LIFO (Last In First Out)
Metode ini menyatakan bahwa persediaan dengan nilai perolehan terakhir masuk akan
dijual (digunakan) terlebih dahulu, sehingga persediaan akhir dinilai dan dilaporkan
berdasarkan nilai perolehan persediaan yang awal (pertama) masuk atau dibeli.
Metode ini cenderung menghasilkan nilai persediaan akhir yang rendah dan
berdampak pada nilai aktiva perusahaan yang rendah.
3. Metode Rata-rata (Average Method)
Dengan menggunakan metode ini nilai persediaan akhir akan menghasilkan nilai
antara nilai persediaan metode FIFO dan nilai persediaan LIFO. Metode ini juga akan
berdampak pada nilai harga pokok penjualan dan laba kotor.
C. PROSEDUR PRAKTIKUM
20
Berdasarkan contoh kasus catatan perputaran barang pada sebuah gudang milik
perusahaan X pada Tabel 4.1, hitunglah:
1. Nilai persediaan akhir (Per 31 Desember 2019) dengan menggunakan metode FIFO,
LIFO, dan rata-rata pada sistem pencatatan persediaan:
a. Periodik (periodic inventory system)
b. Perpetual (perpetual inventory system)
2. Harga pokok penjualan pada masing-masing metode (FIFO, LIFO, dan rata-rata) di
setiap sistem pencatatan persediaan
3. Nilai laba kotor pada masing-masing metode (FIFO, LIFO, dan rata-rata) di setiap
sistem pencatatan persediaan.
D. REFERENSI
Indrajit, R.E. and Djokopranoto, R., 2003. Manajemen Persediaan. Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Zulfikarijah, F., 2005. Manajemen persediaan. Malang: Universitas Muhammadiyah.
21
ACARA IV
BEERGAME
A. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu berpikir secara sistem dalam pengelolaan persediaan di gudang
kaitannya dengan rantai pasok
2. Mahasiswa mampu berkoordinasi dalam upaya optimasi fungsi gudang dan inventory
dalam sebuah sistem rantai pasok
3. Mahasiswa mampu memahami tentang pentingnya sistem informasi yang terintegrasi
antar tier dalam rantai pasok
B. LANDASAN TEORI
Permainan “beergame” merupakan sebuah simulasi rantai pasok dengan empat level di
dalamnya. Dalam setiap level terdiri dari satu grup dengan anggota minimal dua orang
seperti yang ditampilkan pada Gambar 1.1. Empat level tersebut antara lain:
5. Level retailer, level ini berfungsi untuk memenuhi permintaan dari konsumen akhir.
6. Level wholesaler, level ini bertugas untuk memenuhi kebutuhan dari retailer
7. Level Distributor, level ini bertugas untuk memenuhi kebutuhan dari wholesaler
8. Level Manufacture, level ini bertugas untuk memenuhi kebutuhan dari distributor.
Setiap level pada “beergame” memiliki layout yang sama. Layout tersebut terdiri dari dua
bagian seperti yang dapat terlihat pada Gambar 1.2. Bagian pertama adalah outgoing order
dan incoming order, bagian ini berfungsi sebagai titik aliran informasi. Bagian kedua
terdiri dari delay (sebelum dan sesudah), incoming delivery, dan outgoing delivery, bagian
ini berfungsi sebagai aliran barang/produk.
22
Gambar 1.2 Layout Level “beergame”
Secara lebih rinci, berikut adalah keterangan lebih rinci dari masing-masing titik di dalam
level pada permainan “beergame”:
1. Incoming order merupakan tempat untuk pesanan masuk yang berasal dari hilir
2. Outgoing order merupakan tempat untuk masuk yang berasal dari hulu
3. Incoming delivery merupakan tempat untuk pengiriman barang masuk yang berasal
dari hulu
4. Outgoing delivery merupakan tempat untuk pengirirman barang keluar yang akan ke
hilir
Secara khusus permainan “beergame” ini bertujuan untuk meminimalkan biaya dan
memenuhi kebutuhan konsumen. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, permainan ini
memperhatikan 4 macam biay, antara lain:
1. Inventory cost: Biaya simpan setiap minggu per produk dimana sebesar Rp 5000,-
2. Back order cost: Biaya pemesanan kembali (backorder) dimana sebesar Rp 10.000,-
3. Production Cost : Biaya produksi untuk setiap satu kali produksi sebesar Rp 50.000,-
4. Order Cost : Biaya untuk setiap kali melakukan pemesanan sebesar Rp 50.000,-
C. PROSEDUR PRAKTIKUM
Asumsi dalam permainan “beergame” adalah proses pengiriman produk memakan
waktu selama dua minggu (lead time), proses produksi memakan waktu dua minggu.
