Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
FITOKIMIA
PVI. Fraksinasi Secara Ekstraksi Cair-Cair
Disusun Oleh :
NIM : 1606067085
Gol/Kelompok : B/
LABORATORIUM FITOKIMIA
AKADEMI FARMASI INDONESIA YOGYAKARTA
2018
Halaman Pengesahan dan Pernyataan
Yogyakarta,
Dosen Pembimbing, Mahasiswa,
B. DASAR TEORI
Fraksinasi
Ekstrak kasar bahan alam merupakan campuran dari banyak senyawa
sehingga sulit dilakukan pemisahan senyawa tunggal hingga didapatkan isolat
yang murni. Untuk mengatasinya, maka ekstrak kasar dipisahkan menjadi
fraksi-fraksi yang berisi kelompok senyawa yang memiliki sifat polaritas atau
ukuran molekul yang hampir sama. Fraksi-fraksi ini dapat dibedakan secara
jelas, misal dengan ekstraksi cair-cair kemudian dilanjutkan dengan
kromatografi kolom, misalnya kromatografi cairan vakum, kolom
kromatografi, kromatografi berdasarkan ukuran atau ekstraksi fase padat.
Pemisahan awal ekstrak kasar tidak perlu dilakukan dengan banyak fraksi
karena hanya akan menghasilkan banyak fraksi namun mengandung senyawa
dalam konsentrasi yang kecil.
Fraksinasi adalah proses pemisahan suatu kuantitas tertentu dari
campuran (padat, cair, terlarut, suspensi, atau esotop) dibagi dalam beberapa
jumlah kecil (fraksi) komposisi perubahan menurut kelandaian. Pembagian
atau pemisahan ini didasarkan pada boot dari tiap fraksi, fraksi yang lebih
berat akan berada paling dasar sedang fraksi yang lebih ringan akan berada
diatas fraksinasi bertingkat biasanya menggunakan pelarut organik seperti
eter, aseton, benzena, etanol, diklorometana, atau campuran pelarut tersebut.
Asam lemak, asam resin, lilin, tanin, dan zat warna adalah bahan yang penting
dan dapat diektraksi dengna pelarut organik (Adijuwana dan Nur, 1989).
Fraksinasi dalam arti lain yaitu suatu teknik pemisahan untuk larutan yang
mempunyai perbedaan titik didih yang tidak terlalu jauh yaitu sekitar 30oC
atau lebih (Gunawan & Mulyani, 2004).
Partisi zat-zat trelarut antara dua cairan yang tidak campur menawarkan
banyak kemungkinan yang menarik untuk pemisahan analitis. Bahkan dimana
tujuan primer bukan untuk analitis namun preparatif. Ekstraksi pelarut
merupakan suatu langkah penting untuk menghasilkan suatu produk murni
dalam laboratorium organik, anorganik atau biokimia. Meskipun kadang-
kadang digunakan peralatan yang rumit namun seringkali diperlukan hanya
sebuah corong pisah. Seringkali suatu pemisahan ekstraksi pelarut dapat
diselesaikan dalam beberapa menit, pemisahan ekstraki biasanya bersih dalam
arti tidak ada analog kopresipitasi dengan suatu sistem yang terjadi (Gunawan
& Mulyani, 2004). Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan
komponen kimia di antara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana
sebagian komponen terlarut pada fase pertama dan sebagian terlarut pada fase
kedua. Kemudian kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok dan
setelah itu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna sehingga terbentuk
dua lapisan fase cair. Sedangkan komponen kimia akan terpisah. Jika suatu
cairan ditambahkan ke dalam ekstrak cairan lain yang tidak dapat bercampur
dengan cairan pertama maka akan terbentuk 2 lapisan. Salah satu komponen
dari campuran akan terlarut ke dalam dua lapisan tersebut (biasanya disebut
fase) dan setelah beberapa waktu akan dicapai kesetimbangan konsentrasi
dalam kedua lapisan tersebut. Waktu yang diperlukan untuk tercapainya
kesetimbangan biasanya dipersingkat dengan pencampuran kedua fase
tersebut dalam corong pisah (Widyaningrum, 2011).
