Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

ANALISIS KASUS

Teori Temuan
Stroke merupakan gangguan fungsi Hal ini sesuai dengan keluhan pasien
saraf akut oleh karena gangguan bicara pelo secara mendadak saat pasien
sirkulasi darah serebral yang terjadi sedang bertani. Keluhan juga disertai
mendadak dalam beberapa detik atau dengan sulit menelan, air liur keluar dari
cepat dalam beberapa jam sehingga sudut bibir kiri, nyeri kepala (+), mual
menimbulkan gejala defisit neurologi (+).
fokal/global sesuai area otak yang
terganggu.
Faktor resiko stroke yang bisa Pasien mengaku terdapat riwayat
dimodifikasi yaitu: hiprtensi sejak 2 tahun yang lalu dan tak
1. Hipertensi terkontrol. Didukung dari pemeriksaan
2. DM fisik didapatkan TD pasien 160/100
3. Merokok mmhg (saat di IGD) yang merupakan
4. Dislipidmia hipertensi grade II.
5. Alkohol
6. Kurang olahraga Selain itu, dari pemeriksaan
7. dll laboratorium ditemukan kadar Kolesterol
total, LDL pasien meningkat yaitu 139
mg/dl

Dari anamnesis juga didapatkan nahwa


pasien kurang olahraga
Faktor resiko stroke yang tidak bisa Pasien berusia 55 tahun, sesuai dengan
dimodifikasi: insiden stroke yang meningkat pada usia
1. Usia di atas 50 tahun
2. Jenis kelamin
3. Keturunan
4. Ras
Pemeriksaan pasien stroke meliputi: Dari pemeriksaan fisik status genralisata
1. Stataus Generalisata dalam batas normal, kekuatan motorik
2. Status Neurologi 5/5/5/5, pemeriksaan sensorik terdapat
a. Fungsi motorik hemihipestei sisnistra, untuk fungsi
b. Fungsi sensorik otonom & fungsi luhur tidak ada
c. Fungsi otonom keluhan. Pada pemeriksaan n.craniales
d. Fungsi luhur ditemukan parese N.VII sinistra tipe
e. Nervus Craniales sentral dimana mulut pasien mencong
3. Lainnya kekanan, sudut nasolabialis datar pada
a. Refleks Fisiologis sisi kiri, namun dapat mengerutkan dahi
b. Refleks patologis dan menutup mata baik pada sisi kiri dan
c. Rangsang meningeal kanan wajah. Pada pemeriksaan nervus
XII sinistra tipe sentaral ditemukan
deviasi lidah kearah kiri.

Dari pemeriksaan reflex fisiologis dalam


batas normal, pada pemeriksaan reflex
patologis ditemukan reflex babinsky
(-/+), dan rangsang meningeal (-)
Gold standard stroke adalah CT-scan Hal ini sesuai dengan hasil ct-scan
tanpa kontras. Pada stroke hemoragik kepala non kontras pasien yaitu multiple
diemukan lesi hiperdens perdarahan (hiperdens) di lobus parietal
kanan dengan volume perdarahan 8 cc.
Pemeriksaan penunjang lainnya : Didapatkan imbalance elektrolit yaitu
Pemeriksaan darah rutin dan EKG peningkatan chloridan dan cacium ion+
+, lalu ditemukan peningkatan LDL. Dan
dari pemeriksaan EKG didapatkan SR.
Diagnosis hemihipestesi sinistra + Hal ini sesuai dengan anamnesis,
parese n.vii dan n.xii sinistra tipe pemeriksaan fisik, pemeriksaan
sentral ec stroke hemoragik (ICH) penunjang
Dari hasil ct scan ditemukan etiologinya
berasal dari hemisfer kanan pasien
sehingga manifestasi klinis terjadi pada
sisi yang sebelah kiri.

Hemihipestesi dapat terjadi karena


terganggunya jaras spinotalamikus, hal
ini sesuai dengan lobus parietal yang
terkena yang berfungsi sebagai
somatosensorik.
Tata laksana stroke secara umum ialah Pada pasien dilakukan tata laksana :
reperfusi, fisioterapi dan kontrol faktor IGD
resiko 1. NGT (karena keluhan pasien susah
menelan, namun pasien menolak)
2. IVFD NaCl 0,9% 20 tpm (sebagai
terapi cairan pada pasien, dan NaCl
0,9% adalah larutan isotonic)
3. IV Omeprazole 1x40 mg (karena
keluhan mual (+))

Bangsal neurologi
1. IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
2. IV Omeprazole 1 x 40 mg
3. IV Citicoline 2x1 gr (Sebagai
neuroprotektor untuk mempertahankan
daerah penumbra)
4. PO PCT 4x1000 mg (anti nyeri)
5. PO Amlodipine 1x 10 mg) – Sebagai
anti hipertensi; amlodipine yang
merupakan golongan calcium channel
blocker, bekerja dengan penghambatan
masuknya Ca2+ ke dalam sel sehingga
terjadi relaksasi otot polos vaskular dan
menurunnya kecepatan nodus SA
(sinoatrial) serta konduksi AV
(atrioventricular).
6. PO Candesartan 1x 16 mg) – Sebagai
anti hipertensi; yang merupakan
golongan ARB yang bekerja
menghambat pengikatan angiotensin II
ke reseptornya. Angiotensin II
merupakan senyawa yang memiliki efek
menyempitkan pembuluh darah.

- Tekanan darah pasien berkisar


160-200/87-100 mmhg. Menurut
guidelines 2 jenis obat dapat
diberikan pada saat yang sama
saat SBP ≥ 160 mmhg dan/atau
DBP >100 mmhg. Dimana
kombinasi ARB dan CCB
direkomendasikan.
7. Disarankan istirhat bedrest ±10 hari
agar tidak terjadi re-bleeding
BAB V

KESIMPULAN

Stroke merupakan tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan


fungsi otak fokal atau global dengan gejala yang berlangsung lebih dari 24 jam
hingga menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab yang jelas selain vaskular.
Stroke menjadi penyebab kematian tertinggi pada tahun 2012. Prevalensi stroke di
Indonesia sebesar 7 per mil dan yang terdiagnosis tenaga kesehatan atau gejala
sebesar 12,1 per mil. Insiden stroke pada 200 per 100.000 penduduk dunia,
berdasarkan kelompok usia stroke 65-74 tahun 2,7 per 1.000 (Rikesdas, 2013).
Stroke dibagi menjadi dua yaitu hemoragik dan non hemoragik. Untuk stroke
hemoragik disebabkan karena perdarahan baik ICH maupun IVH.

Pada kasus ini seorang perempuan berusia 55 tahun datang dengan


keluhan bicara pelo mendadak, disertai gangguan sensibilitas anggota gerak kiri,
tanpa kelemahan anggota gerak, mulut mencong ke kanan, nyeri kepala (+), mual
(+), dan pasien dalam keadaan sadar. Dari anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, didapatkan diagnosis hemihipestesi sinistra + parese n.vii
dan n.xii sinistra tipe sentral e.c stroke hemoragik e.c ICH. Diberikan tatalaksana
yang adekuat, kondisi pasien dalam perawatan membaik sehingga dapat pulang
pada hari rawat ke 7, dengan syarat bed rest selama 3 hari kedepan, dan kontrol
smeinggu kemudian.

Anda mungkin juga menyukai