Anda di halaman 1dari 24

TUGAS MAKALAH FARMAKOLOGI

“Obat-obat yang bekerja pada sistem syaraf pusat”

Disusun oleh :
M.IBADURROHMAN
2002060099

Dosen pembimbing akademik :


Apt.IRMA SUSANTI,M.Farm.

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2021

1
PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah farmakologi ini
tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas dari bapak/ibu dosen, dari program studi farmasi. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang obat-obat yang
bekerja pada sistem saraf pusat dalam ilmu kefarmasian, supaya nantinya
mengerti akan obat-obat apa saja yang bekerja pada sistem saraf pusat yang
digunakan oleh konsumen. Dan tentunya juga akan menambah wawasan.

Saya sebagai penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Untuk itu, saya mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk
makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik
lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini saya mohon
maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

2
DAFTAR ISI

PENGANTAR........................................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................3

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................4
1.3 Tujuan................................................................................................................5

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sistem syaraf......................................................................................................5
2.2 Sistem syaraf pusat.............................................................................................6
2.3 Mikroanatomi sistem syaraf...............................................................................8
2.4 Talamus, Hipotalamus, dan Epitalamus.............................................................9
2.5 Obat-obat yang bekerja pada sistem syaraf pusat..............................................9

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Nama sistem saraf berasal dari “saraf”, yang mana merupakan bundel
silinder serat yang keluar dari otak dan central cord, dan bercabang-cabang untuk
menginervasi setiap bagian tubuh. Adapun sistem saraf terdiri dari dua macam
yakni sistem saraf pusat (terdiri dari semua sel saraf, otak dan urat saraf tulang
belakang) dan sistem saraf tepi (terdiri dari semua neuron yang menghubungkan
sistem saraf pusat dengan kelenjar- kelenjar, otot-otot dan reseptor sensorik).
Sistem saraf tepi juga dibagi dua yakni sistem somatik dan sistem otonom. Sistem
syaraf pusat berada di dalam rongga tubuh dorsal, dengan otak ditempatkan di
rongga tengkorak dan sumsum tulang belakang di kanal tulang belakang. Pada
vertebrata, otak dilindungi oleh tengkorak, sementara sumsum tulang belakang
dilindungi oleh vertebrae. Otak dan sumsum tulang belakang keduanya ditutupi
oleh membran protektif yang bernama meninges.
Sistem saraf pusat memiliki fungsi untuk mengkoordinasi segala aktivitas
bagian tubuh manusia. Dalam mengkoordinasi segala aktivitas tubuh manusia,
Sistem saraf pusat dibantu oleh sistem syaraf perifer yang merupakan penghubung
impuls dari sistem saraf pusat menuju sel organ efektor. Sistem saraf pusat dibagi
atas otak dan medula spinalis. Otak terletak dalam cavum cranii yang dikelilingi
oleh suatu capsula tulang, medula spinalis terletak pada canalis vertebralis tertutup
oleh columna vertebralis. Susunan saraf pusat terdiri dari otak dan medula spinalis
yang merupakan pusat-pusat utama terjadinya korelasi dan integrasi informasi
saraf. Saraf pusat terdiri dari sel-sel saraf dengan prosesus-prosesusnya yang
disebut neuron serta disokong oleh jaringan khusus yaitu neuroglia.
Otak, salah satu organ terbesar yang ada pada manusia, memiliki 4 bagian
major, yaitu brainstem (batang otak), serebrum, diensefalon, dan serebrum. Yang
termasuk bagian batang otak adalah otak tengah, pons, dan sumsum belakang. Ini
bertindak sebagai pusat relay (penghubung) yang menghubungkan serebri dan
serebrum ke sumsum tulang belakang. Ia melakukan banyak fungsi otomatis
seperti pernapasan, detak jantung, suhu tubuh, bangun dan siklus tidur,
pencernaan, bersin, batuk, muntah, dan menelan. Sepuluh dari dua belas saraf
kranial berasal dari batang otak. Serebrum adalah bagian terbesar kedua pada otak
setelah serebrum. Serebrum terletak di posterior pons dan medulla dan di inferior

4
pars posterior serebrum. Bagian otak ini berfungsi untuk mengkoordinasikan
gerakan otot, menjaga postur tubuh, dan keseimbangan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.2.1. Apa yang di maksud dengan sistem saraf ?
1.2.2. Apa saja sistem saraf pusat ?
1.2.3. Bagaimana mikroanatomi sistem saraf pusat ?
1.2.4. Apa itu talamus, hipotalamus, dan epitalamus ?
1.2.5. Apa saja obat-obat yang bekerja pada sistem saraf pusat ?

1.3 TUJUAN
1.3.1. mengetahui apa itu sistem saraf
1.3.2. mengetahui apa saja sistem saraf pusat
1.3.3. mengetahui mikroanatomi sistem saraf pusat
1.3.4. mengetahui talamus, hipotalamus, dan epitalamus
1.3.5. mengetahui obat-obat yang bekerja pada sistem saraf pusat

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SISTEM SYARAF


Sistem saraf adalah jaringan kompleks dari saraf dan sel yang membawa
impuls ke otak dan sumsum tulang belakang kemudian diantarkan ke organ
bagian tubuh lainnya sebagai penerima. Dikenal pula sebagai pusat koordinasi
semua kerja sistem organ, Sistem Saraf memiliki fungsi. Yaitu :
1. Menerima rangsangan dari lingkungan atau rangsangan yang terjadi dalam
tubuh;
2. Mengubah rangsangan ini dalam perangsangan saraf,
menghantar dan memprosesnya;
3. Mengkoordinasi dan mengatur fungsi tubuh melalui impuls-impuls yang
dibebaskan dari pusat ke perifer.

Sistem saraf secara titik pandang anatomi-topografi dan fungsional mengkoordinir


sistem sistem lainnya di dalam tubuh dibagi dalam dua kelompok yaitu:
a. Sistem Saraf pusat (SSP), yang terdiri dari otak dan susunan
sumsum tulang belakang

5
b. Sistem Saraf Perifer, yang terbagi dalam dua bagian, yakni :
1) Saraf-saraf motoris atau saraf Eferen yang
menghantarkan impuls (isyarat) listrik dari SSP ke
jaringan perifer melalui neuron eferen (motoris); menuju
kelenjar disebut serabut sekretorik.
2) Saraf-saraf sensoris atau saraf Aferen yang
menghantarkan impuls dan periferi ke SSP melalui
neuron aferen (sensori); berasal dari organ panca indera
disebut serabut sensorik.

c. Sistem Saraf Otonom, yang mengendalikan organ-organ dalam


secara tidak sadar. Menurut fungsinya SSO dibagi menjadi dua
cabang, yakni Sistem (Ortho)Simpatis dan Sistem Parasimpatis
(SO dan SP).
d. Sistem Saraf Motoris atau Somatik, yang mengendalikan fungsi-
fungsi tubuh secara sadar.

