Anda di halaman 1dari 23

TUGAS ANALISIS SPEKTROMETRI

OLEH:

DITHA FEBBY HANDAYANI (1703051006)

PROGRAM STUDI D3 ANALIS KIMIA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2019
A. Sejarah Spektrometri Massa
Pada tahun 1886, Eugen Goldstein mengamati sinar dari gas yang berpendar pada
tekanan rendah ketika dialiri arus listrik yang berpindah dari anoda ke katoda.
Sinar ini berbeda dengan arah muatan negatif sinar katoda (yang berpindah dari
katoda ke anoda) sehingga Goldstein menyebutnya dengan muatan positif sinar
anoda atau “kanalstraklen“, dalam bahasa inggris disebut ‘canal rays‘. Kemudian,
Wilhelm Wien menemukan bahwa medan listrik dan medan magnet yang kuat
membelokkan dapat membelokkan canal rays tersebut. Oleh karena itu pada tahun
1899, dikonstruksikanlah sebuah instrumen madan magnet dan medan listrik
parallel yang dapat memisahkan sinar positif berdasarkan perbandingan muatan
per massa (Q/M). Wien menemukan bahwa rasio muatan per massa bergantung
pada sifat gas dalam tabung tidak bermuatan tersebut, keberhasilan pemisahan
terebut digambarkan pada sebuah spectrograph massa atau spektroskopi massa.
Aplikasi pertama dari spektrometri massa adalah untuk menganalis asam amino
dan peptide di laporkan tahun 1958. Teknik modern dari spektrometri massa
dikembangkan oleh Arthur Jeffrey Dempster dan F.W Aston pada tahun 1918 dan
1919. Tahun 1989 Hains Dehmelt dan Wilfgang Paul memperoleh nobel dalam
bidang fisika untuk pengembangan instrument ini. Hadiah nobel dalam bidang
kimia di peroleh John Bennett Fenn untuk pengembangan electrospray ionization
(ESI) dan Koichi Tanaka untuk pengembangan Soft Laser Desorption (SLD) dan
aplikasinya pada ionisasi makromolekul biologi seperti protein.
Kata spectrograph telah di gunakan sejak tahun 1884 sebagai “International
Scientific Vocabulary“. Akar katanya adalah gabungan dari spektrum dan photo-
graph-ic. Peralatan spektroskop di gunakan untuk mengukur rasio massa atau
muatan disebut massa spektroskopi terdiri dari instrument yang dapat merekam
nilai spectrum masa pada sebuah plat photographic.
Spektroskopi massa yang meggunakan layar phosphor dapat diganti dengan
oscilloscope agar dapat memberikan penerangan secara langsung. Pengguanaan
istilah spektroscopy massa tidak begitu cocok karena dapat salah arti jika
dibandingkan dengan alat spectroscopy pada umumnya, oleh karena itu sekarang
di gunakan istilah spektrometri massa yang di singkat mass-spsec (MS).
Setelah PD I berakhir, Aston kembali pada studinya di Cavendish, kini berfokus
pada isotop. Pada 1919, Aston membuat sumbangan terpentingnya pada ilmu
atom dengan penemuan spektograf massa. Alat itu bisa memisahkan isotop
dengan mengukur perbedaan menit dalam massanya. Menggunakan spektograf
massa, Aston berhasil mengenali 212 isotop yang ada. Penemuan juga
mendorongnya merencanakan Aturan Bilangan Murninya yang terkenal yang
menyatakan, "massa isotop oksigen yang ditetapkan, semua isotop lainnya
memiliki massa yang hampir semuanya bilangan murni." Aturan itu penting untuk
pengembangan ke depan pada teknologi energi atom. Untuk pencapaiannya dalam
studi isotop unsur non-radioaktif menggunakan spektograf massa, Aston
dianugerahi Penghargaan Nobel dalam Kimia pada 1922.
Spektroskopi massa adalah suatu instrument yang dapat menyeleksi molekul-
molekul gas bermuatan berdasarkan massa atau beratnya. Teknik ini tidak dapat
dilakukan dengan spekstroskopi, akan tetapi nama spektroskopi dipilih
disebabkan persamaannya dengan pencatat fotografi dan spectrum garis optic.
Umumnya spectrum massa diperoleh dengan mengubah senyawa suatu sample
menjadi ion-ion yang bergerak cepat yang dipisahkan berdasarkan perbandingan
massa terhadap muatan.
Proses ionisasi menghasilkan partikel-partikel bermuatan positif, dimana massa
terdistribusi adalah spesifik terhadap senyawa induk. Selain untuk penentuan
stuktur molekul, spektum massa dipakai untuk penentuan analisis kuantitatif. Jika
didapat data IR dan NMR yang cukup lengkap, maka spektroskopi massa ini
dapat digunakan untuk konfirmasi dengan memperhatikan bobot molekul dan
kemungkinan rumus strukturnya.
B. Bagian-Bagian Spektrometri Massa
Secara umum spektroskopi massa terdiri dari tiga bagian penting, yaitu tempat
pengionan sampel, pemisahan ion, dan deteksi ion yang terbentuk. Sampel
dimasukan kedalam chamber, diuapkan dengan menaikkan temperatur chamber,
ditembak dengan elektron berenergi tinggi, ion fragmen yang terbentuk dipercepat
dan dipisahkan dalam medan magnet, kemudian dideteksi dengan detektor.
Seiring dengan berkembangnya teknologi, masing-masing bagian telah
mengalami perubahan untuk meningkatkan kemudahan dalam penggunaan dan
kemampuan alat dalam menganalisa. Saat ini, spektroskopi massa biasanya
digunakan secara mandiri dalam analisa sampel atau digunakan bersama-sama
dengan alat lain, seperti dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (HPLC),
Kromatografi Gas (GC), Electroforesis Kapiler (CE) sehingga dikenal istilah
HPLC-MS, GC-MS, dan CE-MS. HPLC, GC, atau CE berperan untuk
memisahkan campuran sampel, yang selanjutkan setiap komponen yang sudah
terpisah akan dianalisa satu persatu dalam MS.
Komponen MS:
1. Teknologi sumber ion Sumber ion adalah bagian MS yang berfungsi untuk
mengionkan material analit. Ion kemudian di transfer oleh medan listrik dan
medan magnet ke massa analizer. Karena ion sangat reaktif dan massa
hidupnya singkat, pembentukan dan pemanipulasian harus di lakukan di
ruang vacum, tekanan atmosfer sekitar 760 toor. Tekanan ion dapat di
gunakan sekitar 10 sampai 10 torr. Pada umumnya, ionisasi di pengaruhi oleh
energy sinar yang tinggi dari electron, dan pemisahan electron di capai
dengan meningkatkan dan memfokuskan sinar ion, yang kemudian di
bengkokkan oleh medan magnet eksternal. Ion –ion kamudian di deteksi
sehingga menghasilkan informasi dan di analisis dalam computer. Jantung
spectometer adalah sumber ion (gambar 2), disini molekul sample (titik
hitam) di hancurkan oleh electron (garis biru) dikeluarkan dari filaman panas.
Ini disebut sumbar EI (electron-impact). Gas dan sampel volatil padatan dan
cairan non volatil dapat di hubungkan secara lansung. Cation dibentuk oleh
pembom electron (titik merah) yang di dorong oleh plat repeller lain,
mempunyai celah yang berbanding terbalik dengan massa tiap-tiap ion. Ion
berat di belokkan lebih sulit dangan memvariasikan medan magnet, ion yang
mempunyai massa berbeda dapat difokuskan untuk di lanjutkan ke defector.
Gambar 3: Proses pengionan sampel
Ketika electron berenergi tinggi bertumbukan dengan molekul analit akan
terjadi ionisasi dengan mengetuk salah satu electron molekul (electron ikatan
dan non ikatan). Ini meninggalkan ion molekul (berwarna merah gambar 3 ).
Energy yang tersisa dari tumbukan dapat menyebapkan ion molekul terbagi
menjadi bagian neutron (warna hijau) dan bagian ion yang lebih kecil (warna
pink dan orange). Ion molekul adalah kation bebas, tetapi fragmen ion dapat
berupa kation bebas (pink) atau karbokation (orange) bergantung pada sifat
neutron.

