Korupsi kini telah menjadi suatu penyakit sosial yang terjadi di Indonesia. Korupsi berkembang dengan
sangat pesat dan meluas dalam aspek kehidupan masyarakat. Tentu diperlukan upaya yang efektif
dalam menyelesaikan korupsi di Indonesia. Upaya pengenalan tentang bahaya korupsi haruslah
dilakukan sejak dini. Salah satunya melalui dunia pendidikan, baik sekolah dasar maupun sekolah
menengah atas
Masih maraknya terjadi tindak pidana Korupsi yang di Indonesia saat ini.
Bahkan kasus Korupsi tebaru ditengah penderitaan rakyat di masa pandemi adalah
Kasus Korupsi Bantuan Sosial sebesar Rp. 32,48M yang dilakukan oleh Mantan
baik dari kuantitas atau jumlah kerugian keuangan negara maupun dari segi kualitas
yang semakin sistematis, canggih serta lingkupnya sudah meluas dalam seluruh aspek
membawa bencana tidak saja terhadap kehidupan perekonomian nasional tetapi juga
batas-batas siapa, mengapa, dan bagaimana. Tidak hanya pemangku jabatan dan
kepentingan saja yang melakukan tindak pidana korupsi, baik di sektor publik
maupun privat, tetapi tindak pidana korupsi sudah menjadi suatu fenomena.
Penyelenggaraan negara yang bersih menjadi penting dan sangat diperlukan untuk menghindari
praktek-praktek korupsi yang tidak saja melibatkan pejabat bersangkutan, tetapi juga oleh keluarga dan
kroninya, yang apabila dibiarkan, maka rakyat Indonesia akan berada dalam posisi yang sangat
dirugikan. Menurut Nyoman Serikat Putra Jaya menyebutkan bahwa tindak pidana korupsi tidak hanya
dilakukan oleh penyelenggara negara, antar penyelenggara negara, melainkan juga penyelenggara
negara dengan pihak lain 2 seperti keluarga, kroni dan para pengusaha, sehingga merusak sendi-sendi
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta membahayakan eksistensi negara. 1 Tindak
pidana korupsi merupakan perbuatan yang bukan saja dapat merugikan keuangan negara akan tetapi
juga dapat menimbulkan kerugiankerugian pada perekonomian rakyat. Barda Nawawi Arief
berpendapat bahwa, tindak pidana korupsi merupakan perbuatan yang sangat tercela, terkutuk dan
sangat dibenci oleh sebagian besar masyarakat; tidak hanya oleh masyarakat dan bangsa Indonesia
tetapi juga oleh masyarakat bangsa-bangsa di dunia. 2 Perkembangan korupsi di Indonesia masih
tergolong tinggi, sedangkan pemberantasannya masih sangat lamban. Romli Atmasasmita menyatakan
bahwa korupsi di Indonesia sudah merupakan virus flu yang menyebar ke seluruh tubuh pemerintahan
sejak tahun 1960-an langkah-langkah pemberantasannya pun masih tersendat-sendat sampai sekarang.
Selanjutnya, dikatakan bahwa korupsi berkaitan pula dengan kekuasaan karena dengan kekuasaan itu
penguasa dapat menyalahgunakan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi, keluarga dan kroninya. 3
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai lembaga anti korupsi yang memiliki tugas untuk
melakukan upaya pemberantasan korupsi melalui penindakan dan juga pencegahan korupsi. Upaya
pencegahan korupsi dilakukan melalui pendidikan, kampanye dan sosialisasi anti korupsi. Hal ini sesuai
dengan amanat Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi yang tercantum pada pasal 13 huruf c yaitu menyelenggarakan program pendidikan anti korupsi
pada setiap jenjang pendidikan. Pendidikan anti korupsi harus diberikan sejak dini dan dimasukkan
dalam proses pembelajaran mulia dari tingkat pendidikan dasar, dan menengah. Hal ini upaya
membentuk peilaku peserta didik yang anti korupsi. Pendidikan anti korupsi ini tidak diberikan melalui
suatu mata pelajaran tersendiri, melainkan dengan cara mengintegrasikan melalui beberapa mata
pelajaran. Inti dari materi pendidikan anti korupsi ini adalah penanaman nilai-nilai luhur yang terdiri dari
sembilan nilai anti korupsi. yaitu tanggung jawab, jujur, sederhana, mandiri, kerja keras, adil, berani, dan
peduli. Sikap anti korupsi merupakan sikap tidak setuju, tidak suka, dan tidak senang terhadap tindakan
korupsi, anti korupsi merupakan sikap yang dapat mencegah dan menghilangkan bagi berkembangnya
korupsi. Mencegah yang dimaksud adalah upaya meningkatkan kesadaran individu untuk tidak
melakukan tindak korupsi dan seta menyelamatkan uang dan aset negara. (Amirulloh Syarbini, 2014:hlm
6). Dalam hal ini guru mempunyai peran dan fungsi sangat penting dalam upaya penanaman pendidikan
anti korupsi. Guru yang baik adalah guru yang selain bisa memberi teori atau materi pelajaran saja, akan
tetapi juga bisa memberikan contoh yang baik bagi peserta didik. Pendidikan kewarganegaraan memiliki
visi dan misi mengembangkan peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta
tanah air, melalui peilaku juju, disiplin, tanggungjawab, santun, peduli, dan percaya diri, dalam
berinteraksi dengan keluarga teman, dan guru. Pendidikan kewarganegaraan 3 merupakan bidang kajian
keilmuan, program kurikuler, dan aktivitas sosial-kutural yang bersifat multidimensional. Ini
menyebabkan pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan nilai, pendidikan kemasyarakatan,
pendidikan hukum dan hak asasi manusia, pendidikan politik, serta pendidikan demokrasi dan juga
termasuk kedalam pendidikan anti korupsi.
Pendidikan antikorupsi adalah sebuah usaha sadar dan terencana untuk mendorong generasi muda
dalam mengembangkan sikap menolak secara tegas segala bentuk perbuatan korupsi melalui
penanaman nilai-nilai anti korupsi dalam kegiatan pembelajaran. Pendidikan anti korupsi perlu
ditanamkan sejak dini kepada peserta didik sekolah dasar, karena pada masa inilah anak sedang
berproses pembentukan karakter (character building), pada usia ini juga anak memiliki potensi untuk
berperilaku negatif (buruk). Menurut Frimayanti (2017:12) mengungkapkan bahwa setiap anak secara
psikologis memiliki sifat negatif (buruk). Jika sejak dini anak tidak dididik dengan baik maka sifat negatif
tersebut akan muncul, dan kemudian secara 2 psikologis akan dibenarkan (dianggap benar) oleh anak.
Jika hal ini tidak segera diatasi atau dibiarkan begitu saja maka akan berakibat fatal. Pendidikan anti
korupsi ini tidak diajarkan melalui suatu mata pelajaran tersendiri. Melainkan dengan cara
mengintegrasikan melalui beberapa mata pelajaran seperti yang terdapat pada pembelajaran tematik
terpadu kurikulum 2013. Nilai-nilai yang digunakan dalam mengintegrasikan pendidikan anti korupsi
dalam pembelajaran ada 9 yaitu nilai kejujuran, kepedulian, kemandirian, kedisiplinan, tanggung jawab,
kerja keras, kesederhanaan, keberanian, dan keadilan
Tindak pidana korupsi sudah merupakan tindak pidana luar biasa (extra ordinary crime) dan secara
internasional telah diakui sebagai salah satu jenis transnational organized crime4 . Ia ada dan tumbuh
seiring laju peradaban manusia. Korupsi muncul karena laku manusia yang menyimpang akibat syahwat
materi yang tak pernah terpuaskan. Hal inilah yang menyebabkan korupsi sulit diberantas. Menurut
Abraham Samad, manusia dan korupsi adalah dua senyawa yang sulit dipisahkan. Berasal dari satu sifat
kekal manusia, yaitu keserakahan. Tidak seperti kejahatan konvensional lainnya, korupsi adalah
kejahatan yang berkembang secara dinamis dari waktu ke waktu. Apabila sebelumnya orang hanya
mengenal kerugian Negara dan suap-menyuap, saat ini korupsi sudah berkembang menjadi penggelapan
dalam jabatan, perbuatan curang, pemerasan, benturan kepentingan dalam pengadaan, dan gratifikasi.
