Cholorimetric Test
Cholorimetric Test
JOB SHEET 1
PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR PASIR DAN KERIKIL
- Oven
- Timbangan
- Pan
- Sample Spliter
V.Teori
Agregat halus dalam fungsinya sebagai bahan campuran beton harus lebih bersih dari
materi yang halus (lumpur). Pemakaian semen akan semakin banyak jika lumpur yang di kandung
agregat semakin banyak, hal ini di sebabkan karena semakin luas permukaan yang harus di selimuti
sedangkan larutan perekat semakin menipis yang mengakibatkan kemampuan mengikat akan
berkurang dan kekuatan beton kecil.
Hal utama yang harus diperhatikan dalam agregat halus tersebut adalah kebersihannya, jadi
dengan meremas-remas pasir (mencuci) diperkirakan bagian bagian yang kotor seperti lumpur dan
tanah liat akan berkurang.
VI.Prosedur Percobaan
1. Sediakan 2 (dua) sampel pasir sebanyak masing masing 500 gram dan 2 (dua) sampel
kerikil sebanyak masing-masing 1000 gram dalam keadaan kering oven melalui sampel
spliter.
2. Tuang pasir kedalam ayakan no. 200 dan di siram dengan air melalui kran sambil
digoyang goyang.
Perhitungan
BM − BK
KL =
BK
Persyaratan
Menurut PBI’71 kadar lumpur yang terkandung dalam agregat (kerikil) tidak boleh lebih dari 1%
berat agregat. Pasir yang telah dicuci dengan ayakan No. 200 kadar lumpur tidak boleh lebih dari
5% berat agregat.
- Air
- Oven
- Timbangan
- Pan
V.Teori
Clay Lump test merupakan kelanjutan dari percobaan pencucian pasir di mana pasir yang
sudah dicuci pada percobaan terdahulu direndam lagi dalam aquades selama lebih kurang 24 jam.
Tujuannya adalah agar gumpalan-gumpalan liat yang melekat pada pasir (yang tidak lepas pada
pencucian pasir) menjadi lepas dan mengapung. Setelah itu dicuci lagi dengan ayakan no. 200 di
bawah siraman air sehingga yang tertinggal hanyalah pasir yang bersih.
Untuk percobaan pencucian pasir ini, kandungan lumpur yang diperoleh harus lebih kecil
atau sama dengan 5% maka untuk kandungan gumpalan liat/ clay lump haruslah kurang dari atau
sama dengan 1%.
Dalam pekerjaan pencampuran beton, kadar liat yang ada harus seminimal mungkin agar
mutu beton yang didapat lebih baik. Semakin banyak liat yang dikandung agregat halus maka
semakin banyak pula permukaan yang harus ditutupi semen. Ini menyebabkan pemakaian semen
yang boros dan kemampuan semen mengikat berkurang sehingga beton menjadi berkurang
mutunya.
VI.Prosedur Percobaan
1. Pasir sisa percobaan pencucian lumpur sebanyak 2 sampel dengan berat kering setelah
pencucian lumpur sebagai berat awal direndam dalam aquades selama lebih kurang 24 jam.
2. Setelah direndam selama lebih kurang 24 jam aquades dibuang dengan hati-hati agar
jangan sampai ada pasir yang ikut terbuang.
3. Tuangkan pasir pada ayakan no. 200 dan dicuci di bawah siraman air sambil diremas-remas
selama lebih kurang 5 menit.
Menurut buku petunjuk praktikum “Teknologi Beton”, persyaratan untuk mencari kadar liat pasir
A − B x 100%
:
% kadar liat =
A
JOB SHEET 3
Perubahan warna yang diperbolehkan menurut standar warna gardner adalah sampai plat
no. 3. Jika
Perubahan yang terjadi melebihi plat No. 3 maka berarti pasir tersebut mengandung
bahan organic yang banyak harus dicuci dengan larutan NaOH 3 % kemudian dibersihkan
dengan air.
VI. ProsedurPercobaan
1. Sediakan pasir secukupnya dengan menggunakan sampel spliter sehingga terbagi menjadi
seperempat bagian.
2. Sampel dimasukkan kedalam botol gelas setinggi kurang lebih ± 3 cm dari dasar botol.
3. Sediakan larutan NaOH 3 % dengan cara mencampurkan 12 gram Kristal NaOH ± 388 ml
aquadest di gelas ukur, masukkan larutan tersebut sampai tinggi larutan lebih kurang 2 cm
dari permukaan pasir (tinggi pasir + larutan ± 5 cm).
4. Larutan diaduk dengan sendok pengaduk selama 7 menit.
5. Botol gelas ditutup rapat-rapat dengan penutup karet dan diguncang-guncang pada arah
mendatar selama 8 menit.
6. Campuran dibiarkan selama 24 jam.
7. Bandingkan perubahan warna yang terjadi setelah 24 jam dengan standar warna gardner.
I. Data HasilPercobaan
Colorimetric Test Warna Sampel I Sampel II
Terhadap Sama
Warna Standar
Lebih Gelap
Gradner
JOB SHEET 4
ANALISA AYAKAN PASIR
(SNI 03-1750-1990 dan SNI 03-2834-2000)
8 Modul Praktek Teknologi Beton| Laboratorium Beton Universitas Negeri Medan
I. Nama percobaan : Analisa Ayakan Pasir
: Sample Splinter
: 1 set ayakan
V. Teori
Keadaan gradsi suatu agregat sangat bmempengaruhi kekuatan dan kekeonomisan suatu
beton. Agregat dengan gradasi yang homogen dikatakan bergradasi jelek dan tidak bias dipakai
sebagai campuran beton. Karena dengan perbutiran yang homogeny akan banyak ruanng-ruang
kosong atau celah diantara agregat tersebut. Ruang kosong ini dengan sendirinya akan terisi oleh
semen, sehingga pemakaian semen akan berlebihan dan pembiayaan menjadi tidak ekonomis. Juga
ditinjau dari sifat semen yang menyusut bila mongering sehingga partikel-partikel tidak terikat
dengan baik yang mengakibatkan timbulnya kerapuhan atau retak.
Jadi agregat yanga baik untuk beton adalah agregat dengan butiran yang bervariasi, karena
ruang-ruang kosong antara partikel akan terisi oleh partikel yang lebih kecil dan semen akan
mengisi ruangan yang tidak terisi oleh ruangan yang lebih kecil, sehingga pemakaian semen bias
lebih hemat dan yang lebih penting pengukatan partikel oleh semen dapat berlangsung dengan
baik.
Derajat kehalusan ( kekasaran ) suatu agregat ditentukan oleh modulus kehalusan atau
fineness modulus.
% ! " # $% & #
=
'((
VI.Prosedur Percobaan
VIII. Perhitungan
:
9= < 100 %
; Dimana : B = % berat tertahan pad ayakan
:
Dimana : B’ = % berat lolos saringan
9= < 100 %
;
P’ = Berat kumuliatif agregat yang tertahan
Q’ = Berat total sampl
100
80
persen lolos %
60 batas bawah
batas atas
40
gradasi
20
0
0,15 0,3 0,6 1,2 2,4 4,8 10
lubang ayakan (mm)
ZONA 2
120
100
80
persen lolos %
60 batas bawah
batas atas
40
gradasi
20
0
0,15 0,3 0,6 1,2 2,4 4,8 10
lubang ayakan (mm)
100
80
persen lolos %
60 batas bawah
batas atas
40
gradasi
20
0
0,15 0,3 0,6 1,2 2,4 4,8 10
lubang ayakan (mm)
IX.Gambar Alat
Timbangan
V.Teori
Agregat yang kita pakai sebagai campuran beton adakalanya memiliki distribusi butiran
bervariasi ( heterogen ) maupun yang homogeny . agregat dengan gradasi ( distribusi butiran )
hetrogen lebih baik dipakai sebagai campuran beton daripada agregat yang gradasinya homogen .
