Anda di halaman 1dari 5

1.

Proses penciptaan manusia dan perkembangan manusia dalam islam


a. Penciptaan Manusia

Dari aspek historis penciptanya, manusia disebut sebagai Bani adam. Dalam al-
Qur’an tidak terinci secara kronologis penciptaan manusia menyangkut waktu dan
tempatnya. Namun penjelasan Al-Quran tentang manusia yang mengunakan term-term
basyar, insan dan nas sudah amat jelas. Mulai dari proses, karakter dan tujuan penciptaan
Nabi Adam as. sebagai manusia pertama. Begitu pula proses penciptaan manusia dalam
rahim seorang ibu diungkap jelas oleh Al-Qur`an, sebagaimana dalam surat al-
Sajadah(32) :7-9 “Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan
yang memulai penciptaan manusia dari tanah.Kemudian Dia menjadikan keturunannya
dari sari pati air yang hina (air mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan
ke dalam (tubuh) nya roh (ciptaan) nya, dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali yang bersyukur.”

Ayat ini menjelaskan bahwa manusia pertama kali diciptakan dari tanah.
Kemudian manusia berikutnya juga tercipta dari bahan yang sama, namun sudah berupa
saripati air khusus, biasa disebut air mani (Q.S.alFurqan (25):54). Berdasarkan ayat ini
menurut Harun Yahya sebagaimana yang terdapat di dalam “ Syaamil Al-Qur`an;
Miracle the Reference “ bahwa ada tiga tahap kejadian manusia menurut embriologi.
Manusia mulai terbentuk pada saat pertemuan sperma dan telur, pada saat tengah dibuahi,
telur membelah dan tumbuh sangat cepat. Bayi akan melalui tiga fase perkembangan
embrionik ketika berada di rahim ibu, hal ini dijelaskan dalam surat al-Zumar (39): 6.

Basic Human Embryology (Rossant, 2016), buku dasar standar yang merupakan
rujukan embriologi, menyatakan bahwa kehidupan di uterus terdiri atas tiga tahap: (i)
pra-embrionik; dua setengah minggu pertama, zigot menempel ke dinding uterus. Saat sel
terus bertambah, mereka membentuk tiga lapisan. (ii) embrionik; sampai akhir minggu
kedelapan, organ dasar dan system tubuh berbentuk dari lapisan sel. (iii) fetal; dari pekan
kedelapan sampai lahir, embrio disebut janin. Tahap ini bermula pada minggu kedelapan
kehamilan sampai melahirkan (Moore, Persaud, & Torchia, 2018). Tahap-tahap ini
mencakup berbagai fase perkembangan bayi (Sit & Ag, 2017) Adapun tujuan penciptaan
manusia adalah untuk menjalankan rencana Allah SWT. Sebagaimana dalam (Q.S. al-
Baqarah (2): 30) (Departemen Agama, 2005); “ Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman
kepada malaikat,’sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi’.
Mereka berkata, menapa Engkau hendak menjdikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau ?’ Allah berfirman,
‘Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.’

Allah menciptakan manusia dengan suatu misi agar manusia menyembah dan
tunduk pada hukumhukum Allah dalam menjalankan kehidupan di muka bumi ini, baik
yang menyangkut hubungan dengan Allah atau dengan sesama manusia (Q.S.al-Dzariyat
(51): 56); “ Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku”.

b. Perkembangan Manusia

Dalam pandangan Islam, perkembangan manusia haruslah dipandang sebagai satu


kesatuan yang utuh dan saling memiliki keterikatan. Ini mengandung arti bahwa setiap
perkembangan, baik itu perkembangan fisik, mental, sosial, emosional tidak dapat
dipisahkan dan memiliki hubungan yang kuat. Terdapat beberapa ayat Alquran yang
menunjukkan tahapan perkembangan manusia, dimana dalam ayat tersebut tidak hanya
menyebutkan perkembangan mental, akan tetapi juga menyebutkan perkembangan fisik.
Surat Nuh ayat 14 menjelaskan bahwasannya manusia berkembang pada beberapa
tingkatan yang mana tingkatan ini yang kita ketahui sebagai fase pertumbuhan dan
perkembangan manusia.

Dalam Al-Quran perkembangan manusia dijelaskan pada surat Ar-Rum ayat 54


Allah berfirman Allah, “Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian
Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia
menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa
yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.”

Pada ayat tersebut dijelaskan bahawasanya manusia terlahir dari keadaan yang
lemah yaitu pada usia anak-anak semaki beanjak dewasa akibat tumbuh kembang maka
keadaan manusia menjadi kuat yang biasa disebut usia produktif lalu watu berjalan dan
usia pun bertambah menjadikan manusia semakin tua dan kembali pada kondisi awal
yang lemah.

Perkembangan manusia dalam Al-Quran dejelaskan pula dalam berbagai


tahapannya yang pertama adalha tahap as-sabiyu atau ayunan yang mana menjelaskan
kondisi perekembangan anak yang baru saja lahir yang mana dijelaskan pada surat
Maryam ayat 12 Allah berfirman “Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. mereka
berkata: "Bagaimana Kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam
ayunan.” Peristiwa ini berlangsung saaat Maryam baru melahirkan anaknaya nabi Isa
yang maana kondisinya masih dalam ayunan atau gendongan ibunya.
Fase yang kedua dalam Al-Quran dijelaskan adalah walad yang artinya anak
yang mana dijelaskan pada surat Al-Baqaroh ayat 233 yang mana menjelaskan untuk
menyusui anaknya selama dua tahun pada fase ini terus berlanjut hingga seorang anak
dinyatakan baligh yaitu telah mengemban tanggung jawab untuk diri sendiri. Pada fase
ini juga secara tersirat bahwasannay pemunuuhan nutrisi bagi anak sangatlah diperlukan
untuk anak salah satunya pengeanjuran pemberian ASI yang mana didalamnya terdapat
banyak sekali nutrisi untuk tumbuh kembang anak.
Fase selanjutnya ialah fata yang artinya pemuda, dijelaskan dalam Al-Quran surah
Al-Kahfi ayat 10 yang mejelaskan para pemuda ashabul kahfi mencari tempat berlindung
di gua serta memohon doa untuk bantuan dari Allah. Kisah ashabul kahfi ini
menggambarkan keadaan pemuda yang usia dan fisiknya masih belum matang, namun
mereka memilki tekad dan idealisme keimanan yang kuat yaitu dibuktikan dengan berani
mepertahankan imannya dan keluar dari kediamannya.
Fase berikutnya disebut alkhailun atau pemuda yang dewasa, disebutkan pada
surat Ali Imraan ayat 46. Pada ayat tersebut dijelaskan nabi Isa saat dewasa kelak akan
menjadi pemuda dewasa yang soleh. Tidak disebutkan berapa rentang umur untuk
pemuda dewasa ini namun para ulam ahli tafsir salah satunya mufasir al-Jamal dalam al-
fatuhat alIla hiyah, fase ini dipahami rentangan umur tiga puluh hingga empat puluh
tahun. Periode ini dianggap sebagai puncak dari kematanagn fisik dan intelektual
seseorang, dalam surat Ar-Rum ayat 46 tadi dijelaskan fase ini merupakan fase kekuatan
penuh yang merupakan puncak dari pertumbuhan da perkembangan manusia atau biasa
disebut mufasir pada kondisi usia pertengahan.
Fase berikutnya setelah fase puncak itu akan berada pada fase yang berangsur-
angsur turun baik dari segi fisik dan psikis yaitu disebut fase syaikh yaitu fase tua dalam
Al-Quran Allah berfirman dalam surat Yusuf ayat 78 yang menceritakan cerita nabi
Yusuf yang menjadi perdana menteri dengan panggilan Al-Aziz yang man pada saat itu
rombingan saudara yang tidak mengetahui keberdaan Yusuf sebelumnya meminta barter
makanan karena musim paceklik pada waktu itu. Pada saat itu saudara nabi Yusuf
bernegoisasi untuk memberikan makanan lebih banak karena mereka memiliki ayah yang
telah tua ranta dan butuh juga makanan tersebut. Ayah mereka yaitu nabi Ayub yang
mana kondisinya pada saat itu sudah tua renta dan buta. Kemudian kondisi fase tua ini
dejelaskan pada surah An-Nahl ayat 70 Allah berfirman “Allah menciptakan kamu,
kemudian mewafatkan kamu; dan di antara kamu ada yang dikembalikan kepada umur
yang paling lemah (pikun), supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang pernah
diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” Dalam berbagai
tafsir menjelaskan bahwasannya seorang manusia yang dipanjangkan umurnya akan
mengalami penurunan keukatannya salah satu contohnya yang diberikan adalah penyakit
pikun atau lupa tentang apapun yang telah ia ketahui sebelumynya. Kondisi ini
dikembalikan lagi sebagiamana anak kecil yang tidak mengetahui apapun sebelumnya.
Dari fase-fase itulah manusia tumbuh dan berkembang sebagaimana diringkas
pada surah Ar-Rum ayat 54 yang mana manusia terlahir lemha dan berkembang hingga
puncak kondisi terkuatnya lalu berangsung-angsur turun kembali pada kondisi
terlemahnya hingga ajal menjemputnya.
Abbas, Isa. (2009). Ulumul Qur'an cetakan ke-5.

Afrida. (2018). Hakikat Manusia Dalam Perspektif Al-Quran . Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Hukum, 54-59.

Anda mungkin juga menyukai