Sedangkan untuk aturan umum yang mengikat pada permainan “beergame” ini antara
lain:
23
1. Dalam permainan ini tidak diperkenankan adanya komunikasi dan koordinasi antar
lelel dalam rantai pasok
2. Permintaan pelanggan hanya diketahui oleh Retailer
3. Jika stock tersedia (available), maka order harus dipenuhi.
4. Jika stock tidak tersedia, maka item dimasukkan dalam backorder
5. Pemenuhan pesananan dari hilir akan dilakukan ketika stock sudah available
3. Prepare delivery
Ketahui jumlah yang akan dikirimkan ke level berikutnya dan tulis angka pada
delivery slip, dan tempatkan pada shipping container (outgoing delivery). Jika jumlah
“to ship” melebihi available stock, maka Anda harus memberikan apa pun yang
available, jika tidak, anda hanya akan memenuhi pesanan tersebut.
4. Calculate backorder
Jika permintaan ("To ship") tidak dapat dipenuhi, kemudian masukkan barang-barang
yang tersisa di backorder
24
If (to ship) > Available then backorder = to ship - available else backorder = 0
5. Calculate inventory
New inventory dalam pengertiannya adalah stock yang tersedia dikurangi pengiriman
yang dilakukan. Ketika “To Ship” > level of inventory maka new inventory menjadi
“0” (nol).
D. REFERENSI
Sterman, J.D., 1998. Instructions for Running the Production-Distribution Game “The
Beer Game”. Cambridge: Massachusetts Institute of Technology, edition.
25
ACARA V
PENGENDALIAN INENTORI
A. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mencocokkan jumlah barang di gudang dengan jumlah barang
yang tertera di catatan pembukuan
2. Mahasiswa mampu segera melakukan tindakan pengambilan keputusan saat ada
barang yang hilang atau rusak.
3. Mahasiswa mampu menganalisis perkembangan perusahaan dengan membandingkan
jumlah persediaan di tahun-tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.
4. Mahasiswa mampu mengetahui arus masuk dan keluar persediaan barang dagang.
B. LANDASAN TEORI
Persediaan/inventori dalam sebuah perusahaan umumnya dibedakan menjadi
beberapa kategori yaitu; bahan mentah, barang dalam proses (work in process), barang
jadi, bahan pembantu, bahan pelengkap, komponen yang disimpan dalam melakukan
antisipasi terhadap pemenuhan permintaan.
Sebuah perusahaan dalam melakukan proses persediaan/inventori dilatarbelakangi
oleh berbagai macam alasan. Secara umum, alasan yang melatarbelakangi perusahaan
melakukan persediaan/inventori disederhanakan menjadi tiga macam, yaitu:
1. Mekanisme pemenuhan atas permintaan (transaction motive)
Permintaan terhadap suatu barang akan dengan mudah dipenuhi apabila telah tersedia
saat konsumen hendak membeli. Pengadaan terhadap barang yang diminta oleh
konsumen akan membutuhkan waktu yang lama baik dari segi pembuatan maupun
pengiriman. Sedangkan konsumen memerlukannya pada waktu yang singkat dan tidak
terduga, oleh karena itu persediaan merupakan hal yang penting dan tidak
terhindarkan.
2. Adanya keinginan untuk mengantisipasi ketidakpastian (precautionary motive)
Antisipasi ketidakpastian yang akan terjadi merupakan salah satu langkah yang baik.
Dalam beberapa kasus ketidakpastian seperti permintaan yang bervariasi, waktu
pembuatan yang tidak konstan, maupun waktu ancang-ancang (lead time) yang
cenderung tidak pasti memerlukan persediaan untuk mengatasinya.
3. Adanya keinginan untuk melakukan spekulasi
26
Spekulasi pada prinsipnya bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang besar dari
kenaikan harga dimasa yang akan datang.
2. 𝑂. 𝐷
𝐸𝑂𝑄 (𝑄∗ ) = √
𝐶
Keterangan:
O = Ongkos pesan (Rp per kali pesan)
D = Permintaan tahunan (unit)
C = Ongkos simpan (Rp / unit / periode)
Selain itu, momen bagi perusahaan perlu untuk melakukan pemesanan kembali (Reorder
point) dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut:
𝐷
𝑅=𝐿
𝑡
Keterangan:
L = lead time pemesanan (satuan waktu)
t = periode pemesanan (satuan waktu)
D = permintaan selama satu tahun (unit)
Dalam kesempataan kali ini, praktikan akan diperkenalkan dengan software POM for
Windows. POM for Windows merupakan sebuah progam komputer yang digunakan untuk
memecahkan masalah dalam bidang produksi dan manajemen operasi yang bersifat
kuantitatif.