Hal ini disebabkan karena agregat dengan gradasi homogeny membentuk banyak ruang
kosong diantara pertikel . Semen nantinya akan mengisi ruang ini , dan sudah tentu pemakain
semen akan lebih banyak . akibatnya biaya menjadi lebih mahal .
Selain itujuga ditinjau dari sifat semen yang menyusut bila mongering sehingga partikel
partikel tidak terikat dengan baik dab mengakibatkan kerapuhan bahkan keretakan pada beton.
Jadi agregat yang baik untuk campuran semen adalah agregat kasar dengan butiran yang
hoterogen , Karen ruang ruang kosong antara partikel lebih sedikit dan pemakian semenpun akan
menjadi lebih irit serta pengikatan butiran butiran agregat dapat berlangsung dengan baik.
Kerikil adalah agregat kasar yang berdiameter 38.1 mm – 4.76 mm ( maksudnya lolos
saringan berdiameter 38.1 mm dan tertahan pada saringan 4.76 )
5,5 ≤ FM ≤ 7,5
Kerikil dengan FM tersebut dinyatakan baik dan memenuhi syarat sebagai bahan konstruksi .
50.0 100
37.5 95 – 100
19.0 35 – 70
9.5 10 – 30
4.75 0–5
VI.Prosedur Percobaan
1. Sediakan 2 ( dua ) sampel kerikil dengan berat masing masing 2000 gr dengan
menggunakan sample spliter
2. Masukkan kerikil dengan ayakan yang telah disususn sesuai urutannya yaitu 38.1 mm
; 19.1 mm ; 9.52 mm ;
3. Tutup susuanan ayakan tersebut dan letakkan di Shiever Shaker Machine , kemudian
hidupkan selama 10 menit .
4. Setelah 10 menit ambil ayakna dan timbangan kerikil yang tertahan dimasing masing
ayakan tersebut .
5. Ulangi percobaan untuk sampel kedua dengan cara yang sama
38.2
19.1
9.52
4.76
2.38
1.19
0.60
0.30
0.15
Pan
VIII. Perhitungan
Diameter % %
Berat % Berat
Ayakan Sample I Sample II Kumulatif Kumulatif
Total Tertahan
Tertahan Lolos
38.1
19.1
9.52
4.76
2.38
1.19
0.60
0.30
0.15
Pan
Total
IX.Gambar Alat
Berat Isi
F
Pasir =
G
B. Cara Menyiram
1. Bejana besi ditimbang dan kemudian diisi air dengan cara menyiram dengan sekop
setinggi ± 5 cm dua bagian atas bejana sampai bejana tersebut penuh lalu ratakan
permukaannya.
2. Timbang bejana + pasir.
3. Pasir dikeluarkan dan bejana dibersihkan lau diisi dengan air hingga penuh, timbang berat
bejana + air dan diukur suhu didalam bejana.
4. Percobaan dilakukan untuk 2 (dua) sampel.
Thermometer Sekop
V. Teori
Dalam pekerjaan dilapangan sering kali campuran beton dibuat dalam jumlah yang cukup
besar, sehingga untuk menentukan perbandingan berat bahan yang akan diaduk sangatlah tidak
peraktis jika dilakukan dengan cara penimbangan. Untuk mengefesiensikan pekerjaan, maka
ditentukan terlebih dahulu berat isis ageregat sehingga berat ageregat dapat ditentukan dengan
mengalihkan berat isi ageregat dngan volume bahan yang terdapat dalam wadah atau penakar
yang telah diketauhi volumenya dengan dua cara, yaitu cara padat dan cara longgar.
Berat isi kerikil ikut menentukan kekuatan beton, maka perlu diatur unsur-unsur yang
membentuk beton untuk mencapai kekuatan beton yang optimum. Penakaran dengan berat
sulit dilakukan dngan pertimbangan efisiensi pekerjaan, maka penakaran berat diganti dngan
penakaran volume yang diberikan dngan hubungan berikut:
Persyaratan
Pengukuran berat isi kerikil dapat dilakukan dengan 2(dua) cara:
A. Cara padat (merojok) yang dibedakan atas :
Cara merojok yang dilakukan untuk agregat dengan ukuran Ø≤40 mm.
Cara membanting/menggoncang yang dilakukan untuk agregat dengan ukuran 40 mm ≤
Ø ≤ 100 mm.
B. Cara longgar (menyiram) yang dilakukan untuk agregat dengan ukuran Ø ≤ 100 mm.
C.
VII. Data hasil percobaan
KETERANGAN CARA LONGGAR CARA MEROJOK
Berat Bejana(gram)
Berat Kerikil + Bejana (gram)
Berat Bejana + Air(gram)
Suhu Air(gram)
Batang Perojok
Timbangan Sekop
Bejana Besi
JOB SHEET 8
26 Modul Praktek Teknologi Beton| Laboratorium Beton Universitas Negeri Medan
BERAT JENIS DAN ABSORBSI PASIR
(SNI 1969:2008,SNI 03-1750-1990 dan SNI 03-2834-2000)
- Air
- Batang Perojok
- Oven
- Piknometer
- Timbangan
- Pan.
V. Teori
Berat jenis pasir perlu diketahui untuk menentukan banyaknya agregat, ada 3 keadaan
pasir yang digunakan pada percobaan ini, antara lain : pasir kering dimana pori-pori pasir
berisikan udara tanpa air dengan kandungan air sama dengan 0%. Lalu dalam keadaan SSD
(Saturated Surface Dry) dimana permukaan pasir jenuh dengan uap air sedangkan dalamnya
kering. Pasir dalam keadaan inilah yang sering digunakan. Dan terakhir dalam keadaan semu,
dimana pasir basah total dengan pori-pori jenuh air. Pasir ini masih dalam keadaan basah
walaupun permukaan pasir tidak ada air.
Berat jenis SSD merupakan perbandingan antara berat uji dalam keadaan SSD dengan
volume benda uji dalam keadaan SSD.
Absorbsi atau penyerapan air adalah persentase dari berat benda uji yang hilang
terhadap berat benda uji kering dimana absorbsi terjadi dari keadaan SSD sampai keadaan
kering. Berat jenis pasir ini perlu diketahui tinggi Mould untuk menentukan banyaknya agregat
yang digunakan dalam campuran beton.
Perhitungan :
H
IJE88KL
Berat jenis kering =
E88
IJE88KL
Berat jenis SSD =
E88KH
H
Absorbsi =
Oven Perojok
JOB SHEET 9
II. Tujuan : Menentukan berat jenis kering, berat jenis semu, dan berat jenis SSD
kerikil.
: Air
V. Teori
Berat jenis adalah perbandingan berat suatu bendadengan berat air pada volume yang sama.
Berat jenis agregat kasar atau ( krikil ) perlu diketahui untuk menentukan banyaknya agregat yang
digunakan dalam campuran beton, maka diadakanlah percobaan untuk menentukan atau mendapat
kan harga :
Berat jenis dari kondisi krikil diats dapat dicari dengan menggunakan rumus :
A
9MNOPQMRSTUMNSRV =
B−C
A
9MNOPQMRSTXXY =
B−C
A
9MNOPQMRSTXMZ[ =
B−C
Absorbsi krikil perlu juga diketahu dalam penentuan banyaknya air yang diperlukan untk suatu
agregat dalam campuran beton dapat dicari dengan rumus :
30 Modul Praktek Teknologi Beton| Laboratorium Beton Universitas Negeri Medan
A
% \]T^N]TS = X 100 %
B−A
Dimana : A = Berat agregat dalam keadaan kering
1. Krikil diayak dengan ayakan 19.1mm dan 4.76mm. kita ambil krikil yang lolos ayakan
19.1 mm dan yang tertahan diayakan 4.76mm ± 3kg.
2. Rendam krikil tersebut dalam suatu ember dengan air selama 24 jam
3. Krikil hasil rendaman tersebut dikeringkan hingga didapat kondisi kering permukaan ( ssd
) dengan menggunakan kain lap.
4. Siapkan krikil sebnyak 2 X 1250 gram untuk 2 sampel
5. Atur kesetimbangan air dan keranjang pada Dunagan Tes Set sampai jarum menunjukkan
kesetimbangan pada saat air dalam kondisi tenang
6. Masukkan krikil yang telah mencapai kondisi ssd kedalam keranjang yang telah berisi air.
7. Timbang berat air + Keranjang + kering
8. Ulangi prosedur diatas untuk sampel kedua.
VIII.Gambar Alat
MODUL C
JOB SHEET 10
KEHALUSAN SEMEN
V. Teori
Kekuatan pasta semen dan kecepatan hidrasi pasta semen tergantung pada kehalusan
butir – butir semen. Makin halus semen tersebut makin cepat bereaksi dengan air dan kekuatan
pasta semen makin bertambah dan makin besar kesempatan retak dan menuyusutnya beton
yang menggunakan semen tersebut.
Kehalusan semen memberikan sifat kohesif butiran – butirannya yang lebih besar,
sehingga mengurangi bleeding, yaitu naiknya sejumlah air ke permukaan beton. Untuk semen
harus di uji kehalusannya sebelum dipergunakan. Terutama apabila semen itu disimpan atau
ditumpuk terlebih dahulu didalam gudang. Karena memungkinkan besar semen tersebut akan
menggumpal berupa butiran – butiran kecil.
Pada pencampuran adukan beton, gumpakan itu akan ditutupi oleh pasir. Kekuatan beton
akan berkurang, sebab sewaktu – waktu gumpalan tadi akan hancur dan menyebabkan beton
retak atau bahkan pecah. Oleh karena itu, kita harus menguji semen yang akan kita gunakan
sebagai campuran beton. Menurut PBI’71 semen yang memenuhi syarat untuk campuran beton
adalah apabila kehalusan semen yang lewat ayakan No. 100 adalah 100% berarti tertahan
sebanyak 0%. Dan yang lewat ayakan No. 200 adalah lebih besar atau sama dengan 9 %, berarti
tertahan sebanyak lebih kecil atau sama dengan 10%.
Syarat PBI’71 yaitu persentase lolos lewat ayakan No. 100 adalah 100%, dan ayakn No.
200 adalah lebih besar dari 90%.
No. 100
No. 200
Pan
JOB SHEET 11
KONSISTENSI SEMEN
Plat Kaca
Gelas Ukur
JOB SHEET 12
V. Teori
Semen sebagai bahan dasar beton bila kena air akan membentuk suatu bahan yang
lengket seperti lem (bonding agent) yang akhirnya mengeras. Kadar air yang dipergunakan
dalam percobaan ini adalah sebesar 25% dari berat semen yang dipakai. Besarnya kadar air
tersebut diperoleh dari percobaan konsistensi semen, dimana dengan kadar air 25% semen
mengalami konsistensi/kekentalan standar.
Selain kadar air, waktu ikat semen juga merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan.
Untuk mengetahui waktu ikat semen dilakukan suatu percobaan dengan mempergunakan
jarum Vicat Apparatus dengan diameter sebesar 1 mm.
Pengikatan semen adalah pengerasan semen segera setelah beraksi dengan air dan
terdiri dari 2 keadaan, yaitu :
Waktu ikat awal (initialing setting) adalah waktu ikat yang diperlukan pasta semen untuk
mulai pengikatan, ditandai dengan penetrasi sedalam 35 mm, dimana :
T awal > 45 Menit
Waktu ikat akhir (final setting) adalah waktu yang diperlukan semen untuk mengikat
sempurna yang ditandai dengan penetrasi jarum vicat apparatus Ø 1 mm sedalam 0 mm (tidak
terjadi penetrasi)
30
45
60
75
90
105
120
135
Plat Kaca
Gelas Ukur
Jangka Sorong
JOB SHEET 13
40 Modul Praktek Teknologi Beton| Laboratorium Beton Universitas Negeri Medan
LOS ANGELES
Perhitungan
`Ka
H
% keausan = x 100%
Dimana : A = Berat Awal (gr)
B = Berat Akhir (gr)
Saringan
JOB SHEET 14
PERENCANAAN CAMPURAN BETON
43 Modul Praktek Teknologi Beton| Laboratorium Beton Universitas Negeri Medan
(MIX DESIGN)
A. DATA MATERIAL
Semen : Semen Padang Type I
Agregat Halus : Laboratorium Beton UNIMED
Agregat Kasar : Laboratorium Beton UNIMED
Air : PDAM
B. DATA RENCANA
Mutu : K175
Standar Deviasi : 55
Rencana Pelaksanaan di lokasi(kg/cm2) : 265,2 (kg/cm2)
3 7 21 28
Pasir
40
Minimum
H. PROPORSI CAMPURAN
46 Modul Praktek Teknologi Beton| Laboratorium Beton Universitas Negeri Medan
Proporsi Campuran Semen Air (kg) Pasir (kg) Kerikil
(kg) (kg)
PERBANDINGAN CAMPURAN
Semen : Pasir : air : kerikil
1 : 2,27 : 0,57 : 3,40
Pengujian dilakukan pada saat umur beton 7 hari, 14 hari, dan 28 hari, dengan type :
Cor I
2. Pengecekan alat-alat yang akan digunakan, apakah masih dalam kondisi baik dan dapat
dipergunakan.
3. Membersihkan dan mengolesi cetakan dengan vaseline.
Pelaksanaan Pengecoran
1. Sediakan semen, pasir, kerikil, dan air untuk beton sembarang dengan perbandingan
tertentu.
2. Hidupkan molen dan masukkan campuran sembarang ke dalam molen, biarkan selama ±
30 detik sehingga campuran beton merata didalam molen. Hal ini guna membasahi dinding
molen.
3. Keluarkan campuran beton sembarang tadi dari molen dan dibuang.
4. Masukkan setengah bagian dari pasir kedalam molen, tambahkan dengan setengah bagian
air, biarkan selama ± 30 detik hingga campuran merata.
5. Masukkan sisa pasir beserta air dan semen dan tunggu selama ± 30 detik sampai campuran
merata baru kemudian masukkan kerikil kedalam molen.
6. Setelah campuran merata, tuangkan kedalam pan besar.
7. Ambil sedikit campuran untuk sampel percobaan slump dan kandungan air dalam beton
segar.
8. Masukkan campuran kedalam cetakan 1/3 tinggi cetakan dan getarkan dengan vibrator di
beberapa bagian atau dirojok sampai 25 kali.
9. Masukkan lagi campuran kedalam cetakan hingga 2/3 tinggi cetakan dan getarkan dengan
vibrator.
10. Masukkan lagi campuran kedalam cetakan hingga penuh lalu digetarkan dengan vibrator.
Penuhkan permukaan dan ratakan dengan scrap, lalu tutup dengan besi penutup yang telah
diolesi dengan vaseline.
11. Cetakan yang telah diisi campuran beton disimpan selama 24jam. Setelah 24jam, cetakan
dibuka dan campuran direndam kedalam air sampai masa pengujian.
Cetakan
Kerucut Abhrams
Batang Perojok
Mistar
'
bc = d f( gh − ghi)
e−'
Diman : σb = Kekuatan tekan beton yang didapat dari tiap benda uji (kg/cm2)
σbm = Jumlah semua benda uji
Kekuatan tekan beton karakteristik σbk = 5%, kemungkinan adanya kekuatan yang tidak
memenuhi syarat dan ditentukan rumus :
(Tabel 4.1.4 PBI 1971) Perbandingan kekuatan tekan beton pada berbagai umur
Umur (hari) 3 7 14 21 28 90 365
Semen Portland biasa 0,40 0,65 0,88 0,95 1,00 1,20 1,35
Semen Portland Kekuatan Tinggi 0,55 0,75 0,90 0,95 1,00 1,15 1,20
VII. Perhitungan
Benda uji yang digunakan seluruhnya adalah silinder Ø15-30cm.
Benda Umur (hari) P A Tegangan Tekan (σ’b) (σb-
2
Uji (kg) (cm ) P/A Estim 28 hari σbm2)
1
2
3
4
5
6
σ= σbm = Σ=
gh
ghi = g
e