Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH BIOKIMIA

ASPEK BIOKIMIA YANG MEMPENGARUHI DALAM PROSES


REPRODUKSI KESEHATAN IBU, JANIN, BAYI DAN ANAK

Dosen Pembimbing :
Asmarini, S, Farm, Apt

Di susun oleh : Kelompok 2


1. Elsa Oktaria ( 0111004 )
2. Endang Fira Lasmana ( 0111005 )
3. Melsandi ( 0111022)
4. Osma Yanti ( 0111034 )
5. Suci Fitria ( 0111051)
6. Tia Putri ( 0111053)
7. Wirdatul Jannah ( o111060)
8. Yeni ( 0111061 )

AKADEMI KEBIDANAN WIDYA HUSADA


PAYAKUMBUH
T.P 2011/2012
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kelompok ucapkan kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia –Nya, sehingga kelompok dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Aspek Biokimia Yang Berpengaruh Dalam Proses Reproduksi Kesehatan Ibu, Janin,
Bayi dan Anak.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Biokimia. Dalam
hal ini kelompok banyak mendapatkan bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, oleh sebab
itu kelompok mengucapkan terimah kasih kepada :
1. Asmarini, S. Farm, Apt selaku dosen pembimbing mata kuliah Biokimia
2. Teman-teman dan semua pihak yang membantu menyusun makalah ini
Kelompok menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan oleh karena itu, kelompok mengharapkan kritik dan saran yang sekiranya
membangun untuk mencapai kesempurnaan dimasa depan. Akhir kata kelompok
mengucapkan terima kasih.

Payakumbuh, Februari 2012

Kelompok
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. ENZYM DAN KOENZIM

2.1 Pengertian Enzim dan koenzim


Enzim ialah senyawa protein yang disintesiskan di dalam sel secara biokimiawi. Enzim
merupakan biokatalis yaitu senyawa yang diproduksi oleh organisme.
Koenzim adalah molekul organik yang nonprotein diperlukan untuk bekerjanya enzim.
Example:Vit,NAD,koenzim A.
Tanpa bantuan enzim maka reaksi-reaksi bio kimia akan berjalan lambat, dan
membutuhkan suhu atau tekanan yang ekstrem. Enzim akan mempercepat jalannya reaksi
kimia tanpa ikut hadir dalam produk akhir reaksi tersebut. Reaksi antara enzime dan substrat
akan membentuk kompleks enzim substrat, yang selanjutnya akan berpisah menjadi enzim
dan produk.
Perbedaan antara Enzim dan Koenzim:
1. Enzim

 Merupakan suatu biokatalisator


 Bersifat termolabil
 Bersifat spesifik dalam melaksanakan fungsinya
 Dirusak oleh logam berat
 Aktifitas enzim diukur dengan kecepatan reaksi enzimatik
 Letak enzim tertentu didalam sel
 Hanya mengkatalis satu macam reaksi

2. Koenzim

 Senyawa organik yang diperlukan untuk aktifitas suatu enzim tertentu


 bersifat termostabil
 Berat molekul rendah
 Banyak koenzim yang merupakan derivat vitamin B
 Bisa di anggap sebagai substrat kedua.
Faktor yang mempengaruhi reaksi enzimatis:

1. Kadar enzim
2. Kadar substrat
3. suhu
4. kadar koenzim
5. oksidasi
6. radoiasi
7. pH
8. inhibitor

2.2 Macam-macam Enzym

 Hidrolase
Hidrolase adalah enzim yang memerlukan bantuan air dalam proses menguraikan zat.
 Oksidase dan Reduktase
Oksidase dan reduktase adalah enzim yang berperan aktif membantuproses oksidasi
dan reduksi. Enzim ini bisa dikelompokkan menjadi dua :
o Dehidrogenase adalah enzim yang mengubah zat-zat organikmenjadi hasil-hasil
oksidasi.
o Katalase adalah enzim yang menguraikan hidrogen peroksida menjadi air dan
oksigen.
 Desmolase
Desmolase adalah enzim yang memutuskan ikatan C-C, C-N, dan dapat dikelompokkan
menjadi dua.
o Karboksilase, adalah enzim yang mengubah asam piruyat menjadi asetaldehida.
o Transaminase adalah enzim yang mengubah amine menjadi asam amino.