Di masa mendatang, korupsi bisa saja berkembang lagi secara dinamis, karena korupsi mengikuti pola
hidup manusianya yang materialis. Karena bergerak secara dinamis, penegakan hukum dalam
pemberantasan korupsi tidak bisa hanya dengan mengandalkan cara-cara konvensional. Oleh karena itu,
penanganannya juga membutuhkan suatu tindakan penanganan luar biasa. Selain itu, tuntutan
ketersediaan perangkat hukum yang sangat luar biasa dan canggih serta profesionalitas lembaga yang
menangani korupsi pun tidak dapat dielakkan lagi. Salah satu ‘upaya luar biasa’ yang dilakukan adalah
dengan membentuk sebuah lembaga penegak hukum baru dalam sistem peradilan pidana, yaitu Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (KPK) yang ditetapkan dalam UndangUndang Nomor 30 Tahun
2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai amanat dari Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Selain pembentukan lembaga KPK, peraturan dan
regulasi juga perlu dibenahi sehingga tidak ada lagi celah bagi wabah korupsi untuk bertumbuh
kembang. Pemberantasan tindak pidana korupsi dengan menggunakan ketentuanketentuan yang ada
dalam KUHAP dinilai kurang memadai. Tidak diakuinya sistem pembalikan beban pembuktian,
perampasan aset, pembayaran uang pengganti, dan peradilan in absentia dianggap kurang ‘garang’
untuk memerangi salah satu bentuk kejahatan luar biasa ini. Keberadaan pasal-pasal suap yang
diintroduksikan dari KUHAP ke dalam Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi baik Pasal 1 ayat (1) sub c
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 maupun Pasal 5 sampai dengan Pasal 13 Undang-Undang Nomor
31 Tahun 1999, selama ini hanya sebagai pasal-pasal tidur yang tidak memiliki makna. Dalam sejarah
pemberantasan tindak pidana korupsi, penerapan pasal-pasal tersebut tidak mencapai 0.1% dari
totalitas perkara korupsi.
Memerangi korupsi bukan cuma menangkapi koruptor. Sejarah mencatat, dari sejumlah kejadian
terdahulu, sudah banyak usaha menangkapi dan menjebloskan koruptor ke penjara. Era orde baru, yang
berlalu, kerap membentuk lembaga pemberangus korupsi. Mulai Tim Pemberantasan Korupsi di tahun
1967, Komisi Empat pada tahun 1970, Komisi Anti Korupsi pada 1970, Opstib di tahun 1977, hingga Tim
Pemberantas Korupsi. Nyatanya, penangkapan para koruptor tidak membuat jera yang lain. Koruptor
junior terus bermunculan.2 Upaya pemberantasan korupsi semata-mata hanya lewat penuntutan
korupsi, padahal yang perlu saat sekarang ini adalah kesadaran setiap orang untuk taat pada undang-
undang korupsi.3 Bangsa Indonesia sekarang butuh penerus bangsa yang berakhlak mulia, dalam artian
mempunyai sikap dan perilaku yang baik. Kesadaran tersebut membuat pemerintah memutar otak
untuk bagaimana menciptakan hal tersebut. Lebih khusus kepada penanaman nilai antikorupsi pada
setiap individu putra bangsa. Namun masalahnya adalah Membentuk hal tersebut tidaklah mudah
seperti membalikkan telapak tangan. Generasi sekarang memang masih mengalaminya (korupsi), tetapi
generasi yang akan datang, semoga dikabulkan Tuhan dengan kerja keras semuanya, hanya akan melihat
kejahatan korupsi, kemiskinan dan ketimpangan sosial pada deretan diorama di Museum Nasional.4
Harapan segenap bangsa ini adalah dimana korupsi tidak akan terjadi lagi digenerasi berikutnya. Lain
sisi, penindakan korupsi sekarang ini belum cukup dan belum mencapai sasaran, hingga pemberantasan
korupsi perlu ditambah dengan berbagai upaya di bidang pencegahan dan pendidikan. Menanggapi
masalah tersebut beberapa kalangan elemen masyarakat mengungkapkan bahwa ada kekeliruan dalam
upaya pemberantasan korupsi oleh pemerintah, karena fokusnya hanya kepada menindak para
koruptor. Seperti apa yang dikatakan oleh M. Zaki: “di Indonesia, Pedagogi harapan tersebut, belum
sepenuhnya masuk ke dalam lini pendidikan. Negara justru mensibukkan dirinya dengan mengotak-atik
mahzab pidana mati dan perampasan aset diruang parlemen. Padahal esensi dari aktivitas
pemberantasan korupsi adalah melakukan pencegahan agar tidak menimbulkan tindak pidana
tersebut.5 Upaya pencegahan budaya korupsi dimasyarakat terlebih dahulu dapat dilakukan dengan
mencegah berkembangnya mental korupsi pada anak bangsa Indonesia melalui pendidikan. Semangat
antikorupsi yang patut menjadi kajian adalah penanaman pola pikir, sikap, dan perilaku antikorupsi
melalui sekolah, karena sekolah adalah proses pembudayaan.6 Sedikit sekali upaya untuk pencegahan
korupsi, salah satunya yaitu lewat pendidikan antikorupsi
Menyadari hal tersebut muncul gagasan untuk memasukkan materi antikorupsi kedalam kurikulum
pendidikan SD-SMU di Indonesia. Proses pendidikan mestinya bersifat sistematis dan massif. Cara
sistematis yang bisa ditempuh adalah dengan melaksanakan pendidikan antikorupsi secara intensif.
Pendidikan antikorupsi menjadi sarana sadar untuk melakukan upaya pemberantasan korupsi.
Pendidikan antikorupsi merupakan tindakan untuk mengendalikan dan mengurangi korupsi berupa
keseluruhan upaya untuk mendorong generasi mendatang untuk mengembangkan sikap menolak secara
tegas terhadap setiap bentuk korupsi. Mentalitas antikorupsi ini akan terwujud jika kita secara sadar
membina kemampuan generasi mendatang untuk mampu mengidentifkasi berbagai kelemahan dari
sistem nilai yang mereka warisi dan memperbaharui sistem nilai warisan dengan situasi-situasi yang
baru. Dalam konteks pendidikan, “memberantas korupsi sampai ke akar-akarnya” berarti melakukan
rangkaian usaha untuk melahirkan generasi yang tidak bersedia menerima dan memaafkan suatu
perbuatan korupsi yang terjadi.7 Pendidikan antikorupsi melalui jalur pendidikan lebih efektif, karena
pendidikan merupakan proses perubahan sikap mental yang terjadi pada diri seseorang, dan melalui
jalur ini lebih tersistem serta mudah terukur, yaitu perubahan perilaku anti korupsi. Perubahan dari
sikap membiarkan dan memaafkan para koruptor ke sikap menolak secara tegas tindakan korupsi, tidak
pernah terjadi jika kita tidak secara sadar membina kemampuan generasi mendatang untuk
memperbaharui sistem nilai yang diwarisi (korupsi) sesuai dengan tuntutan yang muncul dalam setiap
tahap pernjalanan bangsa. Sekolah dapat mengambil peran strategis dalam melaksanakan pendidikan
antikorupsi terutama dalam membudayakan perilaku antikorupsi di kalangan siswa.8 Pendidikan
antikorupsi harus diberikan sejak dini dan dimasukkan dalam proses pembelajaran dalam proses
pembelajaran mulai dari tingkat pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan tinggi. Hal ini sebagai
upaya membentuk perilaku peserta didik yang antikorupsi. Kekhasan pendidikan antikorupsi ialah dapat
menghasilkan anak bangsa yang jujur boleh jadi Indonesia akan menjadi bangsa yang teregister sebagai
Pendidikan Antikorupsi Sebagai Satuan Pembelajaran Berkarakter dan Humanistik bangsa paling
“bersih”. Diharapkan pemerintah dapat membangun kerja sama dengan berbagai pilar utama
pendidikan yaitu: sekolah, orang tua, dan masyarakat serta pihak swasta dalam membangun karakter
jujur dan membuat bangsa ini sehat secara mental dan moral.9 Inti dari materi pendidikan antikorupsi
ini adalah penanaman nilai-nilai luhur yang terdiri dari sembilan nilai yang disebut dengan sembilan nilai
antikorupsi. Sembilan nilai tersebut adalah: tanggung jawab, disiplin, jujur, sederhana, mandiri, kerja
keras, adil, berani, dan peduli .
KUHP yang diberlakukan di Indonesia sejak 1 Januari 1918 merupakan warisan Belanda. Ia merupakan
kodifikasi dan unifikasi yang berlaku bagi semua golongan di Indonesia berdasarkan asas konkordansi,
diundangkan dalam Staatblad 1915 Nomor 752 berdasarkan KB 15 Oktober 1915. Sebagai hasil saduran
dari Wetboek van Strafrecht Nederland 1881, berarti 34 tahun lamanya baru terjelma unifikasi berdasar
asas konkordansi ini. Dengan demikian, KUHP itu pada waktu dilahirkan bukan barang baru. Dalam
pelaksanaannya, diperlukan banyak penyesuaian untuk memberlakukan KUHP di Indonesia mengingat
sebagai warisan Belanda terdapat banyak ketentuan yang tidak sesuai dengan kebutuhan hukum
masyarakat Indonesia. Meski tidak secara khusus mengatur mengenai tindak pidana korupsi di
dalamnya, KUHP telah mengatur banyak perbuatan korupsi, pengaturan mana kemudian diikuti dan
ditiru oleh pembuat undang-undang pemberantasan korupsi hingga saat ini. Namun demikian terbuka
jalan lapang untuk menerapkan hukum pidana yang sesuai dan selaras dengan tata hidup masyarakat
Indonesia mengingat KUHP yang kita miliki sudah tua dan sering diberi merek kolonial. Dalam
perjalanannya KUHP telah diubah, ditambah, dan diperbaiki oleh beberapa undang-undang nasional
seperti Undang-undang Nomor 1 tahun 1946, Undang-undang Nomor 20 tahun 1946, dan Undang-
undang Nomor 73 tahun 1958, termasuk berbagai undang-undang mengenai pemberantasan korupsi
yang mengatur secara lebih khusus beberapa ketentuan yang ada di KUHP. Delik korupsi yang ada di
dalam KUHP meliputi delik jabatan dan delik yang ada kaitannya dengan delik jabatan. Sesuai dengan
sifat dan kedudukan KUHP, delik korupsi yang diatur di dalamnya masih merupakan kejahatan biasa saja.
apa yang harus dijaga dalam pelaksanaan tugas sehari -hari agar tidak terlibat dalam perbuatan
melawan hukum dan agar tidak tersangkut dalam tindak pidana kejahatan. Sebutkan integritas apa
yang ingin saudara lakukan . (jawaban konkrit)
Terdapat tiga konsep dari nilai antikorupsi, yaitu nilai inti, etos kerja, dan nilai sikap. Nilai inti dari
antikorupsi yaitu jujur, tanggung jawab, dan disiplin. Ketiga nilai ini sudah menjadi suatu kewajiban
kepemilikan untuk para pelayan negara dalam menjalankan tugas-tugas yang diberikan. Dengan
memiliki nilai-nilai tersebut, maka akan selaras dengan etos kerja yang mandiri, kerja keras, dan
sederhana. Selanjutnya, nilai inti serta etos kerja dapat dicermikan melalui nilai sikap yang berani,
peduli, dan adil. Sesuai dengan modul integritas untuk umum milik KPK, integritas adalah bertindak
dengan cara yang konsisten dengan apa yang dikatakan. Nilai-nilai antikorupsi sama dengan nilai-
nilai integritas. Integritas dapat berperan dengan baik dalam upaya pembenahan karakter dan moral
bangsa yang mendukung sikap antikorupsi. Korupsi dapat terjadi saat kita tidak menanamkan nilai-
nilai anti korupsi dalam diri, sehingga dengan menumbuhkan nilai integritas dengan sangat baik
dalam diri kita maka korupsi dapat dihapuskan.
buatlah tabel data korupsi yang telah terjadi di negeri kita. Mulai tahun 2018, 2019, 2020. Ada berapa
kasus, yng dilakukan oleh pejabat apa .
2018
No Nama Pelaku Jabatan Kasus Korupsi
1 Abdul Latif Bupati Hulu Suap Pembangunan RSUD
Sungai Tengah, Damanhuri.
Kalimantan Barang bukti : Rp1.6 Miliar + 6 mobil
Selatan mewah
Kabupaten Cirebon
Integritas berhubungan erat dengan dedikasi dan upaya untuk mencapai tujuan.
Integritas diharapkan dapat menjaga seseorang agar tidak keluar dari ‘Jalur”
dalam upaya memperoleh sesuatu atau dalam mencapai tujuan. Maka,
seseorang yang berintegritas, tidak akan mudah terjebak penyalahgunaan
wewenang, melanggar hukum/aturan, menghalalkan segala cara dan melakukan
tidakan-tindakan tidak terpuji lainnya.