Anda di halaman 1dari 38

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


konsepsi merupakan suatu proses bertemunya ovum dengan sperma sehingga terjadi
proses kehamilan, persalinan dan nifas. Pada kehamilan sendiri dibagi menjadi tiga
kriteria yaitu :
 trimester 1, yaitu : 0 minggu sampai dengan 12 minggu
 trimester 2 yaitu : 13 minggu sampai dengan 27 minggu
 trimester 3 yaitu : 28 minggu sampai dengan 40 minggu
 tanda-tanda kehamilan dibagi beberapa point yaitu:
1. tanda dugaan kehamilan meliputi
- tidak haid, mual muntah, ngidam, pingsan/sinkope, payudara tegang, sering
buang air kecil, perubahan warna kulit
2. tanda pasti kehamilan dapat ditentukan melalui
- adanya DJJ (denyut jantung janin), palpasi pada perut dan ada pergerakan
3. penyulit pada kehamilan
- adanya perdarahan vagina, sakit kepala yang hebat, bengkak di wajah dan jari-
jari tangan, keluar cairan pervagina, gerakan janin tidak terasa.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari hamil muda dan hamil tua?
2. Penyebab perdarahan pada kehamilan muda dan hamil tua?
3. Dapat mengetahui isi dari askep pada kehamilan?
4. Perbedaan kehamilan muda dan kehamilan tua?

1.3 Tujuan
 Untuk memahami pengertian dari hamil muda dan tua
 Untuk mengetahui penyebab pendarahaan pada usia kehamilan muda dan usia
kehamilan lanjut
 Dapat mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat dari kasus ini
 Untuk mengetahui perbedaan kehamilan muda dan kehamilan tua

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Perdarahan Pada Kehamilan Muda


Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan adalah terjadinya perdarahan.
Perdarahan dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan muda sering dikaitkan
dengan kejadian abortus, miscarriage, early pregnancy loss. Perdarahan yang terjadi pada
umur kehamilan yang lebih tua terutama setelah melewati TM III disebut perdarahan
antepartum. Perdarahan pada kehamilan muda dikenal beberapa istilah sesuai dengan
pertimbangan masing-masing, tetapi setiap kali kita melihat terjadinya perdarahan pada
kehamilan kita harus selalau berpikir tentang akibat dari perdarahan ini yang menyebabkan
kegagalan kelangsungan kehamilan itu sendiri.

B. Perdarahan Pada Kehamilan Muda


1. ABORTUS
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup di luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau
berat janin < 500 gram Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan,
sedangkan abortus yang terjadi dengan sengaja dilakukan disebut abortus provokatus.
Abortus provokatus dibagi menjadi dua kelompok : abortus provokatus medisinalis, dan
abortus provokatus kriminalis. abortus provokatus medisinalis, yaitu didasarkan pada
pertimbangan dokter untuk menyelamatkan ibu. Disini pertimbangan dilakukan oleh
minimal 3 dokter spesialis (spesialis kebidanan dan kandungan, spesialis penyakit
kandungan, dan spesialis jiwa). Bila perlu dapat ditambah dengan tokoh agama terkait.
Setelah dilakukan terminasi kehamilan, harus diperhatikan agar ibu dan suaminya tidak
trauma psikis di kemudian hari.
A. Etiologi
Penyebab abortus bervariasi dan sering diperdebatkan. Umumnya lebih dari satu
penyebab. Penyebab terbanyak diantaranya adalah :
a) Faktor genetik. Translokasi parental keseimbangan genetik
Sebagian besar abortus spontan disebabkan oleh kelainan kariotip embrio. Paling
sedikit 50% kejadian abortus pada TM I merupakan kelainan sitogenetik. Kejadian
tertinggi kelainan sitogenetik konsepsi terjadi pada awal kehamilan. Kelainan sitogenetik
2
embio biasanya berupa aneuploidi dari fertilisasi abnormal. Abortus berulang bisa
disebabkan oleh penyatuan dari 2 kromosom yang abnormal, dimana bila kelainannya
hanya pada salah satu orang tua, faktor tersebut tidak diturunkan.
b) Kelainan kongenital uterus
Defek anatomik uterus diketahui sebagai penyebab komplikasi obstetrik, seperti
abortus berulang, prenmaturitas, serta malpresentasi janin. Insiden kelainan bentuk uterus
berkisar 1/200 sampai 1/600 perempua. Pada perempuan dengan riwayat abortus,
ditemukan anomali uterus pada 27% pasien.
c) Autoimun
Terdapat hubungan yang nyata antara abortus berulang dan penyakit autoimun.
Misalnya, pada Systematic Lupus Erythematosus (SLE) dan Atiphospholipid Antibodies
(aPA). aPA merupan antibodi spesifik yang didapati pada perempuan denga SLE.
Kejadian abortus spontan diantara pasien SLE sekitar 10%, dibanding populasi umum.
Bila digabungkan dengan peluang terjadinya pengakhiran kehamilan TM II & III, maka
diperkirakan 75% pasien dengan SLE akan berakir dengan terhentinya kehamilan.
d) Defek fase luteal
e) Infeksi
f) Hematologik
g) Lingkungan
Diperkirakan 1-10% malformasi janin akibat dipaparan obat , bahan kimia, atau
radiasi dan umumnya berakir dengan abortus, misalnya paparan terhadap buangan gas
anestesi dan tembakau. Sigaret rokok diketahui mengandung ratusan unsur toksik, antara
lain nikotin yang telah diketahui mempunyai efek vasoaktif sehingga menghambat
sirkulasi uteroplasenta. Karbon monoksida juga menurunkan pasokan oksigen ibu dan
janin seta memacu neurotoksin. Dengan adanya gangguan pada sistem sirkulasi
fetoplasenta dapat terjadi gangguan petumbuhan janin yang berakibat terjadinya abortus

B. Macam-macam abortus ialah sebagai berikut :


a) Abortus Imminens
Adalah abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya abortus,
ditandai dengan perdarahan berupa bercak atau sedang, serviks tertutup, uterus sesuai
dengan usia gestasi, kram perut bawah, uterus lunak. Tindakan yang dilakukan berupa
observasi perdarahan, istirahat, no coitus.
b) Abortus Insipiens
3
Adalah abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan perdarahan
banyak, serviks terbuka, uterus sesuai gestasi, kram atau nyeri perut bawah, belum
terjadi ekspulsi hasil konsepsi . Tindakan yang dilakukan yaitu Evakuasi.
c) Abortus Kompletus
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dengan tandaserviks tertutup,
besar uterus tidak sesuai masa kehamilan (lebih kecil), sedikit atau tanpa nyeri perut
bawah. Tidak perlu terapi spesifik.
d) Abortus Inkompletus
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang
tertinggal. Ditandai dengan perdarahan yang sedang atau banyak, serviks terbuka,
uterus sesuai masa kehamilan,kram atau nyeri perut bagian bawah. Tindakan yang
dilakukan adalah evakuasi

2. KEHAMILAN EKTOPIK
Kehamilan ektopik ialah kehamilan yang pertumbuhan sel telur yang telah dibuahi
tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri. Lebih dari 95% kehamilan
ektopik berada disaluran telur (tuba fallopii).
A. Etiologi
Penyebab kehamilan ektopik sudah banyak disebutkan karena secara patofisiologi
mudah dimengerti sesuai dengan proses awal kehamilan sejak pembuahan sampai
nidasi. Fator yang menyebabkan terjadinya hambatan dalam nidasi embrio ke
endometrium adalah :
 Faktor tuba
Adanya peradangan atau infeksi pada tuba menyebabkan lumen tuba menyempit
atau buntu. Kelainan endometriosis tuba atau divertikel saluran tuba yang bersifat
kongenital. Adanya tumor pada saluran tuba
 Faktor abnormalitas pada zigot
Apabila tumbuh terlalu cepat atau tumbuh dengan ukuran besar, maka zigot akan
tersendat dalam perjalanan pada saat melaui tuba, kemudian terhenti dan tumbuh di
saluran tuba
 Faktor ovarium
Bila ovarium memproduksi ovum dan ditangkap oleh tuba yang kontralateral,
dapat membutuhkan proses khusus atau waktu yang lebih panjang sehingga
kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik lebih besar.
4
 Faktor hormonal
Pada akseptor, pil KB yang hanya mengandung progesteron dapat mengakibatkan
gerakan tuba melambat. Apabila terjadi pembuahan dapat mengakibatkan terjadinya
kehamilan ektopik.
 Faktor lain
Termasuk di sini antara lain adalah pemakai IUD dimana proses peradangan yang
dapat timbul pada endometrium dan endosalping dapat menyebabkan terjadinya
kehamilan ektopik. Faktor umur yang sudah menua dan faktor perokok juga sering
dihubungkan dengan terjadinya kehamilan ektopik

3. MOLA HIDATIDOSA
Yang dimaksud dengan mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yamg berkembang
tidak wajar, dimana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami
perubahan berupa degenerasi hidropik.

a) Gejala-gejala dan Tanda


pada umumnya gejala mola hidatidosa tidak seberapa berbeda dengan kehamilan bias, yaitu
mual, muntah, pusing, dll hanya saja derajat keluhannya sering lebih hebat. Selanjutnya
perkembangan lebih pesat , sehingga pada umumnya besar uterus lebih besar dari umur
kehamilan. Adapula kasus-kasus yang uterusnya lebih kecil atau sama besar walaupun
jaringannya belum dikeluarkan.
Perdarahan merupakan gejala utam mola. Gejala perdarahan ini biasanya terjadi antara bulan
pertama sampai bulan ketujuh dengan rata-rata 12-14 minggu. Sifat perdarahan bisa
intermitern, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak sehingga menyebabkan syok atau kematian.
Karena keadaan perdarahan ini umumnya pasien mola hidatidosa masuk dalam keadaan
anemia.

1. Penanganan umum perdarahan pada kehamilan muda :


 Lakukan penilaian secara cepat mengenaii keadaan umum pasien, termasuk
tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan, dan suhu).
 Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkerringat banyak, pingsan, tekanan sistolik
kurang 90 mmHg, nadi lebih 112 kali per menit).

5
 Jika dicurigai terjadi syok, segera mullai penanganan syok. Jika tidak terlihat tanda-
tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat penolong melakukan
evaluasi mengenai kondisi wanita karena kondisinya dapat memburuk dengan
cepat. Jika terjadi syok, sangat penting untuk memulai penanganan syok dengan
segera.
 Jika pasien dalam keadaan syok, pikirkaan kemungkinan kehamilan ektopik
terganggu.
 Pasang infus dengan jarum infus besar ((16 G atau lebih), berikan larutan garam
fisiologik atau ringer laktat dengan tetesan cepat (500 cc dalam 2 jam pertama).
2. Penanganan abortus imminens
1. Tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total.
2. Jangan melakukan aktifitas fisik berlebihan atau hubungan seksual.
3. Jika perdarahan :
- Berhenti : lakukan asuhan antenatal seperti biasa, lakukan penilaian jika
perdarahan terjadi lagi.
- Terus berlangsung : nilai kondisi janin (uji kehamilan atau USG). Lakukan
konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain. Perdarahan berlanjut,
khususnya jika ditemukan uterus yang lebih besar dari yang diharapkan,
mungkin menunjukkan kehamilan ganda atau mola.
4. Tidak perlu terapi hormonal (estrogen atau progestin) atau tokolitik (misalnya
salbutamol atau indometasin) karena obat-obat ini tidak dapat mencegah
abortus.
3. Penanganan abortus insipiens
1. Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi
vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan :
- Berikan ergometrin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila
perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila
perlu).
- Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
2. Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
- Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.

6
- Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena
(garam fisiologik atau larutan ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per
menit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
3. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

4. Penanganan abortus inkomplit


1) Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang 16 minggu,
evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan
berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler atau misoprostol 400 mcg per
oral.
2) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang 16
minggu, evaluasi sisa hasil konsepsi dengan :
- Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi
dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual
tidak tersedia.
- Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg
intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg
per oral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).
3) Jika kehamilan lebih 16 minggu :
- Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik
atau ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai terjadi
ekspulsi hasil konsepsi.
- Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai
terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg).
- Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
4) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

5. Penanganan abortus komplit


1. Tidak perlu evaluasi lagi.
2. Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak.
3. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

7
4. Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per hari
selama 2 minggu. Jika anemia berat berikan transfusi darah.
5. Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut.
Pemantauan Pasca Abortus
Insidens abortus spontan kurang lebih 15% (1 dari 7 kehamilan) dari seluruh kehamilan.
Syarat-syarat memulai metode kontrasepsi dalam waktu 7 hari pada kehamilan yang
tidak diinginkan :
1. Tidak terdapat komplikasi berat yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.
2. Ibu menerima konseling dan bantuan secukupnya dalam memilih
metode
kontrasepsi yang paling sesuai.

6. Kehamilan Ektopik Terganggu


Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar rongga
uterus. Tuba Fallopii merupakan tempat tersering terjadinya implantasi kehamilan
ektopik (lebih 90%).
Tanda dan gejala kehamilan ektopik sangatlah bervariasi tergantung dari pecah
tidaknya kehamilan tersebut. Alat penting yang dapat digunakan untuk mendiagnosis
kehamilan ektopik yang pecah adalah tes kehamilan dari serum yang dikombinasi
dengan pemeriksaan USG. Jika diperoleh haril darah yang tidak membeku segera mulai
penanganan.
Tanda dan gejala kehamilan ektopik :
1. Gejala kehamilan awal berupa flek atau perdarahan ireguler, mual, pembesaran
payudara, perubahan warna pada vagina & serviks, perlunakan serviks,
pembesaran uterus, frekuensi buang air kecil meningkat.
2. Nyeri pada abdomen dan pelvis.
Tanda dan gejala kehamilan ektopik terganggu :
1. Kolaps dan kelelahan.
2. Denyut nadi cepat dan lemah (110 kali per menit atau lebih).
3. Hipotensi.
4. Hipovolemia.
5. Abdomen akut dan nyeri pelvis.
6. Distensi abdomen. Distensi abdomen dengan shifting dullness merupakan
petunjuk adanya darah bebas.
8
7. Nyeri lepas.
8. Pucat.
Diagnosis banding kehamilan ektopik yang tersering adalah abortus imminens.
Diagnosa banding lainnya adalah penyakit radang panggul akut & kronik, kista ovarium
(terpuntir atau ruptur) dan appendisitis akut. USG dapat membedakan antara kehamilan
ektopik, abortus imminens dan kista ovarium terpuntir.

2.1.8. Penanganan awal kehamilan ektopik


1. Segera lakukan uji silang darah dan laparatomi. Jangan menunggu darah
sebelum melakukan pembedahan.
2. Jika tidak ada fasilitas, segera rujuk ke fasilitas lebih lengkap dan lakukan
penilaian awal.
3. Pada laparatomi, eksplorasi kedua ovarium dan tuba Fallopii :
- Kerusakan tuba yang berat : lakukan salpingektomi (hasil konsepsi dan tuba
keduanya dikeluarkan). Ini merupakan terapi pilihan pada sebagian besar
Kasus.
- Kerusakan tuba yang kecil : lakukan salpingostomi (hasil konsepsi dikeluarkan
dan tuba dipertahankan). Ini dilakukan dengan mempertimbangkan
konservasi kesuburan karena resiko kehamilan ektopik berikutnya cukup tinggi.

Jika terjadi perdarahan banyak dapat dilakukan autotransfusi apabila darah


intraabdominal masih segar dan tidak terinfeksi atau terkontaminasi (pada akhir
kehamilan, darah dapat terkontaminasi dengan air ketuban dan lain-lain sehingga
sebaiknya tidak digunakan untuk autotransfusi).

Darah dapat dikumpulkan sebelum pembedahan atau setelah abdomen dibuka :


1. Sewaktu ibu berbaring di atas meja operasi sebelum operasi dan abdomen
tampak tegang akibat terkumpulnya darah, saat itu memungkinkan untuk
memasukkan jarum melalui dinding abdomen dan darah dikumpulkan diset
donor.
2. Cara lain, bukalah abdomen :

9
- Ambil darah ke dalam suatu tempat dan saringlah darah dengan menggunakan
kasa untuk memisahkan bekuan darah.
- Bersihkan bagian atas dari kantong darah dengan cairan antiseptik dan bukalah
dengan pisau steril.
- Tuangkan darah wanita tersebut ke dalam kantong dan masukkan kembali
melalui set penyaring dengan cara biasa.
- Jika tidak tersedia kantong donor dengan antikoagulan, tambahkan sodium
sitrat 10 ml untuk setiap 90 ml darah.
Penanganan selanjutnya :
1. Sebelum membolehkan ibu pulang, lakukan konseling dan nasehat mengenai
prognosis kesuburannya. Mengingat meningkatnya resiko kehamilan ektopik
selanjutnya, konseling metode kontrasepsi dan penyediaan metode kontrasepsi,
jika diinginkan, merupakan hal yang penting.
2. Perbaiki anemia dengan sulfas ferrous 600 mg/hr per oral selama 2 minggu.
3. Jadwalkan kunjungan berikutnya untuk pemantauan dalam waktu 4 minggu.
Mola Hidatidosa
Kehamilan mola merupakan proliferasi abnormal dari vili khorialis.
Penanganan awal kehamilan mola :
Jika diagnosa kehamilan mola telah ditegakkan, lakukan evaluasi uterus :
- Jika dibutuhkan dilatasi serviks, gunakkan blok paraservikal.
- Pengosongan dengan aspirasi vakum manuaal lebih aman daripada kuretase
tajam. Resiko perforasi dengan menggunakan kuret tajam cukup tinggi.
- Jika sumber vakum adalah tabung manual,, siapkan peralatan aspirasi vakum
manual minimal 3 set agar dapat digunakan secara bergantian hingga
pengosongan kavum uteri selesai. Isi uterus cukup banyak tetapi penting untuk
cepat dikosongkan.
Penanganan selanjutnya kehamilan mola :
- Pasien dianjurkan untuk menggunakan konntrasepsi hormonal (apabila masih
ingin
anak) atau tubektomi apabila ingin menghentikan fertilitas.
- Lakukan pemantauan setiap 8 minggu selaama minimal 1 tahun pasca evakuasi
dengan menggunakan tes kehamilan dengan urin karena adanya resiko
timbulnya penyakit trofoblas yang menetap atau khoriokarsinoma. Jika tes
kehamilan dengan urin tidak negatif setelah 8 minggu atau menjadi positif
10
kembali dalam 2 tahun pertama, rujuk ke pusat kesehatan tersier untuk
pemantauan dan penanganan lebih lanjut.

2.2  Perdarahan Antepartum (pendarahaan usia lanjut)


2.2.1    Pengertian
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam semasa kehamilan di mana
umur kehamilan telah melebihi 28 minggu atau berat janin lebih dari 1000 gram (Manuaba,
2010). Sedangkan menurut Wiknjosastro (2007), perdarahan antepartum adalah perdarahan
pervaginam yang timbul pada masa kehamilan kedua pada kira-kira 3% dari semua
kehamilan. Jadi dapat disimpulkan perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi
pada akhir usia kehamilan

2.2.2    Jenis-jenis Perdarahan Antepartum

1. Plasenta Previa
 Pengertian
Plasenta previa adalah plasenta atau biasa disebut dengan ari-ari yang letaknya tidak
normal, yaitu pada bagian bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan rahim. Pada keadaan normal ari-ari terletak dibagian atas rahim
(Wiknjosastro, 2005).

 Klasifikasi
Jenis-jenis plasenta previa di dasarkan atas teraba jaringan plasenta atau ari-ari
melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu.
1. Plasenta previa totalis, yaitu apabila seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan
plasenta atau ari-ari.
2. Plasenta previa parsialis, yaitu apabila sebagian pembukaan tertutup oleh jaringan
plasenta.
3. Plasenta Previa marginalis, yaitu apabila pinggir plasenta atau ari-ari berada tepat
pada pinggir pembukaan jalan ari.

11
4. Plasenta letak rendah, yaitu apabila letak tidak normal pada segmen bawah rahim
akan tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir (Wiknjosastro, 2005).

 Etiologi
Mengapa plasenta atau ari-ari bertumbuh pada segmen bawah rahim tidak selalu jelas.
Plasenta previa bisa disebabkan oleh dinding rahim di fundus uteri belum menerima
implantasi atau tertanamnya ari-ari dinding rahim diperlukan perluasan plasenta atau ari-ari
untuk memberikan nutrisi janin (Manuaba, 2010).
Disamping masih banyak penyebab plasenta previa yang belum di ketahui atau belum
jelas, bermacam-macam teori dan faktor-faktor dikemukakan sebagai etiologinya.
Strasmann mengatakan bahwa faktor terpenting adalah vaskularisasi yang kurang
pada desidua yang menyebabkan atrofi dan peradangan, sedangkan browne menekankan
bahwa faktor terpenting ialah villi khorialis persisten pada desidua kapsularis.
Faktor-faktor etiologinya :
1) Umur dan Paritas
a. Pada primigravida, umur di atas 35 tahun lebih sering dari pada umur di
bawah 25 tahun.
b. Lebih sering pada paritas tinggi dari paritas rendah
c. Di Indonesia, plasenta previa banyak dijumpai pada umur muda dan paritas
kecil, hal ini disebabkan banyak wanita Indonesia menikah pada usia muda
dimana endometrium masih belum matang.
2) Hipoplasia endometrium, bila kawin dan hamil pada umur muda
3) Endometrium cacat pada bekas persalinan berulang-ulang, bekas operasi, kuretase dan
manual plasenta.
4) Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima hasil
konsepsi.
5) Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium.
6) Kadang-kadang pada mal nutrisi (Manuaba, 2010).

 Patofisiologi
Perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan pertama dari
plasenta previa. Walaupun perdarahannya sering dikatakan terjadi pada triwulan ketiga, akan
tetapi tidak jarang pula dimulai sejak kehamilan 20 minggu karena sejak itu segmen bawah
rahim telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Dengan bertambah tuanya kehamilan,
12
segmen bawah rahim akan lebih melebar lagi, dan leher rahim mulai membuka. Apabila
plasenta atau ari-ari tumbuh pada segmen bawah rahim, pelebaran segmen bawah rahim dan
pembukaan leher rahim tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat disitu tanpa
terlepasnya sebagian plasenta dari dinding rahim. Pada saat itulah mulai terjadi perdarahan.
Sumber perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta
dan dinding rahim atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahannya tidak
dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah rahim untuk
berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak sebagaimana serabut otot uterus
menghentikan perdarahan pada kala III dengan plasenta yang letaknya normal, makin rendah
letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi (Winkjosastro, 2005)

 Frekuensi
Frekuensi plasenta previa pada Ibu yang hamil berusia lebih dari 35 tahun kira-kira 10
kali lebih sering dibandingkan dengan Ibu yang kehamilan pertamanya berumur kurang dari
25 tahun. Pada Ibu yang sudah beberapa kali hamil dan melahirkan dan berumur lebih dari 35
tahun. Kira-kira 4 kali lebih sering dibandingkan yang berumur kurang dari 25 tahun.
(Winkjosastro, 2003)

 Tanda dan Gejala


Gejala utama dari plasenta previa adalah timbulnya perdarahan secara tiba-tiba dan
tanpa diikuti rasa nyeri. Perdarahan pertama biasanya tidak banyak sehingga tidak berbahaya
tapi perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak dari pada sebelumnya apalagi kalau
sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan dalam. Walaupun perdarahannya dikatakan sering
terjadi pada triwulan ketiga akan tetapi tidak jarang pula dimulai sejak kehamilan 20 minggu
karena sejak saat itu bagian bawah rahim telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis.
Pada plasenta previa darah yang dikeluarkan akibat pendarahan yang terjadi berwarna
merah segar, sumber perdarahannya ialah sinus rahim yang terobek karena terlepasnya ari-ari
dari dinding rahim. Nasib janin tergantung dari bahayanya perdarahan dan hanya kehamilan
pada waktu persalinan (Winkjosastro, 2005)

 Diagnosis
Pada setiap perdarahan antepartum, pertama kali harus dicurigai bahwa penyebabnya
ialah plasenta previa sampai kemudian ternyata dugaan itu salah. Sedangkan diagnosis

13
bandingnya meliputi pelepasan plasenta prematur (ari-ari lepas sebelum waktunya),
persalinan prematur dan vasa previa (Winkjosastro, 2005)

 Anamnesis
Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu berlangsung tanpa nyeri,
tanpa alasan, terutama pada multigravida. Banyaknya perdarahan tidak dapat dinilai dari
anamnesis, melainkan dari pemeriksaan darah (Winkjosastro, 2005)

 Pemeriksaan
Untuk menentukan penanganan yang tepat, guna mengatasi perdarahan antepartum
yang disebabkan oleh plasenta previa. Perlu dilakukan beberapa langkah pemeriksaan.

