1.1 Definisi
infeksi Salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang
sudah
Typhus abdominalis atau demam typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada
saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12 – 13
tahun ( 70% - 80% ), pada usia 30 - 40 tahun ( 10%-20% ) dan diatas usia pada anak 12-
13
tahun sebanyak (5%-10%) (Arief, 2010).
Demam typhoid atau Typhus abdominalis adalah suatu penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu
minggu,
Demam typhoid adalah penyakit infeksi akut disebabkan oleh kuman gram negatif
Salmonella typhi. Selama terjadi infeksi, kuman tersebut bermultiplikasi dalam sel
fagositik mononuklear dan secara berkelanjutan dilepaskan ke aliran darah.
(Darmowandowo, 2006)
1.2 Etiologi
parathypi (S. Parathypi A dan B serta C). Bakteri ini berbentuk batang, gram negatif,
mempunyai flagela, dapat hidup dalam air, sampah dan debu. Namun bakteri ini dapat
mati
dengan pemanasan suhu 600 selama 15-20 menit. Akibat infeksi oleh salmonella thypi,
pasien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
1. Aglutinin O (antigen somatik) yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari
tubuh kuman).
2. Aglutinin H (antigen flagela) yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari
(2)
3. Aglutinin Vi (envelope) terletak pada kapsul yang dibuat karena rangsangan antigen Vi
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk
diagnosa, makin tinggi titernya makin besar pasien menderita tifoid (Sudoyo, 2009).
1.3 Patofisiologi
Penularan salmonella typi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan
5f yaitu : food (makanan), fingers (jari tangan/kuku), fomitus (muntah), fly (lalat), dan
melalui feses. Feses dan muntah pada penderita thypoid dapat menularkan kuman
salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara
lalat dimana lalat akan hinggap di makanan yang akan di makan oleh orang yang sehat.
dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat
melalui mulut. Sebagian kuman akan di musnahkan oleh asam lambung, sebagian masuk
ke usus halus, jaringan limfoid dan berkembang biak menyerang vulli usus halus.
Kemudian kuman masuk keperedaran darah (bakteremia primer) dan mencapai sel-sel
Proses ini terjadi pada masa tunas dan berakhir saat sel-sel retukuloendoteal
kali. Kemudian kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh terutama limp, usus dan
kandung empedu
Pada minggu I, terjadi hyperplasia plaks player pada kelenjar limfoid usus halus.
Minggu II terjadi nekrosis. Minggu III terjadi ulserasi plaks player. Minggu IV terjadi
perforasi usus, hepar, kelenjar mesenterikal dan limpa membesar. Gejala demam
disebabkan oleh endotoksin sedangkan gejala saluran cerna karena kelainan pada usus
(3)
saluran pencernaan
lambung
infeksi usus halus nausea, vomit intake & nafsu makan menurun
Hepatomegali&splenomegali
(4)
Menurut Mansjoer, 2010 pada demam typoid memiliki masa tunas 7-14 (rata-rata 3 –
30) hari, selama inkubasi ditemukan gejala prodromal (gejala awal tumbuhnya
1. Demam
a. Minggu I : Demam remiten, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada
a. Lidah kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi kemerahan, jarang
disertai tremor
3. Gangguan kesadaran
b. Gejala lain “Roseola” (bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler
kulit)
1.5 Komplikasi
sering terjadi pada keadaan tokremia berat dan kelemahan umum, terutama bila
perawatan
komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak
SGOT Dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali
3. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah
negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan
(6)
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini
disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu
pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat
bakteremia
berlangsung.
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan
berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat
positif kembali.
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam
darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba
pertumbuhan
kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.
4. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).
Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan
typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan
pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di
laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap kuman Salmonella
typhi. Uji widal dikatakan bernilai bila terdapat kenaikan titer widal 4 kali lipat (pada
pemeriksaan ulang 5-7 hari) atau titer widal O > 1/320, titer H > 1/60 (dalam sekali
pemeriksaan.
(7)
Pengobatan typoid sampai saat ini masih menganut Trilogi penatalaksanaan demam
thypoid, yaitu :
a. Kloramphenikol : dosis hari pertama 4 x 250 mg, hari kedua 4 x 500 mg, diberikan
selama demam berkanjut sampai 2 hari bebas demam, kemudian dosis diturunkan
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Diet
2) Pada keadaan akut klien diberikan bubur saring, setelah bebas panas dapat diberikan
bubur kasar, dan akhirnya diberikan nasi sesuai tingkat kesembuhan. Namun
beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini, yaitu nasi
dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang sayuran dengan serat kasar) dapat
3) Pada kasus perforasi intestinal dan renjatan septik diperlukan perawatan intensif
b. Istirahat
baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari.
Mobilisasi dilakukan bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan kondisi. Klien dengan
kondisi kesadaran menurun perlu diubah posisinya setiap 2 jam untuk mencegah
dekubitus dan pneumonia hipostatik. Defekasi dan buang air kecil perlu perhatian
karena
(8)
Prognosis demam typoid tergantung dari umur, keadaan umum, derajat kekebalan
tubuh, jumlah dan virulensi Salmonela, serta cepat dan tepatnya pengobatan. Angka
kematian pada anak-anak 2,6% dan pada orang dewasa adalah 7,4%
1.9 Pencegahan
1. Terhadap lingkungan
b. Pembuangan kotoran manusia (faeces) BAB dan BAK yang tertutup c. Pemberantasan
lalat
A. Definisi
Dengue Hemorhagic Fever / Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit infeksi
akut yang disebabkan oleh virus dengue dengan gejala utama demamj dan manifestasi
perdarahan pada kuilt ataupun bagian tubuh lainnya yang bertendensi menimbulkan
renjatan dan dapat berlanjut dengan kematian.
B. Etiologi
Virus dengue tergolong dalam family Flaviviridae dan dikenal ada 4 serotipe. Dengue
1&2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia II, sedangkan dengue 3 & 4
ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953-1954. Virus dengue berbentuk
batang, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh dietileter dan
natrium dioksilat, stabil pada suhu 700C.