2.3 Cara Kerja Enzim


Dalam tubuh makhluk hidup, terdapat senyawa organik yang dihasilkan sel dan
bekerja sebagai katalis. Senyawa itu disebut enzim. Cara kerja enzim sebagai biokatalis
adalah dengan meningkatkan proses reaksi kimia. Meskipun demikian, enzim tidak ikut
bereaksi dan tidak pula terpengaruh oleh reaksi tersebut. Ingin mengetahui cara kerja enzim
beserta keunikan lainnya, simak artikel tentang cara kerja enzim berikut.
Enzim termasuk dalam kategori protein. Cara kerja enzim pun terbilang unik karena
hanya mempengaruhi zat tertentu. Misalnya, enzim protease hanya bereaksi terhadap protein
dengan mengubahnya menjadi asam amino atau enzim amilase yang hanya bereaksi pada zat
tepung dan mengubahnya menjadi glukosa.
Enzim diidentifikasi keberadaannya oleh ilmu pengetahuan pada awalabad ke-19.
Saat itu, ilmuwan menemukan proses pencernaan daging oleh sekresi perut dan pengubahan
zat tepung menjadi gula oleh kelenjar ludah. Telaah tentang cara kerja enzim pun semakin
tajam saat Louis Pasteur mengkaji pembentukan alkohol dalam fermentasi gula.
Setelah itu, dunia ilmu pengetahuan melakukan telaah yang lebih mendalam untuk
mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan enzim, termasuk cara kerjanya.
Mekanisme cara kerja enzim adalah sebagai berikut.
1. Cara kerja enzim: Menciptakan lingkungan dengan transisi terstabilisasi untuk menurunkan
energi aktivasi. Misalnya, dengan cara mengubah substrat.
2. Cara kerja enzim: Menurunkan energi transisi dengan menciptakan lingkungan yang
terdistribusi muatan berlawanan dan tanpa mengubah bentuk substrat sedikit pun.
3. Cara kerja enzim: Membentuk lintasan reaksi alternatif.
4. Cara kerja enzim: Menggiring substrat pada orientasi yang tepat untuk bereaksi,
dengan cara menurunkan perubahan entropi reaksi.
Dilihat dari cara kerja enzim tersebut, bagian enzim yang aktif sebagai katalis
memiliki gugus prostetik yang bentuknya sangat spesifik sehingga hanya bisa bereaksi
terhadap molekul dengan bentuk yang spesifik pula. Dengan demikian, cara kerja enzim bisa
digambarkan dengan teori gembok dan anak gembok atau teori kecocokan yang terinduksi.
 Cara kerja enzim - Teori Gembok dan Anak Gembok
Cara kerja enzim sesuai dengan teori ini bisa digambarkan sebagai berikut.
Gembok memiliki susunan mekanika khusus yang tersembunyi di dalam badan gembok.
Untuk dapat bergerak membuka dan mengunci, formasi mekanika tersebut harus digerakkan
dengan anak gembok yang bentuknya spesifik, sesuai dengan gemboknya.
Satu anak gembok hanya bisa digunakan untuk menggerakkan satujenis gembok.
Prinsip kerja gembok-anak gembok ini sangat sesuai dengan gambaran cara kerja enzim
beserta substratnya di dalam tubuh.
 Cara kerja enzim - Teori Kecocokan yang Terinduksi
Cara kerja enzim berdasarkan teori ini memang tidak terlalu mudah dimengerti
sebagimana gambaran cara kerja enzim berdasarkan teori gembok. Teori ini memandang
bahwa sisi aktif enzym berbentuk fleksibel. Bentuk tersebut kemudian
mengalami modifikasi saat substrat memasukinya.
Setelah proses modifikasi selesai, subsrat membentuk kompleks untuk memulai reaksi
kimia yang lebih cepat. Setelah proses tersebut menghasilkan produk yang diinginkan, enzim
tersebut melepaskan diri dan kembali ke bentuk semula.
2.4 Sifat Kinetika Enzim
Mengukur Kadar Enzim
Enzim sebagai katalisator juga mempunyai sifat-sifat seperti katalisator pada
umumnya, seperti ikut bereaksi, tetapi padaakhir reaksi didapatkan kembali dalam bentuk
semula. Hal tersebut mengakibatkan enzim dapat dipakai kembali setelah melaksanakan
aktivitasnya, sehingga tubuh kita tidak membutuhkan enzim dalam jumlah yang besar.
Jumlah/kadar enzim yang kecil tersebut menimbulkan kesulitan tersendiri bagi kita untuk
mengukur kadar enzim, sehingga memerlukan teknik yang rumit. Secara klinis pengukuran
kadar enzim sangat penting dilakukan. Disamping untuk mengetahui kadar suatu enzim pada
seorang penderita, Enzim plasma nonfungsinal dapat dijadikan sebagai petanda adanya
kerusakan organ tertentu.
Pengukuran kadar enzim dapat dilkaukan denga dua cara, yaitu: (1) dibandingkan
dengan enzim murni; (2) Mengukur kecepatan reaksi yang dikatalisisnya. Cara ke-1
dilakukan dengan membandingkan enzim yang ingin diukur kadarnya dengan enzim murni
yang sudah diketahui kadarnya. Kadar enzim dinyatakan dengan satuan µg. Sebagai contoh
misalnya enzim murni dengan kadar 2 ug dapat mengkatalisis substrat dengan jumlah tertentu
selama 10 detik. Jika memakai enzim yang ingin diukur kadarnya membutuhkan waktu 20
detik, maka kadar enzim yang bersangkutan adalah 1 ug.
Pengukuran dengan cara diatas, jelas membutuhkan tersedianya enzim murni.
Kenyataannya banyak enzim yang belum tersedia bentuk murninya. Untuk mengatasi hal ini
digunakanlah cara ke-2. Satuan enzim dinyatakan dalam unit. Kadar enzim diukur
berdasarkan jumlah substrat yang bereaksi atau produk yang terbentuk per satuan waktu. Satu
unit internasional disepakati sebagai jumlah enzim yang perlukan untuk mengkatalisis
pembentukan 1 µ mol produk per menit pada kondisi tertentu.
Pengukuran aktifitas enzim dapat pula dilakukan menggunakan alat spektrofotometer.
Sebagai contoh misalnya aktifitas enzim dehidrogenase yang bergantung NAD(P)+ diperiksa
secara spektofotometris dengan mengukur perubahan absorbsi nya pada 340 nm yang
menyertai oksidasi atau reduksi NAD(P)+/NAD(P)H. Oksidasi NADH menjadi NAD+
terjadi disertai dengan penurunan densitas optik (OD, optical density) pada 340 nm, yang
proporsional dengan jumlah NADH yang dioksidasi. Demikian pula, kalau NAD+ direduksi,
OD pada 340 nm akan meningkat sebanding dengan jumlah NADH yang terbentuk.
Perubahan OD pada 340 nm ini dapat dimanfaatkan bagi pemeriksaan analisis kuantitatif
setiap enzim dehidrogenase yang bergantung NAD+ atau NADP+. Bagi enzim dehidrogenase
yang mengatalitis oksidasi NADH oleh substratnya yang teroksidasi, kecepatan penurunan
OD pada 340 nm akan berbanding lurus dengan konsentrasi enzim. Oleh karena itu, hasil
pengukuran kecepatan penurunan OD pada 340 nm memungkinkan kita menyimpulkan
kuantitas enzim.

2.5 Regulasi Dan Aktivitas Enzim


Ilmu pengetahuan mengidentifikasi aktivitas enzim dalam tubuh makhluk hidup
sebagai senyawa organik dengan fungsi katalis yang dihasilkan sel dalam suatu reaksi kimia.
Enzim bekerja atau aktivitas enzim berlangsung di dalam sel dan hanya sebagian kecil yang
bekerja di luar sel.
Enzim menekan energi aktivasi dengan mengatalisasi reaksi dan meningkatkan
kecepatan proses metabolisme. Bayangkan, reaksi fosfat dekarboksilase, jika tidak
dikatalisasi oleh enzim orotidina 5, memerlukan waktu 78 juta tahun untuk mengubah 50%
substrat menjadi produk. Namun, dengan adanya enzim tersebut, proses hanya berlangsung
25 milidetik.
Enzim yang bekerja di dalam sel disebut enzim intraseluler, misalnya enzim katalase
yang berfungsi memecah senyawa-senyawa berbahaya. Sementara enzim yang bekerja di luar
sel, disebut enzim ekstraseluler. Enzim-enzim tersebut mengendalikan reaksi biokimia,
seperti respirasi, pertumbuhan, perkecambahan, fotosintesis, pencernaan, dan lain-lain.
Jenis Enzim dan Aktivitas Enzim
Ada beberapa jenis enzim yang dikenal, di antaranya sebagai berikut.
1. Aktivitas Enzim - Hidrolase
Hidrolase adalah enzim yang memerlukan bantuan air dalam proses menguraikan zat. Enzim
ini bisa dikelompokkan menjadi beberapa jenis.
a. Karbohidrase adalah enzim yang menguraikan karbohidrat, misalnya:
· enzim amilase yang menguraikan amilum menjadi maltose,
· enzim maltase yang menguraikan maltosa menjadi glukosa,
· enzim ukrase yang mengubah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa,
· enzim laktase yang mengubah laktase menjadi glukosa dan galaktosa,
· enzim selulase yang menguraikan selulosa menjadi selobiosa, dan
· enzim pektinase yang menguraikan pektin menjadi asam-pektin.
b. Esterase adalah golongan enzim yang berfungsi memecah ester:
· enzim lipase yang menguraikan lemak menjadi asam lemak, dan
· enzim fosfatase yang menguraikan ester menjadi asam fosfat.
c. Protease adalah enzim yang berfungsi menguraikan protein, misalnya:
· enzim peptidase yang menguraikan peptida menjadi asam amino,
· enzim gelatinase yang berfungsi menguraikan gelatin, dan
· enzim renin yang berfungsi menguraikan kasein susu.s
2. Aktivitas Enzim - Oksidase dan Reduktase
Oksidase dan reduktase adalah enzim yang berperan aktif membantuproses oksidasi
dan reduksi. Enzim ini bisa dikelompokkan menjadi dua.
· Dehidrogenase adalah enzim yang mengubah zat-zat organikmenjadi hasil-hasil
oksidasi.
· Katalase adalah enzim yang menguraikan hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen.
3. Aktivitas Enzim - Desmolase
Desmolase adalah enzim yang memutuskan ikatan C-C, C-N, dan dapat
dikelompokkan menjadi dua.
· Karboksilase, adalah enzim yang mengubah asam piruyat menjadi asetaldehida.
· Transaminase adalah enzim yang mengubah amine menjadi asam amino.

Aktivitas enzim di dalam tubuh makhluk hidup dikontrol sel dengan cara sebagai berikut.
1. Aktivitas enzim berupa produksi enzim dikontrol berkaitan dengan respon sel terhadap
lingkungan, dengan cara transkripsi dan translasi gen enzim, dan bentuk regulasinya disebut
induksi atau inhibisi. Pada kasus penggunaan penisilin sebagai antibiotik, enzim beta-
laktamase menginduksi hidrolis cincin beta-laktam pada penisilin dan membuat bakteri
resistan terhadap penisilin.
2. Membuat lintasan metabolisme beragan dalam kompartemen sel yang berbeda bisa
mengkompartemenkan enzim. Misalnya, lintasan majemuk pada sitosol, retikulum
endoplasma, dan aparat golgi, sekelompok enzim lainnya dalam mensintesis asam lemak.
3. Inhibitor dan aktivator meregulasi enzim dengan mekanisme umpan balik untuk efisiensi
dalam alokasi zat dan energi dan menghindari pembuaran produk secara berlebihan.
4. Aktivitas enzim berupa regulasi enzim juga dapat dilakukan
melalui modifikasi pascatranslasional, meliputi fosforilasi, miristoilasi, dan glikosilasi.
Contohnya, polipeptida yang melakukan pembelahan rantai.
5. Regulasi juga dipengaruhi oleh beberapa enzim yang teraktivasi saat beradap di lingkungan
lain.
Kontrol aktivitas enzim tersebut diperlukan untuk menjaga homeostasis dan
malfungsi enzim yang bisa menimbulkan penyakit dan penyimpangan genetika.

Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Enzim

Suhu Mempengaruhi Aktivitas Enzim


Faktor pertama yang dapat mempengaruhi aktivitas enzim adalah suhu. Pada
umumnya, enzim memiliki suhu optimal sama dengan suhu normal sel organisme tersebut.
Biasanya, suhu optimal enzim padahewan poikilotermik di daerah dingin lebih rendah
dibandingkan enzim pada hewan homeotermik. Misalnya suhu optimal enzim pada manusia
yaitu 37 Derajat Celcius dan katak suhu optimalnya adalah 25 Derajat Celcius.
Adanya kenaikan suhu optimal tersebut dapat menyebabkan peningkatan dan
penurunan aktivitas enzim. Setiap kenaikan suhu 10 Derajat Celcius,
maka kecepatan reaksinya menjadi dua kali lipat dengan batas suhu yang wajar sehingga
mempengaruhi aktivitas enzim. Hal ini juga berlaku pada anzim dan aktivitas
enzim. Panas yang dihasilkan karena adanya kenaikan suhu mampu mempercepat reaksi dan
menyebabkan kecepatan molekul meningkat. Hasilnya yaitu frekuensi serta daya tumbukan
molekuler pun ikut meningkat sehingga mempengaruhi aktivitas enzim.
Kenaikan suhu dalam batas yang tidak normal mengakibatkan terjadinya perubahan
struktur enzim (denaturasi). Enzim yang talah mengalami perubahan struktur akan kehilangan
kemampuan katalisnya dan secara tidak langsung akan mempengaruhi aktivitas enzim itu
sendiri. Biasanya enzim yang sudah rusak secara fisik tidak dapat lagi diperbaiki. Inilah
alasan mengapa enzim lebih baik dikonsumsi pada makanan yang telah dimasak, terutama
daging dan telur daripada makanan yang mentah.
Pengawasan panas pada susu dan makanan dengan bahan susu yang lain, secara
signifikan dapat mengurangi penyebaran penyakit, misalnyaTBC. Saat keadaan suhu kurang
dari suhu optimal, aktivitas enzim akan mengalami penurunan. Aktivitas enzim masih
berlangsung pada suhu kurang dari nol dan aktivitas enzim hampir berhenti pada suhu 196
Derajat Celcius.
Keasaman Mempengaruhi Aktivitas Enzim
Semua enzim dan aktivitas enzim cukup peka terhadap perubahan derajat keasaman
(pH). Aktivitas enzim menjadi terhenti jika diperlakukan pada asam basa yang bersifat kuat
sekali. Pada umunya, aktivitas enzim efketif di kisaran pH lingkungan yang sempit.
Di luar zona pH maksimal tersebut, kenaikan maupun penurunan pH mengakibatkan
aktivitas enzim menurun secara cepat. Contohnya, enzim pencerna pada lambung memiliki
pH optimal 2 sehingga aktivitas enzim hanya mampu bekerja saat kondisi sangat asam.
Pengaruh pH terhadap aktivitas enzim dapat termonitor karena enzim terdiri
atasprotein. Jumlah muatan positif dan negatif yang ada dalam molekul protein dan bentuk
dari permukaan protein sebagiannya ditentukan oleh pH.
Selain suhu dan keasaman, aktivitas enzim juga dipengaruhi oleh konsentrasi enzim, substrat,
kofaktor, dan inhibator enzim.

B. OKSIDASI BIOLOGI DAN SENYAWA BERENERGI TINGGI


Oksidasi adalah interaksi antara molekul oksigen dan semua zat yang berbeda . Oksidasi
merupakan pelepasan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion .Kadang-kadang oksidasi
bukan hal yang buruk, seperti dalam pembentukan aluminium anodized super tahan lama.
Sisi lain, oksidasi dapat merusak, seperti karat dari sebuah mobil atau merusak buah segar.
Dalam kasus besi, oksigen ini akan membuat proses pembakaran yang lambat, yang
menghasilkan substansi berwarna coklat yang rapuh yang disebut karat. Ketika oksidasi
terjadi pada tembaga, di sisi lain, hasilnya adalah lapisan oksida tembaga berwarna kehijauan.
Ketika melibatkan oksigen, proses oksidasi tergantung pada jumlah oksigen di udara dan sifat
dari bahan yang disentuhnya. Dalam buah segar, kulit biasanya berfungsi penghalang
terhadap oksidasi. Inilah sebabnya mengapa sebagian besar buah dan sayuran tiba dalam
kondisi baik di toko kelontong. Setelah kulit telah rusak, sel-sel individual melakukan kontak
langsung dengan udara dan molekul oksigen mulai membakar buah. Hasilnya adalah bintik
kecoklatan.
Rahasia mencegah oksidasi yang disebabkan oleh oksigen adalah untuk memberikan
lapisan perlindungan antara materi terbuka dan udara. Bisa menggunakan lapisan lilin atau
polyurethane pada mobil, lapisan cat pada benda logam atau semprot cepat anti-oksidan.

3.2 Peranan Enzim Koenzym Dan Logam Dalam Oksidasi Biologi


Oksidase Mengandung Tembaga Sitokrom oksidase merupakan hemoprotein yang
tersebar luas dalam banyak jaringan, dengan gugus prostetik heme yang secara khas
ditemukan dalam mioglobin, hemoglobin, serta sitrokom lain. Enzim ini merupakan
komponem terakhir pada rantai pembawa (carrier) respiratorik yang ditemukan dalam
mitokondria dan dengan demikian bertanggung jawab atas reaksi pemindahan elektron yang
dihasilkan dari oksidasi molekul substrat oleh dehidrogenase kepada akseptornya yang
terakhir, yaitu oksigen. Gas karbon monoksida, sianida, dan hydrogen sulfide merupakan
racun bagi enzim sitokrom oksidase. Sifat yang berlainan sehubungan dengan efek karbon
monoksida serta sianida. Penelitian yang lebih mutakhir menunjukkan bahwa kedua sitokrom
tersebut bergabung dengan sebuah protein tunggal, dan kompleks tersebut dikenal sebagai
sitokrom. Oksidase Lain Merupakan Flavoprotein Enzim flavoprotein memiliki flavin
mononukleotida (FMN) atau flavin adenin dinukleotida (FAD) sebagai gugus prostetiknya.
FMN dan FAD biasanya terikat erat-tetapi tidak secara kovalen dengan masing-masing
protein apoenzimnya.banyak enzim flavoprotein mengandung satu atau lebih logam sebagai
kofaktoresensial dan dikenal dengan nama metaloflavoprotein. Enzim yang termasuk
kedalam kelompok enzim oksidase ini mencakup oksidase asam L-amino, suatu enzim terikat
–FMN yang ditemukan dalam ginjal dengan spesifisitas umum untuk deaminasi oksidatif
asam L-amino yang terdapat dialam.Enzim xantin oksidase tersebar luas dan terdapat didalam
susu,usus halus, ginjal, serta hati. Enzim ini mengandung molibdenum dan mempunyai
peranan penting dalam konversi basa purin menjadi asam urat sebagai produk nitrogenosa
akhir utama, bukan saja dari metabolisme purin, tetapi juga dari katabolisme protein dan
asam amino.Aldehid dehidrogenase merupakan enzim terikat-FAD yang terdapat didalam
hati mamalia. Enzim ini merupakan metaloflavoprotein yang mengandung molibdenum serta
besi nonheme dan bekerja pada senyawa aldehid serta substret N-heterosiklik.Mekanisme
oksidase dan reduksi semua enzim ini bersifat sangat kompleks.meskipun demikian, bukti-
bukti menunjukkan bahwa reduksi cincin isoaloksazin berlangsung dalam 2 tahap lewat
intermediat.
3.3 Transfer Elektron Dalam Sel
Reaksi respirasi merupakan reaksi katabolisme yang memecah molekul-molekul gula
menjadi molekul anorganik berupa CO2 dan H2O. Tujuan respirasi adalah untuk
mendapatkan energi melalui proses glikolisis. Senyawa gula diperoleh dari proses
fotosintesis. Butiran amilum yang tersimpan dalam jaringan dan organ penyimpan cadangan
makanan akan diubah kembali dalam bentuk glukoa fosfat di dalam sitoplasma sel.
Kemudian glukosa fosfat akan dipecah menjadi piruvat dan masuk ke dalam siklus Krebs.
Selama glikolisis berlangsung dan dalam siklus Krebs akan dihasilkan gas CO2 yang akan
dikeluarkan dari dalam sel.
Respirasi seluler adalah proses perombakan molekul organik kompleks yang kaya
akan energi potensial menjadi produk limbah yang berenergi lebih rendah pada tingkat
seluler. Pada respirasi sel, oksigen terlibat sebagai reaktan bersama dengan bahan bakar
organik dan akan menghasilkan air, karbon dioksida, serta produk energi utamanya ATP.
ATP (adenosin trifosfat) memiliki energi untuk aktivitas sel seperti melakukan sintesis
biomolekul dari molekul pemula yang lebih kecil, menjalankan kerja mekanik seperti pada
kontraksi otot, dan mengangkut biomolekul atau ion melalui membran menuju daerah
berkonsentrasi lebih tinggi. Secara garis besar, respirasi sel melibatkan proses-proses yang
disebut glikolisis, siklus Krebs atau siklus asam sitrat, dan rantai transpor elektron.
Rantai transpor elektron adalah tahapan terakhir dari reaksi respirasi aerob. Transpor
elektron sering disebut juga sistem rantai respirasi atau sistem oksidasi terminal. Transpor
elektron berlangsung pada krista (membran dalam) dalam mitokondria. Molekul yang
berperan penting dalam reaksi ini adalah NADH dan FADH2, yang dihasilkan pada reaksi
glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, dan siklus Krebs. Selain itu, molekul lain yang juga
berperan adalah molekul oksigen, koenzim Q (Ubiquinone), sitokrom b, sitokrom c, dan
sitokrom a .

3.4 Hubungan Rantai Pernafasan Dengan Senyawa Fosfat Berenergi Tinggi

Rantai respirasi yang dimaksud disini adalah rangkaian proses transfer electron
Hidrogen yang terjadi pada bagian membrane dalam mitokodria dengan melibatkan sejumlah
enzim. Hasil akhir dari rangkaian proses transfer electron ialah sejumlah energi berbentuk
ATP.

Rangkaian proses transfer electron dalam rantai respirasi yang menghasilkan ATP
tersebut dikenal sebagai Fosforilasi Oksidatif.

Pemahaman rangkaian proses respirasi ini memungkinkan kita dapat melakukan


tindakan preventif dan kuratif terhadap kasus keracunan karena obat (misal :
AMOBARBITOL) dan racun (misal: SIANIDA dan KARBONMONOKSIDA), maupun
kasus kematian karena kelainan DISFUNGSI RENAL dan MIOPATI MITOKONDRIA
INFANTILIS. Urutan proses produksi energi dimulai dari pencernaan makanan sampai
dengan rantai respirasi berupa transfer electron pada bagian membrane dalam mitokondria.

3.5 Oksidasi Hidrogen (II) Dalam Mitichondria

Definisi oksidasi dan reduksi dalam hal transfer hidrogen ini sudah lama dan kini
tidak banyak digunakan. Oksidasi berarti kehilangan hidrogen, reduksi berarti mendapat
hidrogen. Perhatikan bahwa yang terjadi adalah kebalikan dari definisi pada transfer oksigen.
Sebagai contoh, etanol dapat dioksidasi menjadi etanal. Untuk memindahkan atau
mengeluarkan hidrogen dari etanol diperlukan zat pengoksidasi (oksidator). Oksidator yang
umum digunakan adalah larutan kalium dikromat(IV) yang diasamkan dengan asam sulfat
encer. Etanal juga dapat direduksi menjadi etanol kembali dengan menambahkan hidrogen.
Reduktor yang bisa digunakan untuk reaksi reduksi ini adalah natrium tetrahidroborat,
NaBH4. Secara sederhana, reaksi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
* Zat pengoksidasi (oksidator) memberi oksigen kepada zat lain, atau memindahkan hidrogen
darizatlain.
* Zat pereduksi (reduktor) memindahkan oksigen dari zat lain, atau memberi hidrogen
kepada zat lain.

3.6 Struktur Dan Fungsi Mitochondria

Mitokondria berbentuk bulat panjang atau seperti tongkat terdapat pada sel eukariotik
aerob. Mitokondria dibatasi dua lapis membran yang kuat, fleksibel, dan stabil, serta tersusun
atas lipoprotein. Membran dalam membentuk tonjolantonjolan yang disebut krista untuk
memperluas permukaan agar penyerapan oksigen lebih efektif. Ruangan dalam mitokondria
berisi cairan disebut matriks mitokondria. Matriks ini kaya enzim pernapasan (sitokrom),
DNA, RNA, dan protein.
Mitokondria memiliki DNA sendiri yang mengkode sintesis protein spesifik.Mitokondria
berfungsi dalam oksidasi makanan, respirasi sel, dehidrogenasi, fosforilasi oksidasif, dan
sistem transfer elektron.

3.7 Proses Transfer Electron Dimikrosom

Transfer mentransfer electronElectron (ET) adalah proses yang bergerak elektron dari
atom atau spesies kimia (misalnya molekul) untuk atom lain atau spesies kimia. ET adalah
deskripsi mekanistik dari konsep termodinamika redoks, dimana oksidasi dari kedua
mengubah reaksi pasangan. Proses biologi banyak melibatkan reaksi ET, termasuk mengikat
oksigen, fotosintesis, respirasi, dan rute detoksifikasi. Selain itu, proses transfer energi dapat
diformalkan sebagai dua pertukaran elektron (dua bersamaan ET peristiwa dalam arah yang
berlawanan) dalam kasus jarak kecil antara molekul mentransfer. ET umumnya melibatkan
reaksi kompleks logam transisi, tapi sekarang ada banyak contoh ET dalam kimia
organik.Dalam batin-bola ET, dua pusat redoks adalah kovalen terkait selama ET. Jembatan
ini dapat permanen, dalam hal transfer elektron acara disebut transfer elektron
intramolekular. Lebih umum, bagaimanapun, ikatan kovalen ini adalah fana, membentuk
hanya sebelum ET dan kemudian melepaskan mengikuti acara ET. Dalam kasus seperti itu,
transfer elektron disebut transfer elektron antarmolekul. Sebuah contoh yang terkenal dari
bola bagian dalam proses yang hasil ET melalui perantara dijembatani sementara adalah
pengurangan [COCl (NH3) 5] 2 + oleh [Cr (H2O) 6] 2 +. Dalam hal ini ligan klorida adalah
ligan menjembatani bahwa kovalen menghubungkan mitra redoks.
Di luar lingkup ET-reaksi, pusat redoks berpartisipasi tidak dihubungkan melalui jembatan
apapun selama acara ET. Sebaliknya, elektron "hop" melalui ruang dari pusat mengurangi ke
akseptor. Outer-sphere ET adalah dengan antarmolekul definisi. Lingkup transfer elektron
terluar dapat terjadi antara spesies kimia yang berbeda atau antara spesies kimia identik yang
hanya berbeda di negara oksidasi. Proses kemudian disebut self-tukar. Sebagai contoh, diri
pertukaran menggambarkan merosot reaksi antara permanganat dan satu-elektron manganat
relatifberkurang.

