Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas nikmat yang telah Allah SWT berikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah pengembangan kurikulum. Tugas disusun guna
memenuhi tugas mata kuliah dari dosen pengampuh mata kuliah pengembangan
kurikulum.
Dalam penyusunan tugas ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
tak terhinggak kepada semua pihak-pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan
tugas ini, terkhususnya kepeda:
Ustadzah Sari Mahwati Hasibuan M. Pd. Selaku dosen mata kuliah
pengembangan kurikulum yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya
dalam membimbing, mengarahkan, dan mendorong penulis dalam penyelesaian
tuagas ini.
Terimakasih juga kepada rekan-rekan jurusa Pedidikan Guru Madrasa
Ibtidaiyyah (PGMI) Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyyah (STIT) Hidayatullah Batam yang
telah berpartisipasi membantu memberikan referensi-referensi dalam menyelesaikan
tugas ini. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
membantu dalam menyelesaikan tugas ini.
Dalam penyusunan penulis merasa masih banyak kekurangan dalam teknis
penulisan maupun materi mengingat kembali akan kemampuan yang dimiliki penulis
untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan
penyususnan tugas ini di kemudian hari.

Batam, 30 September 2021

i
Tri Asfariza
DAFTAR ISI
KATA PENGENTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah................................................................................................2
1.3 Tujuan.................................................................................................................2
1.4 Manfaat...............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4
2.1 Konsep Kurikulum Berbasis Kompetensi...........................................................4
2.2 Strategi Kurikulum Berbasis Kompetensi..........................................................10
2.3 Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi................................................15
BAB III PENUTUP................................................................................................17
3.1 Kesimpulan........................................................................................................17
3.2 Saran...................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................18

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akibat adanya perkembangan dan perubahan global dalam berbagai aspek
kehidupan yang datang begitu cepat, telah menjadi tantangan nasional dan menuntut
perhatian segera dan serius. Hal ini sangat beralasan karena fenomena dalam era
global
khususnya yang berkaitan dengan dunia kerja selalu ditandai oleh ketidakpastian,
semakin cepat dan sering berubah, dan menuntut fleksibilitas yang lebih besar.
Perubahan ini secara mendasar tidak saja menuntut angkatan kerja yang mempunyai
kemampuan bekerja dalam bidangnya (hard competencies) namun juga sangat
penting
untuk menguasai kemampuan menghadapi perubahan serta memanfaatkan perubahan
itu sendiri (soft competence). Oleh karena itu menjadi tantangan pendidikan kejuruan
untuk mampu mengintegrasikan kedua macam komponen kompetensi tersebut secara
terpadu dalam menyiapkan peserta didik untuk memiliki kemampuan bekerja dan
berkembang di masa depan.1
Upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan terus menerus
dilakukan baik secara konvensional maupun inovatif. Hal tersebut semakin terfokus
setelah diamanatkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk meningkatkan
mutu pada setiap jenis dan jenjang pendidikan. Dengan adanya perubahanperubahan
pada kurikulum, harapan pemerintah adalah untuk menginovasi
kurikulum yang sudah ada, sehingga implementasi kurikulum seharusnya dapat
mewujudkan visi, misi dan tujuan pendidikan nasional secara bertahap. Oleh karena
itu, setiap perubahan kurikulum mestinya memperhatikan kondisi-kondisi yang
dialami dalam implementasi kurikulum sebelumnya.2

1
Dwi Rahdiyanta, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) (Pengertian Dan Konsep KBK),
Hlm 1.
Wahyudin, Optimasi Peran Kepala Sekolah Dalam Implementasi Kurikulum 2013, (Jurnal
2

Kependidikan, 2018), Hlm 250.