2.2 SISTEM SYARAF PUSAT

OTAK
Perkembangan Otak manusia mencapai 2% dari keseluruhan berat tubuh,
mengkonsumsi 25% oksigen dan menerima 1,5% curah jantung. Bagian cranial
pada tabung saraf membentuk tiga pembesaran (vesikel) yang berdiferensiasi
untuk membentuk:
1. depan (proensefalon) terbagi menjadi dua subdivisi :
a. merupakan awal hemisfer serebral atau serebrum dan basal ganglia
serta korpus striatum (substansi abu-abu) pada serebrum.
b. Diensefalon menjadi thalamus, hipotalamus dan epitalamus.
2. Otak tengah (mesensefalon) terus tumbuh dan pada orang dewasa
disebut otak tengah.
3. Otak belakang (rombensefalon) terbagi menjadi dua subdivisi :
a. Metensefalon berubah menjadi batang otak (pons) dan serebrum.
b. Mielensefalon menjadi medulla oblongata. Rongga pada tabung
saraf tidak berubah dan berkembang menjadi ventrikel otak dan
kanal sentral medulla spinalis.

Lapisan Pelindung
Otak terdiri dari rangka tulang bagian luar dan tiga lapisan jaringan ikat
yang disebut meninges. Lapisan meningeal terdiri dari pia meter, lapisan araknoid
dan durameter.

6
1. Pia meter
Lapisan terdalam yang halus dan tipis, serta melekat erat pada otak.
2. Lapisan araknoid
Terletak di bagian eksternal pia meter dan mengandung sedikit pembuluh darah.
Runga araknoid memisahkan lapisan araknoid dari piameter dan mengandung
cairan cerebrospinalis, pembuluh darah serta jaringan penghubung serta selaput
yang mempertahankan posisi araknoid terhadap piameter di bawahnya.
3. Durameter
Lapisan terluar dari mening (selaput otak dan tulang belakang) yang menyelimuti
dan melindungi otak dan tulang belakang. Di kepala lapisan dura biasanya
melekat pada tengkorak bagian dalam sehingga rentan terjadi perdarahan.

SUMSUM TULANG BELAKANG

Sumsum tulang belakang (spinalcord), atau disebut juga dengan medula


spinalis, adalah kumpulan serabut saraf yang berada di sepanjang tulang belakang,
yang membentang dari bagian bawah otak hingga ke punggung bagian bawah.
Kumpulan jaringan ini memang relatif kecil, dengan berat hanya 35 gram dan
diameter sekitar 1 cm. Meski kecil, organ tubuh ini memegang peran vital dalam
sistem saraf manusia. Bersama dengan otak, medula spinalis menjalankan sistem
saraf pusat yang mengoordinasikan aktivitas sehari-hari manusia, seperti bergerak,
merasakan sakit atau sensasi lainnya (panas dan dingin, getaran, tajam dan
tumpul), hingga mengontrol berbagai fungsi tubuh, seperti pernapasan, tekanan
darah, atau detak jantung. Sumsum tulang belakang atau medula spinalis adalah
kumpulan serabut saraf yang dikelilingi oleh tulang, cakram tulang rawan,
ligamen, dan otot, untuk melindunginya dari cedera dan guncangan akibat gerakan
tubuh. Tulang tersebut terdiri dari 33 ruas yang disebut dengan vertebra atau
tulang belakang. Adapun sumsum tulang belakang melewati lubang di tengah
(disebut kanal tulang belakang) yang ada di setiap ruas tulang belakang.

Bentuk organ vital ini relatif silinder dengan panjang sekitar 45 cm, dan
hanya sekitar dua pertiga bagian dari total panjang ruas-ruas tulang belakang. Dari
panjang tersebut, sumsum tulang belakang dibagi menjadi empat susunan atau
struktur, yaitu servikal (leher), toraks (punggung atas), lumbal (punggung bawah),
dan sakral (panggul). Di bagian paling bawah terdapat kumpulan saraf yang
menyerupai ekor kuda, yang disebut dengan cauda equina. Sama seperti anatomi
otak, di dalam sepanjang medula spinalis juga dikelilingi oleh cairan serebrospinal
dan selaput membran (meninges) yang berfungsi untuk melindungi organ ini.
Selaput meninges tersebut terdiri dari tiga lapisan yang disebut dengan dura
meter, arachnoid, dan pia meter. Bila medulla spinalis dipotong secara horizontal,
terdapat beberapa bagian di dalamnya yang memiliki fungsi berbeda-beda.

7
Berikut adalah beberapa bagian atau anatomi dari sumsum tulang belakang
(medula spinalis) tersebut :

Grey matter (bagian abu-abu)


Grey matter merupakan bagian gelap berwarna abu-abu dan memiliki
bentuk seperti kupu-kupu yang berada di dalam sumsum tulang belakang. Bagian
ini terdiri dari badan sel saraf (neuron) dan sel glial serta memiliki empat ‘sayap’
yang disebut dengan tanduk. Dua tanduk yang berada di depan (tanduk anterior
atau ventral) mengandung sel saraf atau neuron motorik yang berfungsi membawa
informasi dari otak dan medulla spinalis ke otot tubuh untuk merangsang
pergerakannya. Sementara dua tanduk yang berada di belakang (tanduk posterior
atau dorsal) membawa informasi sensorik, seperti sentuhan, tekanan, atau rasa
sakit, dari tubuh kembali ke medulla spinalis dan otak. Selain itu, ada pula yang
disebut dengan tanduk lateral dan kolom intermediate yang berperan dalam sistem
saraf otonom. Meski demikian, tanduk lateral hanya ditemukan di beberapa area
sumsum tulang belakang, yaitu toraks, lumbal atas, dan sakral.

White matter (bagian putih)


Grey matter di dalam medulla spinalis terbungkus oleh bagian berwarna
putih, yang disebut dengan white matter. Bagian ini berisi akson yang
memungkinkan berbagai bagian sumsum tulang belakang untuk berkomunikasi
dengan baik dan lancar. Akson ini bergerak ke dua arah. Beberapa akson yang
mengarah naik berfungsi membawa sinyal dari tubuh ke otak, sedangkan yang
turun mengirimkan sinyal dari otak ke neuron yang terletak di bagian lain dari
tubuh. Sama seperti grey matter, white matter juga dipisahkan menjadi beberapa
bagian yang disebut kolom. Keempat bagian tersebut, yaitu kolom posterior (di
antara dua tanduk posterior), kolom anterior (di antara dua tanduk anterior), dan
kolom lateral (antara tanduk posterior dan akson dari neuron tanduk anterior).
Kolom posterior terdiri dari akson yang mengarah naik, sedangkan kolom anterior
dan lateral terdiri dari banyak kelompok akson yang berbeda dari saluran yang
naik dan turun, termasuk yang mengontrol sistem saraf perifer atau tepi.

Fungsi sumsum tulang belakang :


a. Mengontrol sensasi
b. Mengontrol gerak (motorik) & kerja organ
c. Gerak refleks

2.3 MIKROANATOMI SISTEM SYARAF PUSAT

8
Neuron adalah unit struktural dan fungsional sistem saraf yang
dikhususkan untuk komunikasi cepat atau merupakan unsur penyusun sistem
saraf. Neuron terdiri dari badan sel saraf atau perikaryon yang mengandung
nukleus, retikulum endoplasma, aparatus golgi dan komponen lainnya yang
diperlukan untuk sintesis protein. Bentuk dan ukuran neuron bervariasi, tetapi
masing-masing mempunyai sebuah badan sel yang dari permukaannya menonjol
satu atau lebih yang disebut neurit. Neurit yang berfungsi untuk menerima
informasi dan menghantarkannya ke arah badan sel dendrit. Dendrit merupakan
penerima implus saraf (reseptor) sedangkan akson berfungsi meneruskan pesan
dari neuron ke terminal akson. implus-implus saraf tersebut kemudiaan diteruskan
ke neuron-neuron lain, otot-otot atau kelenjar-kelenjar. Neuron meneruskan
implus ke neuron-neuron lain dengan sarana zat kimia yang disebut
neurotransmiter. Proses hantaran implus tersebut merupakan proses elektrik, akan
tetapi pada ujung terminal akson akan terjadi pelepasan substansi kimia. Substansi
kimia tersebut akan menyebar melintasi celah sinaptik diantara terminal saraf dan
Jaringan neuroefektor dan selanjutnya kontak dengan reseptor.

2.4 TALAMUS, HIPOTALAMUS, dan EPITALAMUS

TALAMUS Terdiri dari dua massa oval (lebar 1 ¼ cm dan panjang 3 ¾


cm) substansi abu-abu yang sebagian tertutup substansi putih. Masing-masing
massa menonjol keluar untuk membentuk sisi dinding ventrikel ketiga.

HIPOTALAMUS Terletak di didi inferior thalamus dan membentuk


dasar serta bagian bawah sisi dinding ventrikel ketiga. Hipotalamus berperan
penting dalam pengendalian aktivitas SSO yang melakukan fungsi vegetatif
penting untuk kehidupan, seperti pengaturan frekuensi jantung, tekanan darah,
suhu tubuh, keseimbangan air, selera makan, saluran pencernaan dan aktivitas
seksual. Hipotalamus juga berperan sebagai pusat otak untuk emosi seperti
kesenangan, nyeri, kegembiraan dan kemarahan. Hipotalamus memproduksi
hormon yang mengatur pelepasan atau inhibisi hormon kelenjar hipofise sehingga
mempengaruhi keseluruhan sistem endokrin.

EPITALAMUS Membentuk langit-langit tipis ventrikel ketiga. Suatu


massa berukuran kecil, badan pineal yang mungkin memiliki fungsi endokrin,
menjulur dari ujung posterior epitalamus.

2.5 OBAT-OBAT YANG BEKERJA PADA SISTEM SYARAF PUSAT

9
ANXIOLTIS SEDATIF

Ansietas adalah gangguan mental berupa suatu ketegangan yang tidak


menyenangkan, rasa takut, gelisah dan penyebabkannya tidak diketahui. Ansietas
ringan tidak perlu diobati, ansietas berat diobati. Gejala ansietas adalah
Takhikardi, berkeringat, gemetar, palpitasi dan aktivitas simpatik. Secara
farmakologi penyebab ansietas karena terjadinya letupan neuritansmitter di otak,
sehingga obat-obat yang digunakan untuk menurunkan gejala ansietas adalah
menormalkan letupan neurotransmitter yang terjadi di otak.
Anxiolilitis, yaitu mampu meniadakan rasa bimbang, takut, gelisah dan
agerasi yang hebat. Oleh karena itu adakalanya obat ini digunakan dalam dosis
rendah sebagai minor transquillizer pada kasus-kasus serius, dimana
benzodiazepine kurang efektif, misalnya pimozida dan thioridiazin.
Hipnotika-sedativa merupakan golongan obat depresan susunan saraf
pusat (SSP) yang relatif tidak selektif, mulai dari yang ringan yaitu menyebabkan
tenang dan kantuk, menidurkan, hingga yang berat yaitu hilangnya kesadaran,
keadaan anestesi, koma dan mati, yang tergantung dari dosis obat yang diberikan.
Pada dosis terapi obat sedatif menekan aktivitas, menurunkan respons terhadap
rangsangan emosi dan menenangkan. Obat hipnotik menyebabkan kantuk dan
mempermudah tidur serta mempertahankan tidur yang menyerupai tidur
fisiologis.
Obat penenang, juga disebut ataraktika atau anxiolitika, terutama
benzodiazepin zat yang dapat menekan sistem saraf pusat dengan sifat penenang
dan hipnotis, dan di samping itu juga diberdayakan anxiolitis, antikonvulsif dan
relaksasi otot.

Golongan Obat Antiansietas (Anxiolitik)


Obat yang digunakan untuk mengobati cemas, golongan obat dibedakan
berdasarkan sifat ada tidaknya efek hipnotik. Hipnotika dapat dibagi menjadi
beberapa kelompok, yaitu senyawa barbiturat dan benzodiazepine.
1. Barbiturat
Barbital digunakan sebagai obat pereda untuk dosis yang siang hari lebih rendah
dari dosis sebagai pil tidur, yang 0,5 sampai 1/6 kali. Misalnya, fenobarbital
dalam dosis 15-30 mg bekerja sebagai sedativum dan 100 mg atau lebih sebagai
obat tidur.
2. Benzodiazepin
Pada intinya, semua benzodiazepin memiliki kekuatan senyawa yang disebutkan
di atas, yaitu efikasi anksiolitis, sedatif hipnotis, antikonvulsif, relaksasi otot dan
kekuasaan.
Penggunaan ada dua, Zat yang relatif kuat sifat sedatif hipnotik dari sifat-
sifat lainnya, terutama digunakan dalam pil tidur. Penggunaan lainnya adalah

10
sebagai spasmolitikum (senyawa rilis kejang), misalnya pada tetanus (terutama
klonazepam dan diazepam), dan sebagai premedikasi sebelum diferensiasi
(terutama midazolam), di mana alam anestetisnya berguna.
Keuntungan dari obat ini dibandingkan dengan pil tidur barbital dan
lainnya tidak atau hampir tidak menghalangi-tidur REM. Namun, benzodiazepin
bila digunakan untuk hanya beberapa minggu, oleh banyak ahli dianggap sebagai
pil tidur relatif aman, dan merupakan pilihan hipnotika pertama.
Farmakokinetik. Berkat sifat lipofilnya, resorpinya berjalan dengan baik di
usus (8090%) dan cepat, sedangkan konsentrasi maksimum dalam plasma tercapai
dalam jarak 0,5 sampai 2 jam.