27
C. PROSEDUR PRAKTIKUM
Sebuah perusahaan eksportir buah manggis CV. Kolonjono memiliki stok 3 ton buah
manggis. Permintaan per tahun 100.000 Kg buah manggis dengan demand constant. Biaya
pemesanan kembali Rp 2000 per pemesanan dan biaya penyimpanan persediaan
diperkirakan Rp 1000 per unit. Serta diasumsikan jumlah hari kerja dalam satu tahun
adalah 250 hari.
Melalui Program POM for Windows, dengan menggunakan metode EOQ tentukan:
1. Berapakah kuantitas pesanan yang harus dipenuhi perusahaan untuk meminimalkan
biaya yang berhubungan dengan persediaan?
2. Pada titik berapa pesanan harus disiapkan/dipesan kembali?
3. Berapakah rata-rata persediaan yang akan terjadi (dalam satuan buah)?
4. Berapakah total pesanan dan biaya penyimpanan yang terjadi?
28
2. Pada bagian Title, silahkan ketikan judul sesuai dengan soal
3. Klik OK
5. Klik Solve
6. Munculkan Outpun Inventory Result dan Cost Curve
a. Outpun Inventory Result
29
b. Cost Curve
D. REFERENSI
Indrajit, R.E. and Djokopranoto, R., 2003. Manajemen Persediaan. Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Nasution, A.H., 2006. Manajemen Industri. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Weiss, H.J., 2003. POM-QM FOR WINDOWS. Prentice Hall, Upper Saddle River, NJ.
30
ACARA VI
ANALISIS TATA LETAK GUDANG
A. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu menganalisis kekurangan tata letak penyimpanan produk dari segi
jarak, pemakaian rak, dan aliran barang pada gudang
2. Mahasiswa mampu menganalisis kelebihan tata letak penyimpanan produk dari segi
jarak, pemakaian rak, dan aliran barang pada gudang
3. Mahasiswa mampu merumuskan alternatif perbaikan tata letak produk pada gudang
dengan mempertimbangkan dengan jarak yang minimum, pemakaian rak yang
maksimal serta aliran barang yang lancar.
B. LANDASAN TEORI
Tata letak sistem penyimpanan meliputi tinggi, panjang, dan lebar penyimpanan,
lokasi tiap-tiap barang dalam penyimpanan, dan lokasi serta konfigurasi dari beberapa
fungsi pendukung yang dibutuhkan. Kapasitas penyimpanan (troughtput) dari sistem
penyimpanan akan dipengaruhi oleh tata letak yang digunakan. Kebutuhan simpanan
tergantung pada jumlah kebutuhan lokasi penyimpanan dan selanjutnya jumlah lokasi
penyimpanan bergantung pada aturan lokasi penyimpanan yang digunakan.
Peraturan yang berlaku pada sebuah gudang harus disesuaikan dengan kebutuhan
teknik penggudangan dan inventori sebuah barang/produk. Peraturan tersebut disesuaikan
dengan kondisi keterbatasan ruang penyimpanan, penempatan yang tidak teratur, terjadi
perubahan pada jenis dan karakteristik barang yang akan disimpan atau konstruksi gudang
yang sudah tidak layak lagi. Untuk merencanakan tata letak gudang perlu diperhatikan
lankah-langkah sebagai berikut (Apple, 1990) :
1. Menaksir perubahan jumlah barang yang disimpan.
2. Pengelompokan penempatan barang
3. Pengelompokan barang bisa didasarkan atas jenis barang
4. Menyususn hubungan penempatan setiap jenis barang
5. Identifikasi jenis barang yang disimpan
31
(space rewuirement), aktivitas penyimpanan (troughput), serta perhitungan jarak
penyimpanan.
1. Space Requirement adalah produk yang ditempatkan pada lokasi yang lebih
spesifikasi dan hanya satu jenis produk saja yang ditempatkan pada lokasi
penyimpanan tersebut dan metode ini merupakan bagian dari dedicted storage.
Kebutuhan ruang pada gudang untuk setiap lokasi peletakan produk dapat dihitung
dari kebutuhan penyimpanan maksimum produk tersebut. Secara teoritis untuk
mendapatkan Space Requirement dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan:
Perhitungan jarak dapat dilakukan dengan menghitung jarak antara dua titik i dan j yang
koordinatnya ditunjukan sebagai (x,y) dan (a,b), Notasi-notasi yang digunakan dalam
pengukuran ini adalah
Xi : Koordinat x pusat dari fasilitas i
Yi : Koordinat y pusat dari fasilitas i
Xj : Koordinat x pusat dari fasilitas j
Yj : Koordinat y pusat dari fasilitas j
maka untuk menghitung jarak antara dua titik tengah dapat dilakukan beberapa metode:
32
a Euclidean
Jarak Euclidean adalah jarak yang diukur lurus antara pusat fasilitas 1 dengan pusat
fasilitas lain. Metode ini sering digunakan karena lebih mudah dimengerti dan lebih
mudah digunakan. Contoh aplikasi dari jarak Euclidean misalnya pada beberapa
model conveyor, dan juga jaringan transportasi dan distribusi. Formula untuk jarak
Euclidean yaitu sebagai berikut:
b Squared Euclidean
Jarak Square Euclidean adalah ukuran jarak dengan mengkuadratkan bobot
terbesar suatu jarak antara dua fasilitas yang berdekatan, dengan formula sebagai
berikut:
33
c Rectilinear
Jarak Rectilinear adalah jarak yang diukur mengikuti jalur tegak lurus. Jarak
Rectilinear sering juga disebut dengan Jarak Manhattan, merupakan jarak yang
diukur mengikuti jalur tegak lurus. Disebut dengan Jarak Manhattan,
mengingatkan jalan-jalan di kota Manhattan yang membentuk garis-garis paralel
dan saling tegak lurus antara satu jalan dengan jalan lainnya. Biasanya digunakan
untuk pemindahan bahan yang hanya dapat dilakukan secara tegak lurus misalnya
dengan menggunakan crane dan agv. Formula untuk jarak Rectilinear adalah
sebagai berikut:
34
d Aisle Distance
Merupakan jarak dimana yang diukur adalah lintasan yang dilalui alat pengangkut
untuk pemindahan bahan. Seperti yang dijelaskan dalam gambar berikut:
GAMBAR (A)
Ukuran jarak perpindahan bahan dari departemen K ke M
merupakan penjumlahan jarak a + b + d.
GAMBAR (B)
Jarak perpindahan dari departemen 1 ke
departemen 6 adalah penjumlahan jarak
a+b+c
GAMBAR (C)
Jarak perpindahan dari fasilitas-i ke
fasilitas-j adalah penjumlahan jarak a + b
+c+d
35
Jika bentuk luasan tidak persegi empat, maka harus dilakukan penentuan titik berat
lokasi dimana titik berat sama dengan titik tengah lokasi. Penentuan dapat
dilakukan dengan menggunakan rumus berikut:
𝑇 𝑇𝑟𝑜𝑢𝑔ℎ𝑝𝑢𝑡
=
𝑆 𝑆𝑝𝑎𝑐𝑒 𝑅𝑒𝑞𝑢𝑖𝑟𝑒𝑚𝑒𝑛𝑡
C. PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Identifikasi masalah (ketidaksesuain tata letak) di gudang FG (Finished Goods) yang
menyebabkan terjadinya penumpukan barang di satu tempat di gudang FG tetapi juga
terdapat area rak penyimpanan yang kosong serta penyimpanan jenis produk yang
sama yang tidak dikelompokan dalam satu area sehingga menyulitkan operator dalam
pengangkutan barang.
36
3. Hitunglah space riquirement pada gudang untuk setiap lokasi peletakan produk yang
dihitung dari kebutuhan penyimpanan maksimum produk tersebut.
4. Hitunglah troughput yang sifatnya dinamis yang didasarkan atas pengukuran aktivitas
penerimaan dan pengiriman dalam gudang produk jadi rata-rata per hari
5. Peringkatkan nilai T/S untuk tiap produk mulai dari yang terbesar sampai yang
terkecil untuk memudahkan saat penempatan produk.
6. Hitunglah jarak perjalanan menggunakan persamaan aisle distance yang merupakan
jarak yang sebenarnya. Jarak yang dihitung merupakan panjang perjalanan melalui
aisle yang dibutuhkan oleh peralatan material handling.
7. Tempatkan produk dengan nilai T/S terbesar (aktivitas perike slot/blok/sub blok/rak
dengan jarak perjalanan yang terkecil.
D. REFERENSI
Pornomo Hari,2004. Perencanaan dan Perancangan Fasilitas Edisi pertama, Penerbit
Graha Ilmu, Yogyakarta.
Wignjosoebroto, Sritomo. 1996. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Surabaya :
Penerbit Institut Teknologi Sepuluh November
ACARA VII
RESPONSI
Ujian responsi adalah ujian yang dilakukan untuk mengukur kemampuan praktikan tentang apa
yang didapat selama praktikum. Responsi dapat dilakukan dengan ujian tertulis dan/atau ujian
lisan.
37