1
Fungsi kurikulum dalam proses pendidikan adalah sebagai alat untuk mencapai
tujuan pendidikan. Maka hal ini berarti bahwa sebagai alat pendidikan kurikulum
memiliki bagianbagian penting dan penunjang yang mendukung oprasinya secara
baik. Bagian-bagian ini disebut komponen.kurikulum sebagai alat untuk mencapai
tujuan pendidikan memliki komponen pokok dan komponen penunjang yang salng
berkaitan, Berintraksi dalam rangka dukungannya untuk mencapai tujan itu dalam
sebuah kurikulum lembaga pendidikan terdapat dua tujuan yaitu;
1. Tujuan yang dicapai secara keseluruhan
Tujuan ini biasanya meliputi aspek-aspek pengetahuah, keterampilan, sikap dan
nlainilai yang diharapkan dapat dimilik oleh para lulusan lembanga pendidikan yang
besangkutan.
2. Tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bidang studi
Tujuan ini biasanya disebut dengan tujuan kurikuler. Tujuan ini adalah penjabaran
institusional yang meliputi tujuan kurikulum dan intruksional yang terdapat dalam
GBPP ( Garis-garis Besar Program Pengajaran)tiap bidang studi3
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja konsep Kurikulum berbasisi kompetensi?
2. Bagaimana strategi Kurikulum berbasisi kompetensi?
3. Bagaimana implementasi Kurikulum berbasisi kompetensi?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja yang terdapat dalam konsep Kurikulum berbasisi
kompetensi.
2. Untuk mengetahui bagaimana strategi Kurikulum berbasisi kompetensi.
3. Untuk mengetahui bagaimana implementasi Kurikulum berbasisi kompetensi
1.4 Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan memberi sumbangan perspektif atau kualitas
wawasan tentang konsep, strategi dan implementasi kurikulum berbasis kompetensi.

Ending Widuri, Perbandingan Pengejaran Dengan Menggunakan KBK (Kurikulum Berbais


3

Kompetensi) Dan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).

2
2. Manfaat Praktis
Sebagai sumber tambahan wawasan dan intropeksi sejauh mana peranan guru
dalam menerapka kurikulum yang telah ada dalam memudahkan/membantu guru dan
peserta didik serta para warga sekolah dalam proses belajar mengajar.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.3 Konsep Kurikulum Berbasis Kompetenasi
2.1.1 Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah kurikulum yang disusun
berdasarkan atas elemen-elemen kompetensi yang dapat menghantarkan peserta didik
untuk mencapai kompetensi utama, kompetensi pendukung dan kompetensi lain
sebagai method of inquiry yang diharapkan.4
Balitbang Depdiknas (2002:3), mendefinisikan bahwa kurikulum berbasis
kompetensi merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan
hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan
pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah.5
Menurut Depdiknas tahun 2002, kurikulum berbasis kompetensi adalah
merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar
yang harus dicapai oleh siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan
pemberdayaan sumber daya pendidikan.6
Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dapat diartikan sebagai suatu konsep
kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan
(kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat
dirasakan oleh peserta didik berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi
tertentu. Dengan demikian penerapan kurikulum dapat menumbuhkan tanggung
jawab, dan partisipasi peserta didik untuk belajar menilai dan mempengaruhi

4
Abdurrozzaq Hasibuan, Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Dan Strategi
Belajar Mengajar Dalam Pelaksanaan KBK, Hlm 3.
5
Dwi Rahdiyanta, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) (Pengertian Dan Konsep KBK),
Hlm 5.
6
Yulianti, Nury Yuniasih, Buku Ajar Telaah Kurikulum Dan Aplikasinya Dalam Proses
Belajar Mengajar, (Malang: CV Media Sutra Atiga, 2016), Hlm 57.

4
kebijakan umum, serta memberanikan diri berperan dalam berbagai kegiatan di
sekolah maupun masyarakat (Mulyasa, 2002 : 39).
Jadi dapat penulis simpulkan bahwa Kurikulum Berbasis Kompetensi disini
ialah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran,
serta cara penyampaian dan penilaian sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk menghasilkan lulusan dengan capaian pembelajaran
khusus.kemdikbud.go.id/k
Secara teoritik, sebagaimana dikemukakan oleh John Mc. Neil (1977) bahwa
terdapat empat pendekatan dalam perkembangan kurikulum, yaitu pendekatan
akademik (academic approach), pendekatan humanistik (humanistic approach),
pendekatan rekonstruksi sosial (social reconstruction approach) dan pendekatan
teknologi (technology approach). Pendekatan akademik dalam pengembangan
kurikulum digunakan apabila kurikulum yang dikembangkan tersebut diarahkan
sebagai wahana untuk mengembangkan suatu bidang keilmuan tertentu. pendekatan
humanistic digunakan apabila kurikulum yang dikembangkan diarahkan sebagai
wahana untuk mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik. Pendekatan
rekonstruksi sosial digunakan kurikulum apabila kurikulum yang dikembangkan
diarahkan sebagai wahana pengembangan siswa berdasar atas tuntutan masyarakat.
sedang pendekatan teknologi digunakan apabila kurikulum tersebut diarahkan untuk
mempersiapkan siswa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
serta mencetak tenaga-tenaga terampil yang mampu mengembangkan teknologi
dalam kehidupannya.7
Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dapat diartikan sebagai suatu konsep
kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan
(kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat
dirasakan oleh peserta didik berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi
tertentu. Dengan demikian penerapan kurikulum dapat menumbuhkan tanggung
jawab, dan partisipasi peserta didik untuk belajar menilai dan mempengaruhi

7
Anarisa, Kurikulum Berbasis Kompetensi (Koonsep Dan Implementasi), (Gresik: Bunayya
Jurnal Pendidikan Guru Madrasa Ibtidaiyyah, Vol. 1 No. 1 Tahun. 2020), Hlm 27.

