Anda di halaman 1dari 13

MODUL INTERTIA UTERI PRIMER, SEKUNDER DAN TETANIA UTERI

Disusun oleh :
Yunika ( 201030300040 )
Kelas : 03KBDP002

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI KEBIDANAN
STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

.
A. Pengertian

Distosia kelainan tenaga/his adalah his tidak normal dalam kekuatan / sifatnya
menyebabkanrintangan pada jalan lahir, dan tidak dapat diatasi sehingga menyebabkan
persalinan macet (Prof.Dr.SarwonoPrawirohardjo, 1993).

Menurut Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba (1998) dalam persalinan diperlukan his normal yang
mempunyai sifat:

1. Kontraksi otot rahim mulai dari salah satu tanduk rahim.

2. Fundal dominan, menjalar keseluruh otot rahim

3. Kekuatannya seperti memera sisi rahim

4. Otot rahim yang telah berkontraksi tidak kembali ke panjang semula sehingga terjadi retraksi
dan pembentukan segmen bawah rahim.

Jenis-jenis kelainan his menurut Prof.dr.Sarwono Prawirohardjo(1993):

1. His Hipotonik

His hipotonik disebut juga inersia uteri yaitu his yang tidak normal, fundus berkontraksi lebih
kuatdan lebih dulu daripada bagian lain. Kelainan terletak pada kontraksinya yang singkat dan
jarang.Selama ketuban utuh umumnya tidak berbahaya bagi ibu dan janin. Hisnya bersifat lemah,
pendek,danjarangdarihis normal.

Inersia uteri dibagi menjadi 2,yaitu:


a. Inersia uteri primer

Bila sejak awal kekuatannya sudah lemah dan persalinan berlangsung lama dan terjadi pada kala
Ifase laten.

b. Inersia uteri sekunder

Timbul setelah berlangsung his kuat untuk waktu yang lama dan terjadi pada kala I fase aktif. His
pernah cukup kuat tetapi kemudian melemah. Dapat ditegakkan dengan melakukan
evaluasi pada pembukaan. Pada bagian terendah terdapat kaput, dan mungkin ketuban telah
pecah.Dewasa ini persalinan tidak dibiarkan berlangsung sedemikian lama sehingga dapat
menimbulkankelelahan otot uterus, maka inersia uteri sekunder ini jarang ditemukan. Kecuali pada
wanita yang tidak diberi pengawasan baik waktu persalinan.

2. His Hipertonik

His hipertonik disebut juga tetania uteri yaitu his yang terlalu kuat. Sifat hisnya normal, tonus
ototdiluar his yang biasa, kelainannya terletak pada kekuatan his. His yang terlalu kuat dan terlalu
efisien menyebabkan persalinan berlangsung cepat (<3jam disebut partus presipitatus).

Partus presipitatus dapat mengakibatkan kemungkinan:

c. Terjadi persalinan tidak pada tempatnya

d. Terjadi trauma janin,karena tidak terdapat persiapan dalam persalinan.

e. Trauma jalan lahir ibuyang luas dan menimbulkan perdarahan dan inversio uteri.

Tetania uteri juga menyebabkan asfeksia intra uterine sampai kematian janin dalam rahim.
Bahayabagi ibu adalah terjadinya perlukan yang luas pada jalan lahir, khususnya serviks uteri,
vagina danperineum. Bahaya bagi bayi adalah terjadi perdarahan dalam tengkorak karena
mengalami tekanankuatdalamwaktusingkat.

2. His Yang Tidak Terkordinasi


Adalah his yang berubah - ubah.His jenis ini disebut Ancoordinat Hypertonic Urine Contraction.Tonus
otot meningkat diluar his dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak
adasinkronisasi antara kontraksi. Tidak adanya kordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan
bawah menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.

