Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN SOSIOLOGI

MASYARAKAT DAN ILMU PENYULUHAN


PETERNAKAN
(PERAN STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT PEDESAAN)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Sosiologi


Masyarakat Dan Ilmu Penyuluhan Peternakan Pada Jurusan
Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar

Oleh:

A.DIAN ARWINDAH IHSAN


60700117008

JURUSAN ILMU PETERNAKAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada prinsipnya struktur sosial merupakan bentuk stratifikasi masyarakat atau

stratifikasi sosial suatu jenis diferensiasi sosial yang terkait dengan jejang secara

bertingkat tersebut menghasilkan strata tertentu dan pada strata tersebut warga

masyarakat dimasukkan sesuai dengan golongannya secara berkelompok individu

tadi dimasukkan kedalam stratum tertentu, sehingga ada kedudukan yang lebih

rendah dan ada yang lebih tinggi atau memiliki kedudukan sangat tinggi, rendah dan

sangat rendah.

Menurut Thalcot Parson, stratifikasi sosial adalah perbedaan tingkatan

seorang individu mengubah suatu sistem sosial yang di berikan dan diperlukan

mereka sebagai golongan yang relatif tinggi dari rendah antara satu golongan yang

lain dalam kepentingan kemasyarakatan untuk saling menghormati. Smeisor (2010),

mengatakan adanya pembagian ekonomi dalam masyarakat merupakan ciri-ciri utama

dan struktur yang sangat berbeda.

Struktur sosial menunjukkan pada fakta bahwa tindakan individu-individu

yang berinteraksi dipolakan dalam kaitan dengan keadaan posisi masing-masing

dalam interaksi tersebut. Konsep struktur sosial yang dimaksud adalah pola-pola

dalam pengorganisiasian sosial yang berhubungan antara status dan peranan yang

relatif bersifat baik, struktur sosial merupakan jaringan dari unsur sosial pokok alam

masyarakat.
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas yaitu :

1. Apakah tinjauan umum tentang sapi potong?

2. Bagaimana definisi pedesaan?

3. Bagaimana hakikat dan sikap masyarakat pedesaan?

4. Bagaimana interaksi sosial masyarakat pedesaan?

5. Bagaiamana sosial ekonomi masyarakat pedesaan?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui tinjauan umum sapi potong

2. Untuk mengetahui definisi pedesaan

3. Untuk mengetahui hakikat dan sikap masyarakat pedesaan

4. Untuk mengetahui interaksi sosial masyarakat pedesaan

5. Untuk mengetahui sosial ekonomi masyarakat pedesaan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Sapi Potong

Sapi potong merupakan sapi yang dipelihara dengan tujuan utama sebagai

penghasil daging. Sapi potong biasa disebut sebagai sapi tipe pedaging. Adapun ciri-

ciri sapi pedaging adalah seperti berikut: tubuh besar, berbentuk persegi empat atau

balok, kualitas dagingnya maksimum dan mudah dipasarkan, laju pertumbuhan cepat,

cepat mencapai dewasa, efisiensi pakannya tinggi (Santosa, 2011). Menurut Abidin

(2010), sapi potong adalah jenis sapi khusus dipelihara untuk digemukkan karena

karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup baik.

Sapi-sapi ini umumnya dijadikan sebagai sapi bakalan, dipelihara secara intensif

selama beberapa bulan, sehingga diperoleh pertambahan bobot badan ideal untuk

dipotong.

Sapi Brahman merupakan Bos indicus yang berasal dari India yang terkenal

karena kemampuannya yang baik dalam beradaptasi terhadap suhu panas, pakan yang

berkualitas rendah, dan tahan terhadap gigitan caplak. Sedangkan sapi Shorthorn,

Hereford, Aberden Angus, Limousine, atau Santa Gentrudis merupakan keturunan

Bos taurus yang memiliki pertambahan bobot badan harian tinggi. Williamsom

(2010), menyatakan bahwa sapi yang mengandung genetik Bos taurus memiliki

respons yang sangat baik terhadap pakan yang berkualitas. Menurut Anonimus

(2011), sapi Brahman Cross merupakan persilangan antara Bos taurus dan Bos

indicus. Menurut Blakely (2011), persilangan antarbangsa sapi menghasilkan

keturunan tingkat hibrid vigor yang tinggi, ketahanan terhadap kondisi tatalaksana

yang minimal, toleran terhadap panas, serta tahan terhadap penyakit dan parasit.
Kriteria pemilihan sapi potong yang baik adalah : sapi dengan jenis kelamin

jantan atau jantan kastrasi, umur sebaiknya 1,5—2,5 tahun atau giginya sudah poel

satu, mata bersinar, kulit lentur, sehat, nafsu makan baik, bentuk badan persegi

panjang, dada lebar dan dalam, temperamen tenang, dari bangsa yang mudah

beradaptasi dan berasal dari keturunan genetik yang baik (Ngadiyono, 2011).

Klasifikasi sapi potong secara umum :

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Sub phylum : Vertebrata

Class : Mamalia

Sub class : Plasentalia

Ordo : Ungulata

Sub ordo : Archolactyla

Rumpun : Selonodonta

Family : Bavodae

Genus : Boa

Sub genus : Taurina, Bisantia, Bibavina, Bubolina, Lepsoburina

Spesies : Boa indicus, Bos taurus, Bos sondaicus

Menurut kebijakan pemerintah, sub-sektor peternakan sapi potong sebagai

salah satu usaha perlu terus dikembangkan, terutama usaha peternakan sapi potong

bersifat usaha keluarga. Bantuan pemerintah dalam mendukung pengembangan

ternak sapi potong antara lain adalah bantuan fasilitas peralatan peternakan, kredit

penggemukan sapi, penerapan sistem kontrak lewat pengembangan sapi potong,


penyuluhan peternakan dan lainlain (Murtidjo, 2013). Keuntungan ekonomis dari

ternak sapi potong sebagai lapangan usaha antara lain :

1. Sapi potong dapat memanfaatkan bahan makanan yang rendah kualitasnya,

menjadi produksi daging.

2. Sapi potong sanggup menyesuaikan diri pada lokasi atau tanah yang kurang

produktif untuk pertanian tanaman pangan, dan perkebunan.

3. Ternak sapi potong membutuhkan tenaga kerja dan peralatan lebih murah

daripada usaha ternak lain, misalnya ternak sapi perah.

4. Usaha ternak sapi potong bisa dikembangkan secara bertahap sebagai usaha

komersial sesuai dengan tingkat ketrampilan, kemampuan modal petani peternak.

5. Limbah ternak sapi potong bermanfaat untuk pupuk kandang tanaman

pertanian dan perkebunan, selain sanggup memperbaiki struktur tanah yang tandus.

6. Angka kematian ternak sapi potong relatif rendah, karena usaha ternak yang

dikelola secara sederhana, rata-rata angka kematian hanya dua persen di Indonesia.

7. Sapi potong dapat dimanfaatkan tenaganya untuk pekerjaan pengangkutan,

dan pertanian. Jenis sapi potong yang dipelihara masyarakat Indonesia berasal dari

sapi lokal, persilangan ataupun sapi impor. Jenis sapi potong lokal yang banyak

dikembangkan antara lain sapi Bali, sapi Madura dan sapi Peranakan Ongole yang

merupakan hasil persilangan antara sapi Madura dengan sapi Ongole secara “grading

up” yaitu keturunan hasil persilangan dikawinkan kembali dengan sapi Ongole. Jenis

sapi impor antara lain sapi Hereford, Shorthorn, Aberden angus, Charolais, Brahman

dan Limousin. Sapi hasil persilangan terdapat pada jenis sapi Santa geturdis,

Beefmaster, Brangus dan Charbray (Sugeng, 2012).


B. Definisi Pedesaan

Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa sansekerta dhesi yang berarti

tanah kelahiran. Menurut UU No. 6 Tahun 2014, desa adalah kesatuan masyarakat

hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus

urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa

masyarakat, hak asal ususl, dan atau hak tradisional yang diakui dan di hormati dalam

sistem pemerintahan NKRI. Secara administratif Indonesia, desa adalah pembagaian

wilayah administratif yang berada di bawah kecamatan dan dipimpin oleh kepala

desa. Sebuah Dea secara administratif terdiri dari beberapa kampung/ dusun/ banjar/

jorong.

Menurut (Rifhi Siddiq, 2010). Desa adalah suatu wilayah yang mempunyai

tingkat kepadatan rendah yang dihuni oleh penduduk dengan interaksi social yang

bersifat homoge, bermatapencahatian dibidang agraris serta mampu berinteraksi

dengan wilayah lain di sekitarnya. Sedangkan,

Menurut (P.J. Bournen, 2010). Desa adalah salah satu bentuk kuno dari

kehidupan bersama sebanyak beberapa ribu orang, hampir semuanya saling mengenal

kabanyakan yang termasuk didalamnya hidup dari pertanian, perikanan dan

peternakan, dalam tempat tinggal itu terdapat banyak ikatan-ikatan keluarga yang

rapat, ketaatan, dan kaidah-kaidah sosial.

ۗ ‫ ِه ْم‬G ‫ا بِأ َ ْنفُ ِس‬GG‫ات ِم ْن بَ ْي ِن يَ َد ْي ِه َو ِم ْن خ َْلفِ ِه يَحْ فَظُونَهُ ِم ْن أَ ْم ِر هَّللا ِ ۗ إِ َّن هَّللا َ اَل يُ َغيِّ ُر َما بِقَوْ ٍم َحتَّ ٰى يُ َغيِّرُوا َم‬
ٌ َ‫هُ ُم َعقِّب‬

ٍ ‫َوإِ َذا أَ َرا َد هَّللا ُ بِقَوْ ٍم سُو ًءا فَاَل َم َر َّد لَهُ ۚ َو َما لَهُ ْم ِم ْن دُونِ ِه ِم ْن َو‬
‫ال‬

Artinya:
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya

bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah

Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga

mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila

Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang

dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

C. Hakikat dan Sikap Masyarakat Pedesaan

Masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang

kuatsesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga/anggota masyarakat yang amat

kuat yang hakekatnya, bahwa seseorang merasa merupakan bagian yang tidak dapat

dipisahkan dari masyarakat dimanapun ia hidup dicintainya serta mempunyai

perasaan bersedia untuk berkorban setiap waktu demi masyarakatnya atau anggota-

anggota masyarakat, karena beranggapan sama-sama sebagai masyarakat yang saling

mencintai saling menghormati, mempunyai hak tanggung jawab yang sama terhadap

keselamatan dan kebahagiaan bersama di dalam masyarakat. Adapun yang menjadi

ciri masyarakat desa antara lain :

1. Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antaran ribuan jiwa.

2. Adanya pertalian perasaan yang sama tentang kesukuan terhadap kebiasaan.

3. Didalam masyarakat pedesaan diantara warganya mempunyai hubungan, yang

mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya di luar

batas wilayahnya.

4. System kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan.

5. Sebagain warga masyarakat hidup dari pertanian.


6. Masyarakat tersebut homogen, seperti dalam hal mata pencaharian, agama,

adat istiadat dan sebagainya.

Didalam masyarakat pedesaan kita mengenal berbagai macam gejala,

khususnya tentang perbedaan pendapat atau paham yang sebenarnya hal ini

merupakan sebab-sebab bahwa di dalam masyarakat pedesaan penuh dengan

ketegangan–ketegangan sosial. Gejala-gejala sosial yang sering diistilahkan dengan :

a. konflik

b. kontraversi

c. kompetisi

d. kegiatan pada masyarakat pedesaan

D. Interaksi Sosial Masyarakat Pedesaan

Interaksi social merupakan kunci dari semua kehidupan social karena dengan

tidak adanya interaksi social maka tidak ada kehidupan dalam masyarakat pergaulan

hidup akan terjadi dalam suatu kelompok social apabila terjadi kerjasama saling

berbicara, saling berkomunikasi, dan sebagainya untuk mencapai tujuan

tertentu.Disisi lain untuk mencapai tujuan dapat menimbulkan persaingan bahkan

konflik social antara masyarakat.

Menurut ( Kurnia, 2013 ) interaksi social merupakan hubungan – hubungan

social yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-perorangan antara,

kelompok-kelompok manusia dan antara orang dengan kelompok-kelompok

masyarakat.
Sedangkan menurut Yoseph S. Roucek (Bintarto, 2010) interaksi merupakan

suatu proses yang sifatnya timbal balik dan mempunyai pengaruh terhadap perilaku d

ari pihak yang bersangkutan melalui kontak langsung, melalui berita yang didengar

atau melalui surat kabar

Menurut (Soekanto, 2013) Pengertian interaksi sosial sangat berguna

didalam memperhatikan dan mempelajari berbagai masalah masyarakat.

Umpanyaindonesia dapat dibahas bentuk-bentuk interaksi sosial yang berlangsung

antara pelbagai suku bangsa atau golongan terpelajar dengan golongan agama. Dengan

mengetahui dan memahami perihal kondisi-kondisi apa yang dapat menimbulkanserta

memengaruhi bentuk-bentuk interaksi sosial tertentu, pengetahuan kita

dapatdisumbangkan pada usaha bersama yang dinamakan pembinan bangsa danmasyarakat.Jadi,

interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis yangmenyangkut hungan individu

dengan individu, individu dengan kelompok, dankelompok dengan kelompok yang baik melalui

kontak langsung maupun melalui perantara yang berupa media.

Apabila interaksi sosial berjalan dengan baik, masyarakat dapat hidup dengan

tenang. Mereka dapat memperoleh hubungan yang baik melalui interaksi antar

sesamanya, baik dalam bentuk berkomunikasi melalui interaksi maupun dalam

bentuk bekerja sama. Oleh karena itu, hubungan masyarakat dalam bentuk apapun

dapat diselsaikan dengan interaksi, baik interaksi dengan masyarakat bawahan,

menenengah, maupun sampai pada kalangan masyarakat paling atas.

E. Sosial Ekonomi Masyarakat Pedesaan

Sebagai masyarakat pedesaan, sudah tentu dengan segala kearifannya

masyarakat selalu memnfaatkan seoptimal mungkin potensi alamnya, mulai dari


bertani, berkebun, beternak dan industri lainya. Kehidupan perekonomian masyarkat

dipedesaan sangat bergantung pada alam sekitar. Ketergantungan mereka dengan

lahan dan alam sangat kental akan ekonomi maupun sosialnya. Secara ekonomis,

lahan dapat menjadi sumber kehidupan ekonomi keluarga selain itu, mereka juga

melakukan aktifitas penunjang atau usaha sambilan yang di posisikan sebagai bentuk

untuk memenuhi kepentingan makan masyarakat pedesaan. Menurut tradisi

masyarakat, beternak sebenarnya tidak hanya menjadi bagian untuk menunjang

ekonomi keluarga, juga bisa menjadi bentuk investasi keluarga karena memiliki

keuntungan yang dapat menujang kehidupan ekonomi bagi masyarakat pedesaan itu

sendiri .

Anda mungkin juga menyukai