Faktor-faktor yang membatasi penggunaan barbiturate dan menyebabkan


penggunanya terdesak oleh benzodiazepine adalah :
a. Toleransi dan ketergantungan cepat timbul mengenai sifat menidurkan
pada dosis berulang dan lebih ringan mengenai efek anti-epilepsinya.
Dalam jangka panjang, toleransi diperkuat induksi-enzim. Enzim
mikrosomal hati pembentukannya ditingkatkan, menyebabkan percepatan
pengaruhnya (auto-induksi).
b. Stadium-REM (tidur dengan mimpi) dipersingkat,sehingga tidur kurang
nyaman.
c. Efek paradoksal, dalam dosis rendah keadaan nyeri, justru eksitasi dan
kegelisahan.
d. Overdose barbital menimbulkan depresi sentral, penghambahatan
pernafasan, koma dan kematian.

Permasalahan muncul jika pemakaiannya untuk jangka yang lebih panjang


contoh pada pasien dengan gangguan pada fisik hebat seperti radang sendi
(Rheumathoid Arthritis), pasien stres, pasien frustrasi, pasien depresi dan penyakit
lain yang dikategorikan gangguan jiwa. Pemakaian panjang mulai bulanan hingga
tahunan ini berakibat tidak hanya ketergantungan secara fisik saja namun juga
ketergantungan secara psikis. Kondisi ini membuat pasien sukar untuk lepas obat.
Dan jika dipaksakan untuk putus obat maka dapat berakibat munculnya gejala
putus obat seperti kondisi emosi-emosi yang tidak terkontrol (senang berlebihan ,
takut berlebihan, cemas berlebihan, dll). Semakin tingginya tingkat
ketergantungan ini menyebabkan semakin sukar pula untuk melepaskan
penggunaan obat penenang ini. Ditambah lagi jika ini merupakan kombinasi
antara sakit fisik dan sakit mental (two in one deh)

Penjelasan Obat Golongan Benzodiazepin


Efek benzodiazepin hampir semua merupakan hasil kerja golongan ini
pada SSP dengan efek utama : sedasi, hipnosis, pengurangan terhadap rangsangan
emosi/ansietas, relaksasi otot dan antikonvulsi. Benzodiazepin mempengaruhi

11
aktivitas saraf pada semua tingkatan, namun beberapa derivat benzodiazepin
pengaruhnya lebih besar dari derivat yang lain, sedangkan sebagian lagi memiliki
efek yang tidak langsung. Benzodiazepin bukan suatu depresan umum seperti
barbiturat.
Peningkatan dosis benzodiazepin menyebabkan depresi SSP yang
meningkat dari sedasi ke hipnosis dan dari hipnosis ke stupor. Keadaan ini sering
dinyatakan sebagai efek anestesia, tapi obat golongan ini tidak benar-benar
memperlihatkan efek enestesi umum yang spesifik karena kesadaran penderita
biasanya tetap bertahan dan relaksasi otot yang diperlukan untuk pembedahan
tidak tercapai. Namun pada dosis preanestetik, benzodiazepin menimbulkan
amnesia bagi kejadian yang berlangsung setelah pemberian obat; jadi hanya
menimbulkan ilusi mengenai anestesia yang baru dialaminya (amnesia anterogad).

Benzodiazepin dengan dosis hipnotik menimbulkan efek samping sebagai


berikut :
Light headedness, lambat bereaksi, inkoordinasi motorik, ataksia,
gangguan fungsi mental dan prikomotor, gangguan koordinasi berpikir, bingung,
amnesia enterograd, mulut kering dan rasa pahit. Kemampuan berpikir sedikit
kurang dipengaruhi dibandingkan dengan penampilan gerak.

Golongan benzodiazepin Bersifat ansiolitik dan tidak mempunyai efek


hipnotik adalah Alprazolam, Klordiazepoksid, Klonazepam, Klorazepat,
Diazepam dan Lorazepam . Kedua Golongan benzodiazepine Bersifat Hipnotik
adalah Quazepam, Midazolam, Estazolam, Flurazepam, Temazepam dan
Triazolam.
Mekanisme Kerja benzodiazepine sebagai anti cemas :

1. neuron (cemas) dapat terjadi karena tertutupnya saluran Cl, karena tidak
ada ikatan pada GABA sehingga reseptor kosong.
2. Pengikatan GABA menyebabkan saluran ion Cl membuka. Bila
pengikatan GABA diperkuat oleh benzodiazepin (obat ansiolitik), yang
menyebabkan masuknya Cl lebih banyak.
3. Masuknya Cl membuat hiperpolarisasi yang dapat menghambat letupan
neuron.

Indikasi obat golongan Ansiolitik :


1. gangguan ansietas digunakan diazepam, untuk pasien yang memerlukan
pengobatan lama. Alprazolam untuk pengobatan lama atau pendek. Obat
ini menimbulkan adiksi sehingga hanya untuk ansietas kronik.
2. Untuk gangguan otot digunakan diazepam, bisa juga digunakan untuk
kaku otot.

12
3. Untuk penanganan kejang dengan obat klonazepam untuk kejang karena
epilepsi. Epilepsi Klorazepat, diazepam dan oksazepam untuk pengobatan
akut putus alkohol.
4. Untuk gangguan tidur, tidak semua benzodiazepam dapat digunakan
sebagai obat tidur, meskipun semua mempunyai efek sedatif dan
penenang. Yang digunakan untuk gangguan tidur (obat tidur) adalah
Flurazepam, Temazepam, Triazolam.
.