3.8 Proses Oksidasi Reduksi Di Sel Darah Merah.

Kegunaan pertama dari NADPH adalah untuk mereduksi bentuk disulfide dari
glutathione menjadi bentuk sulfhydryl, reduksi glutathione ini adalah untuk mempertahankan
struktur normal dari sel darah merah dan untuk menjaga bentuk hemoglobin dalam bentuk
Fe2+.

Sel Darah Merah ( RBC )

Sel darah merah atau eritrosit adalah sel yang tidak berinti yang berumur ± 120 hari dengan
proses pematangan sel darah merah 1 minggu dan tidak mempunyai organel. dan
ribosom.Normal SDM :5.000.000.000 sel/ml darah. Bentuk eritrosit adalah:

1. Lempeng berkonkraf ,Fungsinya adalah menghasilkan luas permukaan yang lebih besar
bagi difusi O2 menembus membrane dari pada yang dihasilkan oleh sel bulat denagn
volume yang sama.
2. Tebalnya 1 cm bagian tengah dan tepi luar 2 cm funsinya memeungkin O2 berdifusi lebih
cepat antara bagian paling dalam sel dengan ekteriumnya.

3. Garis depan nya 8cm. Fungsinya agar mampu mengalami deformasi saat mereka
menyelinap satu persatu melalui kapiler.

Pembentukan Sel Darah Merah


Proses pembentukan sel darah merah disebut dengan eritropoesis melalui sum – sum
tulang belakang. Jaringan lunak yang seluler yang mengisi rongga internal tulang. Sum – sum
tulang belakng dapat memproduksi sel darah merah dengan kecepatan 2 – 3 juta x / detik.

Pembentukan eritrosi pada usia prenatal yaitu selama masa perkembangan janin , eritosit di
produksi di kantong kunir ( yolk suc )---Usia janin 3 – 10 minggu , kemudian akan
dilanjutkan di hati pada usia janin 6 minggu sampai janin berusia 3-4 bulan dan masih
berlansung beberapa minggu sebelum janin lahir .Setelah itu limfa di mulai pada usia janin
10 minggu mencapai puncaknya usia 4 bulan dan menurun sesudah usia 6 bulan . kemudian
akan di ambil alih oleh sum – sum tulang belakang sampai seumur hidup .

Eritropoesis dikontrol oleh eritropoetin dari ginjal ,terjadinya penurunan oksigen ke ginjal
akan merangsang pengeluaran hormone eritropoitein yang masuk ke dalam darah dan
kemudian akan meransang sum – sum tulang belakang untuk menghasilkan sel darah merah .
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Enzim merupakan polimer biologik yang menganalisis lebih dari satu proses dinamik
yang memungkinkan kehidupan seperti yang kita kenal saat sekarang ini. Sebagai determinan
yang menentukan kecepatan berlangsungnya berbagai peristiwa fisiologik, enzin memainkan
peranan sentral dalam masalah kesehatan dan penyakit. Pemecahan makanan untuk memasok
energi serta unsur-unsur kimia pembangun tubuh. Perakitan building blocks tersebut menjadi
protein , membran sel serta DNA.

Dan akhirnya penggunaan energi untuk menghasilkan gerakan sel, semua ini
dimungkinkan karena kerja enzim-enzim yang terkoordinasi sementara dalam keadaan sehat
semua proses fisiologi akan berlangsung dalam cara yang teratur dan homeostasis tetap
dipertahankan, homeostasis dapat mengalami gangguan dalam keadaan patologis.
Ketidakmampuan mengubah anomia yang toksik yang menjadi urin yang non toksik sebagai
hepatikum.

Peristiwa molekular yang terjadi pada perubahan substrat menjadi produk merupakan
hal pokok pada mekanisme kerja enzim. Penelitian ini membawa kita pada suatu pendekatan
rasional dalam menentukan terapi dan rancangan obat, bidang pengetahuan yang mempunyai
potensi besar bagi pengembangan dimasa mendatang.

1.2 Tujuan

Menjelaskan aspek biokimia yang berpengaruh dalam proses reproduksi kesehatan ibu,janin
,bayi dan anak.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Enzim merupakan katalisator protein yang mengatur kecepatan berlangsungnya


berbagai proses fisiologik. Sebagai konsekuensinya , cacat pada fungsi enzim sering
menyebabakan penyakit. Aktivitas enzim dehidrogenase yang bergantung NAD (P)+
diperiksa secara spektrofotometris dengan mengukurv perubahan absorpsi pada 340 nm yang
menyertai oksidasi atau reduksi

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

1. http://luthfyazza.blogspot.com/2011/07/oksidasi-biologi-dan-senyawa-
berernergi.html
2. Lekninger, 1993, Dasar-dasar Biokimia, Jakarta
3. Gernida, 1996, Biokimia I, Gramedia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai