Anda di halaman 1dari 25

PRAKTIKUM PENGOLAHAN SINYAL DIGITAL

JOB II : DISCRETE-TIME SIGNALS

DISUSUN OLEH :

ANDI ELISTIANA
42219031
3B TRJT

PRODI D4 TEKNOLOGI REKAYASA JARINGAN TELEKOMUNIKASI

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG


2021

I. TUJUAN
Mahasiswa dapat membangkitkan beberapa jenis sinyal dasar yang banyak digunakan
dalam analisa Sinyal dan Sistem.

II. DASAR TEORI


2.1 Sinyal
Sinyal merupakan sebuah fungsi yang berisi informasi mengenai keadaan tingkah
laku dari sebuah sistem secara fisik. Meskipun sinyal dapat diwujudkan dalam
beberapa cara, dalam berbagai kasus, informasi terdiri dari sebuah pola dari
beberapa bentuk yang bervariasi. Sebagai contoh sinyal mungkin berbentuk sebuah
pola dari banyak variasi waktu atau sebagian saja. Secara matematis, sinyal
merupakan fungsi dari satu atau lebih variable yang berdiri sendiri (independent
variable). Sebagai contoh, sinyal suara akan dinyatakan secara matematis oleh
tekanan akustik sebagai fungsi waktu dan sebuah gambar dinyatakan sebagai fungsi
ke-terang-an (brightness) dari dua variable ruang (spatial).
Gambar 1. Contoh sinyal audio Modul 2 Praktikum Sinyal dan Sistem
Pembangkitan Sinyal

Secara umum, variable yang berdiri sendiri (independent) secara matematis


diwujudkan dalam fungsi waktu, meskipun sebenarnya tidak menunjukkan waktu.
Terdapat 2 tipe dasar sinyal, yaitu:

1. Sinyal waktu kontinyu (continous-time signal)

2. Sinyal waktu diskrit (discrete-time signal)

Pada sinyal kontinyu, variable independent (yang berdiri sendiri) terjadi terus-
menerus dan kemudian sinyal dinyatakan sebagai sebuah kesatuan nilai dari variable
independent. Sebaliknya, sinyal diskrit hanya menyatakan waktu diskrit dan
mengakibatkan variabel independent hanya merupakan himpunan nilai diskrit.

Fungsi sinyal dinyatakan sebagai x dengan untuk menyertakan variable dalam


tanda (.). Untuk membedakan antara sinyal waktu kontinyu dengan sinyak waktu
diskrit kita menggunakan symbol t untuk menyatakan variable kontinyu dan symbol
n untuk menyatakan variable diskrit. Sebagai contoh sinyal waktu kontinyu
dinyatakan dengan fungsi x(t) dan sinyal waktu diskrit dinyatakan dengan fungsi x(n).
Sinyal waktu diskrit hanya menyatakan nilai integer dari variable independent.

2.2 Sinyal Waktu Kontinyu


Suatu sinyal x(t) dikatakan sebagai sinyal waktu-kontinyu atau sinyal analog
ketika dia memiliki nilai real pada keseluruhan rentang waktu t yang ditempatinya.
Sinyal waktu kontinyu dapat didefinisikan dengan persamaan matematis sebagai
berikut.

Fungsi Step dan Fungsi Ramp (tanjak)

Dua contoh sederhana pada sinyal kontinyu yang memiliki fungsi step dan fungsi ramp
(tanjak) dapat diberikan seperti pada Gambar 2a. Sebuah fungsi step dapat diwakili
dengan suatu bentuk matematis sebagai:

Disini tangga satuan (step) memiliki arti bahwa amplitudo pada u(t) bernilai 1 untuk
semua t > 0.
Gambar 2. Fungsi step dan fungsi ramp sinyal

Untuk suatu sinyal waktu-kontinyu x(t), hasil kali x(t)u(t) sebanding dengan x(t)
untuk t > 0 dan sebanding dengan nol untuk t < 0. Perkalian pada sinyal x(t) dengan
sinyal u(t) mengeliminasi suatu nilai non-zero(bukan nol) pada x(t) untuk nilai t < 0.
Fungsi ramp (tanjak) r(t) didefinisikan secara matematis sebagai:

Catatan bahwa untuk t > 0, slope (kemiringan) pada r(t) adalah senilai 1. Sehingga pada
kasus ini r(t) merupakan “unit slope”, yang mana merupakan alasan bagi r(t) untuk
dapat disebut sebagai unit-ramp function. Jika ada variable K sedemikian hingga
membentuk Kr(t), maka slope yang dimilikinya adalah K untuk t > 0. Suatu fungsi ramp
diberikan pada Gambar 2b.

Sinyal Periodik

Ditetapkan T sebagai suatu nilai real positif. Suatu sinyal waktu kontinyu x(t) dikatakan
periodik terhadap waktu dengan periode T jika

Sebagai catatan, jika x(t) merupakan periodik pada periode T, ini juga periodik dengan
qT, dimana q merupakan nilai integer positif. Periode fundamental merupakan nilai
positif terkecil T untuk persamaan (5). Suatu contoh, sinyal periodik memiliki persamaan
seperti berikut

Disini A adalah amplitudo, ω adalah frekuensi dalam radian per detik (rad/detik), dan 
adalah fase dalam radian. Frekuensi f dalam hertz (Hz) atau siklus per detik adalah
sebesar f = ω/2π. Untuk melihat bahwa fungsi sinusoida yang diberikan dalam
persamaan (5) adalah fungsi periodik, untuk nilai pada variable waktu t, maka:
Sedemikian hingga fungsi sinusoida merupakan fungsi periodik dengan periode 2π/ω,
nilai ini selanjutnya dikenal sebagai periode fundamentalnya. Sebuah sinyal dengan
fungsi sinusoida () ( )

Gambar 3. Sinyal Periodik Sinusoidal

2.3 Sinyal waktu diskrit


Pada teori system diskrit, lebih ditekankan pada pemrosesan sinyal sequensial (deret). Pada
sejumlah nilai x, dimana nilai yang ke-x pada deret x(n) akan dituliskan secara formal
sebagai:

Dalam hal ini x(n) menyatakan nilai yang ke-n dari suatu deret, persamaan (7) biasanya tidak
disarankan untuk dipakai dan selanjutnya sinyal diskrit diberikan seperti Gambar (4).
Meskipun absis digambar sebagai garis yang kontinyu, sangat penting untuk menyatakan
bahwa x(n) hanya merupakan nilai dari n. Fungsi x(n) tidak bernilai nol untuk n yang bukan
integer; x(n) secara sederhana bukan merupakan bilangan selain integer dari n.
Gambar 4. Grafik sebuah sinyal diskrit

Sinyal waktu diskrit mempunyai beberapa fungsi dasar seperti berikut:

- Sekuen Impuls

Gambar 5. Sinyal impuls

Deret unit sample (unit-sampel sequence), δ(n), dinyatakan sebagai deret dengan
nilai:

Deret unit sample mempunyai aturan yang sama untuk sinyal diskrit dan system
dnegan fungsi impuls pada sinyal kontinyu dan system. Deret unit sample biasanya
disebut dengan impuls diskrit (discretetime impuls), atau disingkat impuls (impulse)
- Sekuen Step
Deret unit step (unit-step sequence), u(n), mempunyai nilai:

Unit step dihubungkan dengan unit sample sebagai:

Unit sample juga dapat dihubungkan dengan unit step sebagai:

Gambar 6. Sekuen Step

- Sinus Diskrit
Deret eksponensial real adalah deret yang nilainya berbentuk a n, dimana a
adalah nilai real. Deret sinusoidal mempunyai nilai berbentuk ( ).
Gambar 7. Sinyal sinus diskrit

Deret y(n) dinyatakan berkalai (periodik) dengan nilai periode N apabila


y(n) = y(n+N) untuk semua n. Deret sinuosuidal mempunyai periode
2π/ hanya pada saat nilai real ini berupa berupa bilangan integer. Parameter
ω0 akan dinyatakan sebagai frekuensi dari sinusoidal atau eksponensial
kompleks meskipun deret ini periodik atau tidak. Frekuensi
dapat dipilih dari nilai jangkauan kontinyu. Sehingga jangkauannya adalah 0 <
<2π (atau -π< < π) karena deret sinusoidal atau eksponensial kompleks
didapatkan dari nilai ω0 yang bervariasi dalam jangkauan 2πk < < 2π(k+1)
identic untuk semua k sehingga didapatkan yang bervariasi dalam jangkauan
0< < 2π.

III. PERANGKAT YANG DIPERLUKAN


1. (satu) buah PC dengan sound card dan OS Windows.
2. Program aplikasi MATLAB.

IV. LANGKAH PERCOBAAN


4.1 Pembangkitan Sinyal Waktu Kontinyu Sinusoida
1. Generate sebuah sinyal sinusoidal dengan program sebagai berikut:
Fs=100;
t=(1:100)/Fs;
s1=sin(2*pi*t*5);
plot(t,s1)

Gambar 8. Contoh sinyal sinus

Sinyal yang digenerate adalah sebuah sinus dengan amplitudo Amp = 1,


frekuensi f = 5Hz dan fase awal =0. Diharapkan anda sudah mengetahui tiga
parameter dasar pada sinyal sinus ini. Untuk lebih memahami coba lanjutkan
dengan langkah berikut.

2. Lakukan perubahan pada nilai s1:


s1=sin(2*pi*t*10); Dan perhatikan apa yang terjadi, kemudian ulangi untuk
mengganti angka 10 dengan 15, dan 20. Perhatikan apa yang terjadi.
3. Coba anda edit kembali program anda sehingga bentuknya persis seperti pada
langkah 1, kemudian lanjutkan dengan melakukan perubahan pada nilai
amplitudo, sehingga bentuk perintah pada s1 menjadi:
s1=2*sin(2*pi*t*5);
Coba perhatikan apa yang terjadi? Lanjutkan dengan merubah nilai amplitudo
menjadi 4, 5, 6,… sampai 20. Apa pengaruh perubahan amplitudo pada bentuk
sinyal sinus?
4. Kembalikan program anda sehingga menjadi seperti pada langkah pertama.
Sekarang coba anda lakukan sedikit perubahan sehingga perintah pada s1
menjadi: s1=2*sin(2*pi*t*5 + pi/2); Coba anda perhatikan, apa yang terjadi? Apa
yang baru saja anda lakukan adalah merubah nilai fase awal sebuah sinyal dalam
hal ini nilai  = π/ 2 = 90o . Sekarang lanjutkan langkah anda dengan merubah
nilai fase awal menjadi 45o , 120o , 180o , dan 225o . Amati bentuk sinyal sinus
terbangkit, dan catat hasilnya.

4.2 Pembangkitan Sinyal Persegi


Generate sebuah sinyal persegi dengan karakteristik frekuensi dan amplitudo yang sama
dengan sinyal sinus dengan langkah berikut ini:
1. Buat sebuah file baru dan beri nama coba_kotak.m kemudian buat program seperti
berikut ini.
Fs=100;
t=(1:100)/Fs;
s1=SQUARE(2*pi*5*t);
plot(t,s1,'linewidth',2)
axis([0 1 -1.2 1.2])
Gambar 9. Contoh Sinyal Persegi

Dari gambar 9 anda dapat melihat sebuah sinyal persegi dengan amplitudo
senilai 1 dan frekuensinya sebesar 5 Hz.
2. Coba anda lakukan satu perubahan dalam hal ini nilai frekuensinya anda rubah
menjadi 10 Hz, 15 Hz, dan 20 Hz. Apa yang anda dapatkan?
3. Kembalikan bentuk program menjadi seperti pada langkah pertama, Sekarang

coba anda rubah nilai fase awal menjadi menjadi 45o , 120o , 180o , dan 225o .
Amati dan catat apa yang terjadi dengan sinyal persegi terbangkit.

4.3 Pembangkitan Sinyal Waktu Diskrit, Sekuen Konstan


Disini akan kita lakukan pembangkitan sinyal waktu diskrit. Sebagai langkah awal kita
mulai dengan membangkitkan sebuah sekuenunit step. Sesuai dengan namanya,
unit step berarti nilainya adalah satu satuan. Untuk itu anda ikuti langkah berikut ini.
1. Buat program baru dan anda ketikkan perintah seperti berikut:

%File Name: SS1_3.m


%Pembangkitan Unit Step Sekuen
L=input('Panjang Gelombang (>=40)=' )
P=input('Panjang Sekuen =' )
for n=1:L
if (n>=P)
step(n)=1;
else
step(n)=0;
end
end x=1:L;
stem(x,step)

Gambar 10. Contoh sekuen step terbangkit

2. Ulangi langkah pertama dengan cara me-run program anda dan masukan nilai
untuk panjang gelombang dan panjang sekuen yang berbeda-beda. Catat apa
yang terjadi?

4.4 Pembangkitan Sinyal Waktu Diskrit, Sekuen Pulsa


Generate sebuah sinyal waktu diskrit berbentuk sekuen pulsa, dengan langkah
berikut ini:
1. Buat program baru dengan perintah berikut ini.
%File Name: SS1_5.m
%Pembangkitan Sekuen Pulsa
L=input('Panjang Gelombang (>=40)=' )
P=input('Posisi Pulsa =' )
for n=1:L
if (n==P)
step(n)=1;
else
step(n)=0;
end
end
x=1:L;
stem(x,step)
axis([0 L -.1 1.2])

Gambar 11. Contoh sekuen pulsa terbangkit


2. Jalankan program di atas berulang-ulang dengan catatan nilai L dan P dirubah-

subah sesuai kehendak anda, perhatikan apa yang terjadi? Catat apa yang anda
lihat.
4.5 Pembentukan Sinyal Sinus Waktu Diskrit
Pada bagian ini kita akan membuat sebuah sinyal sinus diskrit. Secara umum sifat
dasarnya memiliki kemiripan dengan sinus waktu kontinyu. Untuk itu ikuti langkah
berikut:
1. Buat program baru dengan perintah seperti berikut.

%sin_dikrit1.m
Fs=20;%frekuensi sampling
t=(0:Fs-1)/Fs;%proses normalisasi
s1=sin(2*pi*t*2);
stem(t,s1)
axis([0 1 -1.2 1.2])

Gambar 12. Contoh sinyal sinus diskrit

2. Lakukan perubahan pada nilai Fs, sehingga bernilai 30, 40, 50, 60, 70, dan 80.

Catat apa yang terjadi?


3. Lakukan hal yang sama untuk nilai Fs 18, 15, 12, 10, dan 8. Catat apa yang

terjadi?
4.6 Pembentukan Sinyal Dengan memanfaatkan file*.wav
Kita mulai bermain dengan file *.wav. Dalam hal ini kita lakukan pemanggilan sinyal
audio yang ada dalam hardisk kita. Langkah yang kita lakukan adalah seperti berikut:
1. Anda buat file kuat_1.m seperti berikut

%File Name: kuat_1.m


%Description: how to read and play a wav file
y1=wavread('audio3.wav');
Fs=10000;
wavplay(y1,Fs,'async') % Memainkan audio sinyal asli
2. Cobalah untuk menampilkan file audio yang telah anda panggil dalam bentuk
grafik sebagai fungsi waktu. Perhatikan bentuk tampilan yang anda lihat. Apa
yang anda catat dari hasil yang telah anda dapatkan tsb?

V. DATA
1. Pembangkitan Sinyal Waktu Kontinyu Sinusoida
 s1=sin(2*pi*t*5); s1=sin(2*pi*t*10);

s1=sin(2*pi*t*15); s1=sin(2*pi*t*20);
 s1=2*sin(2*pi*t*5); s1=4*sin(2*pi*t*5);

 s1=5*sin(2*pi*t*5); s1=6*sin(2*pi*t*5);

 90o 45o
 120o 180o

 225o

2. Pembangkitan Sinyal Persegi


 F = 5 KHz F = 10 KHz
F = 20 KHz F = 15 KHz

 450 1200

180o 225o
3. Pembangkitan Sinyal Waktu Diskrit, Sekuen Konstan
 Panjang gelombang : 50 Panjang gelombang : 60
Panjang sekuen : 10 Panjang sekuen : 30

4. Pembangkitan Sinyal Waktu Diskrit, Sekuen Pulsa


 Panjang Gelombang : 70 Panjang Gelombang : 50
Panjang Pulsa :9 Panjang Pulsa : 15
5. Pembentukan Sinyal Sinus waktu Diskrit
 Fs = 20 Fs = 30

Fs = 40 Fs = 50

Fs = 60 Fs = 70

Fs = 80 Fs = 18
Fs = 15 Fs = 12

Fs = 10 Fs = 8

VI. ANALISA
Matlab sebagai bahasa pemrograman level tinggi yang dikhususkan untuk
kebutuhan komputasi teknis, visualisasi dan pemrograman seperti komputasi
matematik, analisis data, pengembangan algoritma, simulasi dan pemodelan dan grafik-
grafik perhitungan. Dalam lingkungan teknik, Matlab sebagai perangkat standar untuk
memperkenalkan dan mengembangkan penyajian materi matematika, rekayasa dan
keilmuan. Maka dalam percobaan ini ,dilakukan untuk mencoba mengetahui naskah
dengan menghasilkan hasil kerja mathlab. Dengan hal tersebut , terdapat beberapa
melakukan suatu percobaan diantara lain :
1. Percobaan pertama merupakan gambar sinyal sinusiodal salah satunya dijelaskan
yakni pada hasil gambar pertama. Dengan hal tersebut, nilai frekuensi sebesar 5 Hz,
amplitudo = 1, dan fase awal = 0. Maka periode dari satu gelombang diperoleh dari
keterbalikan dari fungsi waktu dengan memperoleh nilai 0,2. Hal tersebut dapat
diartikan bahwa dalam satu gelombang dimiliki suatu periode selama 0,2 detik.
Untuk selang waktu 1 detik,maka gelombang yang dihasilkan sebesar 5 gelombang.
Maka dengan hal ini, dengan nilai frekuensi yang diberikan makin membesar akan
memengaruhi periode waktu dengan jumlah banyak suatu gelombang dalam selang
waktu kerja tertentu.
Maka dengan hal tersebut , dilakukan mencoba perhitungan yang lain dengan
penggantian nilai frekuensi yaitu sebesar 10 Hz, 15 Hz dan 20 Hz sementara nilai dari
amplitudo, selang waktu dan fase tetap (tidak diubah). Maka akan semakin besar
nilai frekuensi yang diberikan, maka sinyal keluaran akan semakin rapat.
2. Pada hasil percobaan kedua yang dapat diambil suatu persamaan, nilai frekuensi 5
Hz dengan amplitudo 1 detik dan berfase awal sebesar 0° yang memiliki bentuk
keluaran gelombang berupa gelombang kotak. Pada axis([xmin xmax ymin y max])
ini digunakan untuk menetapkan suatu batasan terhadap sumbu x dan y. Maka pada
persamaan tersebut, nilai xmin=0, ymin=-1.2 dan ymax=1.2. Untuk menentukan
perbedaan, dilakukan penggantian nilai frekuensi yakni 10,15,20 Hz seperti pada
gambar, ini memiliki nilai amplitudo 1 dengan nilai fase 0. Dapat diartikan bahwa
semakin nilai frekuensi yang diberikan akan memengaruhi kerapatan keluaran sinyal
yang semakin rapat. Dengan hal yang lain, pada fungsi 'linewidth'yang merupakan
fungsi pengatur ketebalan garis dengan diberikan nilai apabila semakin besar angka
yang digunakan, maka garis akan semakin tebal.
3. Percobaan ketiga adalah pembangkitan sinyal waktu diskrit yang berbentuk sekuen
konstan. Di dalam program terdapat pendefinisian nilai L dan P. L disini adalah
inputan untuk panjang gelombang, sedangkan P adalah inputan untuk posisi pulsa..
Nilai n sangat bergantung dengan besar nilai P yang diinputkan, karena n adalah
panjang sekuennya. Dalam program saya menginputkan L sebanyak 50 dan P adalah
10. Hasilnya adalah panjang gelombang maksimum adalah 50 (sesuai dengan
inputan yang saya masukkan), sedangkan ketika n=0, panjang gelombangnya adalah
0 sampai 9. Ketika n=1, maka panjang gelombangnya adalah 10 hingga 50. Step yang
berlaku adalah per satu satuan. Karena stepnya bernilai 1, maka baik L maupun P
harus bernilai genap. Apabila nilai L yang dimasukkan adalah 45 atau bilangan ganjil
lainnya, maka program tidak dapat dijalankan atau terjadi error.
4. Percobaan selanjutnya yaitu pembangkitan sinyal waktu diskrit berbentuk sekuen
pulsa. Yang membedakan program ini dengan program sebelumnya adalah n==P.
jadi, hanya ada satu nilai saja yang akan muncul sebagai posisi pulsa berdasarkan
inputan P nya. Jadi, P akan menjadi posisi dimana n berada dan bernilai 1, selain itu
nilainya adalah nol. Ketika saya menginputkan P=15, maka sekuen pulsa yang
bernilai 1 berada di titik 15 saja. Dan ketika saya memasukkan P=70 pada kondisi
L=100, maka sekuen pulsa yang bernilai 1 adalah pada tititk 70. Di program sudah
didefinisikan nilai L >= 40, jadi apabila menginputkan dibawah 40 akan terjadi error.
5. Selanjutnya pembangkitan Sinyal sinus waktu diskrit. Ketika Fs didefinisikan 20,
maka jumlah titik gelombang yang akan muncul adalah sebanyak 20 titik dalam
waktu 1s. karena frekuensi yang digunakan adalah 2 Hz pada t=1s, maka jumlah
gelombangnya adalah 2. Sedangkan ketika Fs=50, gelombang akan terbagi menjadi
50 diskrit pada gelombang yang berfrekuensi 2 Hz (karena frekuensi yang digunakan
dalam persamaan adalah 2 Hz).

VII. KESIMPULAN
 Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat berbagai
program untuk membangkitkan sinyal
1. Pembangkitan Sinyal Waktu Kontinyu Sinusoida
2. Pembangkitan Sinyal Persegi
3. Pembangkitan Sinyal Waktu Diskrit, Sekuen Konstan
4. Pembangkitan Sinyal Waktu Diskrit, Sekuen Pulsa
5. Pembentukan Sinyal Sinus waktu Diskrit
6. Pembangkitan Sinyal Dengan memanfaatkan file *.wav
 Sinyal kontinu dapat menentukan bahwa apabila semakin besar nilai frekuensi yang
dipakai akan memengaruhi kerapatan sinyal yang dikerjakan. Dengan semakin tinggi
frekuensi maka sinyal akan semakin rapat.
 Pada langkah sekuen, nilai sinyalnya memiliki satu kesatuan. Pada sekuen pulsa,
sinyal yang muncul sesuai dengan nilai posisi pulsa.
 Pada sinyal sinus waktu diskrit, dipengaruhi oleh besarnya nilai frekuensi. Semakin
besar nilai frekuensi maka semakin jelas sinyal sinus yang dibangkitkan.
 Pada sinyal sekuen konstan, sinyal yang dibangkitkan pada percobaan adalah
konstan.
 Pada sekuen persegi, sinyal yang dibangkitkan adalah berbentuk deret persegi. Dan
sinyal yang dibangkitkan menyesuaikan nilai lebar dan panjangnya.

Anda mungkin juga menyukai