5
kebijakan umum, serta memberanikan diri berperan dalam berbagai kegiatan di
sekolah maupun masyarakat (Mulyasa, 2002 : 39).

2.1.31 Karakteristik Kurikulum Berbasis


KompetensiSasaran KBK pada penguasaan kompetensi dalam bidang-bidang
praktis terutama pekerjaan keahlian baik kompetensi teknis, vokasional maupun
profesional. Suatu bidang pekerjaannya tugas utamanya berkenaan dengan
kompetensi perbuatan, perilaku, performance yang menunjukan kecakapan, kebisaan,
keterampilan melakukan sesuatu tugas atau peranan secara standar seperti yang
dituntut oleh suatu okupasi (Nana Syaodih, 2004).
Gordon dalam Efendi (2009) menjelaskan beberapa aspek atau ranah yang
terkandung dalam konsep kompetensi, yaitu:8
1. Pengetahuan (Knowledge), yaitu kesadaran dalam bidang kognitif, contoh
seorang guru mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan belajar dan
bagaimana melakukan pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan
kebutuhannya.
2. Pemahaman (Understanding), yaitu kedalaman kognitif, dan afektif yang
dimiliki oleh individu, misalnya seorang pendidik sebelum melaksanakan
kegiatan pembelajaran harus memiliki pemahaman yang baik mengenai
karakteristik dan kondisi peserta didik, agar proses pembelajaran bisa efektif dan
efisien.
3. Kemampuan (Skill), yaitu sesuatu keahlian yang dimiliki individu untuk
melaksanakan tugas dan pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Misalnya
seorang pendidik yang mampu dalam memilih dan membuat alat peraga
sederhana untuk memberi kemudahan belajar pesertadidik.
4. Nilai (Value), adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara
psikologis telah menyatu dalam diri individu, misalnya standar perilaku pendidik
dalam proses pembelajaran (kejujuran, keterbukaan, demokkratis, dan lain-lain).

8
Efendi, M, Kurikulum Dan Pembelajaran Pengantar Ke Arah Pemahaman, 2009.

6
5. Sikap (attitude), yaitu perasaan senang–tidak senang, suka–tidak suka atau reaksi
terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar, misalnya reaksi dari krisis
ekonomi, perasaan terhadap kenaikan upah/gaji dan sebagainya.
6. Minat (Interest), yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu
perbuatan. Misal: minat untuk mempelajari dan melakukan sesuatu.Misalnya
minat untuk mempelajari atau melaksanakan sesuatu.
Secara general tujuan KBK adalah memandirikan atau memberdayakan
sekolah dalam mengembangkan kompetensi yang akan disampaikan kepada peserta
didik, sesuai dengan lingkungannya. Pemberian wewenang (otonomi) kepala sekolah
diharapkan dapat mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan
secara partisipatif. Di samping itu, penerapan KBK juga bertujuan memberikan
peluang yang lebih luas bagi sekolah, guru dan peserta didik, dan bahkan masyarakat
untuk melaksanakan inovasi dan improvisasi berkaitan dengan masalah kurikulum,
pembelajaran, manajerial dan lain sebagainya yang tumbuh dari aktivitas, kreativitas
dan profesionalisme yang dimiliki. Perlibatan masyarakat dalam pengembangan KBK
mendorong sekolah untuk lebih terbuka, demokratis dan memiliki akuntabilitas. Yang
pada gilirannya sekolah akan dapat melaksanakan proses pembelajaran secara efektif
dan sekaligus menghasilkan out put yang memiliki kompetensi dasar yang diperlukan
dalam menghadapi kehidupannya.9
Dengan demikian kurikulum berbasis kompetensi ditujukan untuk
menciptakan tamatan yang kompeten dan cerdas dalam membangun identitas budaya
dan bangsanya. Kurikulum ini dapat memberikan dasar-dasar pengetahuan,
keterampilan, pengalaman belajar yang membangun integritas sosial, serta
membudayakan dan mewujudkan karakter nasional.
Depdiknas (2002) mengemukakan bahwa Kurikulum Berbasis Kompetensi
memiiki karakteristik sebagai berikut:10