Kromatografi
Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan
tertentu. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fase yaitu
fasa tetap (stationary) dan fasa gerak (mobile), pemisahan tergantung pada
gerakan relatif dari dua fasa tersebut.
Cara-cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan sifat-sifat dari
fasa tetap, yang dapat berupa zat padat atau zat cair. Jika fasa tetap berupa zat
padat maka cara tersebut dikenal sebagai kromatografi serapan, jika zat cair
dikenal sebagai kromatografi partisi. Karena fasa bergerak dapat berupa zat
cair atau gas maka semua ada empat macam sistem kromatografi yaitu
kromatografi serapan yang terdiri dari kromatografi lapis tipis dan
kromatografi penukar ion, kromatografi padat, kromatografi partisi dan
kromatografi gas-cair serta kromatografi kolom kapiler (Hostettmann, K.,
dkk., 1995).
Temu Kunci
Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiesperma
Kelas : Monocolyleadoane
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberacoes
Marga : Boesenbergia
Jenis : Boesenbergia pandurata (Roxb)
(Anonim, 2001)
Rimpang temu kunci mengandung minyak atsiri yaitu metilsinamat,
kamper, sineol, dan ferpera. Disamping minyat atsiri, temu kunci mengandung
saponim dan flavonoid (Chairul etal, 1996). Senyawa-senyawa yang
mempunyai prospek cukup biasanya berasal dari golongan flavonoid,
karkumin, limonoid, vitamin C, vitamin E (totoferol) dan kafekin yang bisa
digunakan sebagai obat kanker. Senyawa-senyawa tersebut bermanfaat pula
sebagai antioksidan (Aldi etal, 1996).
Etanol
Dianalisis KLT
Kondisi
a. Fase diam : Silika gel GF 254
b. Fase gerak : n-heksan : etil asetat (4:1)
c. Cuplikan : Hasil fraksi dan standar pinostrobin
d. Deteksi : UV 366
E. HASIL
Nama Simplisia : Temu kunci
Metode ekstraksi : Maserasi
Randeman ekstrak :-
Urutan fraksi : Air-air-air-air
Jumlah solvent yang dibutuhkan :
Solvent 1 : 18 ml
Solvent 2 : 17 ml
Solvent 3 : 16 ml
Solvent 4 : 15 ml
8cm
2. Jarak yang ditempuh bercak
3,6cm
Rf = 3,6cm/8cm = 0,45
3. Jarak yang ditempuh bercak
4,0cm
Rf = 4,0cm/8cm = 0,50
Ekstrak murni
Fraksi 4 Fraksi 1
temu kunci
F. PEMBAHASAN
Pada praktikum fraksinasi secara ekstraksi cair-cair ini bertujuan untuk
mampu melakukan fraksinasi ekstrak tumbuhan dengan ekstraksi cair-cair.
Fraksinasi adalah suatu proses pemisahan senyawa-senyawa berdasarkan tingkat
kepolarannya. Sedangkan ekstraksi cair-cair merupakan pemisahan komponen
kimia diantara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian
komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya lagi larut pada fase kedua.
Komponen kimia akan terpisah didalam dua fase tersebuut sesuai dengan tingkat
kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tepat (Sudjadi, 1986).
Dalam praktikum ini digunakan sampel ekstrak hasil maserasi temu kunci
dengan etil asetat. Pada ekstraksi air yang digunakan ini berperan sebagai pelarut
polar. Proses fraksinasi yang dilakukan adalah fraksinasi cair-cair tertingkat
dimana dilakukan dengan menggunakan air. Seluruh ekstrak digunakan karena
yang akan digunakan pada tahap selanjutnya dari percobaab ini adalah fraksi-
fraksi yang terbentuk dari proses frakasinasi ekstrak hasil maserasi temu kunci
denga etil asetat yaitu fraksi air. Tujuan dari fraksinasi cair-cair bertingkat ini
adalah untuk memisahkan kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat
pada ekstrak hasil maserasi temu kunci dengan etil asetat berdasarkan tingkat
kepolarannya juga bertujuan untuk memisahkan komponen yang larut dalam air.
Pada percobaan digunakan alat corong pisah untuk melakukam fraksinasi.