ANTIPSIKOTIKA

Antipsikosis/Transkuiliser mayor sebagai neuroleptik (tidak menekan


fungsi intelektual) adalah obat yang pertama kali dibuat untuk mengobati pasien
yang mengidap gangguan jiwa dengan gejala psikotika , seperti Skizoprenia,
mania dan depresi psikotis. Seringkali obat Transkuiliser Mayor diresepkan untuk
pasien gangguan perilaku serius Demensia dengan gejala agitasi, delusi (melihat
dan mendengar yang tak ada), kesulitan tidur, mengurangi halusinasi dan agitasi
dengan cara menghambat reseptor dopamin di otak. Efek menenangkan dan
mengurangi gerakan spontan. Gejala yang timbul berupa simtom positif dan
simtom negatif, yang selalu didapat bersamaan, tetapi dengan aksen berlainan
dengan pada setiap pasien.
Simtom Positif berupa waham (seolah-olah mendengar suara orang yang
memerintahkan berbuat sesuatu), halusinasi (keinsafan realitas terganggu), pikiran
janggal dan desorganisasi kognitif (daya asosiasi terganggu, tak dapat berpikir
jelas). Prognosa pasien dengan gejal-gejala ini yang dominan, dianggap agak baik.
Sedangkan, Simtom negatif berupa kemiskinan psikomotoris (berkurangnya
bicara dan bergerak, pemerataan emosional). Pengelakan hubungan sosial, apatis,
hilangnya enersi serta inisiatif. Prognosa pasien berfungsi social buruk, tidak baik.
Antipsikotika mekanisme kerjanya dengan menghambat (agak) kuat reseptor
dopamine (D2) di system limbic otak dan disamping itu juga menghambat
reseptor D1/D4, α1(dan α2)-adreneg, serotonin, muskarinik dan histamine. Riset
baru mengenai otak telah ditemukan pula blokade tuntas dari reseptor D2 saja
tidak cukup untuk menanggulangi schizophrenia secara efektif, perlu
neurohormone lainnya seperti serotonin (5HT2), glutamate, dan GABA (gamma-
butyric acid).

Ada dua jenis utama pengobatan antipsikotika:

13
Konvensional, Obat Typis atau antipsikotik klasik.
Pengobatan ini umumnya efektif dalam mengelola gejala-gejala positif
schizophrenia. Pengobatan ini kerap dan berpotensi menimbulkan efek samping
neurologis, termasuk kemungkinan tardive dyskinesia atau gerakan menyentak
tanpa sadar. Kelompok pengobatan ini termasuk:
 Derivate fenotiazin : Klorpromazin, Levomepromazin dan Triflepromazin,
Thiozidazin dan Periciazin, Perfenazin dan Flufenazin, Perazin,
Proklorperazin dan Thietilperazin.
 Derivate Thioxanthen : Klorprotixen dan Zuklopentixol.
 Derivate Butirofenon : Haloperidol, Bromperidol, Pipamperon dan
Droperidol.
 Derivate Butilpiperidin : Pimozida, Fluspirilen dan Penfluridol.

Generasi baru, atau disebut juga obat atypis antipsikotika.


Pengobatan antipsikotik terbaru ini dalam mengelola simtom negatif yang
praktis kebal terhadap obat klasik dan tetap simtom positif. Efek sampingnya
lebih ringan, khususnya gangguan ekstrapiramidal dan dyskinesia tarda.
Yang termasuk obat jenis ini antara lain: Sulpirida, Clozapine (Clozaril),
Risperidone (Risperdal), Olanzapine (Zyprexa), Quetiapine (Seroquel),
Ziprasidone (Geodon), Aripiprazole (Abilify), Paliperidone (Invega) Risperidone
(Risperdal) adalah satu-satunya obat atipikal antipsikotik yang telah disetujui
Food and Drug Administration (FDA) untuk terapi schizophrenia pada anakanak
usia 13 hingga 17 tahun. Pengobatan antipsikotik atypis memiliki efek samping
terhadap metabolisme, termasuk pertambahan berat badan, diabetes dan kolesterol
tinggi.

ANTIDEPRESI

Keadaan yang tidak sesuai dengan kehidupan yang bersangkutan disertai


hambatan emosi menyeluruh. Depresi berbeda dengan skizoprenia yang
menggangu dalam pemikiran. Depresi adalah keadaan psikis yang tidak sesuai
(cocok) dengan keadaan kehidupan yang bersangkutan yang disertai hambatan
emosi menyeluruh. (ini yang membedakan depresi dengan kesedihan, yang
merupakan reaksi psikis adekuat terhadap suatu keadaan tertentu).

14
Penyakit depresi mayor dan bipolar adalah penyakit alam perasan yang
menyimpang, mengganggu energi, pola tidur, nafsu makan, libido dan
kemampuan bekerja. Gejala depresi yaitu, emosi yang jatuh, tanpa harapan, tidak
nafsu makan, dan tidak bisa tidur. Cara berfikir pasien monoton berkisar hanya
pada diri sendiri. Disertai gejala bandaniah rasa lelah, nyeri lambung, nyeri
jantung. Bila ditutupi oleh keluhan-keluhan organis maka disebut depresi
terselubung. Depresi berat akan menyebabkan bunuh diri.

Berdasarkan penyebabnya, menurut Kiel-holz depresi dibagi atas bentuk:

 Organik, Disebabkan perubahan struktur otak, misalnya akibat


aterosklerosis atau pasca trauma.
 Menggejala atau Simpatomatik, Gejala lanjutuan penyakit
ekstraserebral, dapat terjadi antara lain yaitu penyakit infeksi pada
penyakit jantung – system sirkulasi kronis, atau gangguan endokrin
(misalnya setelah kehamilan, dan masa klimakterium).
 Endogen atau Melankoli, Termasuk dalam maniak-depresif yaitu
siklotimi. Ditandai dengan fase maniak yaitu mood yang baik, aktivitas
yang meningkat dan penuh ide-ide, keadaan tubuh terasa sehat, terlalu
percaya diri. Serta fase depresi yang berlangsung lebih lama, ada ritme
harian, semakin siang hari semakin membaik.
 Neurotik, Disebabkan oleh desakan konflik (pertentangan).
 Kelelahan, Akibat situasi pembebanan psikis yang berlangsung lama,
hanya dimengerti sampai batas-batas tertentu.
 Reaktif, Akibat pengalaman yang menyakitkan.
 Depresi disebabkan karena defisiensi monoamin seperti norepinefrin dan
serotonin otak pada tempat-tempat penting di otak. Sementara manik
(bipolar) disebabkan karena peningkatan neurotransmiter diatas normal
pada otak. Kerja Semua golongan antidepresi bekerja dengan memperkuat
langsung atau tidak langsung kerja norepinefrin, dopamin dan atau
serotonin otak.

Penggolongan obat anti depresan

Terdapat 3 (tiga) golongan obat antidepresan yaitu, Antidepresan Trisiklik


(TCA), Selektif Serotonin Re-Uptake Inhibitor (SSRI) dan Mono Amin Oksidase
Inhibitor (MAOI)

1. Antidepresan Trisiklik (TCA)

15
Mekanisme kerja TCA yaitu Menghambat ambilan neurotransmiter, TCA
menghambat pengambilan norepinefrin dan serotonin neuron masuk ke terminal
saraf pra sinaps, dengan menghambat jalan utama pengeluaran neurotransmiter,
TCA akan meningkatkan konsentrasi monoamin dalam celah sinaps,
menimbulkan efek antidepresan. Efek TCA adalah meningkatkan pikiran,
memperbaiki kewaspadaan mental, meningkatkan aktifitas fisik, mengurangi
angka kesakitan pada depresi. Efek timbul memerlukan waktu 2 minggu atau
lebih. Indikasi untuk Depresi, gangguan panik, dan dapat digunakan untuk
mengontrol ngompol bagi anak diatas 6 tahun.
Yang termasuk obat golongan TCA adalah Amitriptilin, Amoksapin,
Desipramin, Doksepin, Imipramin, Maprotilin, Nortriptilin, Trimipramin.

2. Selektif Serotonin Re-Uptake Inhibitor (SSRI)


SSRI merupakan Antidepresan baru, sehingga penggunaannya harus hati –
hati, karena efek jangka panjangnya belum diketahui. Mekanisme kerjanya sama
seperti TCA tetapi lebih selektif menghambat ambilan neurotransmitter serotonin
dibanding yang lain (dopamin).
Indikasi SSRI Untuk depresi (lebih unggul dari golongan TCA), penderita
Bulimia nevrosa, anoreksia nevrosa, gangguan panik, nyeri neuropati diabetik,
dan sindrom premenstrual.
Yang termasuk obat golongan SSRI adalah Fluoksetin, Fluvoksamin,
Nefazodon, Paroksetin, Sertralin, Trazodon, Venlafaksin.

3. Mono Amin Oksidase Inhibitor (MAOI)


Monoamin oksidase adalah suatu enzim mitokondria yang ditemukan
dalam jaringan saraf dan jaringan lain, seperti usus dan hati. Dalam neuron, MAO
berfungsi sebagai katup penyelamat (menonaktifkan neurotransmiter monoamin
NorEfineprin (NE), dopamin, serotonin).

Mekanisme kerja MAOI :


 MAO menginaktifasi monoamin (NE,serotonin,dopamin) yang keluar dari
vesikel sehingga monoamin dalam neuron berkurang.
 Obat MAOI menghambat inaktivasi monoamin oleh MAO, sehingga
monoamin tetap aktif dan berdifusi kedalam ruang sinaps.
Yang termasuk golongan MAOI yaitu, Isokarboksazid, Fenelzin dan
Tranilsipromin.
Indikasi MAOI yaitu :
 Untuk depresi pada pasien yang tidak responsif atau alergi oleh
antidepresan trisiklik.
 Ansietas hebat
 Pasien Aktivitas psikomotorik lemah
 Pengobatan fobia

16
 Depresi atipikal (pikiran labil, menolak kebenaran, gangguan nafsu
makan)

PSIKOSTIMULAN

Psikostimulansia dapat meningkatkan aktivitas psikis. Senyawa ini dapat


menghilangkan penat dan kelelahan, serta meningkatkan kemampuan beraktifitas
yang bersangkutan. Senyawa ini tidak memiliki khasiat antipsikotika. Tidak
begitu kuat, sedangkan ketergantungan psikis bervariasi dari lemah (kofein)
sampai sangat kuat (amfetamin, kokain) melalui terjadinya toleransi.
Ketergantungan psikis maupun fisik dan toleransi dapat terjadi dengan cepat pada
penggunaan kronis. Bila penggunaan dihentikan dengan mendadak, timbul gejala
withdrawal, seperti perasaan letih dan mengantuk yang berlangsung sampai 2-3
hari.
Senyawa amfetamin, pada perang dunia ke-II banyak digunakan untuk
efek stimulasinya, antara lain meningkatkan daya tahan, menghilangkan rasa letih,
menghilangkan rasa kantuk, maupun lapar dan meningkatkan kewaspadaan serta
aktivitas. Disamping itu, efek simpatomimetik periferalnya yang juga
meningkatkan tekanan darah dan rate jantung, yang dapat menyebabkan stroke
maupun serangan jantung. Zat ini juga berdaya melepaskan dopamin dan
norepinefrin di ujung saraf. Sedangkan kokain, memblokir penarikan kembali
dopamin ke ujung-ujung saraf, sehingga memberikan efek yang sama dengan
amfetamin. Overdose dapat menyebabkan kekacauan pikiran, delirium, halusinasi,
prilaku ganas, dan juga aritmia jantung, untuk mengatasinya dapat dengan sedatif,
misalnya diazepam.
Obat perangsang atau stimulan adalah obat-obatan yang dapat
menimbulkan rangsang tertentu pada pemakainya. Obat ini bekerja dengan
memberikan rangsangan terhadap otak dan saraf melalui peningkatan kadar
dopamine atau penghambaan re-uptake norefineprin. Obat rangsang dapat berupa
amphetamine atau turunannya serta kokain dan kofein, Stimulan yang sering
beredar di pasaran adalah ekstasi dan shabu-shabu.

1. Ekstasi
Ekstasi atau methylenedioxy amphetamine (MDMA) merupakan zat kimia
turunan amphetamine yang memiliki reaksi yang lebih kuat dibandingkan dengan

17
amphetamine. Ekstasi mempunyai rumus kimia C11H15NO2. Ekstasi juga
disebut pil setan, karena pengaruhnya seperti setan yang merusak sistem saraf
pusat dan sel-sel otak. Selain itu, pil ini juga dapat menyebabkan ketergantungan.
Ekstasi dapat dikategorikan sebagai kelompok obat yang mudah dimodifikasi
struktur kimianya untuk memperoleh bahan aktif yang lebih ampuh khasiatnya.
Jika ekstasi diminum maka akan segera timbul gejala-gejala berikut.
a. Perasaan menjadi sangat gembira, tersanjung, bersemangat, dan
puas diri serta menjadi lebih terbuka kepada orang lain.
b. Tubuh gemetar, gigi gemeletuk, keluar keringat dingin, dan detak
jantung tidak normal.
c. Nafsu makan hilang, pandangan kabur, dan keluar air mata
terusmenerus.
d. Badan panas luar biasa (hipertermia), yang apabila diikuti dengan
minum terlalu banyak airakan menimbulkan ketidakseimbangan
cairan di dalam tubuh yang disebut dengan hipotermia. Jika terjadi
komplikasi dapat menimbulkan kematian.

2. Sabu-sabu
Salah satu turunan amphetamine yang lain adalah metamphetamine yang
memiliki rumus kimia C10H15N. Zat ini juga dikenal sebagai shabu-shabu.
Bentuknya yang berupa kristal tidak berwarna dan tak berbau sangat mudah larut
dalam air. Shabu-shabu memiliki efek yang sangat keras pada susunan saraf. Efek
yang dapat ditimbulkan cenderung lebih cepat dan lebih hebat daripada ekstasi.