9
Anarisa, Kurikulum Berbasis Kompetensi (Koonsep Dan Implementasi), (Gresik: Bunayya
Jurnal Pendidikan Guru Madrasa Ibtidaiyyah, Vol. 1 No. 1 Tahun. 2020), Hlm 27-28.
10
Yulianti, Nury Yuniasih, Buku Ajar Telaah Kurikulum Dan Aplikasinya Dalam Proses
Belajar Mengajar, (Malang: CV Media Sutra Atiga, 2016), Hlm 59-60.

7
1. Menekankan kepada tercapainya kompetensi peserta didik baik secara individual
maupun klasikal. Ini mengandung pengertian bahwa kurikulum berbasis
kompetensi menekankan kepada tercapainya kompetensi. Artinya isi KBK pada
intinya adalah sejumlah kompetensi yang harus dicapai oleh siswa, kompetensi
inilah yang selanjutnya dinamakan standar minimal atau kemampuan dasar.
2. Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman. Ini artinya, keberhasilan
pencapaian kompetensi dasar diukur oleh indikator hasil belajar. Indikator inilah
yang selanjutnya dijadikan acuan apakah kompetensi yang diharapkan sudah
tercapai atau belum. Proses pencapaian hasil belajar itu tentu saja sangat
tergantung pada kemampuan siswa. Sebab diyakini, siswa memiliki kemampuan
dan kecepatan yang berbeda. KBK memberikan peluang yang sama kepada
seluruh siswa untuk dapat mencapai hasil belajar.
3. Dalam penyampaian materi pembelajaran, menggunakan pendekatan dan metode
yang bervariasi. Artinya, sesuai dengan keberagaman siswa, maka metode yang
di gunakan dalam proses pembelajaran harus bersifat multi metode. Hal ini di
maksudkan untuk merangsang kemampuan berfikir siswa. Bahwa belajar sebagai
proses menerima informasi dari guru, dalam KBK harus ditinggalkan. Belajar
adalah proses mencari dan menemukan. Belajar adalah proses mengonstruksi
pengetahuan oleh siswa. Oleh sebab itu proses pembelajaran harus bervariasi.
4. Sumber belajar tidak sepenuhnya ditekankan kepada si pendidik tetapi juga
sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur pendidikan. Artinya, sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi informasi,
dewasa ini siswa bisa belajar dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar
yang tersedia. Guru, dalam pembelajaran KBK, guru bukan sebagai satu–satunya
sumber belajar. Guru berperan hanya sebagai fasilitator untuk mempermudah
siswa belajar dari berbagai macam sumber belajar.
5. Evaluasi menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau
pencapaian suatu kompetensi. Artinya, keberhasilan pembelajaran KBK tidak
hanya diukur dari sejauh mana siswa dapat menguasai isi atau materi pelajaran,
akan tetapi juga bagaimana cara mereka menguasai pelajaran tersebut. Oleh

8
sebab itu KBK menempatkan hasil dan proses belajar sebagai dua sisi yang sama
pentingnya.

2.1.3 Komponen Kurikulum Berbasis Kompetensi


Kurikulum berbasis kompetensi merupakan kerangka inti yang memiliki
empat komponen dasar yaitu: 1) Kurikulum dan Hasil Belajar, 2) Penilaian Berbasis
Kelas, 3) Kegiatan Belajar Mengajar, dan 4) Pengelolaan Kurikulum Berbasis
Sekolah. Keempat komponen dasar tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
1. Kurikulum Hasil Belajar (KHB). Memuat perencanaan pengembangan peserta
didik yang perlu dicapai secara keseluruhan. Kurikulum dan hasil belajar ini
memuat kompetensi, hasil belajar, dan indikator keberhasilan. KHB memberikan
suatu rentang kompetensi dan hasil belajar siswa yang bermanfaat bagi guru
untuk menentukan apa yang harus dipelajari oleh siswa, bagaimana seharusnya
mereka dievaluasi, dan bagaimana pembelajaran disusun.
2. Penilaian Berbasis Kelas (PBK). Memuat prinsip, sasaran, dan pelaksanaan
penilaian berkelanjutan yang lebih akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas
publik melalui penilaian terpadu dengan kegiatan belajar mengajar di kelas
(berbasis kelas) dengan mengumpulkan kerja siswa (fortofolio), hasil karya
(produk), penugasan (proyek), kinerja (performance), dan tes tertulis. Penilaian
ini mengidentifikasi kompetensi/hasil belajar yang telah dicapai, dan
memuat pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dan telah dicapai serta
peta kemajuan belajar siswa dan pelaporan.
3. Kegiatan Belajar Mengajar. Memuat gagasan-gagasan pokok tentang
pembelajaran dan pengajaran untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan serta
gagasan-gagasan pedagogis dan andragogis yang mengelola pembelajaran agar
tidak mekanistik.
4. Pengelolaan Kurikulum Berbasis sekolah. Memuat berbagai pola pemberdayaan
tenaga kependidikan dan sumber daya lain untuk meningkatkan mutu hasil
belajar. Pola ini dilengkapi dengan gagasan pembentukan jaringan kurikulum,

9
pengembangan perangkat kurikulum (antara lain silabus), pembinaan profesional
tenaga kependidikan, dan pengembangan system informasi kurikulum.11
2.2 Strategi Kurikulum Berbasis Kompetensi
Dalam mengimplementasikan Kurikulum Berbasis Kompetensi, E. Mulyasa
(2003) mengetengahkan lima strategi pembelajaran yang dianggap sesuai dengan
tuntutan Kurikukum Berbasis Kompetensi; yaitu : (1) Pembelajaran
Kontekstual (Contextual Teaching Learning); (2) Bermain Peran (Role Playing);
(3) Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning); (4) Belajar
Tuntas (Mastery Learning); dan (5) Pembelajaran dengan Modul (Modular
Instruction).12
2.2.1 Pembelajaran kontekstual (contextual teaching learning)
CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada ketertarikan
antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata,
sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi
hasil belajar dengan kehidupan sehari-hari. Melalui proses penerapan kompetensi
dalam kehidupan sehari-hari, peserta didik akan merasa pentingnya belajar. dan
mereka akan memperoleh makna yang mendalam terhadap apa yang dipelajarinya.
CTL memungkinkan proses belajar yang tenang dan menyenangkan, karena
pembelajaran dilakukan secara secara alamiah, sehingga peserta didik dapat
mempraktekkan secara langsung apa-apa yang dipelajari.13
Dengan mengutip pemikiran Zahorik, E. Mulyasa (2003) mengemukakan lima
elemen yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual, yaitu :
1. Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh
peserta didik.
2. Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju bagian-bagiannya secara
khusus (dari umum ke khusus).

11
Dwi Rahdiyanta, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) (Pengertian Dan Konsep KBK),
Hlm 7.
12
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep; Karakteristik Dan Implementasi,
(Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya, 2003.)
13
Abdurrahman, Analisis Implementasi Kurikulum Berbasisi Kompetensi Di Sekolah Dasar,
(Jurnal Realita, Volume 5 Nomor 1 Edisi April 2020), Hlm 937.

10
3. Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan cara: (a) menyusun
konsep sementara; (b) melakukan sharing untuk memperoleh masukan dan
tanggapan dari orang lain; dan (c) merevisi dan mengembangkan konsep.
4. Pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktekan secara langsung apa-apa
yang dipelajari.
5. Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan pengetahuan
yang dipelajari.
2.2.2 Bermain peran
Bermain peran merupakan salah satu model pembelajaran yang diarahkan
pada upaya pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan
antarmanusia (interpersonal relationship), terutama yang menyangkut kehidupan
peserta didik. Pengalaman belajar yang diperoleh dari metode ini meliputi,
kemampuan kerjasama, komunikatif, dan menginterprestasikan suatu kejadian
Melalui bermain peran, peserta didik mencoba mengeksplorasi hubungan-hubungan
antarmanusia dengan cara memperagakan dan mendiskusikannya, sehingga secara
bersama-sama para peserta didik dapat mengeksplorasi parasaan-perasaan, sikap-
sikap, nilai-nilai, dan berbagai strategi pemecahan masalah.
1. Konsep peran
Peran dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian prasaan, ucapan, dan tindakan,
sebagai suatu pola hubungan unik yang ditunjukkan oleh individu terhadap individu
lain. Peran yang dimainkan individu terhadap dirinya dan terhadap orang
lain. Oleh sebab itu, untuk dapat berperan dengan baik, diperlukan pemaham terhadap
peran pribadi dan orang lain.
a. Tujuan bermain peran dalam pembelajaran
Belajar peran dalam pembelajaran merupakan usaha untuk memecahkan masalah
melalui peragaan, serta Langkah-langkah identifikasi masalah, analisi,
pemeranan, dan diskusi. Untuk kepentingan tersebut, sejumlah peserta didik
bertindak sebagai pemeran dan yang lainnya sebagai pengamat. Melalui peran,
peserta didik berinteraksi dengan orang lain yang juga membawakan peran
tertentu sesuai dengan tema yang dipilih.