Proses fraksinasi dilakukan dengan air, pelarut digunakan untuk memisahkan
senyawa yang terdapat dalam ekstrak hasil maserasi temu kunci dengan etil
asetat dimana sampel mengandung pelarut yang memiliki senyawa polar, maka
akan ditarik oleh air kemudian dipisahkan bagian airnya. Percobaan dimulai
dengan memasukan ekstrak hasil maserasi temu kunci dengan etil asetat dan air
kedalam corong pisah dan dikocok pada satu arah. Sesekali membuka keran pada
corong pisah untuk mengeluarkan udara hasil pengocokan. Kemudian tegakkan
corong pisah, maka akan terlihat adanya dua fase, dimana fase atas adalah
ekstrak temu kunci dan lapisan bawah adalah air. Kemudian buang fase air, dan
ambil sedikit dari hasil fraksi temu kunci. Lakukan fraksinasi kembali hingga
didapat hasil yang keempat. Hasil fraksi ke 1 dan ke 4 diambil sampel untuk
identifikasi dengan KLT dengan pembanding ekstrak hasil maserasi temu kunci
dengan etil asetat. Tujuan pemisahan senyawa menggunakan KLT yaitu
mengamati apakah masih teradapat senyawa yang bersifat polar dalam fraksi-
fraksi yang diperoleh.
Proses selanjutnya yaitu identifikasi sediaan yang diperoleh hasil fraksinasi
dengan KLT. KLT dilakukan untuk uji kualitatif berdasarkan pada nilai Rf
sampel dan Rf standar, namun dalam praktikum digunakan ekstrak hasil maserasi
temu kunci sebagai cuplikan pembanding atau cuplikan standar serta hasil fraksi
ke 1 dan ke 4 sebagai sampel. Setelah sampel-sampel tersebut ditotolkan pada
plat silika gel GF 254 masukkan ke dalam chamber yang berisi n-heksan : etil
asetat (4:1) yang telah dielusi. Setelah fase gerak sudah mencapai batas, ambil
plat silika kemudian diangin-anginkan supaya kering. Kemudian diamati
dibawah lampu UV 366. Dari hasil kromatografi lapis tersebut didapat adanya 3
spot bercak pada pembanding dan sampel. Hal ini menunjukkan bahwa sampel
yang difraksi masih belum berupa senyawa tunggal flavonoid. Hal ini disebabkan
oleh fraksinasi yang kurang sempurna. Rf yang didapat dari masing-masing
sampel dari senyawa murni, hasil fraksinasi pertama, dan hasil fraksinasi
keempat adalah 0,15, 0,45, 0,50.
G. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa mampu melakukan
fraksinasi ekstrak tumbuhan dengan ekstraksi cair-cair berdasarkan proses
pemisahan suatu senyawa kuantitas tertentu dari campuran atau senyawa aktif
berdasarkan tingkat kepolarannya. Hasil yang didapat adalah jumlah spot bercak
yang sama yaitu tiga dan diperoleh Rf masing-masing bercak 0,15, 0,45 dan 0,50.
Hal ini menunjukkan bahwa sampel yang difraksi masih belum berupa senyawa
tunggal flavonoid. Hal ini disebabkan oleh fraksinasi yang kurang sempurna.
H. DAFTAR PUSTAKA
Adijuwana, Nur, M.A., 1989. Teknik Spetroskopi dalam Analisi Biologi. Bogor.
Pusat Antar Universitas IPB.
Aldi, Y., N.C. Sugiarto, S., et al, 1996. Uji Efek Antihis Tonninergik dan
Tanaman Androgaphis paniculata Ness. Warta Tanaman Obat Indonesia.
3(1):17-19.
Anonim, 2001. Investaris Tanaman Obat Indonesia 1 Jilid 2. Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Gunawan, D & S. Mulyani. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I.
Penebar Swadaya, Jakarta.
K. Hoesttmann, M. Hoesttman, MD Marstoh A. 1995. Cara Kromatografi
Preparatif Penggunaan pada Isolasi Senyawa Asam. Hal 10, ITB Bandung.
Sudjadi. 1986. Metode Pemisahan. Yogyakarta : Kanisius.
Widyaningrum, H. 2011. Kitab Tanaman Obat Nusantara. Medpress,
Yogyakarta.