Disusun oleh :
M.IBADURROHMAN
2002060099
1
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah farmakologi ini
tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas dari bapak/ibu dosen, dari program studi farmasi. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang obat-obat yang
bekerja pada sistem saraf pusat dalam ilmu kefarmasian, supaya nantinya
mengerti akan obat-obat apa saja yang bekerja pada sistem saraf pusat yang
digunakan oleh konsumen. Dan tentunya juga akan menambah wawasan.
Saya sebagai penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Untuk itu, saya mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk
makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik
lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini saya mohon
maaf yang sebesar-besarnya.
2
DAFTAR ISI
PENGANTAR........................................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................4
1.3 Tujuan................................................................................................................5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sistem syaraf......................................................................................................5
2.2 Sistem syaraf pusat.............................................................................................6
2.3 Mikroanatomi sistem syaraf...............................................................................8
2.4 Talamus, Hipotalamus, dan Epitalamus.............................................................9
2.5 Obat-obat yang bekerja pada sistem syaraf pusat..............................................9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
pars posterior serebrum. Bagian otak ini berfungsi untuk mengkoordinasikan
gerakan otot, menjaga postur tubuh, dan keseimbangan.
1.3 TUJUAN
1.3.1. mengetahui apa itu sistem saraf
1.3.2. mengetahui apa saja sistem saraf pusat
1.3.3. mengetahui mikroanatomi sistem saraf pusat
1.3.4. mengetahui talamus, hipotalamus, dan epitalamus
1.3.5. mengetahui obat-obat yang bekerja pada sistem saraf pusat
BAB II
PEMBAHASAN
5
b. Sistem Saraf Perifer, yang terbagi dalam dua bagian, yakni :
1) Saraf-saraf motoris atau saraf Eferen yang
menghantarkan impuls (isyarat) listrik dari SSP ke
jaringan perifer melalui neuron eferen (motoris); menuju
kelenjar disebut serabut sekretorik.
2) Saraf-saraf sensoris atau saraf Aferen yang
menghantarkan impuls dan periferi ke SSP melalui
neuron aferen (sensori); berasal dari organ panca indera
disebut serabut sensorik.
OTAK
Perkembangan Otak manusia mencapai 2% dari keseluruhan berat tubuh,
mengkonsumsi 25% oksigen dan menerima 1,5% curah jantung. Bagian cranial
pada tabung saraf membentuk tiga pembesaran (vesikel) yang berdiferensiasi
untuk membentuk:
1. depan (proensefalon) terbagi menjadi dua subdivisi :
a. merupakan awal hemisfer serebral atau serebrum dan basal ganglia
serta korpus striatum (substansi abu-abu) pada serebrum.
b. Diensefalon menjadi thalamus, hipotalamus dan epitalamus.
2. Otak tengah (mesensefalon) terus tumbuh dan pada orang dewasa
disebut otak tengah.
3. Otak belakang (rombensefalon) terbagi menjadi dua subdivisi :
a. Metensefalon berubah menjadi batang otak (pons) dan serebrum.
b. Mielensefalon menjadi medulla oblongata. Rongga pada tabung
saraf tidak berubah dan berkembang menjadi ventrikel otak dan
kanal sentral medulla spinalis.
Lapisan Pelindung
Otak terdiri dari rangka tulang bagian luar dan tiga lapisan jaringan ikat
yang disebut meninges. Lapisan meningeal terdiri dari pia meter, lapisan araknoid
dan durameter.
6
1. Pia meter
Lapisan terdalam yang halus dan tipis, serta melekat erat pada otak.
2. Lapisan araknoid
Terletak di bagian eksternal pia meter dan mengandung sedikit pembuluh darah.
Runga araknoid memisahkan lapisan araknoid dari piameter dan mengandung
cairan cerebrospinalis, pembuluh darah serta jaringan penghubung serta selaput
yang mempertahankan posisi araknoid terhadap piameter di bawahnya.
3. Durameter
Lapisan terluar dari mening (selaput otak dan tulang belakang) yang menyelimuti
dan melindungi otak dan tulang belakang. Di kepala lapisan dura biasanya
melekat pada tengkorak bagian dalam sehingga rentan terjadi perdarahan.
