Anda di halaman 1dari 8

BRUCELLOSIS MATA

No. Dokumen
No. Revisi
001/SAK/C- Hal. 1 dari 8
RUMAH SAKIT UKRIDA 00
MUT/VII/20
Ditetapkan,

STANDAR ASUHAN Tanggal Ditetapkan Direktur

KEPERAWATAN

4 Januari 2021 dr. Eka Widrian Suradji, Ph.D


Brucellosis merupakan penyakit infeksius yang dapat
menyebabkan kerugian bagi manusia, hewan, serta sosial-
ekonomi (Garcell et al., 2016)
Menurut Kementrian (2013) Brucellosis bersifat zoonosis dan
termasuk salah satu Penyakit Hewan Menular Strategis
(PHMS). Penyakit ini dapat menyebabkan keguguran pada
hewan di usia kebuntingan 6-9 bulan, dan dapat menular ke
manusia serta menimbulkan beberapa gejala klinis seperti
PENGERTIAN
sakit kepala, demam intermitten, myalgia, dan gangguan
pencernaan (Praja dkk., 2017).
Brucellosis adalah penyakit yang menular dari hewan ke
manusia terutama melalui kontak langsung dari hewan
terinfeksi, minum susu dari hewan terinfeksi dan menghirup
udara yang tercemar oleh bakteri penyebab Brucellosis yaitu
Brucella sp. Brucellosis memiliki dampak terhadap kesehatan
masyarakat di hampir seluruh negara.
PENGKAJIAN 1. Identitas pasien
Menanyakan nama, jenis kelamin, usia, Pendidikan,
pekerjaan, alamat dan lain-lain.
2. Keluhan utama
Gejala yang timbul mula-mula adalah demam, merasa
kedinginan dan berkeringat pada malam hari. Kelemahan
dan kelelahan tubuh adalah gejala umum. Sakit kepala,
nyeri sendi, dan kadang-kadang penderita sering
BRUCELLOSIS MATA

No. Dokumen
No. Revisi
001/SAK/C- Hal. 2 dari 8
RUMAH SAKIT UKRIDA 00
MUT/VII/20
didiagnosa malaria atau influenza. Kadang ditemukan
batuk non produktif dan pneumonitis. Kesembuhan dapat
terjadi dalam 3-6 bulan. Brucellosis juga dapat
menyebabkan abortus pada kehamilan trimester pertama
dan kedua.
3. Riwayat penyakit dahulu
Mengkaji adanya Riwayat penyakit dahulu : pasien adalah
peternak hewan
4. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat kesehatan keluarga tidak ada, karena penyakitnya
bukan dari genetik
5. Pengkajian nutrisi
Makanan : mengkonsumsi konsumsi minum susu sapi
atau kambing yang masih mentah.
Mengkaji adanya nausea, muntah, nyeri abdomen,
perubahan berat badan yang drastis, perubahan selera
makan, pola makan dan minum serta kebiasaan
mengkonsumsi makanan.
6. Pengkajian aktivitas/istirahat
Mengkaji adanya perubahan fisik yang mengganggu klien
seperti perubahan tingkat energy, kelemahan atau nyeri
saat beraktivitas.
7. Pengkajian psikososial
Pengkajian psikososial dapat dilakukan dengan mengkaji
keterampilan koping, dukungan keluarga dan teman serta
bagaimana keyakinan klien tentang sehat dan sakit.
Kemampuan klien dan keluarga dalam perawatan klien di
rumah termasuk penggunaan obat-obatan yang
berlangsung lama.
BRUCELLOSIS MATA

No. Dokumen
No. Revisi
001/SAK/C- Hal. 3 dari 8
RUMAH SAKIT UKRIDA 00
MUT/VII/20
Laboratorium
PEMERIKSAAN Uji Polymerase Chain Reaction (PCR) dapat dilakukan tetapi
PENUNJANG memerlukan evaluasi dan standar yang tinggi untuk
mendiagnosa kasus Brucellosis kronis.
DIAGNOSA 1. Resiko Infeksi (D.0142)
KEPERAWATAN 2. Gangguan Rasa Nyaman (D.0074)
3. Hipertermia (D.0131)
1. Kontrol Resiko Meningkat (L.14128)
LUARAN KEPERAWATAN 2. Status Kenyamanan Menungkat ( L.08064)
3. Termoregulasi (L.14134)
INTERVENSI Nyeri akut ( D.0077)
KEPERAWATAN
1. Manajemen nyeri ( I. 08238)
1.1 Observasi
1.1.1 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
1.1.2 Identifikasi skala nyeri
1.1.3 Identifikasi respon non nyeri non verbal
1.1.4 Identifikasi factor yang memperberat dan
memperingan nyeri
1.1.5 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
tentang nyeri
1.1.6 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
nyeri
1.1.7 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
hidup
1.1.8 Monitor keberhasilan terapi konplementer
yang sudah diberikan
1.1.9 Monitor efek samping penggunaan analgetik

1.2 Terapeutik
BRUCELLOSIS MATA

No. Dokumen
No. Revisi
001/SAK/C- Hal. 4 dari 8
RUMAH SAKIT UKRIDA 00
MUT/VII/20
1.2.1 Berikan Teknik non farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. Hypnosis,
akurpresur, terapi music, terapi pijat, aroma
terapi, Teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/ dingin, terapi bermain ).
1.2.2 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri ( mis. Suhu ruangan, pencahayaan ,
kebisingan )
1.2.3 Fasilitasi istirahat dan tidur
1.2.4 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri

1.3 Edukasi

1.3.1 Jelaskan penyebab periode, dan pemicu nyeri


1.3.2 Jelaskan strategi meredakan nyeri
1.3.3 Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
1.3.4 Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
1.3.5 Ajarkan Teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

1.4 Kolaborasi

Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

Nausea (D.0076)

2. Manajemen Mual (I. 03117)


2.1 Observasi
BRUCELLOSIS MATA

No. Dokumen
No. Revisi
001/SAK/C- Hal. 5 dari 8
RUMAH SAKIT UKRIDA 00
MUT/VII/20
2.1.1 Identifikasi pengalaman mual
2.1.2 Identifikasi isyarat nonverbal ketidak
nyamanan (mis. Bayi, anak-anak, dan
mereka yang tidak dapat berkomunikasi
secara efektif)
2.1.3 Identifikasi dampak mual terhadapkualitas
hidup (mis. Nafsu makan, aktivitas, kinerja,
tanggung jawab peran, dan tidur)
2.1.4 Identifikasi faktor penyebab mual (mis.
Pengobatan dan prosedur)
2.1.5 Identifikasi antiemetik untuk mencegah
mual (kecuali mual pada kehamilan)
2.1.6 Monitor mual (mis. Frekuensi, durasi, dan
tingkat keparahan)
2.1.7 Monitor asupan nutrisi dan kalori

2.2 Terapeutik

2.2.1 Kendalikan faktor lingkungan penyebab


mual (mis. Bau tak sedap, suara, dan
rangsangan visual yang tidak
menyenangkan)
2.2.2 Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab
mual (mis. Kecemasan, ketakutan,
kelelahan)
2.2.3 Berikan makan dalam jumlah kecil dan
menarik
2.2.4 Berikan makanan dingin, cairan bening,
tidak berbau dan tidak berwarna, jika perlu
BRUCELLOSIS MATA

No. Dokumen
No. Revisi
001/SAK/C- Hal. 6 dari 8
RUMAH SAKIT UKRIDA 00
MUT/VII/20
2.3 Edukasi

2.3.1 Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup


2.3.2 Anjurkan sering membersihkan mulut,
kecuali jika merangsang mual
2.3.3 Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan
rendah lemak
2.3.4 Ajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologis untuk mengatasi mual
(mis. Biofeedback, hipnosis, relaksasi,
terapi musik, akupresur)

2.4 Kolaborasi

Kolaborasi pemberian antiemetik, jika perlu

Hipertermi (D.0130)

3. Manajemen Hipertermia (L.14134)

3.1 Observasi

3.1.1 Identifikasi penyebab hipertermia


3.1.2 monitor suhu tubuh
3.1.3 monitor kadar elektrolit
3.1.4 monitor haluaran urine
3.1.5 monitor komplikasi akibat hiprtermia

3.2 Terapeutik
3.2.1 Sediakan lingkungan yang dingin
3.2.2 longgarkan atau lepaskan pakaian
3.2.3 basahi dan kipasi prmukaan tubuh
3.2.4 berikan cairan oral
BRUCELLOSIS MATA

No. Dokumen
No. Revisi
001/SAK/C- Hal. 7 dari 8
RUMAH SAKIT UKRIDA 00
MUT/VII/20
3.2.5 ganti linen setiap hari
3.2.6 lakukan pndinginan eksternal
3.2.7 hindari pemberian antifiretik atau aspirin
3.2.8 berikan oksigen jika perlu
3.3 Edukasi
Anjurkan tirah baring
3.4 Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intra
vena jika perlu
1. Anjurkan pasien untuk melakukan medical check up atau
melakukan kontrol ke dokter sesuai jadwal yang sudah
ditetapkan
2. Anjurkan pasien dan keluarga pasien bila timbul gejala
DISCHARGE PLANNING
atau gejala yang dirasakan tidak membaik segera
mendatangi pelayanan kesehatan terdekat.
3. Edukasi pasien untuk melakukan PHBS (Perilaku Hidup
Bersih dn Sehat)
4. Ajarkan untuk meminimalisir nyeri
PENELAAH KLINIS CLINICAL INSTRUKTUR, MUTU, KOMITE
KEPERAWATAN
DAFTAR PUSTAKA 1. Ariyana, D. (2021). Analisis Kestabilan dan Kontrol
Optimal Model Penyebaran Brucellosis pada Manusia dan
Sapi Perah (Doctoral dissertation, Universitas Airlangga).
2. Novita, R. (2016). Brucellosis: Penyakit Zoonosis Yang
Terabaikan. BALABA: JURNAL LITBANG
PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER
BINATANG BANJARNEGARA, 135-140.
3. Noor, S. M. (2006). Brucellosis: Penyakit Zoonosis yang
belum banyak dikenal di Indonesia. Wartazoa, 16(1)31-
39.
BRUCELLOSIS MATA

No. Dokumen
No. Revisi
001/SAK/C- Hal. 8 dari 8
RUMAH SAKIT UKRIDA 00
MUT/VII/20
4. PPNI (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI
5. PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI
6. PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai