PENGERTIAN MUAMALAH
Pengertian muamalah menurut istilah syariat Islam ialah suatu kegiatan yang mengatur
hal-hal yang berhubungan dengan tata cara hidup sesama umat manusia untuk memenuhi
keperluan hidup sehari-hari.
• Pengertian muamalah menurut bahasa berasal dari kata – يؼاهل – ػاهل هؼاهلةsecara
arti kata mengandung arti "saling berbuat" atau berbuat secara timbal balik. Lebih
sederhana lagi berarti "hubungan antar orang dan orang".
• Secara terminologi, muamalah dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu pengertian
muamalah dalam arti luas dan dalam arti sempit.
• Muamalah dalam arti luas yaitu aturan-aturan (hukum-hukum) Allah untuk mengatur
manusia dalam kaitannya dengan urusan duiawi dalam pergaulan sosial.
• Muamalah dalam arti sempit (khas) yaitu semua akad yang memperbolehkan manusia
saling menukar manfaatnya dengan cara-cara dan aturan-aturan yang telah ditentukan
Allah dan manusia wajib mentaati-Nya.
2. KEDUDUKAN MUAMALAH
Nabi Muhammad r bersabda, “Tetapi aku berpuasa dan berbuka, aku shalat, aku juga
tidur dan aku juga menikahi wanita. Barangsiapa yang tidak suka akan sunnahku, maka dia
bukan golonganku.” (Al-Bukhari, no. 4776, dan Muslim, no. 1401)
2. Islam memberikan kehormatan yang penuh kepada setiap anggota keluarga; baik
perempuan ataupun laki-laki.
Karena itu Islam memberikan tanggung jawab besar kepada ayah dan ibu untuk
mendidik anak-anaknya. Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu Anhuma;
bahwa dia mendengar Rasulullah r bersabda, “Setiap kalian adalah pemimpin dan akan
dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dia pimpin. Seorang imam (pemimpin) adalah
pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadap rakyatnya. Seorang laki-laki
adalah pemimpin bagi keluarganya dan dia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap
keluarganya. Seorang perempuan adalah pemimpin di rumah suaminya dan akan dimintai
pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya. Dan seorang pembantu adalah pemelihara
harta majikannya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadap urusannya.” (HR. Al-
Bukhari, no. 853, dan Muslim, no. 1829)
3. URGENSI MUAMALAH
• Islam menyuruh kepada umat Islam untuk totalitas dalam mengamalkan aturan
Allah.
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan
janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata
bagimu.” (QS. Al-Baqarah 208).
• Pengetahuan tentang fiqh mu’amalah
Saidina Umar bin Khattab berkata “Tidak Boleh jual beli pasar kita kecuali orang
yang benar-benar telah mengerti fiqih (Mu’malah) dalam agama.”
Dari ungkapan umar diatas dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa tidak boleh berbisnis,
tidak boleh terlibat perbankan, tidak boleh beraktifitas asuransi dan yang lainnya jika tidak
mengerti fiqih mu’malah.
“Fiqh muamalah ekonomi, menduduki posisi yang sangat penting dalam Islam.
Tidak ada manusia yang tidak terlibat dalam aktivitas muamalah, karena itu hukum
mempelajarinya wajib ‘ain (fardhu) bagi setiap muslim.
Berdasarkan uraian-uraian diatas bahwa mumalah adalah sesuatu hal yang penting
maka dengan mempelajari fiqih mu’amalah diharapkan setiap muslim dalam beraktifitas
khususnya dalam bidang perekonomiam mampu menerapkan atarun-aturan allah dalam
rangka memperoleh, mengembangkan dan memanfaatkan harta, sehingga kebahagiaan dunia
dan akhirat akan tercapai sebagaimana tujuan muslim pada umumnya yang senantiasa
memohon doa tersebut kepada Allah
4. TUJUAN MUAMALAH
Menurut etimologi, jual beli berarti pertukaran sesuatu dengan sesuatu yang lain.
Menurut pengertian syari’at, yang dimaksud dengan jual beli adalah pertukaran harta atas
dasar saling rela, atau memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan (yaitu
berupa alat tukar yang sah)
Menurut mazhab Syafi’i, Maliki, dan Hambali jual beli adalah saling tukar menukar harta
dengan harta dalam bentuk pemindahan milik dan kepemilikan.
Sedangkan dalam KUHP pasal 1457 jual beli adalah suatu perjanjian antara pihak yang
satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk
membayar harga yang telah dijanjikan
Al-Baqarah ayat 275 : Pada Qur’an Al-Baqarah ayat 275 menjelaskan bahwa
Allah swt. menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba7, karena apabila riba
dilakukan dalam transaksi bermuamalah akan dapat merugikan salah satu pihak.
An-Nisa ayat 29: Pada Qur’an An-Nisa ayat 29 menjelaskan bahwa Allah
memakan harta sesamanya dengan jalan yang tidak benar, kecuali dengan jalan jual
beli yang disyariatkan, saling meridhoi antara penjual dengan pembeli dan yang
berlaku atas dasar suka sama suka, dan menjadikan hal itu sebagai sebab untuk
Hadist
Dari Rifa’ah Ibnu Rafi’ r.a. bahwa Rasulullah saw. pernah ditanya: Pekerjaan
apakah yang paling baik?. Beliau bersabda: “Pekerjaan seseorang dengan tangannya
Dari aspek objeknya, jual beli dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
Bai’ Al-muqayadhah atau barter
Bai’ al-muthlaq
Bai’ Al-sharf atau Bai’ al-dain bil dain
Bai’ Al-salam
Sebab-sebab dilarang jual beli bisa kembali kepada akad jual beli dan bisa kepada hal
lain larangan yang kembali kepada akad dasarnya adalah tidak terpenuhinya persyaratan
Menurut Ghazzaly ( 2010: 87) manfaat dan hikmah jual beli diantaranya sebagai berikut.
1. Jual beli dapat menata struktur kehidupan ekonomi masyarakat yang menghargai hak
milik orang lain
2. Penjual dan pembeli dapat memenuhi kebutuhannya
3. Masing-masing pihak merasa puas
4. Dapat menjauhkan diri dari memakan atau memiliki barang yang haram atau secara
bathil
5. Penjual dan pembeli mendapatkan rahmat Allah swt
6. Menumbuhkan ketentraman dan kebahagiaan.
7. PERNIKAHAN DALAM ISLAM
- Secara bahasa, nikah berarti mengumpulkan (Ad-Dhamm) dan menggauli (al-wath’).
- Secara istilah, menurut Syafi’iyah nikah adalah akad yang mengandung ketentuan hukum
dibolehkannya wath’ (senggama) dengan lafaz nikah atau tajwiz atau yang semakna
dengan keduanya.
- Menurut Abu Zahrah, nikah adalah akad yang mengakibatkan halalnya pergaulan antara
laki-laki dan perempuan serta pembatasan milik, hak, dan kewajiban mereka.
- Dalam UU No 1 tahun 1974, nikah adalah ikatan lahir dan bathin antara seorang pria dan
seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
yang bahagia dan kekal berdsasarkan ketuhanan yang Yang Maha Esa.
A. HUKUM NIKAH
- Menurut Abu Hanifah, Ahmad bin Hambal, dan Malik bin Annas, asal hukum nikah itu
adalah dianjurkan (Sunnah).
- Namun bagi orang-orang tertentu nikah bisa menjadi wajib. Berdasarkan Al-Qur’an dan
al-Hadist, islam sangat menganjurkan agar kaum muslimin yang mampu untuk segera
melaksanakan pernikahan.
- Hukum menikah itu bisa berbeda-beda antara satu orang dengan yang lainnya sesuai
dengan kondisinya. Sehingga nikah bisa menjadi:
Wajib
Sunnah
Haram
Makruh
Mubah
B. PRINSIP NIKAH
1. Atas dasar cinta dan rela, bukan paksaan
2. Nikah merupakan fitrah manusia
3. Permudah pernikahan dan Persulit perceraian
4. Nikah untuk selamanya
5. Nikah adalah ibadah
6. Monogami (Boleh poligami dalam kondisi tertentu)
7. Nikah adalah sunnah Rasulullah SAW
8. Nikah adalah amanah Allah SWT
C. PRA NIKAH (MEMINANG)
- Meminang (al-khitbah) adalah permintaan seorang laki-laki kepada perempuan untuk
menikahinya, baik dilakukan oleh laki-laki langsung maupun oleh pihak yang
dipercayainya sesuai aturan agama.
- Tujuannya agar kedua belah pihak saling mengenal sehingga dapat diambil keputusan
yang tepat
- Berbeda agama
- Masih dalam iddah orang lain
- Sedang berhaji (ihram)
- Bersuami/beristri 4
- Telah ditalaq 3 kali, namun boleh dinikahi jika sudah menikah dengan orang lain
kemudian cerai
-
E. RUKUN NIKAH (PELAKSANAAN)
1. Dua mempelai (pria dan wanita)
2. Dua orang saksi; laki-laki dewasa, sehat akal.
3. Wali (dari pihak wanita)
4. Aqad nikah (Ijab Qabul)
5. Mahar/ Maskawin
F. HIKMAH MENIKAH
1. Menjalankan perintah Allah SWT dan sunnah Rasulullah SWT.
2. Menyempurnakan ibadah
3. Menyalurkan fitrah berhubungan suami istri
4. Jalan mendapatkan keturunan yang sah
5. Penyaluran naluri kebapakan dan keibuan.
6. Dorongan untuk bekerja keras
7. Pengaturan hak dan kewajiban dalam rumah tangga
Daftar Pustaka:
Anwarudin, Abu Tholhah, & Muhamad Syukur. 2008. Modul Mata Kuliah Pendidikan
Agama Program Diploma 1 Sekolah Tinggi Ilmu Statistik. Jakarta:Sekolah Tinggi Ilmu
Statistik
Menurut Prof. Subekti, korupsi adalah suatu tindak perdana yang memperkaya diri
secara langsung merugikan Negara atau perekonomian Negara.
Menurut Syed Hussen Alatas, korupsi merupakan suatu transaksi yang tidak jujur
yang dapat menimbulkan kerugian uang, waktu, dan tenaga dari pihak lain.
Jadi, korupsi adalah tindakan yang bathil, dan tidak dibenarkan secara Syariah apapun
alasan dan tujuannya.
“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara
kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu
kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang
lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.” (QS Al-
Baqarah:188)
3. Hilang keberkahan
4. Neraka wail
Daftar Pustaka:
Amrani, H, Elvina, AI, Yasinta, IA. 2017. Esensi Keberadaan Pasal 4 Undang-Undang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Implementasinya Dalam Praktek Penegakan
Hukum. Yogyakarta: Fakultas Hukum UII Yogyakarta