B. Etiologi

MenurutProf.dr.SarwonoPrawirohardjo (1992)penyebabinersiauteriyaitu:

1. Kelainan his terutama ditemukan pada primigravida, khususnya primi gravida tua.

2. Inersia uteri sering dijumpai pada multigravida.

3. Faktor herediter

4. Faktor emosi dan ketakutan

5. Salah pimpinan persalinan

6. Bagian terbawah janin tidak berhubungan rapat dengan segmen bawah uterus, seperti pada
kelainan letak janin atau pada disproporsi sefalopelvik

7. Kelainan uterus,seperti uterus bikornisunikolis

8. Salah pemberian obat-obatan,oksitosin dan obat penenang

9. Peregangan rahim yang berlebihan pada kehamilan ganda atauh idramnion

10. Kehamilan postmatur

dalah mengobati pasien padahalpersalinanbelumdimulai (False Labour).

C. Komplikasi Yang Mungkin Terjadi

Inersia uteri dapat menyebabkan persalinan akan berlangsung lama dengan akibat terhadapap ibu
dan janin yaitu infeksi, kehabisan tenaga dan dehidrasi.(Buku Obstetri Fisiologi, UNPAD,1983).

E. Penanganan

MenurutPrf.Dr.SarwonoPrawirohardjopenangananataupenatalaksanaaninersiauteri adalah:

1. Periksa keadaan serviks, presentasi dan posisi janin, turunnya bagian terbawah janin
dankeadaanjanin.

2. Bila kepala sudah masuk PAP,anjurkan pasien untuk jalan-jalan.

3. Buat rencana untuk menentukan sikap dan tindakan yang akan dikerjakan misalnya pada letak
kepala:

a. Berikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam 500 cc dextrose 5%, dimulai dengan 12
tetespermenit, dinaikkan 10-15 menit sampai 40-50 tetes permenit. Tujuan pemberian oksitosin
adalahsupayaserviksdapatmembuka.
b. Pemberian okstisosin tidak usah terus menerus. Bila tidak memperkuat his setelah
pemberianoksitosin beberapa lama hentikan dulu dan anjurkan ibu untuk istirahat. Pada malam
hari berikan obat penenang misalnya valium 10mg dan esoknya diulang lagi
pemberianoksitosindrips.

c. Bila inersia uteri diserati disproporsisefalopelvis maka sebaiknya dilakukan seksiosesaria.

d. Bila semula his kuat tetapi kemudian terjadi inersia uteri sekunder, ibu lemah, dan partus
telahberlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan 18 jam pada multi tidak ada gunanya
memberikanoksitosin drips. Sebaiknya partus segera diselesaikan sesuai dengan hasil pemeriksaan
dan indikasi obstetriklainnya(Ekstrasivakum,forcep danseksio sesaria).

Inersia Uteri

A. Pengertian

Inersia uteri adalah kelainan his yang kekuatannya tidak adekuat untuk melakukan pembukaan
serviks atau mendorong janin keluar (www.yahoo.com). Disini kekuatan his lemah dan
frekuensinyajarang. Sering dijumpai pada penderita dengan keadaan umum kurang baik seperti
anemia, uterusyang terlalu teregang misalnya akibat hidramnion atau kehamilan kembar atau
makrosomia,grandemultipara atau primipara, serta para penderita dengan keadaan emosi kurang
baik. Dapatterjadi pada kala pembukaan serviks, fase laten atau fase aktif maupun pada kala
pengeluaraninsersiauteridi bagi atas2kekuatan.

1. Insersia uteri primer

Terjadi pada permulaan fase laten, sejak awal telah terjadi his yang tidak adekuat sehingga
seringsulituntukmemastikan apakah penderita telah memasuki keadaan inpartu atau belum.

2. Insersia uteri sekunder

Terjadi pada fase aktif kala I dan kala II, permulaan his, baik kemudian pada keadaan selanjut
nya terdapat gangguan/kelainan.
B. Etiologi

Menurut Rustam Mochtar(1998) sebab-sebab inersia uteri adalah:

1. Kelainan his sering dijumpai pada primipara

2. Faktor herediter,emosi dan ketakutan

3. Salah pimpinan persalinan dan obat-obat penenang

4. Bagian terbawah janin tidak berhubungan rapat dengan segmen bawah rahim, ini dijumpai pada
kesalahan-kesalahan letak janin dan disproporsi sevalopelvik