Bentuk organ vital ini relatif silinder dengan panjang sekitar 45 cm, dan
hanya sekitar dua pertiga bagian dari total panjang ruas-ruas tulang belakang. Dari
panjang tersebut, sumsum tulang belakang dibagi menjadi empat susunan atau
struktur, yaitu servikal (leher), toraks (punggung atas), lumbal (punggung bawah),
dan sakral (panggul). Di bagian paling bawah terdapat kumpulan saraf yang
menyerupai ekor kuda, yang disebut dengan cauda equina. Sama seperti anatomi
otak, di dalam sepanjang medula spinalis juga dikelilingi oleh cairan serebrospinal
dan selaput membran (meninges) yang berfungsi untuk melindungi organ ini.
Selaput meninges tersebut terdiri dari tiga lapisan yang disebut dengan dura
meter, arachnoid, dan pia meter. Bila medulla spinalis dipotong secara horizontal,
terdapat beberapa bagian di dalamnya yang memiliki fungsi berbeda-beda.
7
Berikut adalah beberapa bagian atau anatomi dari sumsum tulang belakang
(medula spinalis) tersebut :
8
Neuron adalah unit struktural dan fungsional sistem saraf yang
dikhususkan untuk komunikasi cepat atau merupakan unsur penyusun sistem
saraf. Neuron terdiri dari badan sel saraf atau perikaryon yang mengandung
nukleus, retikulum endoplasma, aparatus golgi dan komponen lainnya yang
diperlukan untuk sintesis protein. Bentuk dan ukuran neuron bervariasi, tetapi
masing-masing mempunyai sebuah badan sel yang dari permukaannya menonjol
satu atau lebih yang disebut neurit. Neurit yang berfungsi untuk menerima
informasi dan menghantarkannya ke arah badan sel dendrit. Dendrit merupakan
penerima implus saraf (reseptor) sedangkan akson berfungsi meneruskan pesan
dari neuron ke terminal akson. implus-implus saraf tersebut kemudiaan diteruskan
ke neuron-neuron lain, otot-otot atau kelenjar-kelenjar. Neuron meneruskan
implus ke neuron-neuron lain dengan sarana zat kimia yang disebut
neurotransmiter. Proses hantaran implus tersebut merupakan proses elektrik, akan
tetapi pada ujung terminal akson akan terjadi pelepasan substansi kimia. Substansi
kimia tersebut akan menyebar melintasi celah sinaptik diantara terminal saraf dan
Jaringan neuroefektor dan selanjutnya kontak dengan reseptor.
9
ANXIOLTIS SEDATIF
10
sebagai spasmolitikum (senyawa rilis kejang), misalnya pada tetanus (terutama
klonazepam dan diazepam), dan sebagai premedikasi sebelum diferensiasi
(terutama midazolam), di mana alam anestetisnya berguna.
Keuntungan dari obat ini dibandingkan dengan pil tidur barbital dan
lainnya tidak atau hampir tidak menghalangi-tidur REM. Namun, benzodiazepin
bila digunakan untuk hanya beberapa minggu, oleh banyak ahli dianggap sebagai
pil tidur relatif aman, dan merupakan pilihan hipnotika pertama.
Farmakokinetik. Berkat sifat lipofilnya, resorpinya berjalan dengan baik di
usus (8090%) dan cepat, sedangkan konsentrasi maksimum dalam plasma tercapai
dalam jarak 0,5 sampai 2 jam.
11
aktivitas saraf pada semua tingkatan, namun beberapa derivat benzodiazepin
pengaruhnya lebih besar dari derivat yang lain, sedangkan sebagian lagi memiliki
efek yang tidak langsung. Benzodiazepin bukan suatu depresan umum seperti
barbiturat.
Peningkatan dosis benzodiazepin menyebabkan depresi SSP yang
meningkat dari sedasi ke hipnosis dan dari hipnosis ke stupor. Keadaan ini sering
dinyatakan sebagai efek anestesia, tapi obat golongan ini tidak benar-benar
memperlihatkan efek enestesi umum yang spesifik karena kesadaran penderita
biasanya tetap bertahan dan relaksasi otot yang diperlukan untuk pembedahan
tidak tercapai. Namun pada dosis preanestetik, benzodiazepin menimbulkan
amnesia bagi kejadian yang berlangsung setelah pemberian obat; jadi hanya
menimbulkan ilusi mengenai anestesia yang baru dialaminya (amnesia anterogad).
1. neuron (cemas) dapat terjadi karena tertutupnya saluran Cl, karena tidak
ada ikatan pada GABA sehingga reseptor kosong.
2. Pengikatan GABA menyebabkan saluran ion Cl membuka. Bila
pengikatan GABA diperkuat oleh benzodiazepin (obat ansiolitik), yang
menyebabkan masuknya Cl lebih banyak.
3. Masuknya Cl membuat hiperpolarisasi yang dapat menghambat letupan
neuron.
12
3. Untuk penanganan kejang dengan obat klonazepam untuk kejang karena
epilepsi. Epilepsi Klorazepat, diazepam dan oksazepam untuk pengobatan
akut putus alkohol.
4. Untuk gangguan tidur, tidak semua benzodiazepam dapat digunakan
sebagai obat tidur, meskipun semua mempunyai efek sedatif dan
penenang. Yang digunakan untuk gangguan tidur (obat tidur) adalah
Flurazepam, Temazepam, Triazolam.
.
ANTIPSIKOTIKA
13
Konvensional, Obat Typis atau antipsikotik klasik.
Pengobatan ini umumnya efektif dalam mengelola gejala-gejala positif
schizophrenia. Pengobatan ini kerap dan berpotensi menimbulkan efek samping
neurologis, termasuk kemungkinan tardive dyskinesia atau gerakan menyentak
tanpa sadar. Kelompok pengobatan ini termasuk:
Derivate fenotiazin : Klorpromazin, Levomepromazin dan Triflepromazin,
Thiozidazin dan Periciazin, Perfenazin dan Flufenazin, Perazin,
Proklorperazin dan Thietilperazin.
Derivate Thioxanthen : Klorprotixen dan Zuklopentixol.
Derivate Butirofenon : Haloperidol, Bromperidol, Pipamperon dan
Droperidol.
Derivate Butilpiperidin : Pimozida, Fluspirilen dan Penfluridol.
ANTIDEPRESI
14
Penyakit depresi mayor dan bipolar adalah penyakit alam perasan yang
menyimpang, mengganggu energi, pola tidur, nafsu makan, libido dan
kemampuan bekerja. Gejala depresi yaitu, emosi yang jatuh, tanpa harapan, tidak
nafsu makan, dan tidak bisa tidur. Cara berfikir pasien monoton berkisar hanya
pada diri sendiri. Disertai gejala bandaniah rasa lelah, nyeri lambung, nyeri
jantung. Bila ditutupi oleh keluhan-keluhan organis maka disebut depresi
terselubung. Depresi berat akan menyebabkan bunuh diri.
15
Mekanisme kerja TCA yaitu Menghambat ambilan neurotransmiter, TCA
menghambat pengambilan norepinefrin dan serotonin neuron masuk ke terminal
saraf pra sinaps, dengan menghambat jalan utama pengeluaran neurotransmiter,
TCA akan meningkatkan konsentrasi monoamin dalam celah sinaps,
menimbulkan efek antidepresan. Efek TCA adalah meningkatkan pikiran,
memperbaiki kewaspadaan mental, meningkatkan aktifitas fisik, mengurangi
angka kesakitan pada depresi. Efek timbul memerlukan waktu 2 minggu atau
lebih. Indikasi untuk Depresi, gangguan panik, dan dapat digunakan untuk
mengontrol ngompol bagi anak diatas 6 tahun.
Yang termasuk obat golongan TCA adalah Amitriptilin, Amoksapin,
Desipramin, Doksepin, Imipramin, Maprotilin, Nortriptilin, Trimipramin.
16
Depresi atipikal (pikiran labil, menolak kebenaran, gangguan nafsu
makan)
PSIKOSTIMULAN
1. Ekstasi
Ekstasi atau methylenedioxy amphetamine (MDMA) merupakan zat kimia
turunan amphetamine yang memiliki reaksi yang lebih kuat dibandingkan dengan
17
amphetamine. Ekstasi mempunyai rumus kimia C11H15NO2. Ekstasi juga
disebut pil setan, karena pengaruhnya seperti setan yang merusak sistem saraf
pusat dan sel-sel otak. Selain itu, pil ini juga dapat menyebabkan ketergantungan.
Ekstasi dapat dikategorikan sebagai kelompok obat yang mudah dimodifikasi
struktur kimianya untuk memperoleh bahan aktif yang lebih ampuh khasiatnya.
Jika ekstasi diminum maka akan segera timbul gejala-gejala berikut.
a. Perasaan menjadi sangat gembira, tersanjung, bersemangat, dan
puas diri serta menjadi lebih terbuka kepada orang lain.
b. Tubuh gemetar, gigi gemeletuk, keluar keringat dingin, dan detak
jantung tidak normal.
c. Nafsu makan hilang, pandangan kabur, dan keluar air mata
terusmenerus.
d. Badan panas luar biasa (hipertermia), yang apabila diikuti dengan
minum terlalu banyak airakan menimbulkan ketidakseimbangan
cairan di dalam tubuh yang disebut dengan hipotermia. Jika terjadi
komplikasi dapat menimbulkan kematian.
2. Sabu-sabu
Salah satu turunan amphetamine yang lain adalah metamphetamine yang
memiliki rumus kimia C10H15N. Zat ini juga dikenal sebagai shabu-shabu.
Bentuknya yang berupa kristal tidak berwarna dan tak berbau sangat mudah larut
dalam air. Shabu-shabu memiliki efek yang sangat keras pada susunan saraf. Efek
yang dapat ditimbulkan cenderung lebih cepat dan lebih hebat daripada ekstasi.
3. D-Amfetamin
Terutama memicu pelepasan norefeneprin dan menghambat re-uptakenya.
Akibatnya peningkatan frekuensi jantung dan tekanan darah. Euphoria terutama
disebabkan oleh meningkatnya dopamine bebas yang disusul dengan perasaan
lelah serta depresi dan dapat berlangsung berminggu-minggu. Peningkatan DA
bertanggung jawab atas gejala ketagihan dan perubahan perilaku. Pemakaian
amphetamine sebagian besar dimanfaatkan untuk menekan nafsu makan berlebih,
18
mengobati penderita hiperaktif, dan penderita narcolepsy, yaitu serangan rasa
mengantuk berat yang tiba-tiba dan tidak terkontrol. Akan tetapi, stimulan juga
banyak disalahgunakan dalam bentuk konsumsi di luar batas takaran yang
dianjurkan.
Pada tahap awal pemakaian, akan timbul perasaan senang berlebihan, rasa
percaya diri yang besar, dan semangat yang terlalu tinggi. Pada pemakaian dalam
dosis berlebih akan menunjukkan gejala-gejala seperti kejang-kejang, panik,
muntah-muntah, diare, bola mata membesar, halusinasi yang menakutkan, tidak
dapat mengendalikan emosi, dan koma, yang jika dibiarkan dapat menyebabkan
kematian.
4. Kokain
Merupakan alkaloid dari yang di otak.daun Erytroxylon coca yang dapat
memungkinkan terjadinya perintangan re-uptake noradrenalin diujung saraf
memelihara penyaluran impuls dari SSP. Kokain memelihara kadar DA tinggi di
ujung-ujung saraf dengan jalan merintangan zat-zat transport yang berfungsi
mengangkut kembali dopamine ke sel-sel.
5. Nikotin
Dengan meningkatkan kadar hormone dan dopamine di dalam plasma,
berdasarkan rangsangannya terhadap “chemoreseptor trigger zone” (CTZ) dari
sumsum tulang (medulla oblongata) dan stimulasinya dari refleks vagal.
6. Kofein
Alkaloid berasal dari tanaman kopi (Coffea Arabica/robusta) dan teh
(Camellia sinensis).
OBAT HALUSINASI
1. Visual
19
Modalitas yang paling umum disebut ketika orang berbicara tentang
halusinasi. Ini termasuk fenomena melihat hal-hal yang tidak ada atau persepsi
visual yang tidak berdamai dengan realitas konsensus. Ada banyak penyebab yang
berbeda, yang telah diklasifikasikan sebagai psychophysiologic (gangguan
struktur otak), psychobiochemical (gangguan neurotransmiter), dan psikologis
(misalnya pengalaman bermakna kesadaran). Banyak gangguan dapat melibatkan
halusinasi visual, mulai dari gangguan psikotik dengan demensia untuk migrain,
namun mengalami halusinasi visual tidak dengan sendirinya berarti ada gangguan
tentu. Halusinasi visual yang berhubungan dengan perintah dos organik otak dan
penyakit terkait narkoba dan alkohol.
2. Pendengaran
Halusinasi auditori (juga dikenal sebagai Paracusia), terutama dari satu
atau lebih suara berbicara, terutama dikaitkan dengan gangguan psikotik seperti
skizofrenia atau mania, terus makna khusus dalam mendiagnosis kondisi ini,
meskipun banyak orang tidak menderita penyakit mental diagnosa kadang-kadang
mendengar suara juga. Halusinasi pendengaran non-organik asal yang paling
sering bertemu dengan dalam skizofrenia paranoid. Rekan visual mereka dalam
penyakit yang non-perasaan berbasis realitas menjadi melihat atau menatap. Jenis
lain dari halusinasi pendengaran termasuk sindrom kepala meledak dan sindrom
telinga musik, dan kelumpuhan dapat terjadi selama tidur. Pada yang terakhir,
orang akan mendengar musik bermain di pikiran mereka, biasanya lagu lagu
mereka yang akrab dengan. Hal ini dapat disebabkan oleh: lesi pada batang otak
(yang sering dihasilkan dari stroke), juga, tumor, ensefalitis, atau abses. Alasan
lain termasuk gangguan pendengaran dan aktivitas epilepsi. Halusinasi
pendengaran juga merupakan hasil dari mencoba bangun-inisiasi mimpi jernih.
3. Penciuman
Phantosmia adalah fenomena berbau bau yang tidak benar-benar hadir.
Bau yang paling umum adalah bau yang tidak menyenangkan seperti daging
busuk, muntah, urin, kotoran, asap, atau orang lain. Phantosmia sering hasil dari
kerusakan pada jaringan saraf dalam sistem penciuman. Kerusakan dapat
disebabkan oleh infeksi virus, tumor otak, trauma, operasi, dan mungkin terkena
racun atau obat-obatan. Phantosmia juga dapat disebabkan oleh epilepsi
mempengaruhi korteks penciuman dan juga diduga mungkin memiliki asal-usul
kejiwaan. Phantosmia berbeda dari parosmia, di mana bau sebenarnya hadir,
namun dirasakan berbeda dari bau biasa. Halusinasi penciuman juga telah
dilaporkan pada migrain, walaupun frekuensi halusinasi tersebut tidak jelas.
4. Perabaan
Jenis lain dari halusinasi menciptakan sensasi taktil input sensorik,
simulasi berbagai jenis tekanan pada kulit atau organ lain. Jenis halusinasi yang
20
sering dikaitkan dengan penggunaan narkoba, seperti seseorang yang merasa bug
merangkak pada mereka (dikenal sebagai formication) setelah periode lama
kokain atau menggunakan amfetamin.
5. Gustatory
Jenis halusinasi biasanya berfokus pada makanan dan umum kepada
individu menyajikan persepsi persecutory bersama dengan pengalaman aura
epilepsi.
21
Zat-zat ini juga dinamakan Psikedelika, bekerja kuat dengan resiko besar
ketergantungan psikis, dapat menyebabkan kecemasan, ketakutan dan paranoia,
kadangkadang verging pada psikosis (kerugian lengkap kontak dengan realitas).
Meskipun lebih umum dengan LSD, semua halusinogen dapat menyebabkan kilas
balik-perasaan dan pikiran yang berulang efek berada di minggu obat atau bahkan
bertahuntahun setelah mengonsumsinya. Karena semua halusinogen mengganggu
fungsi normal otak, mereka menempatkan Anda pada risiko mengembangkan
psikosis jangka panjang atau gangguan mental. Efek dari obat halusinogen tidak
bisa ditebak tergantung pada jumlah yang diambil dan kepribadian pemakai
sendiri dan faktor kimia dalam tubuh.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
22
5. HALUSINOGEN (psychodysleptics, psychotomimetics)
“Obat-obatan yang menyebabkan gangguan persepsi dan perilaku dengan cara
yang tidak bisa hanya dicirikan sebagai efek penenang atau stimulan”
Secara umum Halusinogen memiliki mekanisme kerja yaitu memanfaatkan
pelepasan serotonin (5-HT). Dengan mengubah struktur yang sehat, halusinogen
memutar dan mengubah cara otak memproses indera, perasaan dan informasi
visual.
DAFTAR PUSTAKA
Aria, M, Sandra Tri Juli Fendri, dan Hasbi Muqaddar. 2017. Uji Efek Stimulan
Sistem Saraf Pusat.
Widjaja, E., A., Rahayuningsih, Y., Rahajoe, J., S., Ubaidillah, R., Maryanto, I.,
Walujo, E., B & Semiadi, G. (2014). Kekinian Keanekaragaman Hayati
Indonesia. (Edisi I). Jakarta:LIPI Press.
B.G., Masters S.B., and Trevor A.J. (2012). Basic & Clinical Pharmacology. San
Francisco: Mc Grew Hill Companies Inc.
ISO Indonesia
Nugroho, 2012.
23
24