11
b. Asumsi pembelajaran
Pertama, secara implisit bermain peran mendukung suatu situasi belajar
berdasarkan pengalaman dengan menitikberatkan isi pelajaran pada situasi
pembelajaran. Kedua, bermain peran memungkinkan para peserta didik untuk
mengungkapkan perasaan-perasaannya yang tidak dapat kenal tanpa bercermin
pada orang lain. Ketiga, model bermain peran berasumsi bahwa emosi dan ide-
ide dapat diangkat ketarap sadar untuk kemudian ditingkatkan
melalui proses kelompok.14
2.2.3 Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning)
Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning) merupakan
model pembelajaran dengan melibatkan peserta didik secara aktif dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Dengan meminjam pemikiran Knowles,
(E.Mulyasa,2003) menyebutkan indikator pembelajaran partsipatif, yaitu : (1) adanya
keterlibatan emosional dan mental peserta didik; (2) adanya kesediaan peserta didik
untuk memberikan kontribusi dalam pencapaian tujuan; (3) dalam kegiatan belajar
terdapat hal yang menguntungkan peserta didik.15
Sudjana (dalam Mulyasa, 2002) mengemukakan syarat kelas yang efektif
sebagai berikut.16 Adanya keterlibatan, tanggung jawab dan umpan balik dari peserta
didik. Keterlibatan peserta didik merupakan syarat pertama dalam kegiatan belajar di
kelas. Untuk terjadinya keterlibatan itu peserta didik harus memahami dan memiliki
tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan belajar di kelas. Untuk terjadinya
keterlibatan itu peserta didik harus memahami dan memiliki tujuan yang ingin dicapai
melalui kegiatan belajar di kelas.
2.2.4 Belajar tuntas
Carrol dalam Winkel mengemukakan bahwa jika setiap siswa diberikan waktu
sesuai dengan yang diperlukan untuk mencapai suatu tingkat penguasaan, dan jika dia

Abdurrahman, Analisis Implementasi Kurikulum Berbasisi Kompetensi Di Sekolah Dasar,


14

(Jurnal Realita, Volume 5 Nomor 1 Edisi April 2020), Hlm 938.


15
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep; Karakteristik Dan Implementasi,
(Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya, 2003.)
16
Mulyasa, E, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Remaja Rosda Karya, Bandung.
2007.)

12
menghabiskan waktu yang diperlukan, maka besar kemungkinan siswa akan
mencapai tingkat penguasaan kompetensi. Tetapi jika siswa tidak diberi cukup waktu
atau dia tidak dapat menggunakan waktu yang diperlukan secara penuh, maka tingkat
penguasaan kompetensi siswa tersebut belum optimal.17
Belajar Tuntas (Mastery learning) dilandasi oleh dua asumsi. Pertama, teori
yang mengatakan bahwa adanya hubungan antara tingkat keberhasilan dengan
kemampuan potensi yang dimiliki (bakat). Hal ini sesuai dengan teori bakat menurut
Carrol dalam Mulyasa, yang menyatakan bahwa apabila siswa didistribusikan secara
normal dengan memperhatikan kemampuannya secara potensial untuk beberapa
bidang pengajaran, kemudian mereka diberikan pembelajaran yang sama dalam
jumlah
pembelajaran dan waktu yang tersedia untuk belajar, maka hasil belajar yang
dicapai akan tersebar secara normal pula. Hal ini berarti bahwa siswa yang
berbakat cenderung untuk memperoleh nilai yang tinggi atau dapat dikatakan
bahwa hubungan antara bakat dan tingkat penguasaan adalah tinggi.18
Kedua, apabila pembelajaran dilaksanakan secara sistematis, semua siswa
akan mampu menguasai bahan yang disajikan kepadanya.Mulyasa menyatakan
bahwa pada dasarnya bakat bukanlah merupakan indeks kemampuan seseorang,
melainkan sebagai ukuran kecepatan belajar (measure of learning rate). Artinya
orang yang memiliki bakat tinggi memerlukan waktu relatif lebih sedikit untuk
mencapai taraf penguasaan bahan dibandingkan dengan siswa yang memiliki bakat
rendah. Sehingga dengan demikian, siswa dapat mencapai penguasaan penuh
terhadap bahan yang disajikan, bila kualitas pembelajaran dan kesempatan waktu
belajar dibuat tepat sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa. Oleh karena itu,
implikasinya dalam kegiatan belajar harus diberikan waktu belajar yang berbeda-beda
untuk masing-masing siswa.19
Strategi belajar tuntas mencakup tiga tahapan, yaitu mengidentifikasikan
kondisi, mengembangkan prosedur oprasional dan hasil belajar diimplementasikan
17
Winkel, W.S, Psikologi Pengajaran, (Yogyakarta: Media Abadi, 2004), Hlm 268.
18
Ibid,.. Hlm 270.
19
Mulyasa, E, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), Hlm 54.

13
dalam pembelajaran klasikal dengan memberikan “bumbu” untuk menyesuaikan
dengan kemampuan individual yang meliputi.
1. Corrective Technique. Semacam pengajaran remedial, yang dilakukan dengan
memberikan pengajaran terhadap tujuan yang gagal dicapai oleh peserta didik,
dengan prosedur dan metode yang berbeda dari sebelumnya.
2. Memberikan tambahan waktu kepada peserta didik yang membutuhkan (belum
menguasai bahan secara tuntas).20
2.2.5 Pembelajaran dengan Modul (Modular Instruction)
Modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan
tertentu yang disusun secara sistematis, operasional dan terarah untuk digunakan oleh
peserta didik, disertai dengan pedoman penggunaannya untuk para guru.
Pembelajaran dengan sistem modul memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Setiap modul harus memberikan informasi dan petunjuk pelaksanaan yang jelas
tentang apa yang harus dilakukan oleh peserta didik, bagaimana melakukan, dan
sumber belajar apa yang harus digunakan.
2. Modul meripakan pembelajaran individual, sehingga mengupayakan untuk
melibatkan sebanyak mungkin karakteristik peserta didik. Dalam setiap modul
harus : (1) memungkinkan peserta didik mengalami kemajuan belajar sesuai
dengan kemampuannya; (2) memungkinkan peserta didik mengukur kemajuan
belajar yang telah diperoleh; dan (3) memfokuskan peserta didik pada tujuan
pembelajaran yang spesifik dan dapat diukur.
Pengalaman belajar dalam modul disediakan untuk membantu peserta didik
mencapai tujuan pembelajaran seefektif dan seefisien mungkin, serta memungkinkan
peserta didik untuk melakukan pembelajaran secara aktif, tidak sekedar membaca dan
mendengar tapi lebih dari itu, modul memberikan kesempatan untuk bermain peran
(role playing), simulasi dan berdiskusi.
Materi pembelajaran disajikan secara logis dan sistematis, sehingga peserta
didik dapat menngetahui kapan dia memulai dan mengakhiri suatu modul, serta tidak

20
Abdurrahman, Analisis Implementasi Kurikulum Berbasisi Kompetensi Di Sekolah Dasar,
(Jurnal Realita, Volume 5 Nomor 1 Edisi April 2020), Hlm 939.

14
menimbulkan pertanyaaan mengenai apa yang harus dilakukan atau dipelajari. Setiap
modul memiliki mekanisme untuk mengukur pencapaian tujuan belajar peserta didik,
terutama untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik dalam mencapai
ketuntasan belajar.
Pada umumnya pembelajaran dengan sistem modul akan melibatkan beberapa
komponen, diantaranya : (1) lembar kegiatan peserta didik; (2) lembar kerja; (3)
kunci lembar kerja; (4) lembar soal; (5) lembar jawaban dan (6) kunci jawaban.
2.3 Implementasi kurikulum berbasis kompetensi
Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) telah berjalan sejak tahun
2001 pada beberapa sekolah yang dijadikan mini pilot. Impelementaberbasis kelas
yaitu penilaian dilakukan oleh guru dan siswa. Hal ini dilakukan agar siswa juga
mengetahui tingkat ketercapaian yang sudah dicapai sehingga dapat meningkatksi
KBK merupakan salah satu bagian penting untuk mendapatkan masukan dalam
rangka penyempurnan KBK baik dari aspek keterbacaan, keluasan, kedalaman, dan
keterlaksanaannya di lapangan.21
1. Penilaian Berbasis Kelas Merupakan suatu kegiatan pengumpulan informasi
tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan oleh guru yang
bersangkutan sehingga penilaian tersebut akan mengukur apa yang hendak
diukur dari siswa. Salah satu prinsip penilaian an prestasi sesuai dengan
kemampuannya.
2. Kegiatan Belajar Mengajar Kegiatan belajar mengajar merupakan proses aktif
bagi siswa dan guru untuk mengembangkan potensi siswa sehingga mereka akan
tahu terhadap pengetahuan dan akhirnya mampu melakukan sesuatu. Prinsip
dasar KBM adalah memberdayakan semua potensi yang dimiliki siswa sehingga
mereka akan mampu mengembangkan pengetahuannya dan meningkatkan
pemahamannya terhadap fakta/konsep/prinsip dalam kajian ilmu yang
dipelajarinya yang akan terlihat dalam kemampuannya untuk berpikir logis,
kritis, dan kreatif. Prinsip tersebut akan mencapai hasil yang maksimal apabila

Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Pusat


21

Kurikulum, Balitbang Depdiknas: 2003), Hlm 11.

15
dalam pelaksanaannya memadukan berbagai teknik dan metode yang
memungkinkan untuk digunakan dalam pembelajaran sesuai dengan situasi dan
kondisi serta karakteristik setiap pelajaran.
3. Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah Tujuannya untuk memberdayakan
daerah dan sekolah dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengelola serta
menilai pembelajaran sesuai dengan kondisi dan aspirasi mereka. Prinsip
pengelolaan kurikulum berbasis sekolah mengacu pada kesatuan dalam
kebijaksanaan dan keberagaman dalam pelaksanaan. Dengan adanya prinsip ini
maka banyak pihak/instansi yang akan berperan dan bertanggung jawab dalam
melaksanakannya.22

22
Yulianti, Nury Yuniasih, Buku Ajar Telaah Kurikulum Dan Aplikasinya Dalam Proses
Belajar Mengajar, (Malang: CV Media Sutra Atiga, 2016), Hlm 61-62.

16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam suatu Pendidikan memiliki posisi
yang sangat strategis karena seluruh kegiatan Pendidikan berpacu kepada kurikulum.
Kurikulum berbasis kompetensi menekankan pada mengeksplorasi kemampuan
peserta didik secara optimal, dapat memanfaatkan apa yang dipelajari dan
mengupayakan penerapan dalam kehidupa sehari-hari. Dalam kurikulum berbasis
kompetensi berupaya mengkondisikan setiap peserta yang diwujudkan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak sehingga proses penyampaiannya harus
bersifat kontekstual
3.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga penulis mengharapkan
keritikan dan sarannya demi lancarnya penulisan makalah berikutnya. Semoga
makalah ini dapat menambah wawasan kita khususnya pada mata kuliah
pengembangan kurikulum.

17
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman. Analisis Implementasi Kurikulum Berbasisi Kompetensi Di Sekolah
Dasar. (jurnal realita,.Volume 5 Nomor 1 Edisi April 2020).
Anarisa. Kurikulum Berbasis Kompetensi (Koonsep Dan Implementasi). (gresik:
Bunayya jurnal Pendidikan guru madrasa ibtidaiyyah. Vol. 1 No. 1 Tahun.
2020).
Departemen Pendidikan Nasional. Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Pusat
Kurikulum. Balitbang Depdiknas: 2003).
Efendi, M. 2009. Kurikulum Dan Pembelajaran Pengantar Ke Arah Pemahaman.
Hasibuan, Abdurrozzaq. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Dan
Strategi Belajar Mengajar Dalam Pelaksanaan KBK.
Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep; Karakteristik Dan
Implementasi. (Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya.)
Mulyasa,. E. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. (Remaja Rosda Karya. Bandung.
2007.)
Mulyasa, E. Implementasi Kurikulum 2004. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.)
Rahdiyanta, Dwi. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) (Pengertian Dan Konsep
KBK).
Wahyudin. Optimasi Peran Kepala Sekolah Dalam Implementasi Kurikulum 2013.
(jurnal kependidikan. 2018.)
Widuri, Ending. Perbandingan Pengejaran Dengan Menggunakan KBK (Kurikulum
Berbais Kompetensi) Dan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).
Winkel, W.S. Psikologi Pengajaran. (Yogyakarta: Media Abadi. 2004.)
Yulianti, yuniasih, nury. Buku Ajar Telaah Kurikulum Dan Aplikasinya Dalam
Proses Belajar Mengajar. (malang: CV media sutra atiga. 2016).

18

Anda mungkin juga menyukai