Anda di halaman 1dari 10

Susunan Dewan Redaksi

Jurnal Chemistry Laboratory

Pelindung
Drs. I Dewa Agung K. Sudarsana, MM

Penasehat
M. Fairuz Abadi, M.Si
Agus Nurcholis, SH, M.Mkes
Adreng Pamungkas, SPd., MM
Ir. Made Sudiari, MM
Silvia Ni Nyoman Sintari, S.Kep., Ns
Ni Wayan Mulati

Penanggungjawab
Made Nursari, SKM., MARS

Ketua Penyunting
Drs. Didik Setiawan, M.Si

Sekretaris
Ni Luh Nova Dilisca Dwi Putri, S.Si. M.Si

Penyunting Pelaksana
Shinta Devita Astiti, SKM., M.Epid
Nyoman Sudarma, S.Si | Ida Ayu Manik Parta Sutema S.Farm, Apt

Asisten Penyunting
Sri Idayani, SKM
Nur Vita Purwaningsih, S.S.T | Didik Prasetya, A.Md. AK

Sekretariat
Anak Agung Ayu Eka Cahyani, A.Md. AK | I Made Adi Surya Dananjaya, A.Md. AK

Desain
Shinta Devita Astiti, SKM., M.Epid
I Gede Juanamasta, S.Kep., Ns

Alamat Redaksi : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika PPNI Bali
Jl. Kecak No. 9A Gatot Subroto Timur Denpasar-Bali 80239
Tlp. /Fax. : (0361) 427-699
e-mail : info@stikeswiramedika.ac.id
website : www.stikeswiramedika.ac.id
DAFTAR ISI

16. IDENTIFIKASI ESCHERICHIA COLI PADA ES KRIM PUTER YANG DIJUAL DI PASAR SANGLAH,
DENPASAR SELATAN
I Putu Aditya Anggriawan, I.B.N. Putra Dwija, Andreas Putro Ragil Santoso ..................................69-74

17. PENENTUAN KADAR COD PADA AIR LIMBAH INDUSTRI TEKSTIL DI DESA BENG GIANYAR
DENGAN METODE TITRASI TITRIMETRI (REFLUKS TERTUTUP)
I Gede Aditya Perdana, M. Fairuz Abadi, Agus Nurcholis ...............................................................75-82

18. PENGARUH ION TIOSULFAT TERHADAP PENGUKURAN KADAR KLORIDA METODE


ARGENTOMETRI
Ni Putu Yuli Purnama Sari, I Made Oka Adi Parwatha, Ida Ayu Manik Parthasutema ....................83-91

19. PENGARUH DAYA HAMBAT GETAH BATANG PISANG SUSU (MUSA ACUMINATAE) TERHADAP
PERTUMBUHAN BAKTERI STAPHYLOCOCCUS AUREUS
Putu Agus Aprianta, M. Fairuz Abadi, Made Sudiari........................................................................92-96

20. APLIKASI METODE HPTLC – SPEKTROFOTODENSITOMETRI DALAM PENGUKURAN KADAR


PARASETAMOL PADA URINE
Putu Agus Eriawan Kusuma, I Ketut Tunas, Nyoman Sudarma ......................................................97-104

21. ANALISA KADAR MANGAN (Mn) DALAM URINE PEKERJA PENGELAS BESI DI DAERAH
PEGUYANGAN DENPASAR UTARA DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM (
SSA)
Ni Putu Ari Setiani, I Ketut Tunas, Nyoman Sudarma .....................................................................105-110

22. ANALISIS RESIDU PESTISIDA JENIS ORGANOKLORIN PADA KENTANG YANG DI JUAL DI PASAR
UBUD, GIANYAR DENGAN METODE GC-MS
I Gusti Nyoman Ari Suparta, I Made Oka Adi Parwata, Ida Ayu Manik Parthasutema ....................111-115

23. PENGARUH PEMANASAN KARBON AKTIF DALAM PENURUNAN KADAR KLOR PADA AIR
Pande Komang Bayu Saputra, I Made Oka A.P, Nyoman Sudarma ...............................................116-121

24. PENGUKURAN ASAM LEMAK BEBAS PADA MINYAK GORENG KELAPA PRODUKSI PABRIK DAN
TRADISIONAL DENGAN METODE ASIDI-ALKALIMETRI
Ni Putu Egi Suarjani Putri, Ni Luh Nova Dilisca Dwi Putri, Adreng Pamungkas ..............................122-126

25. DETEKSI BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA BAKSO YANG DIPRODUKSI DI DESA MAS UBUD
DENGAN METODE MOST PROBABLE NUMBER (MPN)
Kadek Hendra Edi Wibawa, M.Fairuz Abadi, Made Sudiari .............................................................127-132

26. ANALISIS KESADAHAN AIR SUMUR POMPA DENGAN METODE TITRASI KOMPLEKSOMETRI DI
BANJAR TUBAN GRIYA KELURAHAN TUBAN
Ike Yohanita Ningtyas, M. Fairuz Abadi, I. A. Manik Partha Sutema ...............................................133-139
27. ANALISIS KADAR TIMBAL PADA JAJANAN GORENGAN DENGAN SPEKTROFOTOMETER
SERAPAN ATOM
Ni Luh Budi Febriani, Didik Setiawan, Nyoman Sudarma ................................................................140-145

28. IDENTIFIKASI PESTISIDA GOLONGAN ORGANOFOSFAT (CHLORPIRIFOS) PADA BUAH ANGGUR


YANG DIJUAL DI PASAR UMUM KARANGASEM DENGAN METODE GC-MS
I Wayan Dedy Hermawan, Didik Setiawan, Ida Ayu Manik Parthasutema ......................................146-150

29. ANALISA ZAT PEMANIS SINTETIS SAKARIN DAN SIKLAMAT PADA MANISAN BUAH MANGGA DI
KOTA DENPASAR
Ni Kadek Meriyantini, Ni Luh Nova Dilisca Dwi Putri, Adreng Pamungkas ......................................151-159

30. ANALISIS KADAR FOSFAT AIR SUNGAI DI DESA BENG, GIANYAR DENGAN METODE
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
Ni Luh Putu Rista Yogiarti, Didik Setiawan, Ida Ayu Manik Parthasutema ......................................160-168
PENGARUH PEMANASAN KARBON AKTIF DALAM PENURUNAN KADAR KLOR PADA AIR

THE EFEECT HEATING ACTIVE CARBON IN INTERGRESION CHLORINE LEVEL IN THE


WATER

Pande Komang Bayu Saputra1, I Made Oka A.P2, Nyoman Sudarma1


1Program Studi Analis Kesehatan
2Program Studi Kimia FMIPA Universitas Udayana

ABSTRAK
Karbon aktif merupakan bahan alternatif yang digunakan untuk mengolah air, salah satunya adalah untuk penurunan
kadar klor pada air. Karbon aktif dapat diaktifasi dengan pemanasan untuk meningkatkan daya serap terhadap klor.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penurunan kadar klor dengan penambahan karbon aktif yang sudah
diperlakukan pemanasan suhu 50˚C, 100˚C, 150˚C dan 200˚C. Kadar sisa klor dianalisis dengan metode titrasi
iodometri. Sampel dalam penelitian ini adalah sampel yang dibuat dari aquadest yang ditambahkan serbuk klor, yang
dibuat di laboratorium, kemudian di lakukan penambahan karbon aktif yang telah dilakukan sesuai dengan perlakuan.
Hasil penelitian menunjukan kadar klor pada sampel air dengan penambahan karbon aktif tanpa pemanasan (kontrol)
yaitu 39,96 mg/L , pada sampel air dengan penambahan karbon aktif yang telah dilakuan pemanasan suhu 50˚C yaitu
31,27 mg/L , pada suhu 100˚C yaitu 19,11 mg/L, pada suhu 150˚C yaitu 13,9 mg/L, pada suhu 200˚C yaitu 9,55 mg/L.
Hasil analisa statistik diproleh nilai sig (p) pada pengujian data yaitu 0,003 menunjukan bahwa hasil pada output p<0,05
berarti Ha diterima dan Ho ditolak yang artinya ada pengaruh pemanasan karbon aktif terhadap penurunan kadar klor
pada air secara nyata atau bermakna.
Kata kunci: Klor, Titrasi Iodometri, Karbon Aktif, Pemanasan

ABSTRACT
Activated carbon is an alternative material that is used to treat water, one of which is a decrease in the levels of
chlorine in the water. Activated carbon can be activated by heating to increase the absorption of chlorine . This study
aims to determine the chlorine levels decrease with the addition of activated carbon that has been treated heating
temperature of 50˚C, 100˚C, 150˚C and 200˚C. Levels of residual chlorine was analyzed by iodometric titration
method. The sample in this study was a sample made of distilled water were added powdered chlorine, which is made
in a lab, then do the addition of activated carbon that has been conducted in accordance with the treatment. The
results showed chlorine levels in water samples with the addition of activated carbon without heating (control) is 39.96
mg/L, in water samples with the addition of activated carbon that has been done heating temperature of 50˚C is 31.27
mg/L, the temperature 100˚C is 19.11 mg /L, at a temperature of 150˚C is 13.9 mg/L, at a temperature of 200˚C is 9.55
mg/L. Statistical analysis of the results obtained sig (p) on the test data is 0.003 which shows that the results on the
output p <0.05 means that Ho is rejected and Ha accepted, which means there warming effect of activated carbon on
the reduced levels of chlorine in the water is real or meaningful.
Keywords: Chlorine, Iodometric Titration, Activated Carbon, Heating.

Alamat Korespondensi : Br Bukian Desa Bukian , Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar Bali.

Email : Bayu_saputra9220@yahoo.

PENDAHULUAN
yang dibutuhkan manusia. Secara normal air yang
Air dengan rumus kimia H2O adalah suatu
dapat dimanfaatkan untuk suatu kehidupan pada
zat kimia berupa oksida hidrogen, yang merupakan
umumnya tidak berwarna, tidak berbau dan tidak
produk dari reaksi antara unsur hidrogen dengan
berasa (kecuali air laut). Air yang mempunyai rasa
unsur oksigen. Air yang dipergunakan untuk
biasanya mengandung garam-garam terlarut.
kebutuhan manusia sehari-hari di rumah bukan
Dalam kondisi tersebut telah terjadi pelarutan ion-
merupakan air murni, melainkan merupakan air
ion logam yang dapat merubah konsentrasi ion
yang berasal dari sumber-sumber tertentu yang +
kemudian diproses dengan penambahan zat-zat hidrogen (H ) yang terdapat dalam air, selanjutnya
kimia, sehingga layak untuk digunakan. Air minum pH air akan berubah pula (Tjutju, 2003).
juga bukan merupakan air murni, melainkan selalu Menurut (Permenkes RI No.
mengandung sedikit gas (misalnya oksigen dan 492/Menkes/Per/IV/2010) persayaratan yang harus
karbon dioksida) serta mineral-mineral tertentu dipenuhi dalam sistem penyediaan air bersih
adalah persyaratan kualitatif, yang meliputi syarat

116
Pande Komang Bayu Saputra, dkk: Pengaruh Pemanasan Karbon Aktif dalam... 

fisik, kimia, biologis dan radiologist. Salah satu Aktivasi karbon aktif dapat dilakukan
persyaratan kimia air bersih adalah kandungan klor dengan 2 cara yaitu, proses aktivasi gas dan
dengan batas maksimum 250 mg/L (Permenkes RI proses aktivasi kimia. Prinsip aktivasi gas adalah
No. 492/Menkes/Per/IV/2010). Pada unsur periodik pemberian uap air atau gas CO2 kepada arang
klor tergolong kedalam unsur halogen, klor banyak yang telah dipanaskan. Arang yang telah halus
ditemukan di alam, hal ini dikarenakan sifatnya kemudian dimasukan kedalam tungku aktivasi lalu
yang mudah larut. Selain itu kadar Cl¯ dalam air dipanaskan pada suhu 800-1000˚C. Selama
yang masih dalam batas normal dapat digunkan pemanasan, dialirkan uap air atau gas CO2 . Pada
untuk berbagai pemanfaatan yaitu air minum, suhu dibawah 800˚C, aktivasi dengan uap air
irigasi, dan kontruksi (Anonim, 2012). ataupun gas CO2 berlangsung sangat lambat
Sumber-sumber pencemaran klor dalam sedangkan pada suhu diatas 1000˚C dapat terjadi
air berasal dari limbah-limbah peternakan, kerusakan susunan kiri heksagonal karbon aktif.
pertanian, kotoran manusia khususnya urin, dan Sementara itu, prinsip aktivasi kimia ialah
industri rumah tangga di sekitar sumber mata air perendaman arang dalam senyawa kimia sebelum
tersebut. Selain itu, klor dapat berasal dari dipanaskan. Arang direndam dalam larutan
peresapan septic tank yang berdekatan dengan pengaktif selama 24 jam lalu ditiriskan dan
sumber mata air, dimana bahan klor yang dipanaskan pada suhu 600-900˚C selama 1-2 jam.
dilepaskan oleh tinja dan air kencing melalui proses Pada suhu ini bahan pengaktif masuk diantara
perombakan menghasilkan klor-organik yang pada sela-sela lapisan heksagonal karbon aktif dan
akhirnya merembes ke dalam sumber mata air selanjutnya membuka permukaan yang tertutup.
tersebut (Putra dkk, 2008). Penggunaan pestisida Bahan-bahan kimia yang dapat digunakan antara
sangat berperan dalam menghasilkan limbah klor lain H3PO4, ZnCl2, NH4Cl, AlCl3, HNO3, KOH,
karena pestisida yang mengandung klor-organik NaOH, H3BO3, KMnO4, SO2, H2SO4, dan K2S.
sangat mudah terlarutkan oleh perairan sehingga Proses aktivasi karbon aktif dipengaruhi oleh waktu
potensi sebagai sumber percemar klor (Manuaba, lama pemanasan dan suhu (Rahmawati, 2006).
2007). Kandungan beberapa logam atau ion
mempunyai dampak yang positif dan negatif Penentuan kadar klor dapat dilakukan
(Anonim, 2012). dengan metode titrasi yaitu titrasi iodometri, titrasi
Dampak negatif dari penggunaan klor gravimetri dan titrasi argentometri. Namun dalam
yang berlebih bagi kesehatan kemungkinan lebih penelitian ini metode yang digunakan adalah titrasi
besar untuk terkena kanker kandung kemih, dubur iodometri. Pemilihan metode titrasi iodometri
ataupun usus besar. Selain itu pada hasil studi efek karena metode ini lebih banyak digunakan dalam
klorin pada binatang ditemukan pula kemungkinan analisa jika dibandingkan dengan metode lain, dan
kerusakan ginjal dan hati. Salah satu pengurangan metode ini memiliki perbandingan stokiometri yang
kadar klor adalah dengan mempergunakan sederhana, pelaksanaannya praktis dan tidak
absorben (Hasan, 2006). banyak masalah serta mudah. Titrasi iodometri
Senyawa yang dapat menyerap dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu titrasi
(absorben) kadar klor pada air adalah karbon aktif. langsung (iodimetri) merupakan oksidator yang
Karbon aktif adalah karbon amorf yang memiliki relatrif kuat dengan nilai potensial oksidator
porositas internal tinggi, sehingga merupakan sebesar +0,533 V, pada saat reaksi oksidasi iodium
adsorben yang baik untuk adsorpsi gas, cairan, akan direduksi menjadi iodin sesuai dengan reaksi.
maupun larutan. Adsorpsi oleh karbon aktif bersifat Dan titrasi tidak langsung (iodometri) digunakan
fisik, artinya adsorpsi terjadi jika gaya tarik van der untuk menetapkan senyawa-senyawa yang
Waals oleh molekul-molekul di permukaan lebih memepunyai potensial oksidasi yang lebih kecil dari
kuat daripada gaya tarik yang menjaga adsorbat pada sistem iodium-iodida atau senyawa-senyawa
tetap berada dalam fluida. Absorpsi fisik bersifat yang bersifat oksidator. Pada Iodometri, sampel
dapat balik sehingga adsorbat yang diadsorpsi yang bersifat oksidator direduksi dengan kalium
karbon aktif dapat mengalami desorbpsi iodida berlebihan dan akan menghasilkan iodium
(Rahmawati, 2006). Pemilihan penggunaan karbon yang selanjutnya dititrasi dengan larutan baku
aktif disini, karena karbon aktif mempunyai natrium tiosulfat (Rohman, 2009).
kemampuan untuk mengabsorbsi senyawa- Pada penelitian ini penulis menekankan
senyawa termasuk klor dan dapat juga pada perlakuan lama pemansan terhadap karbon
menghilangkan bau dan rasa yang ditimbulkan oleh aktif untuk penurunan kadar klor pada air.
penggunaan klor (Amsyari, 2006). Sehingga Hasil penelitian dapat memberikan
pengetahuan dan wawasan terhadap karya tulis

117
Chemistry Laboratory Desember Vol. 1 No. 2 2014

ilmiah mengenai pengaruh pemanasan karbon aktif Masing-masing beaker glass diaduk, ditutup dan
dalam menurunkan kadar klor pada air. diamkan masing-masing beaker glass selama 2
Dari latar belakang di atas dapat jam, dan disaring menggunakan kertas saring.
dirumuskan permasalahan yaitu apakah ada Kemudian dari masing-masing sampel yang
pengaruh variasi suhu pemanasan karbon aktif telah ditambahkan karbon aktif diukur kadar klor
dalam menurunkan kadar klor pada air dan berapa sisa menggunakan metode titrasi iodometri.
suhu pemansan yang paling optimal pada karbon
aktif yang dipanaskan pada rentang suhu (50, 100, Prosedur Standarisasi Larutan Standar
150 dan 200)˚C untuk menurunkan kadar klor pada Na2S2O3 dengan Larutan Kalium Bikromat
air. Dipipet dengan pipet volume 10,0 mL
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui larutan K2Cr2O7 0,01 N kemudian dimasukan
penurunan kadar klor pada sampel air setelah kedalam labu iod, ditambahkan 5 mL H2SO4 2N,
ditambahkan karbon aktif yang sudah dilakukan kemudian di campur sampai homogen, ditambah
pemanasan, serta untuk mengetahui suhu 5 mL KI 10%dan labu iod ditutup, didiamkan ±1-
pemanasan yang optimum pada karbon aktif yang 2 menit. Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 dari
dipanaskan pada rentang suhu (50, 100, 150, dan warna coklat kemerah sampai kuning
200)˚C dalam penurunan kadar klor dalam sampel muda/kuning pucat, kemudian ditambahkan 2 mL
air. Amilum 1%, dan diteruskan titrasi sampai biru
hilang.
BAHAN DAN METODE
Prosedur Penentuan Kadar Klor pada Sampel
Jenis penelitian yang digunakan adalah
Dipipet 10 mL sampel dengan pipet
eksperimental. Waktu penelitian dilakukan pada
volume dan dimasukan kedalam labu iod
tanggal 2-5 Juni 2014. Lokasi penelitian
ditambahakan 5 mL H2SO4 2N dan 5mL KI 10%.
dilakukan di Laboratorium Kimia Stikes Wira
Labu iod kemudian ditutup dan didiamkan
Medika Bali. Sampel dalam penelitian ini Sampel
selama ±1-2 menit, dititrasi dengan larutan
dalam penelitian ini adalah sampel yang dibuat
Na2S2O3 sampai kuning muda. Ditambahakan 2
dari aquadest yang ditambahkan serbuk klor,
ml indikator amilum, larutan menjadi berwarna
yang dibuat di laboratorium, kemudian di lakukan
ungu, dan titrasi dilanjutkan hingga biru tepat
penambahan karbon aktif yang telah dilakukan
hilang, dicatat hasil volume.
sesuai dengan perlakuan. Alat yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah: Buret,
Prosedur Blanko
klem, statif,erlenmeyer 250 mL, gelas ukur 100
Dipipet 10,0 mL aquadest dengan pipet
mL, corong, labu ukur 100 mL, beaker glass 250
volume dan dimasukan ke dalam labu iod 250
mL, neraca analitik, batang pengaduk, pipet tetes
mL, ditambahkan 5 mL H2SO4 2N dan 5 mL KI
dan oven. Bahan yang dipergunakan dalam
10%, kemudian labu iod ditutup dan didiamkan
penelitian ini adalah Aquades, KI 10%, Larutan
selama ± 1-2 menit. Dititrasi dengan larutan
amilum 1%, K2Cr2O7 0,01 N, H2SO4 2N, karbon
Na2S2O3 sampai berwarna kuning muda,
aktif, larutan standar Na2S2O3.
ditambahkan 2 mL indikator amilum, larutan akan
berubah menjadi biru tua kemudian dititrasi
Prosedur Perlakuan Sampel
dilanjutkan hingga biru tepat hilang, dicatat hasil
Disiapakan 5 buah beaker glass 250 mL
volume.
diisi dengan label I, II, III, IV, V, masing-masing
disi dengan 100 mL aquadest dan serbuk klor
Analisa Data
sebanyak 100 mg. Masing-masing beaker glass
Data dari hasil penelitian ini di analisa
ditambahkan 1 gr karbon aktif : beaker glass I
dengan mengunakan program statistic 16.0 for
sebagai control ditambahkan karbon aktif tanpa
windows, selanjutnya dilakuan uji normalitas.
pemanasan, beaker glass II di tambahakan
Kemudian data di uji dengan uji regresi untuk
karbon aktif yang telah dipanaskan selama 1 jam
membuktikan ada atau tidak pengaruh
dengan suhu 50˚C, beaker glass III ditambahkan
pemanasan karbon aktif dalam penurunan kadar
karbon aktif yang telah dipanaskan selama 1 jam
klor pada air. Apabila diproleh hasil pada out put
dengan suhu 100˚C, beaker glass IV
p<0,05 berarti Ha ditolah dan Ho diterima. Data
ditambahkan karbon aktif yang telah dipanaskan
yang telah dianalisa selanjutnya disajikan dalam
selama 1 jam dengan suhu 150˚C, beaker glass
bentuk tabel dan grafik.
V ditambahkan karbon aktif yang telah
dipanaskan selama 1 jam dengan suhu 200˚C.

118
HASIL
Berdasarkan hasil pemeriksaan sampel air yang di dapatkan hasil pada tabel 1 .
Tabel 1 Pengukuran Kadar Klor

Jumlah Suhu Waktu


Kadar
Sampel Penambahan Pemanasan Perlakuan
Klor
Karbon Aktif Karbon Aktif Pemanasan

I 1 gr 0˚C 1 Jam 39,96 mg/L


II 1 gr 50˚C 1 Jam 31,27 mg/L
III 1 gr 100˚C 1 Jam 19,11 mg/L
IV 1 gr 150˚C 1 Jam 13,9 mg/L
V 1 gr 200˚C 1 Jam 9,55 mg/L

PEMBAHASAN 50

Konsentrasi (mg/L)
Penurunan kadar klor dalam air pada penelitian ini 40
dilakukan dengan penambahan karbon aktif yang 30
telah dilakukan sesuai dengan perlakuan. Karbon 20
aktif ditambahkan sebanyak 1 gram pada masing 10
sampel air yang sudah mengandung klor. Sampel 0
air disiapkan sebanyak 5 buah dalam beaker glass 0 50 100 150 200
I, II, III, IV, dan V, dimana beaker glas II
Suhu pemanasan (˚C)
ditambahkan karbon aktif yang telah dipanaskan
pada suhu 50˚C selama 1 jam, beaker glass III Gambar 1 Kurva pengaruh perlakuan pemansan
pada suhu 100˚C, beaker glass IV pada suhu karbon aktif terhadappenurunan kadar klor
150˚C dan beaker glass V pada suhu 200˚C, dan Pada Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa
masing-masing suhu karbon aktif dipanaskan terjadi penurunan kadar klor dari suhu 0˚C sampai
selama 1 jam. Sedangkan beaker glass I sebagai suhu 200˚C yaitu dari 39,96 mg/L menjadi 9,55
control ditambahkan karbon aktif tanpa pemanasan mg/L. Hal ini menunjukan bahwa karbon aktif yang
selama 1 jam. Waktu kontak sampel air dengan telah dipanaskan menyebabkan semakin
karbon aktif adalah 2 jam pendiaman. terbukanya pori arang aktif dan menyebabkan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah semakin luas permukaan dari karbon aktif, dengan
dilakukan didapatkan hasil pemeriksaan kadar klor demikian kecepatan adsorpsi bertambah, sehingga
untuk sampel I (kontrol) = 39,96 mg/L, sampel II = daya serap karbon aktif terhadap kadar klor akan
31,27 mg/L, sampel III = 19,11 mg/L, sampel IV = semakin besar (Darmawan, 2007). Meningkatnya
13,9 mg/L dan sampel V = 9,55 mg/L. Dari hasil suhu aktivasi (pemanasan) terhadap karbon aktif
penelitian tersebut menunjukan bahwa adanya terbukti memberikan pengaruh yang sangat nyata
penurunan kadar klor sebelum perlakuan yaitu dari kadar klor awal 39,96 mg/L menjadi 9,55
dibandingkan setelah mendapatkan perlakuan mg/L.
karbon aktif tanpa pemanasan dengan karbon aktif Analisis data yang digunakan untuk
yang telah dipanaskan. Hal ini dapat terlihat pada mengetahui pengaruh pemanasan karbon aktif
kurva yang tersaji pada Gambar 4.1. dalam penurunan kadar klor pada air adalah uji
Regresi. Analisis data diawali dengan uji normalitas
untuk mengetahui distribusi data yang diperoleh
normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan
menggunakan uji Shapiro-Wilk. Data berdistribusi
normal apabila p lebih dari 0,05 (p>0,05), jika p
kurang dari 0,05 (p<0,05) maka data tidak
berdistribusi normal. Hasil yang diperoleh yaitu nilai
signifikansi adalah 0,653 (p>0,05). Hal ini

119
Chemistry Laboratory Desember Vol. 1 No. 2 2014

menunjukkan bahwa data berdistribusi normal, debu halus yang terkandung diudara
kemudian analisa dilanjutkan dengan uji Regresi. (Purwakusuma, 2002).
Penentuan kadar klor dalam penelitian
ini dilakukan dengan metode titrasi iodometri.
Klor ditentukan dengan penambahan KI dan
diasamkan H2SO4, reaksi yang terjadi :
OCL¯ + 2I¯ + 2H+ → CL¯ + I2 + H2O
Dari reaksi diatas klor dengan penambahan KI dan
H2SO4 2N akan dilepaskan I2 yang berwarna
kuning. I2 yang dilepaskan dititrasi dengan larutan
Na2S2O3 sampai kadar I2 menjadi rendah yang
ditandai dengan warna kuning muda. Reaksi yang
terjadi adalah :
Gambar 2 Grafik pengaruh pemanasan karbon
aktif dalam penurunan kadar klor pada air pada I2 + 2 Na2S2O3 → 2NaI + Na2S4O6
uji regresi Dengan titrasi ini sampel yang telah
Gambar 2 menunjukkan bahwa terjadi ditambahkan dengan H2SO4 2N dan KI akan
penurunan kadar klor disetiap peningkatan suhu menghasilkan warna kuning, kemudian dititrasi
pemanasan karbon aktif. Selain itu, grafik hasil uji dengan larutan Na2S2O3 sampai berwarna kuning
juga menunjukkan hubungan antara pemanasan muda dan ditambahkan dengan larutan indikator
karbon aktif dengan kadar klor dalam bentuk garis amilum akan terbentuk warna biru. Kemudian
dengan persamaan linier, yaitu y = 46,215 – dititrasi kembali dengan larutan Na2S2O3. Titik akhir
7,819x, dimana y adalah kadar klor (mg/L) dan x titrasi ditandai dengan hilangnya warna biru
adalah variasi suhu pemanasan. Artinya setiap (Widodo, dkk 2010). Penambahan amilum yang
peningkatan suhu pemanasan karbon aktif dapat dilakukan saat mendekati titik akhir titrasi
menurunkan kadar klor. Hasil pengujian dimaksudkan agar amilum tidak membungkus iod
mendapatkan nilai R=0,982, dimana R merupakan karena akan menyebabkan amilum sukar dititrasi
korelasi antara variabel x terhadap y, yang artinya untuk kembali ke senyawa semula. Proses titrasi
memiliki hubungan yang sangat kuat antara harus dilakukan sesegera mungkin, hal ini
pemanasan karbon aktif terhadap penurunan kadar disebabkan sifat I2 yang mudah menguap. Pada
klor. Nilai R2 yang diperoleh 0,963 (96,3%) dimana titik akhir titrasi iod yang terikat juga hilang bereaksi
R2 merupakan koefisien determinasi yang memiliki dengan titran sehingga warna biru mendadak
arti besar kontribusi pengaruh pemanasan karbon hilang dan perubahannya sangat jelas.
aktif terhadap penurunan kadar klor. Nilai sig (p) Penggunaan indikator ini untuk memperjelas
yang diperoleh pada pengujian data yaitu 0,003 perubahan warna larutan yang terjadi pada saat
yang menunjukkan hasil p<0,05, berarti Ha diterima titik akhir titrasi (Syabatini, 2009).
dan Ho ditolak yang artinya ada pengaruh
pemanasan karbon aktif terhadap penurunan kadar SIMPULAN DAN SARAN
klor pada air.
Berdasarkan hasil penelitian yang Simpulan
diproleh, karbon aktif dengan pemanasan efektif Berdasarkan hasil penelitian yang telah
terhadap penurunan kadar klor. Secara umum dilakukan dapat disimpulkan bahwa,
karbon/arang aktif adalah salah satu bahan penambahan karbon aktif dengan perlakuan
alam yang digunakan untuk pengolahan air pemanasan suhu 0 - 200˚C dapat menurunkan
bersih khususnya dalam penghilangan kadar kadar klor dalam air dari konsentrasi 39,96 mg/L
klor. Satu gram karbon aktif, pada umumnya menjadi 9,55 mg/L, dan suhu yang optimal untuk
memiliki luas permukaan seluas 500-1500 m2, pemanasan karbon aktif dalam penurunan kadar
sehingga sangat efektif dalam menangkap klor terjadi pada sampel dengan penambahan
partikel-partikel yang sangat halus. Karbon aktif karbon aktif yang dipanaskan pada suhu 200˚C.
sangat aktif dan akan menyerap apa saja yang
kontak dengan karbon tersebut, baik di air Saran
maupun di udara. Apabila dibiarkan di udara Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis
terbuka, maka dengan segera akan menyerap dapat memberikan saran, untuk mendapatkan
hasil yang lebih baik dipandang perlu mengkaji
dengan suhu pemanasan yang lebih lama (lebih

120
Pande Komang Bayu Saputra, dkk: Pengaruh Pemanasan Karbon Aktif dalam... 

dari 1 jam), dan untuk mendapatkan hasil yang  


lebih baik dipandang perlu mengkaji dengan  
waktu kontak antara karbon aktif dengan klor
yang lebih panjang (lebih dari 2 jam).  

KEPUSTAKAAN
Amsyari, F 2006. Penggunaan karbon aktif dan
pemanfaatannya. Online
http://kampoengmanik.multiply.com.
Diakses pada tanggal 25 Nopember
2013.

Anonim. 2012. Klor, Diakses pada tanggal 22


Nopember 2013.

Depkes, RI. 2010. Peraturan Mentri Kesehatan


Republik Indonesia
Nomor492/MENKES/PER/IV/2010
Tentang Persyaratan Kualitas Air
Minum. Jakarta.

Depkes, RI. 2002. Petunjuk pemeriksaan air


minum/air bersih. Edisi kedua.Jakarta.

Hasan, A. 2006. Dampak Penggunaan Klorin.


Deputi Teknologi Informasi, Energi,
Material dan Lingkungan. P3TL-
BPPT.7.(1): 90-96,

Manuaba, I.B.P. 2007. Cemaran pestisida klor-


organik pada air danau Buyan
Buleleng Bali, Jurnal Kimia.

Purwakusuma, W. 2012. Klorin dan Kloramin.


http://www.o-fish.com/HamaPenyakit/
klorin.php-Diakses Nopember 2013.

Putra A.A.B, Antara I, Suyasa B. 2008. Kajian


kapasitas dan efektivitas resin
penukar anion untuk mengikat klor
dan aplikasinya pada air. Jurusan
Kimia FMIPA Universitas Udayana,
Jurnal Kimia, pp: 87-92.

Rohman, A. 2009. Kimia farmasi analisis.


Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Syabatini. 2009. Laporan praktikum kimia analitik


II:Universitas Lambung Mangkurat
Banjar Baru, p:7.

Tjutju, S. 2003. Air sebagai sumber kehidupan,


ISSN VOL : 0216-1877. Diakses, 25
Nopember 2013.

121

Anda mungkin juga menyukai