Vektor utama dengue di Indonesia adalah nyamuk Aedes aegypti, di samping pula Aedes
albopictus. Vektor ini mepunyai ciri-ciri:
6. Bersarang di bejana-bejana berisi air jernih dan tawar seperti bak mandi, drum
penampung air, kaleng bekas atau tempat-tempat yang berisi air yang tidak
bersentuhan dengan tanah.
(2)
Virus dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk dan infeksi
pertama kali mungkin memberi gejala demam. Setelah virus dengue masuk ke dalam
tubuh, karena viremia seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh
badan, hyperemia di tenggorok, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi
pada sistem retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati,
dan limfa. Ruam pada DBD disebabkan oleh kongesti pembuluh darah di bawah kulit.
Renjatan yang terjadi akut dan perbaikan klinis yang drastis setelah pemberian
plasma/ekspander plasma yang efektif, sedangkan pada autopsi tidak ditemukan
kerusakan dinding pembuluh darah yang destruktif atau akibat radang, menimbulkan
dugaan bahwa perubahan fungsional dinding pembuluh darah mungkin disebabkan
mediator farmakolgis yang bekerja singkat. Sebab lain kematian pada DHF adalah
perdarahan hebat, yang biasanya timbul setelah renjatan berlangsung lama dan tidak
teratasi. Perdarahan pada DHF umumnya dihubungkan dengan trombositopenia,
gangguan fungsi trombosit dan kelainan sistem koagulasi.
Trombositopenia yang dihubungkan dengan menungkatnya mega karoisit muda dalam
sus-sum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit menimbulkan dugaan
meningkatnya destruksi trombosit. Penyidikan dengan radioisotop
(3)
D. Gambaran Klinis
Gambaran klinis amat bervariasi, dari yang amat ringan hingga yang sedang seperti DF
sampai DHF dengan manifestasi demam akut, perdarahan serta kecenderungan terjadi
renjatan yang dapat berakibat fatal. Masa inkubasi dengue antara 3-15 hari, rata-rata 5-
8 hari.
Pada DF, suhu meningkat tiba-tiba disertai sakit kepala, nyeri yang hebat pada otot dan
tulang, mual, kadang kadang muntah dan batuk ringan. Sakit kepala dapat menyeluruh
atau berpusat pada supra orbital dan retroorbital. Nyeri di bagian otot terutama
dirasakan bila tendon dan otot perut ditekan. Otot-otot di sekitar mata terasa pegal.
Eksamtem yang klasik ditemukan dalam 2 fase, mula-mula pada awal demam terlihat
jelas pada muka dan dada, berlangsung selama beberapa jam dan biasanya tidak
diperhatikan oleh pasien. Ruam berikutnya mulai antara hari 3-6, mula-mula berbentuk
makula-makula besar, yang kemudian bersatu mencuat kembali, serta kemudian timbul
bercak petekia pada dasarnya, kemudian menjalar cepat ke seluruh tubuh. Pada saar
suhu turun ke normal, ruam ini berkurang dan cepat menghilang, bekas-bekasnya
kadang teras gatal.
Lidah sering kotor dan kadang kala pasien sukar buang air besar. Terkadang dapat diraba
pembesaran kelenjar yang konsistensinya lunak dan tak nyeri. Pada pasien DHF, gejala
perdarahan mulai pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekia, purpura, ekimosis,
hematemesis, melena, dan epistaksis. Hati umumnya membesar dan nyeri tekan, tetapi
pembesaran hati tidak sesuai dengan beratnya penyakit.
E. Klasifikasi DHF
DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis dibagi menjadi
4 Derajat (Menurut WHO, 1986) yaitu:
1. Derajat I (ringan)
Demam mendadak 2-7 hari disertai gejala klinis lain dan manifestasi perdarahan ringan,
trombositopenia dan hemokonsentrasi. tourniquet positif.
(4)
2. Derajat II (sedang)
3. Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan daerah rendah
(hipotensi), gelisah, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari (tanda-tanda dini renjatan).
4. Derajat IV
Ditemukan dengue shock syndrome dengan tensi dan nadi yang tak terukur.
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Klinik
b. Manifestasi perdarahan baik melalui uji tourniquet maupun perdarahan spontan pada
kulit (petekie, ekimosis, memar) dan/atau di tempat lain seperti epistaksis, perdarahan
gusi, hematemesis dan melena.
c. Hepatomegali
d. Renjatan, ditandai nadi cepat dan lemah tak teraba, tekanan darah menyempit
(<20mmHg) atat hipotensi (<80mmHg) sampai tak terukur, kulit dingin, lembab dan
malaise.
2. Laboratorium
3. Pemeriksaan penunjang
b. Darah rutin
c. Waktu perdarahan
(5)
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaannya adalah:
1. Tirah baring
2. Makanan lunak
Bila belaum ada nafsu makan dianjurkan munum banyak 1,5-2 liter /24 jam (susu,air
gula, sirop)
Derajat IV : Infus asering 5/RL diguyur 100-200 mL sampai nadi teraba serta tensi
Derajat III: Infus asering 5/RL dengan kecepatan tetesan 20 mL/KgBB/ jam. Setelah
renajatan teratasi:
(6)
Kecepatan tetesan diubah 10mL/KgBB/jam selama 4-6 jam. Bila keadaan umum baik,
jumlah cairan sekitar 5-7 mL/KgBB/jam. Jenis RL: Dextrose 5% =1:1. Infus dipertahankan
48 jam setelah renjatan.
H. Pencegahan
1. Menggunakan insektisida
Yang lazim dipakai adalah malathion untuk membunuh nyamuk dewasa dan temephos
(abate) untuk membunuh jentik. Cara penggunaan malathion ialah dengan pengasapan
(thermal fogging) atau pengabutan (cold fogging).
2. Tanpa insektisida
Menguras bak mandi, tempayan, dan tempat-tepat penampungan air minimal 1 kali
seminggu.
I. Komplikasi
2. Disorientasi
3. Perdarahan luas.
(7)
5. Effuse pleura
6. Asidosis metabolik
7. Anoksia jaringan
8. Penurunan kesadaran.
J. Prognosa
Kematian karena demam dengue hampir tidak ada. Pada DBD/SSD mortalitasnya cukup
tinggi. Penelitian pada orang dewasa di Surabaya, Semarang, dan Jakarta menunjukkan
bahwa prognosis dan perjalanan penyakit umumnya lebih ringan pada orang dewasa
dibandingkan pada anak-anak.
DBD Derajat I dan II akan memberikan prognosis yang baik, penatalaksanaan yang cepat,
tepat akan menentukan prognosis. Umumnya DBD Derajat I dan II tidak menyebabkan
komplikasi sehingga dapat sembuh sempurna.
DBD derajat III dan IV merupakan derajat sindrom syok dengue dimana pasien jatuh
kedalam keadaan syok dengan atau tanpa penurunan kesadaran. Prognosis sesuai
penetalaksanaan yang diberikan.
A. Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat
Malaise
(8)
Tekanan darah di bawah normal, denyut perifer melemah, takikardi, susah teraba Kulit
hangat, kering, pucat, kemerahan/ bintik merah, perdarahan bawah kulit
3. Eliminasi
4. Makanan/ cairan
5. Neurosensori
6. Nyeri/ Ketidaknyamanan
8. Penyuluhan/ pembelajaran
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi Keperawatan
(9)
Tujuan : Klien tidak mengalami demam, suhu tubuh normal (360 – 370) Intervensi:
R/ Untuk menidentifikasi pola demam klien dan sebagai indikator untuk tindakan
selanjutnya.
b. Observasi tanda – tanda vital klien : suhu, nadi, tensi, pernapasan, tiap 4 jam atau
lebih sering
R/ Tanda –tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
dilakukan.
e. Menganjurkan pasien untuk banyak minum ± 2,5 ltr/24 jam dan jelaskan manfaatnya
bagi pasien.
(10)
R/ Reaksi klien terhadap nyeri dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, dengan
mengetahui faktor tersebut maka perawat dapat melakukan intervensi sesuai masalah
klien.
d. Berikan suasana gembira bagi klien, lakukan teknik distraksi, atau teknik relaksasi.
R/ Dengan teknik distraksi atau relaksasi, klien sedikit melupakan perhatiannya terhadap
nyeri yang dialami.
Tujuan : Terjadi homeostatis volume cairan, tanda tanda vital dalam batas normal, tidak
terjadi defisit cairan..
Intervensi:
a. Kaji keadaan umum klien 9pucat, lemah, taki kardi), serta tanda –tanda vital.
R/ Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani syok yang dialami klien.
d. Kaji tanda dan gejala dehidrasi/hipovolemik (riwayat muntah, diare, kehausan, turgor
jelek)
R/ Pemberian cairan intra vena sangat penting bagi klien yang mengalami defisit volume
cairan dengan keadaan umum yang buruk untuk rehidrasi.
(11)
Tujuan : Tidak terjadi tanda tanda perdarahan lebih lanjut dan terjadi peningkatan
trombosit> 150.000
Intervensi:
a. Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai dengan tanda-tanda klinis.
R/ Agar klien/keluarga mengetahui hal hal yang mungkin terjadi padaklien dan dapat
membantu mengantisipasi terjadinya perdarahan.
e. Antisipasi terjadinya perdarahan ( sikat gigi lunak, tindakan incvasif dengan hati-hati)
Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, klien mampu menghabiskan makanan sesuai
dengan porsi yang diberikan.
Intervensi:
a. Kaji keluhan mual, muntah, dan sakit menelan yang dialami klien
c. Berikan makanan yang mudah ditelan seperti: bubur dan dihidangkan saat masih
hangat.
(12)
R/ Untuk menghindari mual dan muntah serta rasa jenuh karena makanan dalam porsi
banyak.
e. Jelaskan manfaat nutrisi bgi klien terutama saat sakit.
f. Berikan umpan balik positif saat klien mau berusaha mengahiskan makannya. R/
Memotivasi dan meningkatkan semangat klien.
b. Kaji hal-hal yang mampu/tidak mampu dilakukan oleh klien sehubungan degan
kelemahan fisiknya.
R/ Pemberian bantuan sangat diperlukan oleh klien pada saat kondisinya lemah tanpa
membuat klien mengalami ketergantungan pada perawat.
R/ akan membantu klien memenuhi kebutuhan sendiri tanpa bantuan orang lain.
7. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, diet dan perawatan pasien DHF
a. Kaji tingkat pengetahuan klien/keluarga tentang penyakit DHF R/ Sebagai data fdasar
pemberian informasi selanjutnya.
c. Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan obat-obatan pada klien
R/ agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat sehinggfa tidak terjadi
kesalahpahaman.
d. Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan dan manfaatnya pada klien.
R/ Untuk membantu mengingat penjelasan yang telah diberikan karena dapat dilihat/
dibaca berulang kali.
GASTROENTERITIS
DEFINISI
Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus
halus. Gastroenteritis akut ditandai dengan diare, dan pada beberapa kasus,
muntah-muntah yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan
dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit. (Lynn Betz,2009)
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih
banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair
/setengan padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat. Menurut WHO (1980),
diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari. Diare terbagi 2 berdasarkan
mula dan lamanya , yaitu diare akut dan kronis (Mansjoer,A.1999,501).
ETIOLOGI
Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada anak-anak).
Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran dimasak
kutang matang.
MANIFESTASI KLINIS
BB menurun
malaise
KOMPLIKASI
kejang demam
bakterimia
PEMERIKSAAN PENUNJANG
darah samar feses : untuk memeriksa adanya darah (lebih sering pada GE yang berasal
dari bakteri)
evaluasi volume, warna, konsistensi, adanya mucus atau pus pada feses
kultur feses (jika anak dirawat di RS, pus dalam feses, tau diare yang berkepanjangan)-
untuk menentukan pathogen
urinalisis dan kultur (berat jenis bertambah karena dehidrasi; organisme shigella keluar
melalui urin)
PENATALAKSANAAN
Rehidrasi
jenis cairan
Formula lengkap (NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa) seperti orali, pedyalit setiap kali diare.
Cara parenteral
Cairan I : RL dan NS
D5 : RL = 4 : 1 + KCL
HSD (half strengh darrow) D ½ 2,5 NS cairan khusus pada diare usia > 3 bulan.
Jalan pemberian
Rumatan (maintenance).
Pada anak usia 1- 5 tahun dengan pemberian 3 gelas bila berat badanya kurang lebih 13
kg : maka pemberianya adalah :
BB (kg) x 50 cc
Terapi
Umur > 1 tahun dengan BB>7 kg, makanan padat / makanan cair atau susu
Dalam keadaan malbasorbsi berat serta alergi protein susu sapi dapat diberi elemen
atau semi elemental formula.
KH,Lemak,Protein
Masuk dan ber meningk. Tek osmo toksin tak dapat cemas
usus
menyerap makanan
DIARE
Frek. BAB meningkat distensi abdomen
berlebihan perianal
Gangg. Tumbang
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden
paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang
kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit
pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk.
Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama
klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari
pola makan dan perawatannya .
Keluhan Utama
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi encer,
frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare
berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang
(perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA
campak.
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan tempat
tinggal.
Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi yang
diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada anak usia
toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan
sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,
Pertumbuhan
Kenaikan BB karena umur 1 3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8
cm) pertahun.
Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan seterusnya.
Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring, seluruhnya berjumlah 14
16 buah
Perkembangan
Fase anal :
Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan mandiri :
Umur 2-3 tahun :
Pemeriksaan Fisik
pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar kepala, lingkar
abdomen membesar,
keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun lebih
Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu
makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus,
minum sedikit atau kelihatan bisa minum
Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic (kontraksi otot
pernafasan)
Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare sedang .
Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat > 37 5 0 c, akral hangat,
akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.
Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang
dari sebelum sakit.
Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang berupa perpisahan,
kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa,
dan kemudian menerima.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output berlebihan dan
intake yang kurang
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap
diare.
Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder terhadap diare
Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB menurun terus menerus.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa 1: Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan
skunder terhadap diare
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan dan elektrolit
dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil :
Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,5 0 c, RR : < 40 x/mnt )
Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung.
Intervensi :
R/ Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekataj urin.
Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit
R/ Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak aadekuat
untuk membersihkan sisa metabolisme.
Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
Kolaborasi :
R/ koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal
(kompensasi).
R/ anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar simbang,
antispasmolitik untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri
berspektrum luas untuk menghambat endotoksin.
Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya
intake dan out put
Intervensi :
Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak dan air terlalu
panas atau dingin)
R/ Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi lambung dan
sluran usus.
Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah, sajikan makanan dalam
keadaan hangat
Diagnosa 3 : Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dampak sekunder dari
diare
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi peningkatan suhu
tubuh
Kriteria hasil :
suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)
Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)
Intervensi :
Diagnosa 4 :Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan peningkatan frekwensi BAB
(diare)
Tujuan : setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit integritas kulit tidak terganggu
Kriteria hasil :
Intervensi :
Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan mengganti pakaian
bawah serta alasnya)
R/ Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban dan keasaman
feces
Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
R/ Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak terjadi iskemi dan
irirtasi .
Diagnosa 5 : Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive
Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, klien mampu beradaptasi
Kriteria hasil : Mau menerima tindakan perawatan, klien tampak tenang dan tidak rewel
Intervensi :
Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan pengobatan
Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal (sentuhan,
belaian dll)
R/ Kasih saying serta pengenalan diri perawat akan menunbuhkan rasa aman pada klien.
LAPORAN PENDAHULUAN1.
KONSEP DASAR MEDISA.
Definisi
Tumortiroid adalah sutu keganasan pada tiroid yang memiliki 4 tipe yaitu: papiler, folikuler, anaplastik
dan meduler. Kanker tiroid jarang menyebabkan pembesaran kelenjar, lebih sering menyebabkan
pertumbuhan kecil (nodul) dalamkelenjar. Sebagian besar nodul tiroid bersifat jinak, biasanya kanker
tiroid bisadisembuhkan.Tumor tiroid sering kali membatasi kemampuan menyerap yodium
danmembatasi kemampuan menghasilkan hormon tiroid, tetapi kadang menghasilkancukup banyak
hormon tiroid sehingga terjadi hipertiroidisme. Kanker tiroid terjadi pada sel-sel kelenjar tiroid (organ
berbentuk mirip kupu-kupu terletak di pangkalleher), yang berfungsi memproduksi hormon untuk
mengatur kecepatan jantung berdetak, tekanan darah, suhu tubuh dan berat badan.
B.
Etiologi
Kanker tiroid lebih sering ditemukan pada orang-orang yang pernahmenjalani terapi penyinaran di
kepala, leher maupun dada. Faktor resiko lainnyaadalah adanya riwayat keluarga yang menderita kanker
tiroid dan gondokmenahun serta tetangga atau penduduk sekampung ada yang menderita
kelainankelenjar gondok (endemis). Hal ini lebih kepada pola hidup dan letak geografisyang tidak
mendukung pada pemenuhan intake yodium. Selain itu, terdapat penyebab spesifik berdasarkan
klasifikasi atau pembagian tipe kanker tiroid, yaitusebagai berikut:
1)
Kanker Papiler60-70% dari kanker tiroid adalah kanker papiler. 2-3 kali lebih sering terjadi pada wanita.
Kanker papiler lebih sering ditemukan pada orang muda, tetapi pada usia lanjut kanker ini lebih cepat
tumbuh dan menyebar. Resiko tinggiterjadinya kanker papiler ditemukan pada orang yang pernah
menjalani terapi penyinaran di leher.
2)
Kanker Folikuler15-20% dari kanker tiroid adalah kanker folikuler. Ini merupakan jenis kankeryang paling
tidak ganas dan paling mudah diobati. Kanker folikuler juga lebihsering ditemukan pada wanita, usia 20-
50 tahun. Mirip tiroid normal namun
Hilangkan pesan penilaian pengguna
Nilai akan membantu kami untuk menyarankan dokumen terkait yang lebih baik kepada semua
pembaca kami!
50% menganggap dokumen ini bermanfaat, Tandai dokumen ini sebagai bermanfaatBermanfaat
50% menganggap dokumen ini tidak bermanfaat, Tandai dokumen ini sebagai tidak bermanfaatTidak
bermanfaat
dapat berkembang lambat dan bermetastase cepat. Pada penderita yang tidakdiobati, kematian
disebabkan karena perluasan lokal atau karena metastasis jauh mengikuti aliran darah dengan
keterlibatan yang luas dari tulang dan paru-paru.
3)
Kanker AnaplastikKurang dari 10% kanker tiroid merupakan kanker anaplastik. Ini merupakan jenis
kanker tiroid yang sangat ganas. Kanker ini paling sering ditemukan pada wanita usia lanjut. Kanker
anaplastik tumbuh sangat cepat dan biasanyamenyebabkan benjolan yang besar di leher. Kanker ini
mengakibatkankematian dalam beberapa minggu (bulan). Biasanya terjadi pada pasien- pasien tua
dengan riwayat goiter yang lama dimana kelenjar tiba-tiba (dalamwaktu beberapa minggu atau bulan)
mulai membesar dan menghasilkangejala-gejala penekanan, disfagia atau kelumpuhan pita suara,
kematian akibat perluasan lokal yang masif biasanya terjadi dalam 6-36 bulan. Kanker inisangat resisten
terhadap pengobatan.
4)
kalsitonin
(dari sel C). Kanker meduler ini sangat jarang terjadi dan merupakan penyakitketurunan. 5-10% dari
semua kasus. Karakteristiknya adalah bentuk tumor bulat, keras yang terletak di lobus tengah dan atas
kelenjar tiroid. Kankercenderung menyebar melalu sistem getah bening ke kelenjar getah bening
danmelalui darah ke hati, paru-paru dan tulang. Pada metastase stadium dinidapat merupakan
komplikasi dari masalah kelenjar lain (
Pheochromocytomo
(kelainan pada kelenjaradrenal) dan pertumbuhan pesat kelenjar paratiroid. Kanker ini lebih agresifdari
pada kanker papiler atau folikuler tetapi tidak seagresif kanker tiroidanaplastik
C.
Patofisiologi
Terapi penyinaran di kepala, leher dan dada, riwayat keluarga yangmenderita kanker tiroid dan gondok
menahun serta gondok pada daerah endemisdapat mencetuskan timbulnya neoplasma yang
menyebabkan timbulnya pertumbuhan kecil (nodul) di dalam kelenjar tiroid seseorang. Hal ini
dipengaruhioleh pelepasan TRH oleh Hipotalamus. Dimana karena pengaruh TRH, Hipofisis
anterior akan merangsang peningkatan sekresi TSH sebagai reaksi adanyaneoplasma. Peningkatan TSH
ini akan meningkatkan massa tiroid yang akan berdiferesiasi sehingga memunculkan kanker tiroid.
Kanker ini umumnya akanmeluas dengan metastasis dan invasi kelenjar dan organ tubuh. Berikut
perluasankanker pada organ tubuh yang lain :
1)
Pada kanker papiler, kanker ini biasanya meluas dengan metastasis dalamkelenjar dan dengan invasi
kelenjar getah bening lokal. Selama bertahun-tahuntumbuh sangat lambat dan tetap berada dalam
kelenjar tiroid dan kelenjargetah bening lokal. Pada pasien tua kanker ini bisa jadi lebih agresif
danmenginvasi secara lokal ke dalam otot dan trakea. Selain itu, dapat tumbuhcepat dan berubah
menjadi karsinoma anaplastik. Pada stadium lanjut, dapatmenyebar ke paru-paru.
2)
Pada kanker folikuler cenderung menyebar melalui aliran darah, menyebarkansel-sel kanker ke berbagai
organ tubuh. Kanker ini sedikit lebih agresif dari pada kanker papiler dan menyebar dengan invasi lokal
kelenjar getah beningatau dengan invasi pembuluh darah disertai metastasis jauh ke tulang atau paru.
Kanker-kanker ini sering tetap mempunyai kemampuan untukmengkonsentrasi iodin radioaktif untuk
membentuk tiroglobulin dan jaranguntuk mensintesis T3 dan T4.
3)
Pada kanker anaplastik, terjadi invasi lokal pada stadium dini ke struktur disekitar tiroid lalu
bermetastasis melalui saluran getah bening dan aliran darah.
4)
Kanker cenderung menyebar melalui sistem getah bening ke kelenjar getah bening dan melalui darah ke
hati, paru-paru dan tulang. Pada metastasestadium dini dapat merupakan komplikasi dari masalah
kelenjar lain (
).
D.
Manifestasi Klinis
1)
Terdapat pembesaran kelenjar tiroid atau pembengkakan kelenjar getah bening di daerah leher (karena
metastasis).
2)
Nodul ganas membesar cepat, dan nodul anaplastik cepat sekali (dihitungdalam minggu), tanpa nyeri.
3)
Merasakan adanya gangguan mekanik di daerah leher, seperti gangguanmenelan yang menunjukkan
adanya desakan esofagus, atau perasaan sesakyang menunjukkan adanya desakan / infiltrasi ke trakea.
4)
Suara penderita berubah atau menjadi serak.
E.
Pemeriksaan Penunjang
1)
2)
Pemeriksaan calcitonin merupakan pertanda untuk kanker tiroid jenismedulare, sedangkan pemeriksaan
kadar
tiroglobulin
cukup sensitif untukkeganasan tiroid tetapi tidak spesifik. Karena bisa ditemukan pada keadaanlain
seperti tiroiditis dan adenoma tiroid.
3)
4)
dapat memberikan gambaran morfologi fugsional,hasil pencitraannya merupakan refleksi dari fungsi
jaringan tiroid. Bahanradioaktif yang digunakan I-131 dan Tc-99m. Pada sidik tiroid 80-85% nodultiroid
memberikan hasil dingin (cold), sedangkan 10-15% mempunyai risikoganas. Nodul panas (hot) dijumpai
sekitar 5% dengan risiko ganas palingrendah, sedang nodul hangat (warm) 10-15% dari seluruh nodul
dengan risikoganas kurang dari 10%.
5)
Pemeriksaan
CT scan (Computed Tomographic scanning) dan MRI (MagneticResonance Imaging) diperlukan bila ingin
mengetahui adanya perluasanstruma substernal atau terdapat kompresi/penekanan pada jalan nafas.
6)
dianggap sebagai metode yangefektif untuk membedakan nodul jinak atau ganas pada nodul tiroid
yangsoliter maupun pada yang multinoduler. Pemeriksaan biopsi aspirasi jarumhalus ini mempunyai
sensitivitas sebesar 83% dan spesifisitas 92%.
7)
Terapi supresi Tiroksin (untuk diagnostik). Rasionalisasi dari tindakan iniadalah bahwa TSH merupakan
stimulator kuat untuk fungsi kelenjar tiroid dan pertumbuhannya. Tes ini akan meminimalisasi hasil
negatif palsu pada biopsiaspirasi jarum halus.
F.
Penatalaksanaan Medis
1)
Operasi
Pada kanker tiroid yang masih berdeferensiasi baik, tindakan tiroidektomi(operasi pengambilan tiroid)
total merupakan pilihan untuk mengangkatsebanyak mungkin jaringan tumor. Pertimbangan dari
tindakan ini antara lain
60-85% pasien dengan kanker jenis papilare ditemukan di kedua lobus. 5-10%kekambuhan terjadi pada
lobus kontralateral, sesudah operasi unilateral.2)
Terapi ini diberikan pada pasien yang sudah menjalani tiroidektomi totaldengan maksud mematikan
sisa sel kanker post operasi dan meningkatkanspesifisitas sidik tiroid untuk deteksi kekambuhan atau
penyebaran kanker.Terapi ablasi tidak dianjurkan pada pasien dengan tumor soliter berdiameterkurang
1mm, kecuali ditemukan adanya penyebaran.
3)
Supresi terhadap TSH pada kanker tiroid pascaoperasi dipertimbangkan karenaadanya reseptor TSH di
sel kanker tiroid bila tidak ditekan akan merangsang pertumbuhan sel-sel ganas yang tertinggal. Harus
juga dipertimbangkan segiuntung ruginya dengan terapi ini. Karena pada jangka panjang (7-15 tahun)
bisa menyebabkan gangguan metabolisme tulang dan bisa meningkatkan risiko patah tulang.Secara
khusus (berdasarkan klasifikasi kanker tiroid), penatalaksanaan kankertiroid adalah:1)
Penatalaksanaan Kanker PapilerKanker ini diatasi dengan tindakan pembedahan, yang kadang
melibatkan pengangkatan kelenjar getah bening di sekitarnya. Nodul dengan diameterlebih kecil dari 1,9
cm diangkat bersamaan dengan kelenjar tiroid disekitarnya, meskipun beberapa ahli menganjurkan
untuk mengangkat seluruhkelenjar tiroid. Pembedahan hampir selalu bisa menyembuhkan kanker
ini.Diberikan hormon tiroid dalam dosis yang cukup untuk menekan pelepasan
TSH
biasanya dilakukan pengangkatan sebagian besar atau seluruh kelenjar tiroiddan seringkali diberikan
yodium radioaktif, dengan harapan bahwa jaringantiroid yang tersisa atau kanker yang telah menyebar
akan menyerapnya danhancur. Dosis yodium radioaktif lainnya mungkin diperlukan untukmemastikan
bahwa keseluruhan kanker telah dihancurkan. Kanker papilerhampir selalu dapat disembuhkan.2)
Penatalaksanaan Kanker FolikulerPengobatan untuk kanker ini adalah pengangkatan sebanyak mungkin
kelenjartiroid dan pemberian yodium radioaktif untuk menghancurkan jaringanmaupun sel kanker yang
tersisa.3)
Penatalaksanaan Kanker AnaplastikPemberian yodium radioaktif tidak berguna karena kanker tidak
menyerapyodium radioaktif. Pemberian obat anti kanker dan terapi penyinaran sebelumdan setelah
pembedahan memberikan hasil yang cukup memuaskan. Operasireseksi diikuti radiasi dan
kemoterapi.4)
perangsangan, juga membantu dalam meramalkan apakah seseorang akanmenderita kanker meduler.
1.2
Penyakit diabetes melitus yang dikenal masyarakat sebagai penyakit kencingmanis terjadi pada
seseorang yang mengalami peningkatan kadar gula(glukosa) dalam darah akibat kekurangan insulin atau
reseptor insulin tidak berfungsi baik. Tipe diabetes mellitus terbagi menjadi 2, yaitu:1)
DM Tipe 1
Diabetes yang timbul akibat kekurangan insulin disebut DM tipe 1 atauInsulin Dependent Diabetes
Melitus (IDDM). Sedang diabetes karenainsulin tidak berfungsi dengan baik disebut DM tipe 2 atau Non-
InsulinDependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Insulin adalah hormon yangdiproduksi sel beta di
pankreas, sebuah kelenjar yang terletak di belakanglambung, yang berfungsi mengatur metabolisme
glukosa menjadi energiserta mengubah kelebihan glukosa menjadi glikogen yang disimpan didalam hati
dan otot. Tidak keluarnya insulin dari kelenjar pankreas penderita DM tipe 1 bisa disebabkan oleh reaksi
autoimun berupa seranganantibodi terhadap sel beta pankreas.2)
DM Tipe 2Pada penderita DM tipe 2, insulin yang ada tidak bekerja dengan baikkarena reseptor insulin
pada sel berkurang atau berubah struktur sehinggahanya sedikit glukosa yang berhasil masuk sel.
Akibatnya, sel mengalamikekurangan glukosa, di sisi lain glukosa menumpuk dalam darah. Kondisi
ini dalam jangka panjang akan merusak pembuluh darah dan menimbulkan berbagai komplikasi. Bagi
penderita Diabetes Melitus yang sudah bertahun-tahun minum obat modern seringkali mengalami efek
yangnegatif untuk organ tubuh lain. (Maulana M,2008)
1.3
a.
Obesitas (kegemukan)Terdapat korelasi bermakna antara obesitas dengan kadar glukosa darah, pada
derajat kegemukan dengan IMT >23 dapat menyebabkan peningkatankadar glukosa darah menjadi
200mg% b.
Riwayat keluargaSeorang yang menderita diabetes melitus juga diduga mempunyai gendiabetes. Diduga
bahwa bakat diabetes merupakan gen resesifd.
DislipedimiaKeadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak darah (Trigliserida >25 mg/dL).
Terdapat hubungan antara kenaikan plasma insulin denganrendahnya HDL (<35 mg/dL) sering
didapatkan pada pasien diabetes.e.
UmurBerdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena diabetes melitusadalah >45 tahun.f.
Faktor genetikDM tipe 2 berasal dari interaksi genetis dan berbagai faktor mental penyakitini sudah
lama dianggap berhubungan dengan agregasi familial. Resikoemperis dalm hal terjadinya DM tipe 2 akan
meningkat dua sampai enamkali lipat jika orang tua atau saudara kandung mengalami DM.g.
Alkohol dan rokokAlcohol akan mengganggu metabolisme gula darah terutama pada penderita DM,
sehingga akan mempersulit regulasi gula darah danmeningkatkan tekanan darah.
1.4
A.
Diabetes Melitus Tipe 1DM tipe 1 adalah penyakit autoimun kronis yang berhubungandengan kerusakan
sel-sel Beta pada pankreas secara selektif. Onset penyakit secara klinis menandakan bahwa kerusakan
sel-sel beta telahmencapai status terakhir.Beberapa fitur mencirikan bahwa diabetes tipe merupakan
penyakitautoimun. Ini termasuk:a.
asosiasi dari kerentanan terhadap penyakit dengan kelas II (responimun) gen mayor histokompatibilitas
kompleks (MHC; leukositmanusia antigen HLA).c.
keterlibatan monokines dan sel Th1 yang memproduksi interleukindalam proses penyakit.f.
respons terhadap immunotherapy, dan sering terjadi reaksi autoimun pada organ lain yang pada
penderita diabetes tipe 1 atau anggotakeluarga mereka. Mekanisme yang menyebabkan sistem
kekebalantubuh untuk berespon terhadap sel-sel beta sedang dikaji secaraintensifB.
Diabetes Melitus Tipe 2Diabetes melitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresiinsulin, namun
karena sel-sel sasaran insulin tidak mampu meresponinsulin secara normal. Keadaan ini disebut
resistensi insulin. Resistensiinsulin terjadi akibat dari obesitas dan kurangnya aktivitas fisik serta
penuaan. Penderita DM tipe 2 dapat terjadi produksi glukosa hepatic yang berlebihan namun tidak
terjadi pengrusakan sel-sel B Langerhans secara
autoimun seperti DM tipe 2. Defisiensi fungsi insulin DM tipe 2 bersifatrelatif dan tidak absolut.Pada
awal perkembangan diabetes melitus tipe 2, sel B menunjukangangguan pada sekresi insulin fase
pertama, artinya sekresi insulin gagalmengkompensasi resistensi insulin. Apabila tidak ditangani dengan
baik, pada perkembangan selanjutnya akan terjadi kerusakan sel-sel B pancreas.Kerusakan sel-sel B
pancreas akan terjadi secara progresif seringkali akanmenyebabkan defisiensi insulin.
LEUKEMIAA.DEFINISI
Leukemia, asal berasal dari bahasa yunani leukos-putih dan haima-darah. Mula-muladijelaskan oleh
Virchow pada tahun 1847 seba ai darah putih. Leukemia adalah jenis kanker yan mempen aruhi
sumsum tulan dan jarin an etah benin . !emua kanker bermula di sel, yan membuat darah dan
jarin an lainnya. "iasanya, sel-sel akan tumbuh dan membelah diri untuk membentuksel-sel baru yan
dibutuhkan tubuh. !aat sel-sel semakin tua, sel-sel tersebut akan mati dan sel-sel baru akan
men a nti kannya.#api, terkadan proses yan teratur ini berjalanmenyimpan . !el-sel baru ini
terbentuk meski tubuh tidak membutuhkannya, dan sel-sellama tidak mati seperti seharusnya.
$ejan a lan ini disebut leukemia, di mana sumsumtulan men hasilkan sel-sel darah putih
abnormal yan akhirnya mendesak sel-sel lain. !elabnormal ini keluar dari sumsum tulan dan dapat
ditemukan di dalam darah peri%er&darah tepi.Leukemia dapat menyebabkan anemia, trombositopenia,
penyakit neoplastik yan bera am, atau trans%ormasi mali na dari sel-sel pembentuk darah di
sumsum tulan dan jarin an lim%oid dan diakhiri den an kematian. 'isampin itu leukimia
merupakan penyakitden an proli%erasi neoplastik dan di%erensiasi sel induk hematopoetik yan
secara mali namelakukan trans%ormasi yan menyebabkan penekanan dan pen a nti an unsur
sum-sumyan normal. (ada seba ian kasus sel neoplastik ju a terdapat dalam jumlah yan
semakinmenin kat didalam darah tepi. "eberapa pen ertian menurut para ahli yaitu sbb)
Leukemia adalah proli%erasi sel darah putih yan masih imatur dalam jarin anpembentuk darah. *!
uriadi, + ita yuliani, 1 ) 17/0.
Leukemia adalah proli%erasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sum-sum tulan
men a nti kan elemen sum-sum tulan normal *!melt er, ! 2 and "are, ".3, ) 480.
ama penyakit mali na yan dikarakteristikkan oleh perubahan kualitati% dan kuantitati% dalam
leukositsirkulasi *5an #ambayon , 0
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalamsumsum tulan dan
lim%a nadi * ee6es, 1 0 .
Leukemia adalah suatu ke anasan pada alat pembuat sel darah berupaproli%erasio patolo is sel
hemopoietik muda yan ditandai oleh adanya ke a a lan sum-sum tulan dalam membentuk sel
darah normal dan adanya in%iltrasi ke jarin an tubuh yan lain.* rie% Mansjoer, dkk, )
4 /0.
(enyakit neoplastik yan ditandai denan di%erensiasi dan proli%erasi sel induk hematopoietik
yansecara malina melakukan tras%ormasi, yan menyebabkan penekanan dan pen antian
sum-sumyan normal *!yl6ia, /0.
Leukemia adalah penyakit neoplastik yan ditandai den an di%erensiasi dan poli%erasi sel
indukhematopoietik yan menalami trans%usi dan anas, menyebabkan supresi dan
penantian elemensumsum normal *"aldy, 90
•
$eanasan hematoloik akibat proses neoplastik yan disertai an uan di%%erensiasi pada
berbaaitinkatan sel induk hematopoietik sehin a terjadi ekspansi pro resi% dari kelompok sel
anas tersebutdalam sumsum tulan kemudian sel leukemia beredar secara sistemik *:.M "akta,
70.
Leukemia adalah suatu keanasan oran pembuat darah sehin a sumsum tulan didominasi oleh
klon malina lim%ositik dan terjadi penyebaran sel-sel anas tersebut kedarah dan semua or an
tubuh *"amban, 80.
$anker yan terjadi akibat di%erensiasi dan leukosit yan berlebihan *!ayuh #amher. 80.
$eanasan hematolois akibat proses neoplastik yan disertai an uan di%erensiasipada
berbaai tinkatan sel induk hematopoietik *Mutta in, 0.
!el leukemia mempenaruhi hematopoiesis sel darah normal dan imunitas penderita. *;ayan,
10
!ekelompok anak sel yan abnormal yan menhambat semua sel darah lain di sumsum tulan
untukberkemban secara normal, sehina mereka tertimbun di sum-sum tulan *2orwin,
0.!i%at khas leukemia adalah proli%erasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putihdalam
sumusm tulan, menantikan elemen sumsum tulan normal. 5u a terjadi proli%erasidi
hati,limpa dan nodus lim%atikus, dan in6asi oran non hematolo is, seperti menin es,
traktusastrointesinal, injal dan kulit. Leukemia adalah suatu penyakit yan disebabkan olehproli
%erasi abnormal dari sel-sel leukosit yan menyebabkan terjadinya kanker pada alatpembentuk darah
sehina mempenaruhi hematopoesis sel darah normal dan imunitaspenderita.
4.ETIOLOGI
<alaupun penyebab dasar leukemia yan pasti belum diketahui dan dijelaskansecara keseluruhan, akan
tetapi terdapat %aktor predisposisi yan menyebabkan terjadinyaleukemia, yaitu)1.3enetik danya
penyimpanan kromosom insidensi leukemia menin kat pada penderitakelainan kon enital,
diantaranya pada sindroma 'own = lebih besar dari oran normal, sindroma "loom, >anconi?s
nemia, sindroma <iskott-ldrich, sindroma @llis6an2re6eld, sindroma $lein%elter, '-#risomy
sindrome, sindroma 6on eckin hausen,dan neuro%ibromatosis *<iernik, 1 8/A <ilson, 1 1 0.
$elainan-kelainan konenital inidikaitkan erat den an adanya perubahan in%ormasi en, misal pada
kromosom 1 atau 2-roup#risomy, atau pola kromosom yan tidak stabil, seperti pada
aneuploidy.a0 !audara kandun'ilaporkan adanya resiko leukemia akut yan tin i pada kembar
identik dimanakasus-kasus leukemia akut terjadi pada tahun pertama kelahiran. Bal ini berlaku
juapada keluara denan insidensi leukemia yan san at tin i *<iernik,1 8/0.
Leukemia ditemukan pada korban hidup kejadian "om tom Birosima dan a asaki7.!inar adioakti
% !inar radioakti% merupakan %aktor eksternal yan palin jelas dapat menyebabkanleukemia pada
binatan maupun pada manusia. 'ibuktikan bahwa penderita yan diobati den an sinar radioakti%
akan menderita leukemia pada 9H klien, dan baru terjadisesudah / tahun.8.Leukemia !ekunder
Leukemia yan terjadi setelah perawatan atas penyakit mali nansi lain disebut!econdary cute
Leukemia *!L0 atau treatment related leukemia. #ermasukdiantaranya penyakit Bod in, limphoma,
myeloma, dan kanker payudara . Bal ini disebabkankarena obat-obatan yan di unakan termasuk
olonan imunosupresi% selainmenyebabkan dapat menyebabkan kerusakan ' . Leukemia
biasanya menenai sel-sel darah putih. (enyebab dari seba ian besar jenis leukemia tidak diketahui.
(emaparan terhadap penyinaran *radiasi0 dan bahan kimia tertentu *misalnya ben ena0dan
pemakaian obat anti kanker, meninkatkan resiko terjadinya leukemia. Eran yan memiliki kelainan
enetik tertentu *misalnya sindroma 'own dansindroma >anconi0, ju alebih peka terhadap
leukemia. .>aktor :n%eksi"anyak ahli yan mendu a bahwa %aktor in%eksi oleh suatu bahan
yanmenyebabkan reaksi sanat berperan dalam etiolo i leukemia *:mam !upandiman.1 7A !
yl6ia nderson (rice. 1/0.