NOTULENSI PERESMIAN PEMBUKAAN KONSTRUKSI INDONESIA 2019
Periode Perjalanan Dinas : Rabu, 06 November 2019
Perjalanan Dinas : Indoor Hall B, Jakarta International Expo Jln. H. Benyamin Sueb, Jakarta Pusat, 10620 Nama Pelaksana Perjalanan Dinas : Aditya Pucangan, S.T. Christyelse Luciawaty Hutabarat, S. E. A. Muh. Imran Azhar Mangkona, S.T.
Kegiatan ini diselenggarakan untuk melakukan peresmian pembukaan konstruksi
Indonesia 2019 oleh Presiden RI, Bapak Ir. Joko Widodo. Agenda dari kegiatan tersebut terdiri dari penjelasan dari Bapak Suharso Monoarfa selaku Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan pidato peresmian dari Bapak Joko Widodo. Poin-poin penting yang disampaikan oleh Bapak Presiden Joko Widodo, antara lain :
1. Infrastruktur Indonesia jauh tertinggal dengan negara-negara tetangga. Sejak
tahun 1978-2014, Indonesia hanya membangun 780 km jalan tol. Dan dari tahun 2014-2019, Indonesia sudah memiliki ± 1500 km jalan tol; 2. Peringkat pembangunan infrastruktur Indonesia pada tahun 2018 berada pada urutan 52, naik 30 peringkat dibandingkan tahun 2010; 3. Selama lima tahun ke depan, pembangunan infrastruktur tetap menjadi prioritas selain mengutamakan pembangunan sumber daya manusia. Hal ini karena infrastruktur yang mendongkrak pertumbuhan ekonomi, memperbaiki daya saing dan logistik, dan membantu pemerataan pembangunan; 4. Pembangunan infrastruktur harus menciptakan lapangan kerja, menyerap produk- produk dalam negeri, meningkatkan kelas UKM yang juga akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia; 5. Ibu Kota Negara baru bukan hanya sebagai kota pemerintahan, tetapi juga sebagai kota bisnis yang bebas emisi yang menyediakan lapangan kerja yang berkelas. Ibu Kota Negara baru juga menyediakan suasana dan pelayanan yang berkualitas kelas dunia seperti pelayanan pendidikan dan kesehatan. 6. Pemindahan Ibu Kota Negara baru diharapkan tidak hanya memindahkan lokasi saja namun juga pindah sistem, pindah budaya kerja, dan juga pindah pola pikir. 7. Pembangunan Ibu Kota Negara hanya sebagian kecil dari kebutuhan pembangunan infrastruktur. Masih banyak infrastruktur yang harus dibangun sehingga proses pembangunan perlu dipercepat dan kuncinya ada di pembenahan manajemen rantai pasok konstruksi yang berkualitas, kesiapan SDM, tenaga ahli, peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga konstruksi yang harus dipercepat sertifikasinya sesuai dengan standart internasional. 8. Terkait pendanaan, pembangunan infrastruktur tidak mungkin tergantung sepenuhnya pada APBN. Karena itu, harus dikembangkan creative financing seperti KPBU (Kerja sama Pemerintah Dengan Badan Usaha), PPP (Public Private Partnership), PINA (Pembiayaan Investasi Non-Anggaran Pemerintah), dll. 9. Prioritas pendanaan diberikan kepada pihak swasta termasuk para pengusaha lokal untuk terlibat dalam pembangunan infrastruktur. Sedangkan untuk daerah yang tingkat IRR (Internal Rate of Return) rendah, BUMN atau pemerintah yang akan menangani. Dengan kerja sama dan semangat kolaboratif, Indonesia akan mampu mengejar ketertinggalan pembangunan infrastruktur.