Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“KONSEP TUHAN ADA DIMANA-MANA”


“Wyapi Wyapaka”

DISUSUN OLEH:
NI KETUT MEGA LESTARI

YAYASAN PENDIDIKAN 23 MARET


AKADEMI KEBIDANAN BUNDA KOTAMOBAGU
SEPTEMBER 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat dan

Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk

maupun isinya yang sangat sederhana.Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah

satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca, .Harapan saya semoga makalah ini

membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat

memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.Makalah

ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yangsaya miliki sangat kurang.

Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan

yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Penyusun,

Ni Ketut Mega Lestari

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….…...…..i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………...….ii

BAB I PENDAHULUA
N

A. Latar Belakang..................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.............................................................................................................1

C. Tujuan...............................................................................................................................1

D. Manfaat.............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Tuhan Dalam Weda.............................................................................................3

B. Tuhan Ada Dimana-Mana Dan Maha Kuasa....................................................................3

C. Jika Tuhan Senantiasa Ada Di Mana-Mana Perlukah Kita Kepura..................................8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.....................................................................................................................10

B. Saran................................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seperti yang dikatakan oleh para pelajar, mahasiswa, masyarakat beragamadalam
doa mereka, bahwa selalu meyakini diri bahwa Tuhan ada di dalam dan di luar.Jika Tuhan
hanya berada di dalam, maka kesucian batin diperlukan, itu sudah cukup. Karena Tuhan
juga berada di luar, maka kesucian lahir juga diperlukan. Dengandemikian, karena Tuhan
berada di dalam dan di luar, kita perlu memiliki kesucian lahir dan batin. Kemudian barulah
kita dapat menghayati kemaha-kuasaan Tuhan. Apakahyang dimaksud dengan kesucian
lahir ini.
Sudah tentu kesucian lahir ini, menyucikan dan membersihka badan dengan
memakai pakaian yang bersih. Akan tetapi ada artiyang lebih luas. Tempat tinggal kita harus
bersih. Buku-buku yang kita baca harustetap bersih. Baik badan ataupun pikiran kita jangan
dibiarkan menumpuk kotoran dan sifat-sifat yang buruk. bila kita mempunyai keyakinan
yang kuat, bahwa prinsipketuhanan yang sama ada di setiap hati manusia, maka segala
hambatan akan bisadiatasi. bila kita percaya sepenuhnya pada Tuhan yang bersemayam
dalam diri kita,maka segala sesuatu apa saja akan menjadi milik kita. Keyakinan merupakan
kuncidan dasar akar kehidupan spiritual. Jika kita memegang prinsip ketuhanan
itu,semuanya akan dapat kita selesaikan. Agar kita dapat menghayati ketuhanan yang berada
di mana-mana dalam kehidupan kita sehari-hari, kita harus melaksanakansadhana,
mengembangkan rasa belas kasihan kepada semua makhluk. Juga kita harusmeningkatkan
kesucian lahir dan batin, menjaga agar jasmani dan rohani selalu bersih cemerlang. hanya
dengan demikianlah kita akan dapat menyadari prinsip ketuhananyang ada di mana-mana.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan
yang akan dibahas adalah sebagai berikut
1. Berkaitan dengan Tuhan ada dimana-mana dan Maha Kuasa?
2. Bagaimana Tuhan bisa dikatakan ada dimana-mana dan Maha Kuasa?
3. Jika tuhan ada dimana-mana mengapa kita harus pergi sembahyang kepura?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, makalah ini bertujuan sebagai berikut
1. Untuk mengetahui maksud sloka dalam Rg Weda yang berkaitan dengan Tuhan
ada dimana-mana dan Maha Kuasa'
2. Untuk mengetahui bahwa Tuhan ada dimana-mana dan Maha Kuasa
3. Mengapa kita harus pergi sembahyang kepura Jika tuhan ada dimana-mana
D. Manfaat
Manfaat yang didapat dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pembaca untuk menambah
pengetahuan tentang maksud sloka dalam Rg Weda yang berkaitan denganTuhan
ada dimana-mana dan Maha Kuasa
2. Dapat menjadi informasi berharga bagi para penulis guna menciptakan
tulisanyang lebih bermanfaat bagi masyarakat untuk bisa mengetahui bahwa
Tuhanada dimana-mana dan Maha Kuasa
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Tuhan Dalam Weda


Berdasarkan kitab suci weda Tuhan /Brahman merupakan “Acintya” yaitu tak
terpikirkan. Tuhan itu hanya dapat diwujudkan melalui simbol atau “nyasa”, wujud beliau
dapat dihafalkan menurut fantasi manusia. rahasia keilahiannya tersembunyi dalam kabut
rahasia pengetahuan manusia, sifat-sifat kerahasiaan itu dipikirkan kedalam bentuk nyasa
dengan cara-cara simbolik yang disebut maya sakti. nyasa yang banyak dipakai dalam ajaran
agama hindu adalah simbol dengan garis-garis tertentuyang disebut yantra (cakra)
perpaduan warna, kembang dan warna-warna tertentusecara arca yang wujud bentuknya
kadang-kadang fantasi seperti yang kita lihat. Dengan semakin berkembangnya peradaban
dan kemampuan berpikir manusia,ajaran agama hindu mengalami pula perkembangan dalam
penghayatan dan pelaksanaannya. Dari politeisme ajaran agama hindu berkembang menuju
monoteisme, pandangan yang mengakui dengan tegas hanya ada satu Tuhan yaitu
Brahman Dalam chandogya upanishad dinyatakan :
“Om Tat Sat Ekam Eva Adwityam Brahman” artinya hyang Widhi hanya satu tak ada
duanya dan mahasempurna. Dalam Kitab Suci Rg Veda disebutkan “Om Ekam Sat Wiprah
BahudaWadanti” artinya hyang Widhi itu hanya satu, tetapi para arif bijaksana menyebut
dengan berbagai nama. pandangan monoisme seperti ini tidaklah dipertentangkan dengan
pandangan sebelumnya karena dalam Weda sudah disebutkan Tuhan Yang Maha Esa itu
disebut pula dengan berbagai nama, beliaulah pencipta (Brahma) beliau pula penopang dan
pemelihara alam semesta beserta isinya (Wisnu) dan padasaatnya melebur segala ciptaannya
menuju asalnya (Siwa)
Dalam Rg Veda kitab Weda tertua disebutkan bahwa Tuhan atau Ida Sang Hyang
Widhi Wasa telah menciptakan alam semesta beserta isinya dan beliau pulayang
menciptakan dewa-dewa untuk mengendalikannya. Sebagai ajaran yang terbuka,Weda
bagaikan tanah subur bagi persemian berbagai aliran dan pandangan filsafat. lambang-
lambang dan gagasan dalam weda diberi pengertian dan makna baru tanpa menggoncangkan
kepercayaan lama.

E. Tuhan Ada Dimana-Mana Dan Maha Kuasa


Kitab suci Weda dan kitab-kitab sastranya mengajarkan bahwa Tuhan itu Esa,Maha
kuasa dan ada di mana-mana. Manusia yang serba terbatas ini tidak akan mampu memahami
keesaan dan kemahakuasaan Tuhan itu atau disebut dalam kitab sastrabhuwanakosa
menyatakan&
“Bhatara Siva sira vyapaka sira suksma tan kneng angenhangen kadyangganing akasa
sira tan kagrahita dening manah muang indriya”
Artinya: Bhatara Siwa meresapi segala, ia gaib tak dapat dipikirkan, ia sepertiangkasa, tak
terjangkau oleh pikiran dan indriya. Kutipan ini menyatakan bahwa bhatara Siwa meresapi
segala, berada dimana-mana, meliputi segala.
Dengan demikian Ia pun hadir pula dalam pikiran dan Indriya, namun pikiran dan
indriyatidak mampu menggapai Ia. Demikianlah aspek imanen dan transenden bhatara Siwa.
namun manusia menurut ajaran hindu wajib meyakini bahwa Tuhan itu maha-
ada“Wibhusakti ", mahakuasa 'Prabhusakti", mahatahu “Jnana Sakti" dan mahakerja
“Kriya Sakti". Selanjutnya bagaimana manusia mendayagunakan keyakinannya padaTuhan
yang ada dimana-mana itu untuk menyelenggarakan hidupnya agar bisamewujudkan hidup
yang bahagia lahir batin di dunia sekala ini sebagai landasan untuk menuju dunia niskala.
Menurut keyakinan hindu dunia niskala itu disebut para loka. Di para lokaitu ada dua
bagian yang disebut sorga dan ada yang disebut neraka. Setiap orangidealnya mengharapkan
setelah hidup di dunia sekala ini akan menuju dunia niskalayang disebut sorga. untuk
mencapai dunia yang disebut sorga itu harus berperilakuyang senantiasa disertai bahwa
Tuhan selalu sebagai menyaksikan perilakunya. Dalam berniat, berpikir dan berkehendak
saja Tuhan hendaknya diyakini mengetahuinya.Apalagi berbicara dan bertindak nyata Tuhan
pasti mengetahuinya. Kalau keyakinan pada Tuhan yang selalu maha mengetahui ini kuat
pada diri seseorang maka orangtersebut tidak akan melanggar ajaran agama yang diyakini
sabda Tuhan. Inilah yangdisebut sebagai keyakinan aktif pada Tuhan. Kalau keyakinannya
itu pasif, hanya percaya pada Tuhan sekadar percaya. Kepercayaan kepada Tuhan tidak
disertaidengan kesadaran untuk mendayagunakan keyakinannya itu untuk membenahi
berbagai langkah kehidupannya, maka kepercayaan pada Tuhan itu sia-sia saja.menerapan
kehidupan beragama hindu dalam berbagai aspeknya pada intinya untuk senantiasa
menanamkan keyakinan pada Tuhan agar benar-benar menjadi bagian yangintegral dalam
diri pribadi setiap umat. Kalau keyakinan pada Tuhan Yang Esa danMahakuasa itu ada
dimana-mana sudah demikian menjiwai hidup seseorang makaakan menjadi perilaku yang
subha karma.
Dalam tradisi kehidupan beragama hindu di bali keberadaan Tuhan dimana-mana itu
telah difisualisasikan dalam berbagai bentuk kegiatan keagamaan yang sakral. Seperti
keberadaan Meru Tumpang Sebelas dan Tumpang Tiga di mandalakelima pura penataran
Agung besakih itu. Mpu Kuturan telah menjadikan pulau baliini sebagai simbol buwana
Agung stana sakral Tuhan Yang Maha Esa yang disebutsebagai padma bhuwana. Tuhan
yang berada dimana-mana itu difisualisasikan menjadi sembilan Kahyangan Jagat. Sembilan
Khayangan Jagat ini simbol bahwa tidak ada bagian alam ini tanpa kehadiran Tuhan.
Tujuannya agar umat hindu di bali dapat menghayati konsep Wyapi Wyapaka Nirwikara
dengan metode visual. namunkeberadaan tempat pemujaan Tuhan di sembilan penjuru
pulau bali ini dipahamidengan sikap pasif saja. bahkan, banyak yang memahami bahwa
Tuhan hanya ada ditempat-tempat pemujaan itu saja. Di luar tempat pemujaan itu seolah-
olah Tuhan tidak hadir. Karena dianggap Tuhan hanya berstana di pura saja maka di luar
pura kalaumereka berbuat apa saja Tuhan tidak mengetahuinya. Apa lagi di ruang kerja, di
kantor keberadaan Tuhan dianggap pasif saja. Kalaupun mereka melakukan sesuatu
yangmelanggar dharma seperti merekayasa uang rakyat untuk dikorupsi, diyakini Tuhan
tidak akan mengetahuinya. Tentunya akan berbeda bagi mereka yang demikian aktif
meyakini bahwa Tuhan berada dimana-mana dan maha mengetahui segala perilaku manusia.
Kayakinan yang demikian itu akan dapat berfungsi untuk mengontrol dirinyasecara
sadar untuk tidak berbuat melanggar ajaran agama sabda Tuhan itu. Merekamentaati ajaran
agama itu bukan karena takut semata, tetapi karena setiap perbuatanyang baik pasti akan
berpahala baik, demikian juga sebaliknya. Di samping tempat pemujaan sebagai sarana
sakral beragama hindu melukiskan kehadiran Tuhan beradadimana-mana juga banyak media
beragama lainnya sebagai media sakral untuk memotivasi umat hindu agar secara aktif
mengembangkan keyakinannya. sakral. Seperti keberadaan Meru Tumpang Sebelas dan
Tumpang Tiga di mandalakelima pura penataran Agung besakih itu. Mpu Kuturan telah
menjadikan pulau baliini sebagai simbol buwana Agung stana sakral Tuhan Yang Maha Esa
yang disebutsebagai padma bhuwana. Tuhan yang berada dimana-mana itu di visualisasikan
menjadi sembilan Kahyangan Jagat. Sembilan Khayangan Jagat ini simbol bahwatidak ada
bagian alam ini tanpa kehadiran Tuhan. Tujuannya agar umat hindu di balidapat menghayati
konsep Wyapi Wyapaka virwikara dengan metode visual. namun keberadaan tempat
pemujaan Tuhan di sembilan penjuru pulau bali ini dipahami dengan sikap pasif saja.
bahkan, banyak yang memahami bahwa Tuhan hanya ada ditempat-tempat pemujaan itu
saja.
Di luar tempat pemujaan itu seolah-olah Tuhan tidak hadir. Karena dianggap Tuhan
hanya berstana di pura saja maka di luar pura kalaumereka berbuat apa saja Tuhan tidak
mengetahuinya. Apa lagi di ruang kerja, di kantor keberadaan Tuhan dianggap pasif saja.
Kalaupun mereka melakukan sesuatu yangmelanggar dharma seperti merekayasa uang
rakyat untuk dikorupsi, diyakini Tuhantidak akan mengetahuinya. Tentunya akan berbeda
bagi mereka yang demikian aktif meyakini bahwa Tuhan berada dimana-mana dan maha
mengetahui segala perilakumanusia. Kayakinan yang demikian itu akan dapat berfungsi
untuk mengontrol dirinyasecara sadar untuk tidak berbuat melanggar ajaran agama sabda
Tuhan itu. Merekamentaati ajaran agama itu bukan karena takut semata, tetapi karena setiap
perbuatanyang baik pasti akan berpahala baik, demikian juga sebaliknya. Di samping tempat
pemujaan sebagai sarana sakral beragama hindu melukiskan kehadiran Tuhan
beradadimana-mana juga banyak media beragama lainnya sebagai media sakral untuk
memoti vasi umat hindu agar secara aktif mengembangkan keyakinannya. lambang alam
semesta stana terhormat hyang Widhi Wasa. hari raya keagamaan punsebagai media untuk
mengingatkan umat hindu agar senantiasa ingat dan sadar padakeberadaan Tuhan secara
aktif. Seperti saat Tumpek Wariga sebagai pemujaan Sanghyang Sangkara dewanya
tumbuh-tumbuhan. Tumpek landep sebagai pemujaan Sanghyang pasupati, hari raya
pagerwesi sebagai pemujaan Sang hyang paramesti guru.Tumpek Kandang sebagai
pemujaan hyang Rareangon.
Demikian banyak lagi media kegiatan keagamaan hindu sebagai hari untuk
mengingatkan umat agar meyakini bahwa Tuhan itu Maha esa, Mahakuasa dan
beradadimana-mana untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Dengan harapan
bahwaumat hindu akan dapat lebih meningkatkan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa yang melingkupi seisi alam semesta di jagat raya ini.banyak gelar atau sebutan yang
diberikan untuk rnenyebut nama Tuhan Yang Maha Esa. banyak pula kekuatan Tuhan
ataupun kemahakuasaannya.

Tuhan juga memiliki banyak bentuk atau wujud ‘Mahu Murti’ begitu pula dalam
kaitannya dengan keberadaannya, bahwa Tuhan ada dimana mana wyapi wyapaka, Tuhan
memiliki beragam sifat atau karakter “Saguna Brahman” Tuhan tidak bias menampakkan
dirinya, maka beliau digelari sebagai Tuhan yang bersifat Awyakta. Dengan kata lain bahwa
Tuhan juga memiliki sifat yang abstrak “maya”. Memang Tuhan sesungguhnya adalah tidak
dapat memperlihatkan diri. beliau sering juga digelari sebagai Sang hyang Niskala, oleh
karena beliau tidak dapat mewujudkan dirinya dalam bentuk yang sebenarnya dan
senyatanya. begitulah keagungan dan kebesaran dan Tuhan Yang Maha Esa di alam raya ini
beserta dengan segala isinya.
Tuhan Yang Maha Esa memiliki kekuatan “sakti” untuk menciptakan segalayang
ada dan yang tidak ada ini “wahya adhyatmika”, Apapun yang menjadi bagian atau isi alam
raya ini maka beliaulah asalnya “Sangkan Paraning Dumadi” beliau juga yang menciptakan
“ngutpeti” segala yang wujudnya besar ataupun yang tidak bisadilihat oleh indra penglihat
manusia. Tuhan dapat melakukan perlindungan raksatam serta memelihara “stithi” ciptaan
beliau. namun demikian, bahwa Tuhan Yang Maha Esa juga memiliki kemampuan yang
maha dasyat dan hebat bagi segalanya, yakni dapat menarik, mengembalikan, melebur,
menghanguskan, dan mengembalikan melalui kematian “mrtyu”oleh karena beliau memiliki
kekuatan sebagai rajanya maut yang dinamai pralina. bilamana Tuhan telah menghendaki
dan memberikan titah atausabda untuk menuju pada kelenyapan, maka hal itu tidak bisa
ditolak dan tidak bias dimohon. begitulah kekuatan maut beliau pralaya yang secara pasti
lambat laun
Di dalam kitab suci Weda Mantra Samhita, Tuhan Yang Maha Esa disebut dengan
berbagai nama dan menguasai seluruh alam semesta, seperti tersurat di dalam mantra ini:
Sahasrasirsa purusah sahasraksah sahasrapat,
sa bhumim visato vrtva tyatistad dasangulam (Rgveda X.90.1)
Artinya Tuhan berkepala seribu, bermata seribu, berkaki seribu, Ia memenuhi bumi-bumi
pada semua arah, mengatasi kesepuluh penjuru. Seribu dalam mantra Rg Weda di atas
berarti tak terhingga. Tuhan berkepala tak terhingga, bermata tak terhingga, bertangan tak
terhingga. Semua kepala adalah kepalanya, semua mata adalah matanya, semua tangan
adalah tangannya.Walaupun Tuhan tak dapat dilihat dengan mata biasa, tetapi Tuhan dapat
dirasakankehadirannya dengan rasa hati, bagaikan garam dalam air. Ia tidak tampak, namun
biladicicipi terasa adanya disana. Demikian pula seperti adanya api di dalam
kayu,kehadirannya seolah-olah tidak ada, tapi bila kayu ini digosok maka api akan
muncul(Sura, 1998:1)
Di dalam Chandogya ujpanisad terdapat sebuah percakapan yang sangat menarik
tentang kehadiran Tuhan Yang Maha Esa dimana-mana. percakapan itu merupakan
percakapan seorang ayah (guru) dengan seorang anak “sisya”. Anak itu garam kepada
ayahnya untuk menerangkan hakikat Tuhan Yang Maha Esa yang ingin diketahuinnya. Sang
ayah pun menerangkan dengan berbagai contoh yang mudah dimengerti. Salah satu
percakapan itu adalah demikian:

Lavanam etad udake ‘vadhaya atha ma


pratar upasidatha iti: sa ha tatha cakara
tam havaca yad dosa lavanam udake ‘vadhah, anga tad ahareti,
tad havam rsya na viveda yatha vilinam, evam ( Chandogya Upanisad VI.13.)
Artinya:
(Masukkanlah garam ini ke dalam air, dan datanglah padaku besok pagi. Ia
mengerjakan seperti yang diperintahkan. Ayahnya berkata kepadanya, “Ambilkan aku
garam yang engkau masukkaan dalam air semalam”.Anak itu mencari garam dalamair,
namun tidak menemukannya, karena tentunya garam itu telah larut.
Demikianlah Tuhan diumpamakan seperti garam yang telah larut dalam air, Iatidak
tampak, namun bila dicicipi ada rasa asin. Di samping itu Tuhan juga diumpamakan sebagai
minyak di dalam Tila, mentega dan dalam susu, api di dalamkayu dan lain-lain. bila api
muncul dari kayu dengan jalan menggosok dengan kayu juga, maka Tuhan akan dapat
dirasakan kehadiran- nya pada diri seseorang denganmelaksanakan Yoga, Satya, Tapa, dan
mengucapkan suara Om.
Sarvavyapinam atmanam ksire sarpir
Ivarpitamatma vidya-tapo mulam tad
Brahmopanisat param,
tad brahmopanisat param (Svetasvatara upanisad I.16)
Artinya:
Apabila seseorang telah dapat menyadari dan menghayati kenyataan bahwa Dia
Yang Maha Agung itu meliputi segala sesuatu seperti mentega yang telah terdapat di dalam
air susu, penghayatan itu diperoleh dengan jalan memegang teguh kenyataan dan melakukan
Tapa brata dengan tekun, maka berarti oraang tersebut telah manunggal dengan brahman.
Demikianlah yang diterangkan oleh upanisad tentang ajaran brahman. Demikianlah
Tuhan Yang Maha Ada meresapi segala ciptaan- nya, beradadalam diri setiap orang dan
akan dapat dirasakan oleh mereka yang menyadari kebenaran itu. Tuhan (Hyang Widhi),
yang bersifat Maha Ada, juga berada di setiap makhluk hidup, di dalam maupun di luar
dunia (imanen dan transenden). Tuhan meresapi di segala tempat dan ada dimana-mana
(Wyapi Wyapaka) serta tidak berubahdan kekal abadi (Nirwikara). Di dalam upanisad
disebutkan bahwa hyang Widhiadalah “telinga dari semua telinga, pikiran dari segala
pikiran, ucapan dari segalaucapan, nafas dari segala nafas dan mata dari segala mata”,
namun hyang Widhi itu bersifat gaib “maha suksma”dan abstrak tetapi ada.
Eko devas sarvah-hutesu gudhas
sarva vyapi sarwabhutantar-atma
karmadyajsas sarvabhutadhivasas
saksi ceta kevalo nirgunasca (Svet. Up.VI.11)
Artinya:
Tuhan yang tunggal sembunyi pada semua mahluk, menyusupi segala, inti hidupnya
semua mahluk, hakim semua perbuatan yang berada pada semua mahluk, saksi yang
mengetahui, yang tunggal, bebas dari kualitas apapun.Karena Tuhan berada di mana-mana,
ia mengetahui segalanya. Tidak adasesuatu apapun yang ia tidak ketahui.
Tidak ada apapun yang dapat disembunyikan kepada- nya. Tuhan adalah saksi agung
akan segala yang ada dan terjadi. Karena demikian sifat Tuhan, maka orang tidak dapat lari
kemana pun untuk menyembunyikan segala perbuatannya. Kemana pun berlari akan selalu
berjumpa dengan Dia. Tidak ada tempat sepi yang luput dari kehadirannya. Kendati pun
Tuhan itu selalu hadir dan meresap di segala tempat, tetapi sukar dapat dilihat oleh mata
biasa. Indra kita hanya dapat menangkap apa yang dilihat, didengar, dikecap dan dirasakan.
Kemampuannya terbatas, sedangkan Tuhan (hyang Widhi) adalah Maha Sempurna dan tak
terbatas
Di dalam Weda disebutkan bahwa Tuhan (hyang Widhi) tidak berbentuk (nirupam),
tidak bertangan dan berkaki (nirkaram nirpadam), tidak berpanca indra (nirindryam), tetapi
Tuhan (hyang Widhi) dapat mengetahui segala yang ada pada makhluk. lagi pula Hyang
Widhi tidak pernah lahir dan tidak pernah tua, tidak pernah berkurang tidak juga bertambah,
namun beliau Maha Ada dan Maha Mengetahuisegala yang ada di alam semesta ini. Tuhan
berkuasa atas semua dan Tunggal atau Esa adanya. Karena Tuhan tidak terjangkau oleh
pikiran, maka orang membayangkan bermacam-macam sesuai dengan kemampuannya.
Tuhan yang Tunggal (Esa) itudipanggilnya dengan banyak nama sesuai dengan fungsinya.
Brang-orang menyembahnya dengan bermacam-macam cara pada tempat yang berbeda-
beda.Kepada nyalah orang menyerahkan diri, mohon perlindungan dan petunjuknya agar ia
menemukan jalan terang dalam mengarungi hidup ini

F. Jika Tuhan Senantiasa Ada Di Mana-Mana Perlukah Kita Kepura


Memahami keberadaan dan eksistensi Tuhan, di sini perlu adanya suatu keyakinan
untuk mewujudkan bahwa Tuhan itu benar-benar ada. Mewujudkan keberadaan Tuhan,
manusia tidak cukup mempunyai kepercayaan kepada-Nya tetapi harus mempunyai
keyakinan yang tinggi tentang keberadaanNya. Dalam kehidupan sehari-hari bagi
masyarakat awam sangat banyak beranggapan, bahwa Tuhan hanya ada ketika adanya suatu
piodalan atau upacara agama. Sehingga pada saat itu umat berbondong-bondong ke pura,
kuil dan tempat-tempat suci lainnya. Mereka tidak menyadari bahwa secara filosofis Tuhan
(Ida Sang Hyang Widhi Wasa ) ada di mana-mana (Wyapi wyapaka nirwikara).
Pemahaman adanya Tuhan di mana-mana bukan berarti menjadikan umat Hindu
tidak pergi ke pura untuk melakukan persembahyangan, Sebab Pura sebagai tempat suci
kalau kita lihat dari segi fungsinya selain sebagai tempat memuja Ista Dewata dan tempat
pelaksanaan Yajña, juga mempunyai fungsi sebagai berikut.
1. Sebagai tempat pendidikan mental dan moralitas umat Hindu. Mengapa demi-
kian, sebab apabila berada di pura, kita tidak boleh berpikir yang bukan-bukan, berbicara
yang tidak sopan dan berbuat sembarangan. Hal itu didasarkan atas keyakinan kita masing-
masing terhadap Tuhan yang berstana di pura tersebut. Pura dikatakan sebagai tempat
pendidikan mental dan moral karena para tokoh agama seperti Parisadha Hindu Dharma
Indonesia (PHDI), para Pemangku dan para Sulinggih, memberikan Dharma Wacana kepada
pangemong pura atau umat sedharma tentang tata aturan agama yang wajib dilaksanakan,
oleh kita semua selaku umat beragama Hindu.
2. Sebagai tempat pendidikan seni dan budaya (estetika). Pernahkah kalian melihat
orang menari, makidung, menabuh di pura? Tentu saja pernah, atau di antara kalian ada
yang pernah menari dan menabuh di pura? Itulah unsur estetika atau seni seperti seni
kidung, seni tari dan seni tabuh. Semua jenis seni tersebut, erat kaitannya dengan upacara, di
mana pada saat pemangku menghaturkan Upacara Yajña kidung juga dikumandangkan,
suara gong mengikuti sehingga merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan, inilah yang
disebut dengan seni budaya. Banyak sekali unsur pendidikan seni terjadi di pura seperti seni
membuat sampian, seni membuat canang, seni membuat penjor, seni membuat gebogan dan
banyak seni yang dapat di didik di pura, (Duwijo dan Darta, 2014:92).
3. Sebagai tempat pendidikan sikap sosial, karena adanya kewajiban atau ngayah
yang dilakukan oleh umat Hindu pada saat pelaksanaan upacara yajña, baik yang dilakukan
oleh anak-anak, remaja maupun orang tua. Kewajiban bagi anak-anak biasanya melakukan
kebersihan di halaman pura, para remaja ikut mengatur sepeda dan kendaraan di tempat
parkir, dan melakukan kebersihan secara bergantian, bagi orang tua laki-laki adalah
membuat penjor, lapan, dan membuat perlengkapan Upacara lainnya
Mereka yang percaya dan yakin tentang Tuhan ada di mana-mana menjadikan hari-
harinya selalu untuk mengingat dan memuja Tuhan di mana saja dan kapan saja dengan
bersifat tidak pamer, namun selalu memposisikan Tuhan ada dalam hatinya dengan selalu
menyadari dan mengingatnya. Inilah rahasia pemujaan yang paling agung saat ini.
Ciri kebijaksanaan manusia yang meyakini Tuhan senantiasa ada di mana-mana,
tidak mau memperdebatkan apakah Tuhan itu ada atau tidak melainkan, meyakinkan dirinya
bahwa Tuhan memang ada. Ada di dalam diri setiap makhluk dan ada pula di luar makhluk
ciptaanNya. Suatu ketika seorang murid bertanya kepada gurunya; Guru jika Tuhan
senantiasa ada di mana-mana kenapa saya tidak melihatnya Guru? Kemudian gurunya
menjawab, “Engkau tidak bisa melihat Tuhan karena engkau melihatnya dengan mata
duniawi, mata yang penuh kekotoran dan kelemahan. Untuk dapat melihat Tuhan engkau
harus menggunakan mata batin, mata yang penuh kecemerlangan budhi dan kesucian.
Sehingga para guru suci seperti halnya Rama krisna paramahamsa yang telah berhasil
membagkitkan mata batinnya mampu melihat dan menceritakan pengalaman ketuhanannya
kepada orang-orang tertentu yang dipercayainya dalam hal ini muridnya Vivekananda. Ini
berarti bukan sesuatu yang tidak mungkin, melainkan bisa terjadi pada semua umat manusia
jika mereka mampu membangakitkan kesadaran dan membuka mata rohani dalam dirinya.
Peradaban sejarah membuktikan bahwa Tuhan benar-banar ada hal ini terjadi ketika
Arjuna memohon kepada Dewata Krishna untuk menampakkan keberadaanNya sebagai
yang Maha Kuasa, maka Krishna mengabulkan dengan memberikan penglihatan dewata
kepada Arjuna yang dalam keraguan, kebimbangan, dan penuh ilusi duniawi agar dapat
melihat wujud keagungan Tuhan, serta Krishna meyakinkan kepada Arjuna bahwa Tuhan
benar-benar ada. Demikian pula manusia saat ini harus mencabut kebimbangan dan
keraguannya tentang keberadaan Tuhan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
Dalam hal ini, bahwa kuncinya adalah karena Tuhan Yang Maha Esa sesungguhnya telah
hadir dimana-mana yang memenuhi seisi alam ini Tuhan Yang Maha Esa tidak perlu dikejar
kejar kesana-kemari. Tidak perlu yang jauh dan tidak perlu yang membingungkan untuk
mencari cara dalam menuju beliau. Semua dan bagian alam raya dan isinya tiada lain adalah
beliau juga. bila beliau dikatakan tidak nyata ya benar adanya, namun beliau bisa ditemukan.
bila semua insan manusia dialam raya ini telah memiliki keyakinan yang utama “maha
sraddha", maka semua jalan pasti dapat dilalui menujunya. Tidak ada istilah tiada jalan
untuk bisa menemuka nbeliau. Dalam ketidak berwujudan beliau (awyakta) tentu ada jalan
“marga”
untuk sampai kepada- nya.
Demikianlah Tuhan Yang Maha Ada meresapi segala ciptaan- nya, beradadalam diri
setiap orang dan akan dapat dirasakan oleh mereka yang menyadari kebenaran itu. Tuhan
hyang Widhi", yang bersifat Maha Ada, juga berada di setiap makhluk hidup, di dalam
maupun di luar dunia !imanen dan transenden". Tuhan meresapi di segala tempat dan ada
dimana-mana (Wyapi Wyapaka) serta tidak berubahdan kekal abadi (Nirwikara)
Di dalam upanisad disebutkan bahwa hyang Widhi adalah telinga dari semua telinga,
pikiran dari segala pikiran, ucapan dari segala ucapan, nafas dari segala nafas dan mata dari
segala mata, namun hyang Widhi itu bersifat gaib (maha suksma) dan abstrak tetapi ada.
Meskipun Tuhan (Hyang Widhi ) senantiasa ada dimana-mana bukan berarti kita
tidak perlu pergi sembahyang kepura, karena jika kita sembahyang dipura banyak hal dan
manfaat serta pengetahuan rohani, sosial dan budaya yang kita dapatkan bila kita
sembahyang kepura.

G. Saran
Diharapkan agar pembaca dapat memahami maksud dari makalah ini dan bisa
menambah pengetahuan dan wawasan tentang maksud sloka dalam Rg veda yang berkaitan
dengan Tuhan ada dimana-mana dan Maha Kuasa. Diharapkan bagi penulis lain untuk
mencari referensi yang lebih relevan sebagai bahan dalam pembuatan makalah guna
menciptakan tulisan yang lebih bermanfaat mengenai bahwa Tuhan ada dimana-mana dan
Maha Kuasa
DAFTAR PUSTAKA

https://hindualukta.blogspot.com/2016/09/makalah-kegaiban-dan-keajaiban-sifat.html

https://barisanpinggiran.wordpress.com/2013/11/07/kedudukan-dan-sifat-tuhan-dalam-
ajaran-hindu/

https://kemenag.go.id/read/keesaaan-tuhan-dalam-pandangan-agama-hindu-jjedp

http://catatananakdakwah.blogspot.com/2018/08/makalah-konsep-ketuhanan-dan-
manusia.html

https://www.mutiarahindu.com/2020/01/manfaat-fungsi-dan-syarat-syarat.html

http://catatananakdakwah.blogspot.com/2018/08/makalah-konsep-ketuhanan-dan-
manusia.html

Anda mungkin juga menyukai