1) Pemeriksaan luar
2) Pemeriksaan inspekulo
3) Penentuan letak plasenta tidak langsung
4) Penentuan letak plasenta secara langsung.
Karena dihalangi oleh ari-ari maka bagian terbawah janin tidak terdorong ke dalam
pintu atas panggul, sehingga terjadilah kesalahan-kesalahan letak janin seperti letak kepala
yang mengapung, letak sungsang atau letak melintang.

Sering terjadi persalinan prematur atau kelahiran sebelum waktunya karena adanya
rangsangan koagulum darah pada leher rahim. Selain itu jika banyak plasenta atau ari-ari
yang lepas, kadar progesteron turun dan dapat terjadi kontraksi, juga lepasnya ari-ari dapat
merangsang kontraksi (Mochtar, 2003)

 Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Persalinan


1) Letak janin yang tidak normal, menyebabkan persalinan akan menjadi tidak normal
2) Bila ada plasenta previa lateralis, ketuban pecah atau dipecahkan dapat menyebabkan
terjadinya prolaps funikuli
3) Sering dijumpai inersia primer
4) Perdarahan (Mochtar, 2011)

 Komplikasi Plasenta Previa


1) Prolaps tali pusat (tali pusat menumbung)

14
2) Prolaps plasenta
3) Plasenta melekat, sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu dibersihkan
dengan kerokan
4) Robekan-robekan jalan lahir karena tindakan
5) Perdarahan setelah kehamilan
6) Infeksi karena perdarahan yang banyak
7) Bayi lahir prematur atau berat badan lahir rendah (Mochtar, 2011)

 Pragnosis Plasenta Previa


Karena dahulu penanganan plasenta previa relatif bersifat konservatif, maka angka
kesakitan dan angka kematian Ibu dan bayi tinggi, kematian Ibu mencapai 8-10% dari seluruh
kasus terjadinya plasenta previa dan kematian janin 50-80% dari seluruh kasus terjadinya
plasenta previa.

Sekarang penanganan relatif bersifat operatif dini, maka angka kematian dan kesakitan
Ibu dan bayi baru lahir jauh menurun. Kematian Ibu menjadi 0,1-5% terutama disebabkan
perdarahan, infeksi, emboli udara dan trauma karena tindakan. Kematian perinatal juga turun
menjadi 7-25%, terutama disebabkan oleh prematuritas, asfiksia, prolaps funikuli dan
persalinan buatan (Mochtar, 2003).

 Penanganan Plasenta Previa


Setiap perdarahan yang terjadi pada usia kehamilan di atas 22 minggu harus dianggap
penyebabnya adalah plasenta previa sampai ternyata dugaan itu salah. Penderita harus dibawa
ke rumah sakit yang fasilitasnya cukup.

Ada 2 cara penanganan yang bisa dilakukan :


1) Terapi ekspektatif atau sikap menunggu
Tujuannya adalah supaya janin tidak terlahir sebelum waktunya dan tindakan yang
dilakukan untuk meringankan gejala-gejala yang diderita. Penderita dirawat tanpa melakukan
pemeriksaan dalam melalui kanalis servikalis.
Syarat-syarat bisa dilakukannya terapi ekspektatif adalah kehamilan belum matang,
belum ada tanda-tanda persalinan, keadaan umum Ibu cukup baik dan bisa dipastikan janin
masih hidup.

15
Tindakan yang dilakukan pada terapi ekspektatif adalah rawat inap, tirah baring dan
pemberian antibiotik, kemudian lakukan pemeriksaan ultrasonografi untuk memastikan
tempat menempelnya plasenta, usia kehamilan letak dan presentasi janin bila ada kontraksi.
Berikan obat-obatan MgSO4 4 gr IV, Nifedipin 3 x 20 mg/hari, betamethason 24 mg IV dosis
tunggal untuk pematangan paru-paru janin
Bila setelah usia kehamilan diatas 34 minggu, plasenta masih berada di sekitar ostium
uteri internum maka dugaan plasenta previa menjadi jelas. Sehingga perlu dilakukan
observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat darurat (Manuaba,
2010).
2) Terapi Aktif atau Tindakan Segera
Wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak
harus segera dilaksanakan secara aktif tanpa memandang kematangan janin. Bentuk
penanganan terapi aktif
a. Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan Ibu dan anak atau
untuk mengurangi kesakitan dan kematian.
b. Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan untuk dapat
melakukan pertolongan lebih lanjut
c. Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat mengambil sikap
melakukan rujukan ke tempat pertolongan yang mempunyai fasilitas yang cukup.
b) Pertolongan seksio sesarea merupakan bentuk pertolongan yang paling banyak
dilakukan (Manuaba, 2010).
2. Solusio Plasenta
 Pengertian Solusio Plasenta
Solusio Plasenta adalah terlepasnya plasenta atau ari-ari dari tempat perlekatannya
yang normal pada rahim sebelum janin dilahirkan (Saifuddin, 2006).
 Klasifikasi Solusio Plasenta
Menurut derajat lepasnya plasenta
1) Solusio Plasenta Parsialis
Bila hanya sebagian saja plasenta terlepasnya dari tempat perletakannya.
2) Solusio Plasenta Totalis
Bila seluruh plasenta sudah terlepasnya dari tempat perlekatannya
3) Prolapsus Plasenta
Bila plasenta turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan dalam.

16
 Etiologi Solusio Plasenta
Penyebab Solusio Plasenta adalah
1) Trauma langsung terhadap Ibu hamil
a) Terjatuh trauma tertelungkup
b) Tendangan anak yang sedang digendong
c) Atau trauma langsung lainnya
2) Trauma Kebidanan, artinya solusio plasenta terjadi karena tindakan kebidanan yang
dilakukan :
a) Setelah versi luar
b) Setelah memecahkan air ketuban
c) Persalinan anak kedua hamil kembar
3) Dapat terjadi pada kehamilan dengan tali pusat yang pendek faktor predisposisi
terjadinya solusio plasenta adalah:
a) Hamil tua
b) Mempunyai tekanan darah tinggi atau eklampsia
c) Bersamaan dengan pre-eklampsia atau eklampsia
d) Tekanan vena kava inferior yang tinggi
e) Kekurangan asam folik
(Manuaba, 2010).
  Patofisiologi Solusio Plasenta
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang membentuk
hematoma pada desidua, sehingga plasenta terdesak dan akhirnya terlepas. Apabila
perdarahan sedikit, hematoma yang kecil itu hanya akan mendesak jaringan plasenta,
peredaran darah antara rahim dan plasenta belum terganggu dan tanda serta gejalanya pun
tidak jelas. Kejadiannya baru diketahui setelah plasenta lahir, yang pada pemeriksaan
didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah lama yang berwarna
kehitam-hitaman.

Biasanya perdarahan akan berlangsung terus menerus karena otot uterus yang telah
meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi menghentikan
perdarahannya. Akibatnya, hematoma retroplasenter akan bertambah besar, sehingga
sebagian dan akhirnya seluruh plasenta terlepas dari dinding rahim.

17
Sebagian darah akan menyelundup di bawah selaput ketuban keluar dari vagina atau
menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban atau mengadakan ekstravasasi
diantara serabut otot rahim. Nasib janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari
dinding rahim. Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas, anoksia akan mengakibatkan
kematian janin. Apabila sebagian kecil yang terlepas, mungkin tidak berpengaruh sama
sekali, atau mengakibatkan gawat janin. Waktu sangat menentukan hebatnya gangguan
pembekuan darah, kelainan ginjal, dan nasib janin. Makin lama sejak terjadinya solusio
plasenta, makin hebat terjadinya komplikasi (Manuaba, 2010).

 Frekuensi Solusio Plasenta


Solusio plasenta terjadi kira-kira 1 diantara 50 persalinan (Winkjosastro, 2005).

 Tanda dan Gejala Solusio Plasenta


Solusio Plasenta yang ringan pada umunya tidak menunjukkan gejala yang jelas,
perdarahan yang dikeluarkan hanya sedikit. Tapi biasanya terdapat perasaan sakit yang tiba-
tiba diperut, kepala terasa pusing, pergerakan janin awalnya kuat kemudian lambat dan
akhirnya berhenti. Fundus uteri naik, rahim teraba tegang.

 Diagnosis Solusio Plasenta


Diagnosis solusio plasenta bisa ditegakkan bila pada anamnesis ditemukan perdarahan
disertai rasa nyeri, spontan dan dikutip penurunan sampai terhentinya gerakan janin dalam
rahim.

 Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan rasa sakit yang tiba-tiba diperut, perdarahan, dari jalan
lahir yang sifatnya hebat berupa gumpalan darah besar dan bekuan-bekuan darah.

 Pemeriksaan
Untuk menentukan penanganan yang tepat untuk mengatasi solusio plasenta,
pemeriksaan yang bisa dilakukan adalah :
1) Pemeriksaan fisik secara umum
2) Pemeriksaan khusus berupa palpasi abdomen, auskultasi, pemeriksaan dalam serta
ditunjang dengan pemeriksaan ultrasonogravi.

18
 Komplikasi Solusio Plasenta
1) Komplikasi langsung.
Adalah perdarahan, infeksi, emboli dan syok obstetrik.
2) Komplikasi tidak langsung
Adalah couvelair rahim, hifofibrinogenemia, nekrosis korteks renalis yang
menyebabkan tidak diproduksinya air urin serta terjadi kerusakan-kerusakan organ seperti
hati, hipofisis dan lain-lain (Mochtar, 2003).

 Prognosis Solusio Plasenta


1) Terhadap Ibu
Kematian anak tinggi, menurut kepustakaan 70-80% dari seluruh jumlah kasus
Solusio plasenta. Hal ini dikarenakan perdarahan sebelum dan sesudah persalinan, toksemia
gravidarum, kerusakan organ terutama nekrosis korteks ginjal dan infeksi.
2) Terhadap Anak
Kematian anak tinggi, menurut kepustakaan 70-80% dari seluruh jumlah kasus
solusio plasenta. Hal ini tergantung pada derajat pelepasan dari pelepasan plasenta, bila yang
terlepas lebih dari sepertiga ari-ari maka kemungkinan kematian anak 100% selain itu juga
tergantung pada prematuritas dan tindakan persalinan.
3) Terhadap Kehamilan Berikutnya
Biasanya bila telah menderita penyakit vaskuler dengan solusio plasenta yang lebih
hebat dengan persalinan prematur (Mochtar, 2011).
 Penanganan Solusio Plasenta
1) Terapi Konservatif
Prinsipnya kita menunggu perdarahan berhenti dan kemudian persalinan
berlangsung spontan. Sambil menunggu berhentinya perdarahan kita berikan suntikan
morfin subkutan, stimulasi kardiotonika seperti coramine, cardizol dan pentazol serta
transfusi darah.
2) Terapi aktif
Prinsipnya kita mencoba melakukan tindakan dengan maksud agar anak segera
dilahirkan dan pedarahan berhenti.
Pertolongan persalinan diharapkan dapat terjadi dalam 3 jam, umumnya dapat
bersalin secara normal.

19
Tindakan bedah seksio sesarea dilakukan apabila, janin hidup dan pembukaan
belum lengkap, gawat janin tetapi persalinan normal tidak dapat dilaksanakan dengan
segera, persiapan untuk seksio sesarea, hematoma miometrium tidak mengganggu
kontraksi rahim dan observasi ketat kemungkinan terjadinya perdarahan ulang.
Persalinan pervaginam dilakukan apabila : Janin hidup, gawat janin, pembukaan
lengkap dan bagian terendah didasar panggul, janin telah meninggal dan pembukaan >
2 cm (Saifuddin, 2006)

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
A.       Identitas Umum
Biodata, identitas ibu hamil dan suaminya.
B. Keluhan Utama
Keluhan pasien saat masuk RS adalah perdarahan pada kehamilan 28 minggu.
C.      Riwayat Kesehatan
1.      Riwayat kesehatan dahulu
- Adanya kemungkinan klien pernah mengalami riwayat diperlukan uterus seperti
seksio sasaria curettage yang berulang-ulang.
- Kemungkinan klien mengalami penyakit hipertensi DM, Hemofilia serta mengalami
penyakit menular seperti hepatitis.
- Kemungkinan pernah mengalami abortus
2.      Riwayat kesehatan sekarang
 Biasanya terjadi perdarahan tanpa alasan
 Perdarahan tanpa rasa nyeri
 Perdarahan biasanya terjadi sejak triwulan ketiga atau sejak kehamilan 20 minggu.
3.      Riwakat kesehatan keluarga
 Kemungkinan keluarga pernah mengalami kesulitan kehamilan lainnya.

20
 Kemungkinan ada keluarga yang menderita seperti ini.
 Kemungkinan keluarga pernah mengalami kehamilan ganda.
 Kemungkinan keluarga menderita penyakit hipertensi DM, Hemofilia dan penyakit
menular.
4.      Riwayat Obstetri
 Riwayat Haid/Menstruasi
 Minarche : 12 th
 Siklus : 28 hari
 Lamanya : ± 7 hari
 Baunya : amis
 Keluhan pada haid : tidak ada keluhan nyeri haid

5.      Riwayat kehamilan dan persalinan


o Multigravida
o Kemungkinan abortus
o Kemungkinan pernah melakukan curettage
6.      Riwayat nipas
 Lochea Rubra
 Bagaimana baunya, amis
 Banyaknya 2 kali ganti duk besar
 Tentang laktasi
 Colostrum ada

D.       Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital


 Suhu tubuh : suhu akan meningkat jika terjadi infeksi
 Tekanan darah : akan menurun jika ditemui adanya tanda syok
 Pernapasan : nafas jika kebutuhan akan oksigen terpenuhi
 Nadi : nadi melemah jika ditemui tanda-tanda shok

E.      Pemeriksaan fisik
 Kepala, seperti warna, keadaan dan kebersihan
 Muka, biasanya terdapat cloasmagrafidarum, muka kelihatan pucat.
 Mata biasanya konjugtiva anemis

21
 Thorak, biasanya bunyi nafas vesikuler, jenis pernapasan thoracoabdominal
 Abdomen
 Inspeksi     : terdapat strie gravidarum
 Palpasi       :
- Leopoid I : Janin sering belum cukup bulan,jadi fundus uteri masih rendah.
- Leopoid II :  Sering dijumpai kesalahan letak
- Leopoid III   : Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala biasanya
kepala masih goyang atau terapung(floating) atau mengolak diatas pintu atas
panggul.
- Leopoid IV    : Kepala janin belum masuk pintu atas panggul
 Perkusi      : Reflek lutut +/+
 Auskultasi : bunyi jantung janin bisa cepat lambat. Normal 120.160
 Genetalia biasanya pada vagina keluar dasar berwarna merah muda
 Ekstremitas, Kemungkinan udema atau varies. Kemungkinan akral dingin.

F.       Pemeriksaan Penunjang
Data laboraturium, memungkinkan Hb rendah. Hb yang normal (12-14gr%)
leokosit meningkat (Normal 6000-1000 mm3). Trombosit menurun (normal 250
ribu – 500 ribu).

G.       Data Sosial  Ekonomi


Plasenta previa dapat terjadi pada semua tingkat ekonomi namun pada umumnya
terjadi pada golongan menengah kebawah , hal ini juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan
yang dimilikinya.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidak adekuatan pertahanan tubuh primer
2. Nyeri berhubungan dengan pencedera fisik ditandai dengan mengeluh nyeri
3. Informasi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan merasa lemah
4. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan ditandai dengan
merasa khawatir akibat dari kondisi yang dihadapi

3.3 Intervensi dan Rasional

22
1. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidak adekuatan pertahanan tubuh primer
i. Intervensi : cuci tangan sebelum & sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien.
Rasional : Mencegah infeksi lebih lanjut dan mencegah penularan lebih luas
ii. Intervensi : Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Rasional : diharapkan tidak adanya kemerahan, nyeri, bengkak
iii. Intervensi : Anjurkan asupan nutrisi
Rasional : agar tidak terjadi penularan nafsu makan
iv. Intervensi : Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
Rasional : Diharapkan tidak terjadi demam, kerusakan, nyeri, bengkak

2. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai dengan mengeluh nyeri
i. Intervensi : identifikasi lokal, karakteristik, durasi frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
Rasional : mengetahui lokasi nyeri
ii. Intervensi : Identifikasi skala nyeri
Rasional : Diharapkan keluhan nyeri menurun.
iii. Intervensi : Berikan teknik untuk mengurangi rasa nyeri (missal terapi, pijat,
kompres, dll) Rasional : Diharapkan gelisah menurun
iv. Intervensi : Jelaskan strategi meredakan nyeri.
Rasional : Diharapkan pasien tidak menarik diri dan sikap protektif menurun

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan merasa lemah


i. Intervensi : Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
Rasional : untuk mengetahui letak dan gangguan yang menyebabkan intoleransi
aktivitas
ii. Intervensi : lakukan latihan rentang gerak pasif/aktif
Rasional :  mencegah terjadinya kram otot
iii. Intervensi : Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahan
Rasional : diharap pasien mampu melakukan aktivitas secara mandiri

4. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan ditandai dengan


merasa khawatir akibat kondisi yang dihadapi
i. Intervensi : identifikasi kemampuan mengambil keputusan
23
Rasional : diharapkan konsentrasi membaik
ii. Intervensi : gunakan pendekatan yang terang dan meyakinkan
Rasional : diharapkan perilaku gelisah menurun
iii. Intervensi : Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
Rasional  : diharapkan verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi
menurun

Analisa Data
Nama : Ny. U
Ruang :

No Tanggal/jam Data Masalah Etiologi


1. DS : Resiko infeksi Abortus Inkonplit
- Px mengatakan nyeri pada perutnya
- Px mengatakan badannya panas Curatase
DO :
- terdapat nyeri tekan pada area perut Perdarahan
- suhu tubuh 38,5˚C
Nyeri abdomen

Resiko infeksi
2. DS : Nyeri Akut Abortus Komplit
- Px mengatakan nyeri seperti tertimpa
- Px mengeluh sangat nyeri Curatase
DO :
- Px melindungi area nyeri Jaringan terputus
- Skala nyeri 5
nyeri
3. DS : Intoleransi Abortus Inkomplit

24
- Px mengeluh kesakitan saat Aktivitas
beraktivitas Curatase
- Px kesulitan bergerak
DO : Nyeri Abdomen
- Px terdapat keterbatasan gerak
- Px lemas dan tidak bisa melakukan Gangguan Rasa
banyak gerak
Intoleransi aktivitas

Rencana Asuhan Keperawatan


Nama :
Ruang :

Tanggal/jam Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


16 Desember Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji penyebab infeksi
berhubungan dengan Keperawatan selama 1x24 jam 2. Observasi area luka
ketidak adekuatan diharapkan :
pertahanan tubuh - Tidak ada tanda-tanda
primer infeksi
- Tidak ada luka yang melebar

Nyeri berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji skala nyeri


dengan agen pencedera Keperawatan 1x24 jam 2. Ajarkan teknik
fisik ditandai dengan diharapkan : distraksi dan relaksasi
mengeluh nyeri - Nyeri berkurang
- Px dapat mengatasi rasa
nyeri secara non farmakologi

25
3. 4 Evaluasi
1. Kondisi ibu tetap stabil atau perdarahan dapat dideteksi dengan tepat, serta terapi mulai
diberikan.
2. Ibu dan bayi menjalani persalinan dan kelahiran yang aman

ASUHAN KEPERAWATAN  PADA Ny.U DENGAN PERDARAHAN


ANTEPARTUM, PLASENTA PREVIA TOTALIS

I. IDENTITAS
A. PASIEN
1. Nama  : Ny U
2. Tempat/tgl lahir/umur : Surabaya/ 12 Januari 1980/ 40 tahun
3. Agama : Islam
4. Status perkawinan   : Menikah
5. Pendidikan terakhir  : SMA
6. Pekerjaan  : Ibu rumah tangga
7. Alamat  : Bulak Banteng RT 7/ RW 3 Surabaya
8. Suku Bangsa  : Jawa
9. Diagnosa Medis  : Perdarahan antepartum, plasenta previa totalis.
10. Nomor RM/CM  : 772552
11. Tanggal Masuk RS  : 15 Desember 2019
12. Tanggal/jam pengkajian  : 16 Desember 2019/ 10.00 WIB
B. PENANGGUNG JAWAB
1. Nama  : Tn S
2. Umur  : 46 tahun
3. Pendidikan terakhir  : SMA
4. Pekerjaan  : Swasta
5. Alamat  : Bulak Banteng RT 7/ RW 3 Surabaya
6. Hubungan dengan pasien  : Suami
26
II. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama:
Perdarahan saat kehamilan
2. Riwayat kesehatan sekarang:
Klien datang/kiriman dari Rumah Bersalin (RB) Alam Medica pada tanggal 15
Desember 2019  dengan plasena previa totalis. rembesan air tidak ada, perdarahan
pervaginam bergumpal sejak tanggal 15 Desember 2019 jam 01.30 .
3. Riwayat kesehatan dahulu
Klien tidak memiliki riwayat penyakit yang menyertai kehamilan, seperti penyakit
jantung, paru, hipertensi, DM.
4. Riwayat obstetrik yang lalu:

No Masalah kehamilan Tipe Keadaan bayi Masalah pada masa


persalinan nifas
1. Tidak ada VE Bayi lahir aterm, jenis Tidak ada masalah
kelamin laki-laki, BBL 4 selama masa nifas.
kg, lahir langsung
menangis.
2. Tidak ada VE Bayi lahir aterm, jenis Tidak ada masalah
kelamin perempuan, BBL selama masa nifas.
3,1 kg, lahir langsung
menangis.
3. Hamil sekarang ini Belum - -
mengalami mengalami
perdarahan persalinan.
pervaginam,
placenta previa
totalis.
5. Riwayat kehamilan saat ini :
TB  : 155 cm
BB sebelum hamil  : 56 kg
Penambahan BB selama hamil  : 8 kg
Lila  : 25 cm
Usia Keluhan TFU Letak DJJ Data lain
gestasi janin/presentasi

27
30 Perdarahan 28 cm Presentasi + Punggung janin di
minggu pervaginam kepala. (12,11,12) bagian kanan (PUKA),
antepartum kepala belum masuk
dengan PAP.
pasenta
previa.
6. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga klien tidak memiliki riwayat penyakit yang menurun, seperti penyakit
jantung, paru, hipertensi, dan DM. Dalam keluarga, tidak ada anggota keluarga lain
yang pernah mengalami penyakit yang serupa dengan yang diderita oleh klien.
7. Pola kesehatan fungsional (menurut Gordon, Handerson/modifikasi)
a. Pola nutrisi
Sebelum masuk RS, klien dalam sehari makan 3x sehari dengan menghabiskan 1
porsi makan. Saat hamil ini terkadang klien merasa mual, sehingga klien kadang
makan tidak teratur yaitu 2x dalam sehari. Setalah klien masuk RS pola nutrisi
klien tidak banyak mengalami perubahan, yaitu klien tetap makan 3x sehari
dengan menghabiskan 1 porsi makan yang diberikan dari RS.
b. Pola eliminasi
Sebelum masuk RS pola eliminasi klien dalam hal BAB tidak ada masalah yaitu
dalam sehari klien BAB 1x sehari. Sedangkan elama hamil untuk BAK, klien
mengalami peningkatan frekuensi BAK, yaitu klien lebih sering BAK tetapi
dalam BAK tidak ada keluhan yang dapat mengganggu klien BAK. Setelah masuk
RS pola eliminasi (BAB dan BAK) klien tidak ada masalah yang dapat
mengganggu dalam proses BAB dan BAK klien.
c. Pola aktivitas, istirahat dan tidur
Saat dirumah, sebelum klien mengalami perdarahan dan masuk RS, aktivitas klien
sebagai ibu rumah tangga. Kegiatan hariannya hanya membersihkan rumah dan
mengurus suami saja. Namun setelah hamil aktivitas yang berat-berat saat
dirumah sudah dikurangi oleh klien. Dalam kesehariaanya klien tidur jam 21.00
malam dan bangun jam 04.00. terkadang klien tidur siang dan terkadang tidak.
Tidur siang biasanya lamanya 2 jam.
d. Pola kebersihan diri

28
Sebelum sakit klien bisa melakukan ADL secara mandiri, namun setelah sakit dan
dirawat di RS dalam memenuhi ADLnya klien memerlukan banuan minimal.
Dalam hal kebersihandiri, klien bisa melakukan kebersihan diri secara mandiri.
e. Pola reproduksi seksual:
Menstruasi pertama 12 tahun, lama siklus 7-8 hari, keputihan terkadang ada,
dismenore ada dan biasanya terjadi pada hari pertama dan kedua haid,
permasalahan dalam hubungan seksual tidak ada masalah, operasi pada alat
reproduksitidak pernah.
f. Aspek mental, intelektual, sosial, spiritual:
· Konsep diri:
 Identitas diri:
Klien adalah seorang wanita dengan umur 41 th, pernah hamil 3x, melahirkan
2x, abortus belum pernah. Pertama haid, klien berumur 12 tahun. Kondisi
genetalia klien normal tidak ada masalah.
 Harga diri:
Dalam kesehariannya klien sering berkumpul dengan tetangganya dirumah,
klien juga aktif mengikuti kegiatan yang diadakan dikampungnya yaitu seperti
arisan PKK, pengajian ibu-ibu, kerja bakti dll. Dalam berhubungan dengan
orang lain klien tidak pernah merasa minder atau malu.
 Intelektual (pengetahuan tentang penyakit yang diderita dan kesehatan
secara umum):
Menurut klien kesehatan itu merupakan hal yang sangat penting, sehingga
selama hamil klien selalu rutin memeriksakan kehamilannya di bidan praktek
yang ada di kampungnya. Namun saat klien mengalami perdarahan saat hamil
ini klien belum mengetahui secara jelasmengenai sakit yang dideritanya dan
klien belum paham mengenai penyebab sakit yang dialaminya sekarang.
 Hubungan interpersonal/sosial :
hubungan perkawinan, keluarga dan masyarakat:
Dalam beruhungan dengan anggota keluarga yang lain, hungungan dengan
masyarakat klien tidak ada masalah.
 Mekanisme koping individu :
Dalam mengatasi masalah yang sedang dihadapi sekarang klien berusaha
untuk sabar dan tegar menghadapi sakitnya ini, walaupun klien terkadang

29
merasa cemas dengan kondisi janin yang ada dalam rahimnya bila sering
terjadi perdarahan.

III. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum: tingkat kesadaran composmentis status gizi tidak ada masalah, gizi
tercukupi.
2. TTV:
- Suhu : 37,1 C
- Nadi : 84 x/mnt
- Tekanan darah : 100/70 mmHg
- Respirasi : 20 x/mnt.
3. Pemeriksaan head to to:
a. Kepala: kesan wajah (chloasma gravidarum) ada dibagian pipi, kondisi
rambut: rambut klien pendek berwarna hitam, kebersihan rambut agak kotor
karena selama masuk RS klien belum pernah keramas.
b. Mata: kebersihan bersih, discharge tidak ada, refleks terhadap cahayanormal,
konjuctiva normal yaitu tidak pucat, sclera normal yaitu warna sklera putih tidak
ada kemerahan.
c. Hidung: simetris, bersih, discharge tidak ada.
d. Telinga: bentuk normal, kebersihan bersih dan discharge tidak ada, fungsi
pendengaran normal.
e. Mulut dan tenggorokan: kemampuan bicara tidak terdapat masalah, klien dapat
bicara secara normal, kebersihan bersih, tidak ada sianosis, adakah deviasi tidak
ada.
f. Leher: peningkatan JVP tidak ada, tiroid: pembesaran kelenjar tiroid tidak ada.
g. Tengkuk: kaku kuduk tidak ada.
h. Dada: inspeksi bentuk dada simetris, retraksi dinding dada tidak ada,gerakan
nafas tidak ada usaha napas tambahan, palpasi suara napasvesikuler, suara ronkhi
dan wezing tidak ada, nyeri tekan tidak ada, perkusi bunyi paru dan batas jantung
dan paru perkusi paru sonor, batas antara jantung dan paru jelas, auskultasi suara
paru vesikuler, bunyi jantung (I, II, III) S1 > S2, irama jantung reguler, murmur
tidak ada, gallop tidak ada.

30
i. Payudara: bentuk simetris, ukurannya mulai membesar, kebersihan bersih,
aerola terjadi peningkatan pigmentasi, ASI belum keluar, kolostrumbelum keluar,
konsistnsi/massa tidak ada, putting: menonjol.
j. Abdomen: dinding perut supel, tidak ada pembesaran hati dan limpa, peristaltik
usus normal yaitu 12 x/mnt.
k. Punggung: vertebrae, ginjal dalam batas normal.
l. Panggul: normal
m. Genetalia wanita: edema vulva ada, varises ada, keputihan tidak ada,
kebersihan bersih, condiloma tidak ada, pembesaran kelenjar Bartolinitidak ada.
n. Anus dan rectum: pembesaran vena tidak ada, haemoroid tidak ada, massa tidak
ada.
o. Ekstremitas atas dan bawah: kelengkapan anggota gerak lengkap edemabagian
kedua kaki, tonus otot normal, varises ada, refleks: refleks patologis positif dan
refleks patologis negatif, turgor kulit baik
4. Pemeriksaan khusus obstetrik:
Dilakukan pemeriksaan USG abdomen dengan hasil:
a. Tampak janin tunggal hidup intrauteri
b. Tampak plasenta previa menutupi orifisium uteri interna dengan disertai gambaran
hipoekoik diantaranya.

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan urin lengkap
Pemeriksaan urin lengkap tidak dilakukan.
2. Pemeriksaan darah lengkap
a. Pemeriksaan darah lengkap
1) Hb = 9,1 gr/dL (L = 14-18, P = 13-16 gr/dL)
2) Leukosit = 8.000 / µL (5.000-10.000 / µL)
3) Ht = 28 % (L = 40-48, P = 37-43 %)
4) Eritrosit = 3,61 jt/ µL (L = 4,5 – 5,5 jt/ µL, P = 4-5 jt/ µL)
5) Trombosit = 179.000 / µL (150.000-400.000 / µL)
6) MCV = 77,8 fl (80-97 fl)
7) MCH = 25,2 pgr (26-32 pgr)
8) MCHC = 32,4 % (31-36 %)
b. Pemeriksaan hitung jenis
31
1) Basofil = 0 % (0-1 %)
2) Eosinofil = 1 % (1-4 %)
3) Batang = 0 % (2-5 %)
4) Segmen = 73 % (40-70 %)
5) Limfosit = 21 % (19-48 %)
6) Monosit = 5 % (3-9 %)
c. Faal hemostasis
1) PT = 13,8 dtk (10,8-14,4 dtk)
2) APTT = 29,7 dtk (24-36 dtk)

V. TERAPI
1. Vicillin 1x1 gr
2. Konservatif s/d aterm
3. Histolan tab 3x1
4. Dexametason 2x6 mg (2 hari)
5. Diit biasa

VI. PERSIAPAN PERSALINAN
 Senam hamil:
Tidak dilakukan.
 Rencana tempat melahirkan:
Klien berencana melahirkan di RS.
 Perlengkapan kebutuhan bayi:
Sudah dipersiapkan tetapi baru sedikit.
 Kesiapan mental ibu dan keluarga:
Ibu dan keluarga sudah siap mental untuk melahirkan karena ini sebelumnya klien
sudah pernah melahirkan 2x.
 Pengetahuan ibu tentang tanda-tanda melahirkan, cara menangani nyeri, proses
persalinan :
Ibu sudah mengetahui tanda-tanda saat akan melahirkan yaitu terjadi kontraksi di
bagian perut bawah, kontraksi makin lama makin kenceng. Keluar cairan ketuban saat
akan melahirkan. Menurut klien saat persalinan biasanya klien dibimbing oleh

32
perawat RS atau bidan tempat klien melahirkan untuk melakukan mengejan dan
pengaturan napas pada saat melahirkan. Tetapi klien belum mengetahui cara
menangani nyeri pada saat persalinan. Klien hanya mengetahui untuk mengurangi
nyeeri saat persalinan yaitu klien diberikan obat.
 Perawatan payudara:
selama kehamilan anak pertama dan ke dua, klien telah diajari cara melakukan
perawatan payudara agar ASI yang diberikan untuk bayi bisa keluar.

ANALISA DATA
Nama klien : Ny U
Ruang : Flamboyan
Tgl/jam Data Masalah Etiologi
16 DS: Gangguan Hipovolemia
Desembe · Klien mengatakan mengalami perdarahan sejak perfusi jaringan karena kehilangan
r 2019 tanggal 1 Juni 2018 mulai jam 01.30 WIB. (plasental) tidak darah
Jam · Klien mengatakan usia kehamilannya saat ini efektif. (perdarahan).
12.00 baru 30 minggu.
· Menurut klien, perdarahan pertama yang keluar
bentuknya bergumpal.
· Klien mengatakan saat ini perdarahan yang
keluar sudah agak berkurang dari pada kemarin.
DO:
· Hasil USG diperoleh gambaran plasenta previa
menutupi orifisium uteri interna dengan disertai
gambaran hipoekoik diantaranya.
· Hb 9,1 gr/dL
· Ht 28 %
· Eritrosit 3,61 jt/ µL
· Konjungtiva klien pucat
· Suhu 37,1 C, nadi 84 x/mnt, TD 100/70 mmHg,
RR 20 X/mnt.

33
16 DS: Cemas Perubahan yang
Desembe · Klien mengatakan terkadang merasa cemas menyertai
r 2019 dengan kondisi janin yang ada dalam rahimnya kehamilan.
Jam bila sering terjadi perdarahan.
12.00 · Klien mengatakan takut kalu mengalami
keguguran.
DO:
· Klien gelisah dan lebih sering diam.
· Klien lebih sering melamun.
16 DS: Kurang Keterbatasan
Desembe · Klien mengatakan kurang mengetahui tentang pengetahuan informasi
r 2019 kelainan kehamilan yang dialaminya. mengenai
Jam · Klien mengatakan ingin mengetahui lebih plasenta previa.
12.00 banyak mengenai kelainan dalam kehamilannya
saat ini.
DO:
· Klien bingung ketika di tanya mengenai
penyebab kelainan dalam kehamilannya saat ini.

Prioritas diagnosis keperawatan:


1. resiko infeksi b.d ketidak adekuatan pertahanan tubuh primer
2. nyeri akut b.d gen cedera fisik d.d mengeluh nyeri

34
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny U
Ruang : Flamboyan
Tgl/Jam Diagnosis Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan
Keperawatan Hasil
16 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan · Kaji penyebab terjadinya infeksi
Desembe keperawatan selama 1x24 · monitor TTV
r 2019 jam diharapkantidak ada · panatau bekas luka agar tidak terjadi
Jam tanda tanda infeski infeksi .
12.00 kriteria hasil:
· tidak ada demam
· tidak ada kemerahan
· ttidak ada bengkak
· 

16 nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan · Kaji tingkat nyeri dengan skala nyeri .
Desembe gen cedera keperawatan selama 1X24 · jelaskan teknik nonfarmakologis kepada
r 2019 fisik d.d jam, diharapkan nyeri pasien agar mampu menangani teknik
Jam mengeluh berkurang dengan kriteria tersebut saat pasien marasa nyeri .
12.00 nyeri hasil :
· keluhan nyeri berkurang

Nama Klien : Ny U
Ruang : Flamboyan

35
Tgl/Jam No Status perkembangan masalah klien Paraf
Dx &
Nama
16 1. S:
Desember 1. · Klien mengeluh sakit pada area perutnaya
2019 · Klien mengatakantubuhnya lemas
Jam 21.00 O:
17 · S = 38 C, N = 96 x/mnt, TD = 100/70 mmHg.
Desember · KU cukup.
2019 · Konjungtiva klien masih agak pucat.
Jam 14.00 · Posisi klien tidur/istirahat dengan posisi fowler/semi fowler.
A:
Masalah teratasi sebagian yang ditandai dengan KU klien cukup, kapiler refil
baik
P:
Lanjutkan intervensi:
· Observasi resiko infeksi
· Pantau tanda vital

16 2.
Desember 2. S:
2019 · pasien mengeluh nyeri pada perutnya
Jam 21.00 Pasien tidak dapat melakukan banyak aktivitas
17 O:
Desember · Ku klien cukup,
2019 · S = 38 C, N = 84 x/mnt, TD = 110/70 mmHg.
Jam 14.00 ·skala .nyeri 5
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
- lanjutkan intervensi
- lakukan kolaborasi pada tenaga medis lananya
- beri santalgesik

36
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Perdarahan antepartum merupakan suatu kejadian pathologis berupa perdarahan yang
terjadi pada umur kehamilan 28 minggu atau lebih. Perdarahan yang terjadi dapat dibedakan
menjadi 2 yaitu perdarahan yang ada hubungannya dengan kehamilan (plasenta previa,
solusio plasenta, pecahnya sinus marginalis, dan perdarahan vasa previa) dan perdarahan
yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan (pecahnya varises, perlukaan serviks,
keganasan serviks, dll). Perdarahan antepartum yang berhubungan dengan kehamilan harus
segera dilakukan tindakan agar tidak berakibat fatal bagi ibu dan janinnya. Sedangkan
perdarahan antepartum yang tidak berhubungan dengan kehamilan tidak membahayakan
janin tapi hanya memberatkan ibu.

4.2 SARAN
Sebagai seorang calon bidan kita harus mampu mendiagnosis dini kelainan atau
keabnormalan yang terjadi pada ibu masa antepartum, intrapartum maupun postpartum. Oleh
sebab itu kita harus memahami setiap gejala-gejala yang ditimbulkan dari keabnormalan yang
terjadi agar mampu mengambil keputusan secara cepat, tepat, dan efisien.
Secara khusus, seperti pembahasan dalam maklah ini yaitu tentang perdarahan
antepartum. Sebagai seorang bidan harus memahami apa saja perdarahan antepartum yang
bisa terjadi, gejal yang ditimbulkan, dan mampu memberikan asuhan yang tepat serta mampu
melakukan rujukan secara cepat apabila terjadi suatu kegawatan obstetris.

37
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba,IBG.,2010. Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan


Edisi 2. Jakarta: EGC.
Marilynn E. Doenges & Mary Frances Moorhouse. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi,
edisi kedua. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.
Sandra M. Nettina. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Penerbit buku kedokteran EGC.
Jakarta.
Sarwono, 1997, Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Hanafi Wiknjosastro. 2005. Ilmu Kebidanan. Yogyakarta: Yayasan Bina Pustaka. 
Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina

38

Anda mungkin juga menyukai