5. Kelainan uterus,misalnya uterus bikornisunikolis

6. Kehamilan postmatur(postdatism)

7. Penderita dengan keadaan umum kurang baik seperti anemia

8. Uterus yang terlalu teregang misalnya hidramnion atau kehamilan kembara kauma krosomia

C. Komplikasi yang mungkin terjadi

Inersia uteri dapat menyebabkan persalinan akan berlangsung lama dengan akibat-akibat terhadap
ibu dan janin (infeksi,kehabisan tenaga, dehidrasi,dll)

D. Diagnosis

Untuk mendiagnosa inersia uteri memerlukan pengalaman dan pengawasan yang teliti terhadap
persalinan. Kontraksi uterus yang disertai rasa nyeri tidak cukup untuk membuat diagnosis
bahwapersalinan sudah mulai. Untuk sampai kepada kesimpulan ini diperlukan kenyataan bahwa
sebagai akibat kontraksi itu terjadi. Pada fase laten diagnosis akan lebih sulit, tetapi bila
sebelumnya telah ada kontraksi(his) yang kuat dan lama,maka lbj.diagnosis inersiauteri
sekunderakan lebih mudah.
F.Penanganan

Penangananinersia uteri dengan:

1. Keadaanumumpenderitaharusdiperbaiki.Giziselamakehamilanharusdiperhatikan

2. Penderita dipersiapkan menghadapi persalinan dan dijelaskan tentang kemungkinan-


kemungkinanyangada.

3. Pada inersia primer, setelah dipastikan penderita masuk dalam persalinan, evaluasi
kemajuanpersalinan 12 jam, kemudian dengan periksa dalam. Jika pembukaan kurang dari 3 cm.
porsio teballebih dari 1 cm, penderita diistirahatkan, berikan sedativa sehingga pasien dapat tidur,
mungkinmasih dalam “false labour”. Jika setelah 12 jam berikutnya tetap ada his tanpa ada
kemajuanpersalinan, ketuban dipecahkan dan his tanpa ada kemajuan persalinan, ketuban
dipecahkan dan hisdiperbaiki dengan infus pitosin, perlu diingat bahwa persalinan harus
diselesaikan dalam waktu 24jam setelahketubanpecahagarprognosis janintetapbaik.

4. Padainersiauterisekunder,dalamfaseaktif,harussegeradilakukan:

a. Penilaian cermat apakah ada disproporsi sevalopelvik dengan pelvimentri klinik atau radiologi.
BilaCPDmaka persalinansegera diakhiri dengansectiocesarea

b. Bilatidak adaCPD,ketubandipecahkandandiberi pitocininfus

c. Bila kemajuan persalinan kembali 2 jam setelah his baik. Bila tidak ada kemajuan,
persalinandiakhiridengansectiocesarea

d. Pada akhir kala I atau pada kala II bila syarat ekstraksi vakum atau cunam dipenuhi,
makapersalinandapat segera diakhiri denganbantuanalattersebut. Hampir 50% kelainan his
pada fase aktif disebabkan atau dihubungkan dengan adanya CPD, sisanyadisebabkan oleh
faktor lain seperti kelainan posisi janin, pemberian obat sedativa atau
relaksanterhadapotot uterusdansebagainya.
Sebab-Sebab Terjadinya Persalinan

1. Teori Penurunan Hormon

1-2minggusebelumpartusterjadipenurunankadarhormoneestrogendanprogesterone.
Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan
kekejanganpembuluhdarahsehingga timbulhis bila kadarprogesterone turun.

2. Teori Oksitosin

Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior. Penurunan hormone


progesteroneakibattuanyakehamilanakanmeningkatkanoksitosin,sehingga
persalinandapatdimulai.

3. TeoriProstaglandin

Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 mingguyang dikeluarkan


olehdesidua. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim
sehinggahasilkonsepsidikeluarkan.Prostaglandindianggapdapatmerupakanpemicuterjadinyapersali
nan.