Gambar 4: Fragmen – fragmen analit saat diionisasikan

Teknik ionisasi adalah kunci menentukan apakah tipe sampel yang dapat
dianalisis oleh MS. Ionisasi electron dan ionisasi kimia digunakan untuk gas
dan uap. Dalam sumber ionisasi kimia, analit di ionisasikan oleh reaksi ion-
molekul selama tumbuhan dan dua teknik yang ini sering digunakan pada
sampel cairan atau padatan biologis meliputi ionisasi electrospray (di
kembangkan oleh John Fenn) dan matrix-assisted laser desorption / ionization
(MAIDI di kembangkan oleh K. Tanaka). Inductively Couple Plasma (ICP),
sumber yang digunakan untuk menganalisis kation. Plasma keseluruhannya
adalah listrik netral, tetapi punya fraksi atom yang terionisasi oleh
temperature tinggi, digunakan untuk mengatokan molekul sampel selanjutnya
memotong electron terluar dari atom ini. Plasma biasanya dihasilkan dari gas
argon, energy ionisasi pertama gas argon lebih tinggi dari ite, O.F dan Nc,
tetapi lebih rendah dari energy ionisasi kedua untuk semua unsure kecuali
arus logam frekuensi yag melewati coil sekeliling plasma.
2. Teknologi Penganalisis Massa ( Mass Analyzer )
Mass Analzer memisahkan ion berdasarkan perbandingan massa dengan
muatan. Dua hukum dinamika muatan partikel dalam medan magnet dan
medan listrik dalam vakum
F = Q (E+V+B) hukum Lorentz
F = ma (Hukum kedua neoton pada kasus non relative vistik, kecepatan ion
lebih rendah dari kecepatan cahaya)
F adalah gaya yang dipilih untuk ion,
m=massa ion
A= percepatan ion
Q= muatan ion
E= medan listrik V X B vector kecepatan ion dan medan magnet Persamaan
disederhanakan (M/Q) a = E+V x B
Banyak massa analyzer yang dapat digunakan di antaranya:
a. Sector Sector field mass analyzer manggunakan medan magnet dan medan
listrik untuk meningkatkan kecepatan partikel bermuatan dan mengukur
berdasarkan rasio massa atau muatan.
b. Time-of-flight Menggunakan medan listrik untuk meningkatkan kecepatan
ion-ion melalui pokusial sama, dan mengukur waktu yang di perlukan
untuk mensapai defaktor. Jika partikel mempunyai muatan sama, energy
kinetik sama dan kecepatan akan bergantung pada massa nya. Ion ringan
akan mencapai defaktor terlebih dahulu.
c. Quadrupole mass filter Menggunakan madan listrik yang bergerak-gerak
untuk menstabilkan ion yang melewati medan rasio frekuensi (rf)
quadrupole di buat 4 tangkai parallel. Hanya ion dalam batas mass atau
muatan tertentu, tetapi nilai potensial terhadap muatan di biarkan tersapu
dengan cepat. Quadrupole pertama bertindak sebagai massa filter dan
quadrupole ke dua bertindak sebagai sel penumbuk dimana ion di pecah
menjadi fragmen-fragmen. Fragmen yang di filter oleh quadrupole ke tiga
yang selanjutnya dibiarkan melewati defector menghasilkan rumus
fragmen ms/ms.
d. Three-dimensional qudrupole Ion dapat juga di keluarkan dengan metode
eksitasi resonansi, dimana tegangan eksitasi penggerak tambahan dipilih
sebagai elektroda dan memerangkap tegangan amplitude atau frekuensi
tegangan eksitasi di keluarkan untuk membawa ion-ion dalam kondisi
resonansi dan di susun menurut perbandingan massa atau muatan.
e. Linear qudrupole ion trap Sama dengan quadrupole ion trap, tapi
pemerangkap ion 2 (2D) dimensi diganti dengan medan tiga dimensi (3
D).
3. Detektor
Unsure tarakhir dari MS adalah detector. Detector menghitung muatan yang
terinduksi atau arus yang dihasilkan ketika ion dilewatkan atau mengenai
suatu permukaan. Dalam scanning instrument, sinyal dihasilkan dalam
detector selama scanning, dimana scanning massa dan menghitung ion
sebagai m/z. menurut tipenya, beberapa tipe elektron multipileir digunakan,
meliputi faradaycups dan detektor ion ke photon karena jumlah ion yang yang
meninggalkan massa analizer cukup kecil, maka sering di gunakan
Microchanels plate defector, defector ini terdiri dari sepasang logam pada
permukaan dengan massa analizer atau daerah pemerangkap ion.
Karakteristik penganalisis:
a. Mass Rosolving power Adalah ukuran kemampuan membeda-badakan
dua puncak yang perbedaannya kecil ( m/z )
b. Mass Accuracy
Rasio kesalahan pengukuran m/z di banding dengan kebenaran m/z
biasanya di ukur dalam ppm atau mili massa unit.
c. Mass Range Adalah batas m/z yang dapat di terima, yang di berikan oleh
analizer. 4.Linear Dinamic Range Batas yang menunjukkan bahwa sinyal
ion linear dengan konsentrasi analit.
d. Speed
Menunjukkan waktu awal dan akhir, percobaan di gunakan untuk
menentuksn jumlah spectra per unit waktu yang dapat di hasilkan.
Spectrum massa biasanya di tampilkan sebagai grafik vertical
menunjukkan rasio massa atau muatan dan horizonta menunujukkan
kelimpahan relatif unsure.
C. Metode Analisis Spektrometri Massa
Pada masa awal-awal perkembangan ilmu kimia, massa molekul suatu senyawa
ditentukan dengan cara mengukur kerapatan uap atau penurunan titik beku
senyawa tersebut, sementara rumus molekulnya ditentukan dengan cara analisis
unsur. Metode ini membutuhkan waktu lama dan rumit, teknik ini juga
memerlukan kuantitas sampel yang banyak dan dengan kemurnian yang tinggi.
Saat ini berat molekul dan rumus molekul bisa ditentukan dengan cepat dan
jumlah sampel sedikit menggunakan instrument yang dikenal dengan
spektrofotometer massa (MS).
MS adalah teknik analisis yang mengukur perbandingan massa dengan muatan.
MS digunakan untuk menentukan massa partikel, komposisi unsur dari suatu
sampel atau molekul serta untuk menuangkan struktur kimia dari molekul, seperti
peptida dan senyawa lainnya. Prinsip MS adalah pengionisasian senyawa kimia
menghasilkan molekul atau fragmen molekul dan mengukur rasio massa / muatan.

Gambar 1: komponen dan proses kerja MS


Secara umum prosedur MS : Sampel di masukkan dalam instrument MS dan
mengalami penguapan. Komponen dari sample diionisasikan ,dapat digunakan
berbagai metode ,salah satunya mengenai nya dangan sinar berelectron, sehingga
menghasilkan partikel bermuatan ( ion). Ion di pisahkan berdasarkan rasio massa
atau muatan dalam analizer oleh medan elektromagnetik. Ion-ion dideteksi,
metode yang di gunakan biasanya kuantitatif. Sinyal ion diproses menjadi spectra
massa. Instrument MS terbagi 3 bagian : Sumber ion-ion mengubah molekul
sample dari fasa gas menjadi ion-ion ( memindahkan ion-ion dalam larutan
menjadi fasa gas ) Massa analyzer memilih ion-ion berdasarkan massanya dengan
menggunakan medan elektromagnetik. Detektor : mengukur nilai kuantitas dan
menyediakan data untuk menghitung kelimpuhan masing-masing ion. Teknik
yang di gunakan adalah kualitatif dan kuantitatif, meliputi identifikasi suatu
senyawanya, menentukan komposisi isotop unsure dalam molekul dan
menentukan struktur senyawa dengan mengamati fragmen-fragmen nya.
Penggunaan lain, menghitung jumlah senyawa dalam sample dan mempelajari
kimia ion fasa gas ( kimia ion dan neutron dalam vakum ). MS sekarang sangat
umum di gunakan dalam labor analitik yang mempelajari sifat fisika atau sifat
biologi dari senyawa-senyawa yang luar biasa bervariasi. Contoh sederhana
aplikasi pada mass-spect, contoh berikut mendeskripsikan operasi mass analizer
yang merupakan sector penting dari MS. Sample natrium klorida dalam
komponen sumber ion, di uapkan ( membentuk gas ) dan diionkan ( di rubah ke
dalam partikel yang bermuatan listrik ) Ion natrium ( Na ) dan klorida (C1). Atom
natrium adalah monoisotop, dengan massa sekitar 23 amu. Atom klorida dan ion
terdiri dari 2 isotop dengan kelimpahan 75 % 35 amu dan 25% 27 amu. Bagian
analizer terdiri dari medan magnet dan medan listrik yang menggunakan sumber
ion-ion yang berpindah melalui medan ,kecepatan partikel bermuatan dapat di
tingkatkan atau di turunkan ketika melalui medan listrik dan arah tersebut dapat
diubah oleh medan magnet. Tingkat pembelokan pada ion-ion yang bergerak
bergantung pada rasio massa atau muatan ion-ion tersebut. Ion-ion yang lebih
besar massa atau muatannya lebih sulit di belokkan oleh sumber magnet dari pada
ion yang massa atau muatannya kecil, sesuai dengan hukum ke 2 newton f = m.a.
Arus yang melewati analizer masuk ke defector, detektor merekam kelimpahan
relatif masing-masing ion. Informasi ini di gunakan untuk menghitung
kelimpahan relative masing-masing tipe ion. Sehingga dapat di gunakan untuk
menentukan komposisi sampel ( natrium dan klorin ) dan komposisi isotop
( perbandingan 35 C1 dan 37 C1 ).

Gambar 2: Proses kerja pemisahan ion berdasarkan massanya pada MS.


Salah satu fungsi spektroskopi massa adaah identifikasi struktur kimia suatu
molekul. Penentuan struktur molekul baik molekul organik maupun anorganik
didasarkan pada pola fragmentasi dari ion-ion yang terbentuk ketika suatu
molekul diionkan. Spektroskopi massa adalah suatu tekhnik analisis yang
mendasarkan pemisahan bekas ion-ion yang sesuai dengan perbandingan massa
dengan muatan dan pengukuran intensitas dari berkas ion-ion tersebut. Dalam
spektroskopi massa, molekul–molekul senyawa organik ditembak dengan berkas
elektron dan diubah menjadi ion-ion positif yang berenergi tinggi (ion - ion
molekuler atau ion - ion induk), yang dapat dipecah-pecah menjadi ion-ion yang
lebih kecil (ion- ion pecahan) atau fragmen. Lepasnya elektron dari molekul akan
menghasilkan radikal kation. Pola fragmentasi suatu molekul sangat berbeda
dengan molekul yang lain dan hasil analisisnya dapat berulang (reproducible).
M ➜ M+
Sebagai contoh, metanol memberikan ion molekul sebagai berikut: CH3-O-H ➜
CH3-O-H + 2e-1 m/z=32
Ion molekuler M+ selanjutnya terurai menjadi sepasang pecahan atau fragmen,
yang dapat berupa radikal dan ion atau molekul kecil radikal.
M+ ➜ m1+ + m2
Ion-ion molekuler, ion-ion pecahan dan ion-ion radikal pecahan selanjutnya
dipisahkan sesuai dengan massa dan muatannya oleh pembelokan medan magnet
yang dapat berubah, dan akan menimbulkan arus pada kolektor yang sebanding
dengan limpahan relatif molekul ion tersebut. Spektrum massa mengambarkan
perbandingan limpahan relatif terhadap m/z (massa/muatan). Partikel-partikel
netral yang dihasilkan dalam proses fragmentasi (m2) atau radikal (.m2) tidak
dapat dideteksi dalam spektrometer massa. Spektrum massa akan menghasilkan
puncak-puncak yang tercatat dalam rekorder, yang dipaparkan sebagai grafik
batangan. Fragmen-fragmen disusun sedemikian sehingga peak-peak ditata
menurut kenaikan m/z dari kiri ke kanan dalam spektrum. Intensitas peak
sebanding dengan kelimpahan relatif fragmen-fragmen yang bergantung pada
stabilitas relatif mereka. Puncak yang paling tinggi dinamakan base peak (puncak
dasar) ditandai dengan nilai intensitas sebesar 100%; peak-peak yang lebih kecil
misalnya 20%, 30%, adalah nilai relatif terhadap peak dasar. Puncak uang paling
tinggi pada spektrum methanol adalah puncak M-1 pada m/z = 31. Puncak ini
timbul karena lepasnya atom hidrogen dari ion molekul.
CH3-O-H ➜ CH2=O+-H + H m/z=31
D. Pembentukan Ion pada Spektrometri Massa
Dalam spektrofometer massa reaksi pertama suatu molekul adalah ionisasi
pelepasan sebuah elektron, yang menghasilkan ion molekul. Peak untuk radikal
ion ini biasanya adalah peak paling kanan dalam spektrum, bobot molekul
senyawa ini dapat ditentukan. Diduga bahwa elektron dalam orbital berenergi
tinggi adalah elektron yang pertama-tama akan lepas. Jika sebuah molekul
mempunyai elektron-elektron n menyendiri, maka salah satunya akan dilepaskan.
Jika tidak terdapat elektron n, maka akan dilepaskan sebuah elektron pi. Jika tidak
terdapat elektron n maupun elektron pi, maka ion molekul yang akan terbentuk
sengan lepasnya sebuah elektron sigma.
Setelah ionisasi awal ion molekul akan mengalami fragmentasi, yaitu proses
pelepasan radikal-radikal bebas atau molekul netral kecil dilepaskan dari ion
molekul itu. Sebuah ion molekul tidak pecah secara acak, melainkan cenderung
membentuk fragmen-fragmen yang paling stabil. Marilah kita tinjau spektrum
massa methanol. Spektrum ini terdiri dari tiga peak utama pada m/z = 29, 31, dan
32. Struktur fragmen sering dapat disimpulkan dari massa mereka. Peak M+
methanol (pada 32)

Gambar 1. Proses Ionisasi Pada Metanol


Gambar 2. Spektrum Massa Metanol

1. Ion Metastabil
Dalam spektrum massa dapat terlihat adanya puncak-puncak lebar pada massa-
massa yang tidak bulat seperti m/e 60,2 dan m/e 43,4 yang dikenal sebagai ion-ion
metastabil, mereka mempunyai tenaga kinetik yang lebih rendah dari pada ion-ion
normal dan timbul dari fragmentasi-fragmentasi yang terjadi selama lepas dari
kamar pengion. Apabila sejumlah besar molekul M diubah menjadi ion-ion
molekuler M+, maka tidak semua ion-ion tersebut akan memiliki tenaga eksitasi
sama hingga beberapa akan mempunyai waktu hidup yang lebih panjang bila
dibandingkan dengan yang lain. Ion-ion M+ dengan waktu hidup yang lebih
pendek muingkin terurai dalam ruangan pengion menjadi ion-ion A+ dan radikal-
radikal B, ion-ion A+ akan dideteksi oleh kolektor secara normal.
Ion-ion molekuler yang lepas dari sumber ion akan dipercepat oleh tegangan
pemercepat hingga memiliki tenaga translasi eV. Sejumlah ion-ion M ini dapat
mencapai kolektor dan dideteksi. Meskipun demikian, jika ion-ion M lain terurai
menjadi A+ dan B, segera setelah dipercepat, maka tenaga translasi induk M (eV)
akan dibagikan antara A+ dan B sebanding dengan massa-massa mereka. Tenaga
translasi ion A+ harus lebih rendah daripada induknya, dan ion A+ ini akan
mencapai kolektor yang berbeda dari yang seharusnya (abnormal). Ion A+ dengan
translasi yang abnormal tersebut dikenal sebagi ion metastabil. Massa ion
metastabil A (m*) dapat dihitung dari massa ion induk (m1) dan ion anak normal
A+ (m2) dengan persamaan sebagai berikut :
Persamaan tersebut sering memberikan hasil satuan massa 0,1 hingga 0,4 lebih
rendah daripada massa kenyataannya yang diamati. Sebagi contoh, spectrum
massa toluene menunjukkan puncak-puncak kuat pada m/z 91 dan m/z 65,
bersama sama dengan puncak metastabil yang lebar dan kuat pada m/e 46,5.
Dengan menggunakan persamaan perhitungan m* diperoleh 46,4, sehingga kita
dapat mengintrepetasikan bahwa ion m/e 91 terurai dengan melepaskan 26 satuan
massa menjadi ion m/e 65, dan ada sejumlah fragmen yang membentuk ion
metastabil.

2. Efek Percabangan
Percabangan dalam suatu rantai hidrogen menghasilkan fragmentasi yang terjadi
terutama pada cabang, karena radikal ion sekunder dan karbokation sekunder
lebih stabil daripada bentuk primer. Stabilitas karbokation adalah faktor yang
lebih penting daripada stabilitas radikal bebas. Misalnya ion molekul
metilpropana menghasilkan suatu kation isopropil dan radikal metil.
3. Efek suatu Heteroatom atau Gugus Karbonil
Perhatikan spektrum dari N-etilpropilamina yang terdapat pada gambar di bawah
ini. Ion molekulnya mempunyai m/z 87. Fragmentasi ion molekul ini terjadi pada
posisi alfa terhadap atom nitrogen dan menghasilkan fragmen dengan m/z 58
(kehilangan gugus etil) dan m/z 72 (kehilangan gugus metil). Tipe fragmentasi
seperti ini disebut pembelaan -α dan lazim terjadi dalam amina maupun eter.
Gambar 3. Spektrum Massa n-etilpropilamina

Gambar 4. Pemutusan Ikatan dan pembentukan fragmen pada n-etilpropilamina

Faktor penyebab pembelahan  ini adalah bahwa kation yang dibentuk dalam
reaksi ini terstabilkan oleh resonansi. Fragmentasi serupa terjadi pada suatu ikatan
di dekat suatu gugus karbonil (atau α terhadap oksigen). Hal ini kation yang
dihasilkan juga terstabilkan oleh resonansi.
4. Pelepasan Molekul Kecil
Molekul-molekul kecil yang stabil seperti H2O, CO2, CO dan C dapat terlepas dari
dalam sebuah ion molekul. Misalnya sebuah alkohol mudah kehilangan H2O dan
menunjukkan suatu peak yang 18 satuan massa lebih kecil daripada peak ion
molekul itu. Peak ini dikatakan sebagai peak M-18. dalam banyak alkohol,
eleminasi H2O sedemikian mudah sehingga peak ion molekul itu bahkan tidak
dijumpai dalam spektrum. Sebagai contoh spektrum 1-butanol yang dapat dilihat
pada gambar di bawah ini, merupakan spektrum massa yang khas dari suatu
alkohol.
Gambar 5. Fragmen Massa - Pelepasan Molekul Kecil

5. Penataan Ulang Mc Lafferty


Penataan ulang Mc Lafferty terjadi bila terdapat sebuah atom hidrogen γ terhadap
suatu gugus karbonil dalam ion molekul itu. Perhatikan gambar fragmentasi dari
butanaldehida:

Gambar 6. Penataan ulang Mc Lafferty pada ion butanaldehida


Sampel yang akan dianalisis dimasukkan pada tempat pengionan di bagian
pertama dari alat spektroskopi massa. Sampel dapat berupa gas, padatan, dan
larutan sesuai dengan wujud sampel dan teknik ionisasi yang dipilih. Beberapa
teknik ionisasi yang sering digunakan di antaranya adalah:

1. Tumbukan Elektron (Electron Impact/EI)


Ionisasi Elektron (EI) Juga disebut sebagai ionisasi tubrukan elektron, ionisasi
electron merupakan metode ionisasi yang tertua dan terbaik untuk
mengkarakterisasi dari semua metode ionisasi. Sebuah berkas elektron
melewati sampel fase gas. Elektron yang bertabrakan dengan molekul analit
netral bisa knock off elektron lain, menghasilkan ion bermuatan positif. Proses
ionisasi dapat menghasilkan ion molekul yang akan memiliki berat molekul
yang sama dan komposisi unsur dari analit awal, atau dapat menghasilkan ion
fragmen yang sesuai dengan bagian yang lebih kecil dari molekul analit.
Potensi ionisasi merupakan energi elektron yang akan menghasilkan ion
molekuler. Potensial tampil sebagai ion fragmen yang diberikan energi elektron
yang akan menghasilkan ion fragmen. Ei merupakan spektrometer massa yang
menggunakan elektron dengan energi 70 elektron volt (eV). Penurunan energi
elektron dapat mengurangi fragmentasi, tetapi juga mengurangi jumlah ion
yang terbentuk.

Dalam ruang pengionan, uap sampel ditumbuk dengan elektron berenergi


tinggi yakni sebesar 70 ev. Energi yang diserap molekul sampel akan
mendorong pengionan atau pelepasan elektron dari orbital ikatan dan orbital
anti-ikatan. Energi ditransfer kearah pembentukan ion melalui proses
tumbukan seperti terlihat pada persamaan reaksi berikut: A-B-C + e - → A-B-
C+ + 2 e-

Metode ini banyak digunakan untuk sampel yang volatil dan stabil pada
temperatur tinggi. Sacara umum, lebih umum digunakan spektroskopi massa
dengan metode tumbukan elektron yang menghasilkan kation (ion positif) dari
pada yang menghasilkan anion (ion negatif). Selain itu, telah banyak
dipublikasikan referensi atau literatur dengan pola-pola fragmentasi ion positif
dibandingkan ion negatif.

 Keunggulan:
1. Dapat diaplikasikan untuk hampir semua senyawa volatile
2. Dapat menghasilkan spektrum massa
3. Fragmentasi menyediakan informasi struktur
4. Perpustakaan spektrum massa dapat dicari "sidik jari" massa EI
spektral
 Kekurangan:
1. Sampel harus secara termal mudah menguap dan stabil
2. Molekul Ion mungkin lemah atau tidak ada untuk banyak senyawa.
3. Hanya dapat menganalisis senyawa dengan berat molekul rendah
(<1000 Amu)
2. Electrospray Ionisation (ESI)
Suatu larutan disemprotkan melalui pipa berdiameter sangat kecil kedalam
ruang vakum dengan medan listrik bergradient beberapa ratus hingga ribuan
volt per centimeter, menghasilkan ion gas dari zat terlarut. ESI merupakan
teknik MS yang mampu menghasilkan fraksi besar dari fragmen-fragmen
molekul organik atau analit biologis.
Karena MS mengukur rasio massa terhadap muatan ion, metode ini
memberikan keuntungan dalam menganalisa massa yang sangat tinggi tanpa
perlu instrument analisis massa yang khusus. Sebagai contoh, suatu ion dengan
massa 120.000 dalton membawa 60 muatan positif muncul pada 2000 m/z.
Metode ini telah digunakan untuk mengukur massa ion dari molekul hingga
200.000 dalton, seperti protein.
 Keunggulan:
1. Baik untuk dibebankan, senyawa polar atau dasar
2. Pendeteksian massa senyawa yang tinggi pada massa-untuk-biaya
rasio yang mudah ditentukan oleh spektrometer massa yang paling
(m/z biasanya kurang dari 2000 hingga 3000).
3. Metode terbaik untuk menganalisis senyawa multiply
4. Latar belakang kimia yang sangat rendah menyebabkan batas
deteksi yang sangat baik
5. Dapat mengendalikan atau tidak adanya fragmentasi dengan
mengendalikan potensi antarmuka lensa
6. Kompatibel dengan MS/MS metode
 Kekurangan:
1. Spesies multiply dibebankan membutuhkan interpretasi dan
transformasi matematika (kadang-kadang bisa sulit)
2. Dilengkapi dengan APCI. Tidak baik untuk bermuatan, non-dasar,
senyawa dengan polaritas (egsteroids)
3. Sangat sensitif terhadap kontaminan seperti logam alkali atau
senyawa utama
4. Aliran ion relatif rendah
5. Hardware relatif kompleks dibandingkan dengan sumber ion lain
3. Chemical Ionization (CI)
Ion yang akan dianalisa diproduksi melalui transfer suatu partikel (H+, H-, dan
lebih berat) hasil pengionan suatu reaktan berupa gas yang lebih berat ke dalam
sampel. Umumnya reaktan yang digunakan adalah gas metana (CH4) pada
tekanan 0.2-2.0 torr (27-270 pascal). Mula-mula metana diionkan melalui
proses tumbukan elektron menghasilkan ion CH4+. Selanjutnya ion tersebut
bereaksi dengan molekul netral metana yang lain menghasilkan asam Bronsted
yang kuat untuk bereaksi dengan molekul sampel melalui transfer proton.
CH4 + e- → CH4+ + 2e-
CH4+ + CH4 → CH5+ + CH3
CH3+ + CH4 → C2H5+ + H2
CH5+ + A-B-C → HABC+ + CH4
C2H5+ + A-B-C → HABC+ + C2H4
Gas lain yang juga sering digunakan adalah hidrogen (H2), uap air (H2O),
ammonia (NH3), dan isobutana (C4H10). Dalam gas-gas ini, ion yang reaktif
adalah H3+, H2O+, NH3+ dan C4H10+. Energi yang ditransfer pada proses
ionisasi dengan metode ini berkisar 10-50 kkal/mol atau 40-200 kJ/mol, jumlah
energi yang cukup kuat untuk proses fragmentasi, namun fragmentasi yang
terjadi lebih sedikit dari metode tumbukan elektron.
 Keunggulan:
1. Memberikan informasi berat molekul melalui molekul ion seperti
ion [M+ H]+, bahkan ketika EI tidak akan menghasilkan ion
molekuler.
2. Spektrum massanya sederhana, pola fragmentasi berkurang
dibandingkan dengan EI
 Kekurangan:
1. Sampel harus secara termal mudah menguap dan stabil
2. Fragmentasinya kurang dari EI, pola fragmen tidak cukup
informatif
3. Hasilnya tergantung pada jenis reagen gas, tekanan pereaksi gas
atau waktu reaksi, dan sifat sampel.
4. Fast Atom Bombardment (FAB)
FAB merupakan suatu tehnik ionisasi yang popular untuk molekul non-volatil
dan atau labil terhadap temperatur tinggi. Baik digunakan untuk molekul polar
dan molekul dengan berat molekul tinggi. Umumnya FAB menggunakan uap
atom netral berkecepatan tinggi seperti Argon dan Xenon pada 8 kV. Sampel
yang dianalisa dapat berupa padatan atau sampel yang dilarutkan dalam pelarut
kental seperti gliserol. Biasanya ion pseudo molekuler [M+H]+ terbentuk
bersama sedikit ion fragmen dengan massa yang lebih rendah.
Analit dilarutkan dalam sejumlah kecil matriks cair seperti gliserol,
thioglycerol, m-nitrobenzyl alkohol, atau dietanolamina (sekitar 1 mikroliter)
dan ditempatkan pada target. Target ini dibombardir dengan sinar atom cepat
(misalnya, 6 keV atom xenon) yang mendesorpsi molekul seperti ion dan
fragmen dari analit. Gugus ion dari matriks cair juga didesorbsi dan
menghasilkan latar belakang kimia yang bervariasi dengan matriks yang
digunakan.
 Keunggulan :
1. Cepat
2. Sederhana
3. Relatif toleran terhadap variasi dalam sampling 
4. Baik untuk berbagai macam senyawa
5. Kuat arus ion, sangat baik dan memberikan resolusi tinggi pada
pengukuran
 Kekurangan:
1. Latar belakang kimia yang tinggi menetapkan batas deteksi
2. Sulit untuk membedakan senyawa kimia dengan berat molekul
rendah
3. Analit harus larut dalam matriks cair

5. Field Desorption (FD)


Untuk material yang kurang volatil, ionisasi biasanya dilakukan dekat
permukaan elektroda melalui gradient medan listrik yang sangat tinggi
(beberapa volt per angstrom). Awan elektron dalam molekul didistorsi dan
bagian molekul yang mengandung kelebihan elektron berperan sebagai anoda.
Ion yang terbentuk akan ditolak oleh anoda. Lifetime dari ion ini sangat singkat
dibandingkan dengan ion hasil tumbukan electron. Karena sedikit energi yang
ditransfer berupa energi dalam dan ion bergerak sangat cepat, dan
fragmentasinya sangat sedikit, maka berat molekul sangat mudah dideteksi.
Ampel disimpan ke emitor dan emitor akan membiaska ke potensi yang lebih
tinggi (beberapa kilovolt) dan arus yang melewatinya melalui emitor untuk
memanaskan filamen. Spektrum massa diperoleh sebagai arus emitter yang
secara bertahap akan meningkat dan sampel akan diuapkan dari emitor ke fase
gas. Molekul-molekul analit yang terionisasi oleh elektron tunneling di ujung
'whiskers' emitor. Karakteristik ion positif yang dihasilkan adalah ion molekul
+ +
radikal dan spesies cationattached seperti [M Na] dan [M-Na] +. Dan yang
terakhir akan dihasilkan selama desorpsi ion logam alkali hadir dalam analit.
 Keunggulan:
1. Spektrum massanya sederhana, biasanya satu spesies ion molekul
atau molekul-seperti per senyawa.
2. Sedikit atau tidak ada bahan kimia pada latar belakang
3. Bekerja dengan baik untuk molekul organik kecil, organometallics,
berat molekul rendah polimer dan beberapa fraksi petrokimia
 Kekurangan:
1. Sensitif terhadap kontaminasi logam alkali dan sampel overloading
2. Emitor relatif rapuh
3. Analisisnya relatif lambat karena arus emitor meningkat
4. Sampel harus stabil sampai batas termal tertentu untuk desorbed
6. Matrix Assisted Laser Desorption Ionization (MALDI)
Metode ini baik digunakan untuk sampel dengan berat molekul lebih besar dari
700.000, dan tehnik ini telah digunakan untuk menentukan berat molekul dari
molekul biologi besar yang bersifat polar, seperti enzim, analisa interaksi
antibodi. Sampel berupa matriks organik atau dibuat dalam matrik organic
(asam sinapinat biasanya untuk sampel protein), dioleskan pada permukaan
suatu lempeng, selanjutnya diradiasi dengan sinar laser (N2  337 nm).
MALDI adalah metode ionisasi yang lemah dan fragmentasi ion sampel jarang
terjadi. Ion yang dihasilkan biasanya berupa ion molekuler sehingga spektra
yang dihasilkan sangat sederhana. MALDI-TOF adalah instrumen
pengembangan dari spectrometer massa.
Metode baru yang lebih cepat dan lengkap untuk mendeteksi senyawa hasil
metabolisme seperti gula, asam lemak, asam amino, dan senyawa organik
lainnya dari jaringan hewan atau tumbuhan. Matriks terdiri dari pengkristalan
molekul. Identitas sesuai senyawa matriks ditentukan sampai batas tertentu
dengan trial dan error, tetapi didasarkan pada beberapa pertimbangan desain
molekul:
- Matriks yang mempunyai cukup berat molekul rendah tetapi cukup besar
untuk tidak menguap selama persiapan sampel.
- Sering bersifat asam, bertindak sebagai sumber proton untuk mendorong
ionisasi dari analitik.
- Memiliki penyerapan optik yang kuat, baik di UV atau jangkauan IR.
- Bersifat polar functionalized dengan kelompok, sehingga
penggunaannya dalam larutan berair.
Keunggulan: Cepat dan dapat menentukan secara tepat berat molekul
Kekurangan:
1. Memerlukan analisa massa yang kompatibel dengan teknik ionisasi
berpulsa
2. tidak mudah kompatibel dengan LC / MS
3. Sinar laser tidak hanya menghasilkan ion dari molekul yang dianalisa akan
tetapi juga membentuk ion-ion dengan berat molekul kecil (<500 Da) yang
berasal dari matriks. “Disebabkan adanya pengganggu ini maka kita tidak
dapat menganalisa molekul kecil seperti senyawa metabolit yang
memerankan peran penting dalam metabolisme makhluk hidup”.
E. Analisis Spektra Massa
Peralatan spektroskopi massa resolusi tinggi atau high resolution mass
spectrometry (HRMS) yang tersedia saat ini secara akurat dapat menentukan
massa suatu ion molekuler atau massa yang setara dengan rumus molekul,
fragmen molekul (pecahan molekul setelah proses ionisasi), sehingga
memudahkan untuk membedakan ion molekuler atau fragmen molekul yang
perbedaan massanya sangat kecil. Massa yang teramati adalah penjumlahan eksak
semua massa atom penyusun molekul atau fragmen molekul dengan kelimpahan
isotop terbanyak. Sebagai contoh, HRMS mampu membedakan molekul CO, N 2,
CH2N, dan C2H4 dengan sangat akurat. Perhatikan massa dari masing-masing
molekul tersebut. CO bermassa 27,9949, N2 bermassa 28,0062, CH2N bermassa
28,0187, dan C2H4 bermassa 28,0312.
Untuk ion molekul yang tersusun oleh atom-atom yang memiliki beberapa isotop
atom dengan kelimpahan yang cukup besar, maka ion molekul yang muncul bisa
lebih dari satu. Ion molekuler yang muncul biasanya ditandai sebagai M+, [M+1]+,
[M+2]+, dan seterusnya tergantung jumlah ion molekuler yang mungkin ada.
Sebagai contoh CH3Br yang memiliki ion molekuler M+ dengan mass 93.9417 dan
[M+2]+ dengan mass 95.9397 sebagai akibat adanya isotop 79Br dan 81Br yang
kelimpahannya hampir sama banyak jumlahnya.
Bila ion molekuler diketahui, maka rumus molekul dari sampel dapat ditentukan
pula dengan cara mencocokkan harga m/z dari ion molekuler dengan tabel Rumus
Molekul dengan variasi jumlah karbon, hidrogen, nitrogen, dan oksigen yang
tersedia. Selanjutnya dari rumus molekul yang ada, dapat dihitung indeks
kekurangan hidrogen (sering disebut BDE) yang bermanfaat untuk diprediksi
jumlah ikatan rangkap atau adanya cincin/siklik dalam molekul tersebut. Harga
DBE dihitung dengan rumus :
DBE = C - ½  H - ½  Halogen + ½  N + 1
Tabel 1. Kelimpahan relatif dan Massa eksak beberapa isotop yang umum
Adanya isotop suatu atom dapat membantu dalam identifikasi suatu molekul.
Spektra massa suatu senyawa akan menampilkan puncak yang menginformasikan
jumlah isotop yang ada dalam molekul. Sebagai contoh spektra massa suatu
hidrokarbon yang memiliki 5 atom karbon. Intensitas puncak [M +1]+ yang
mengindikasikan banyaknya isotop C13 dalam molakul, pasti 5(1,1%) = 5(0,011)
dikalikan intensitas relatif puncak ion molekuler. Jadi banyaknya atom karbon
dalam molekul dapat dihitung bila intensitas relatif [M]+ dan [M+1]+ diketahui.

Anda mungkin juga menyukai