Secara psikis shabu-shabu dapat menimbulkan efek-efek berikut:


 Timbulnya perasaan sehat, percaya diri, bersemangat, dan rasa gembira
yang berlebihan.
 Muncul perasaan berkuasa disertai peningkatan konsentrasi semu.
 Nafsu makan menurun, sulit tidur, dan biasanya muncul halusinasi.
 Mirip seperti jika mengonsumsi alkohol, pemakai ekstasi dapat dalam
jangka lama dapat mengalami penurunan berat badan terus-menerus,
kerusakan organ dalam, stroke, bahkan kematian. Jika orang sudah
kecanduan, ia akan terus-menerus gelisah, ketakutan, sensitif, bingung,
dan putus asa.

3. D-Amfetamin
Terutama memicu pelepasan norefeneprin dan menghambat re-uptakenya.
Akibatnya peningkatan frekuensi jantung dan tekanan darah. Euphoria terutama
disebabkan oleh meningkatnya dopamine bebas yang disusul dengan perasaan
lelah serta depresi dan dapat berlangsung berminggu-minggu. Peningkatan DA
bertanggung jawab atas gejala ketagihan dan perubahan perilaku. Pemakaian
amphetamine sebagian besar dimanfaatkan untuk menekan nafsu makan berlebih,

18
mengobati penderita hiperaktif, dan penderita narcolepsy, yaitu serangan rasa
mengantuk berat yang tiba-tiba dan tidak terkontrol. Akan tetapi, stimulan juga
banyak disalahgunakan dalam bentuk konsumsi di luar batas takaran yang
dianjurkan.
Pada tahap awal pemakaian, akan timbul perasaan senang berlebihan, rasa
percaya diri yang besar, dan semangat yang terlalu tinggi. Pada pemakaian dalam
dosis berlebih akan menunjukkan gejala-gejala seperti kejang-kejang, panik,
muntah-muntah, diare, bola mata membesar, halusinasi yang menakutkan, tidak
dapat mengendalikan emosi, dan koma, yang jika dibiarkan dapat menyebabkan
kematian.

4. Kokain
Merupakan alkaloid dari yang di otak.daun Erytroxylon coca yang dapat
memungkinkan terjadinya perintangan re-uptake noradrenalin diujung saraf
memelihara penyaluran impuls dari SSP. Kokain memelihara kadar DA tinggi di
ujung-ujung saraf dengan jalan merintangan zat-zat transport yang berfungsi
mengangkut kembali dopamine ke sel-sel.

5. Nikotin
Dengan meningkatkan kadar hormone dan dopamine di dalam plasma,
berdasarkan rangsangannya terhadap “chemoreseptor trigger zone” (CTZ) dari
sumsum tulang (medulla oblongata) dan stimulasinya dari refleks vagal.

6. Kofein
Alkaloid berasal dari tanaman kopi (Coffea Arabica/robusta) dan teh
(Camellia sinensis).

OBAT HALUSINASI

Halusinasi dapat dimanifestasikan dalam berbagai bentuk. Berbagai


bentuk halusinasi mempengaruhi indera yang berbeda, kadang-kadang terjadi
secara bersamaan, menciptakan halusinasi sensorik beberapa bagi mereka
mengalaminya.

1. Visual

19
Modalitas yang paling umum disebut ketika orang berbicara tentang
halusinasi. Ini termasuk fenomena melihat hal-hal yang tidak ada atau persepsi
visual yang tidak berdamai dengan realitas konsensus. Ada banyak penyebab yang
berbeda, yang telah diklasifikasikan sebagai psychophysiologic (gangguan
struktur otak), psychobiochemical (gangguan neurotransmiter), dan psikologis
(misalnya pengalaman bermakna kesadaran). Banyak gangguan dapat melibatkan
halusinasi visual, mulai dari gangguan psikotik dengan demensia untuk migrain,
namun mengalami halusinasi visual tidak dengan sendirinya berarti ada gangguan
tentu. Halusinasi visual yang berhubungan dengan perintah dos organik otak dan
penyakit terkait narkoba dan alkohol.

2. Pendengaran
Halusinasi auditori (juga dikenal sebagai Paracusia), terutama dari satu
atau lebih suara berbicara, terutama dikaitkan dengan gangguan psikotik seperti
skizofrenia atau mania, terus makna khusus dalam mendiagnosis kondisi ini,
meskipun banyak orang tidak menderita penyakit mental diagnosa kadang-kadang
mendengar suara juga. Halusinasi pendengaran non-organik asal yang paling
sering bertemu dengan dalam skizofrenia paranoid. Rekan visual mereka dalam
penyakit yang non-perasaan berbasis realitas menjadi melihat atau menatap. Jenis
lain dari halusinasi pendengaran termasuk sindrom kepala meledak dan sindrom
telinga musik, dan kelumpuhan dapat terjadi selama tidur. Pada yang terakhir,
orang akan mendengar musik bermain di pikiran mereka, biasanya lagu lagu
mereka yang akrab dengan. Hal ini dapat disebabkan oleh: lesi pada batang otak
(yang sering dihasilkan dari stroke), juga, tumor, ensefalitis, atau abses. Alasan
lain termasuk gangguan pendengaran dan aktivitas epilepsi. Halusinasi
pendengaran juga merupakan hasil dari mencoba bangun-inisiasi mimpi jernih.

3. Penciuman
Phantosmia adalah fenomena berbau bau yang tidak benar-benar hadir.
Bau yang paling umum adalah bau yang tidak menyenangkan seperti daging
busuk, muntah, urin, kotoran, asap, atau orang lain. Phantosmia sering hasil dari
kerusakan pada jaringan saraf dalam sistem penciuman. Kerusakan dapat
disebabkan oleh infeksi virus, tumor otak, trauma, operasi, dan mungkin terkena
racun atau obat-obatan. Phantosmia juga dapat disebabkan oleh epilepsi
mempengaruhi korteks penciuman dan juga diduga mungkin memiliki asal-usul
kejiwaan. Phantosmia berbeda dari parosmia, di mana bau sebenarnya hadir,
namun dirasakan berbeda dari bau biasa. Halusinasi penciuman juga telah
dilaporkan pada migrain, walaupun frekuensi halusinasi tersebut tidak jelas.

4. Perabaan
Jenis lain dari halusinasi menciptakan sensasi taktil input sensorik,
simulasi berbagai jenis tekanan pada kulit atau organ lain. Jenis halusinasi yang

20
sering dikaitkan dengan penggunaan narkoba, seperti seseorang yang merasa bug
merangkak pada mereka (dikenal sebagai formication) setelah periode lama
kokain atau menggunakan amfetamin.

5. Gustatory
Jenis halusinasi biasanya berfokus pada makanan dan umum kepada
individu menyajikan persepsi persecutory bersama dengan pengalaman aura
epilepsi.

6. Sensasi somatik Umum


Umum Sensasi somatik yang bersifat halusinasi yang dialami ketika
seseorang merasa bahwa tubuhnya sedang dimutilasi yakni memutar, robek, atau
disembowelled. Kasus yang dilaporkan lainnya adalah invasi oleh hewan dalam
organ internal seseorang.
Halusinogen adalah obat yang mendistorsi cara Anda memandang realitas.
Mereka dapat menyebabkan Anda untuk melihat, merasakan dan mendengar hal-
hal yang tidak ada, sehingga sulit untuk berkomunikasi atau berpikir jernih.
Mereka juga dapat menyebabkan cepat, intens perubahan suasana hati emosional.
Halusinogen bekerja dengan mengganggu bagaimana sel-sel saraf dan
neurotransmitter serotonin berinteraksi seluruh otak dan tulang belakang. Secara
umum Halusinogen memiliki mekanisme kerja yaitu memanfaatkan pelepasan
serotonin (5-HT). Dengan mengubah normal, struktur yang sehat serotonin dalam
tubuh, halusinogen memutar dan mengubah cara otak memproses indera, perasaan
dan informasi visual. Jadi idak dapat mendapatkan pegangan pada realitas,
peristiwa normal dan situasi bisa menerima suatu kualitas nyata dan menakutkan.

Halusinogen yang paling umum adalah:


 LSD (lysergsaure-diethylamid, dietilamida-lisergat) (AKA: Asam, tinta,
kubus, microdot, sinar matahari kuning, biru langit, Cid) – Merupakan
Turunan indol, tidak berbau, tidak berwarna kimia yang berasal dari ergot,
jamur yang tumbuh pada bijibijian.
 J (Psilocybin) (AKA: Simple Simon, shrooms, dempul konyol, sherms,
musk, boomer) – pada tahun 1948 A. Hofman mengisolasikan psiolosin
dan psilosibin dari jamur Psilocybe mexicana “Heim”. Psilocybin adalah
kimia halusinogen ditemukan pada sekitar 190 spesies jamur.
 Mescaline (AKA: Cactus, kaktus tombol, kaktus bersama, Mesc, mescal,
mese, mezc, bulan, musk, topi) – terjadi secara alami dalam beberapa jenis
tanaman kaktus, termasuk kaktus peyote.
 Cannabis indica dari Cannabis sativa var indica diisolasi mariyuana dan
hasyis. Mariyuana berasal dari herbal dan pucuk ranting yang dikeringkan,
hasyis merupakan dammar yang dikeringkan.zat berkhasiat utama yang
dikandungnya adalah tetrahidrokanabinol.

21
Zat-zat ini juga dinamakan Psikedelika, bekerja kuat dengan resiko besar
ketergantungan psikis, dapat menyebabkan kecemasan, ketakutan dan paranoia,
kadangkadang verging pada psikosis (kerugian lengkap kontak dengan realitas).
Meskipun lebih umum dengan LSD, semua halusinogen dapat menyebabkan kilas
balik-perasaan dan pikiran yang berulang efek berada di minggu obat atau bahkan
bertahuntahun setelah mengonsumsinya. Karena semua halusinogen mengganggu
fungsi normal otak, mereka menempatkan Anda pada risiko mengembangkan
psikosis jangka panjang atau gangguan mental. Efek dari obat halusinogen tidak
bisa ditebak tergantung pada jumlah yang diambil dan kepribadian pemakai
sendiri dan faktor kimia dalam tubuh.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

1. SEDATIF (hipnotik, sedatif, obat penenang minor)


“Obat-obatan yang menyebabkan tidur dan mengurangi kecemasan”
Pengikatan GABA menyebabkan saluran ion Cl membuka. Bila pengikatan
GABA diperkuat obat anxiolitik, yang menyebabkan masuknya Cl lebih banyak.
2. ANTIPSIKOTIK (neuroleptik, obat penenang utama, anti-skizofrenia
“Obat yang efektif dalam mengurangi gejala penyakit skizofrenia”
menghambat (agak) kuat reseptor dopamin (D2) di system limbik otak dan
disamping itu juga menghambat reseptor D1/D4, α1(dan α2)-adreneg, serotonin
(5HT2), muskarinik dan histamin. Neurohormone lainnya seperti serotonin
glutamate, dan GABA (gamma-butyric acid).
3. OBAT ANTIDEPRESAN (thymoleptics)
“Obat yang mengurangi gejala penyakit depresi”
memperkuat langsung atau tidak langsung kerja norepinefrin, dopamin dan atau
serotonin otak. Digolongkan sebagai Antidepresan Trisiklik (TCA), Selektif
Serotonin Re-Uptake Inhibitor (SSRI) dan Mono Amin Oksidase Inhibitor
(MAOI).
4. PSIKOMOTORIK (Psikostimulan)
“Obat-obatan yang dapat menyebabkan terjaga dan euforia”
Memberikan rangsangan terhadap otak dan saraf melalui peningkatan kadar
dopamine atau penghambaan re-uptake norefineprin.

22
5. HALUSINOGEN (psychodysleptics, psychotomimetics)
“Obat-obatan yang menyebabkan gangguan persepsi dan perilaku dengan cara
yang tidak bisa hanya dicirikan sebagai efek penenang atau stimulan”
Secara umum Halusinogen memiliki mekanisme kerja yaitu memanfaatkan
pelepasan serotonin (5-HT). Dengan mengubah struktur yang sehat, halusinogen
memutar dan mengubah cara otak memproses indera, perasaan dan informasi
visual.

DAFTAR PUSTAKA

Aria, M, Sandra Tri Juli Fendri, dan Hasbi Muqaddar. 2017. Uji Efek Stimulan
Sistem Saraf Pusat.

Muschleir, Ernst. 1991. Dinamika Obat, edisi kelima , Bandung : ITB

Ofori, P. Anjarwalla, R. Jamnadass, P. C. S. And P. S. 2013.

Moore and Dalley,2013.

Widjaja, E., A., Rahayuningsih, Y., Rahajoe, J., S., Ubaidillah, R., Maryanto, I.,
Walujo, E., B & Semiadi, G. (2014). Kekinian Keanekaragaman Hayati
Indonesia. (Edisi I). Jakarta:LIPI Press.

Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia. (2007). Farmakologi & Terapi. Edisi 5. Jakarta.

Mutshler Ernst, Dinamika Obat, edisi 5, penerbit ITB, Bandung.

B.G., Masters S.B., and Trevor A.J. (2012). Basic & Clinical Pharmacology. San
Francisco: Mc Grew Hill Companies Inc.

ISO Indonesia

Nugroho, 2012.

23
24

Anda mungkin juga menyukai