4. Teori Plasenta Menjadi Tua


Plasenta menjadi tua dengan tuanya kehamilan, villi koriales mengalami perubahan-
perubahan,sehingga kadar estrogen dan progesterone menurun dan menyebabkan kekejangan
pembuluh darah.Hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim

5. Teori Distensi Rahim

Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemia otot-otot rahim,
sehinggamengganggusirkulasiutero plasenter.Rahim akan berkontraksi untuk mengeluarkan isi
rahim
2.1.1 Kala Persalinan

KalaI (KalaPembukaan)

Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga
mencapaipembukaanlengkap (10cm).

Persalinankala I dibagimenjadi2 fase,yaitu:

a. Fase Laten

- Dimulai sejak awal kontraksi, menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks


secarabertahap

- Pembukaanserviks <4cm

- Berlangsung<8jam

b. Fase Aktif

- Frekwensi dan lama kontraksi meningkat

- Pembukaan dari 4 ke 10 cm,biasanya dengan kecepatan 1cm perjam

- Berlangsung<6jam
KalaII (Kala Pengeluaran)

Kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya
bayi.Pada aprimigravida kala II berlangsung rata-rata1,5-2 jam dan multipara rata-rata½-1jam.

Tandadan Gejala Kala II:

- Ibu merasa ingin meneran bersama andengan terjadinya kontraksi

- Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum

- Perineum menonjol

- Vulva-vagina dan sfingterani terlihat membuka

- Peningkatan pengeluaran lendir dan darah


Diagnosis Kala II

- Pembukaan serviks telah lengkap

- Terlihatnya bagian kepala bayi pada intro itu svagina

Kala III (Kala Pengeluaran Uri)

Kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.

Tanda-tanda lepasnya plasenta:

- Perubahan bentuk dan tinggi fundus

- Tali pusat memanjang

- Semburandarahtiba-tiba.

Kala IV

Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah kelahiran itu. Setelah
lahirnyaplasenta, periksa:
- Kelengkapanplasentadanselaputketuban

- Perkiraankehilangandarah

- Periksaperineumdariperdarahanaktif

- Evaluasikondisiibu

2.1.2 Tanda-Tanda Inpartu

- Histeratur,frekwensi minimal2x dalam10menit

- Penipisan dan pembukaan serviks

- Keluar cairan dari vagina dalam bentuk lendir bercampur darah

2.1.3 Faktor-faktor yang berpengaruh dalam persalinan

a. Power

Yaitu kekuatan pendorong yang terdiri dari kekuatan his dan daya mengejan

Kekuatan His

His adekuat pada faselaten bila:

- Frekwensi minimal 2 kali dalam 10menit

- Intensitas kuat

- Lama>20 detik
His adekuat pada fase aktif bila :

- Histeratur, frekwensi minimal 2 kali dalam 10menit

- Intensitas kuat, uterus mengeras pada waktu kontraksi, sehingga tidak didapatkan cekungan
bila dilakukan penekanan dengan jari

- Lama>40detik

Daya mengejan

Kekuatan mengejan ditentukan oleh:

- Ada tidaknya reflek mengejan

- Otot abdomen dan diafragma

- Sisten cardi orespirasi

b. Passage (Jalanlahir)

- Tulang dan sendi

- Jalan lahir lunak terdiri dari ligament, otot dan jaringan

- Keadaan sekitar jalan lahir


c. Passanger

- Janin meliputi ukuran kepala,sikap,letak, presentasi,posisi

- Kedudukan janin

- Ketuban dan plasenta

d. PsikisIbu

Kondisi psikologis ibu akan sangat membantu dalam proses persalinan

e. Penolong

Kemampuan dan ketrampilan penolong dalam memimpin persalinan


DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI,2004,AsuhanPersalinanNormal,DepkesRI,Jakarta

Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
PendidikanBidan.EGC. Jakarta

Mochtar,Rustam.1998.SinopsisObstetriJilidI.EGC.Jakarta

Pritchard,MacDonald,1984,ObstetriWilliam, AirlanggaUniversityPress,Surabaya.

Wiknjosastro, Hanifa. dkk. 2005. Ilmu Kebidanan. YayasanBina Pustaka Sarwonoprawirohardjo.


Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai