Anda di halaman 1dari 19

PANCASILA DALAM KONTEKS

KETATANEGARAAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 6

Hafidz Muzakky 2010413002

Rahman Hidayat Tullah 2010951025

Vega Winata 2010951024

Yhunia Rosa 2010951026

PANCASILA KELAS 33

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah yang telah memberikan
hikmah, hidayah, kesehatan serta umur yang panjang sehingga makalah ini yang
berjudul “Pancasila dalam Konteks Ketatanegaraan” ini dapat terselesaikan. Kami
menyadari sepenuhnya, bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bisa
membangun menuju kesempurnaan dari pada pembaca untuk kesempurnaan makalah
kami selanjutnya.

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................II

DAFTAR ISI...........................................................................................................................III

BAB I.......................................................................................................................................1

PENDAHULUAN....................................................................................................................1

1. 1 LATAR BELAKANG................................................................................................1

1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................................................1

1.3 TUJUAN PENULISAN..............................................................................................1

BAB II......................................................................................................................................2

PEMBAHASAN.......................................................................................................................2

2.1 PANCASILA SEBAGAI TERTIB HUKUM TERTINGGI........................................2

2.2. ISI DAN KEDUDUKAN PEMBUKAAN UUD 1945...............................................4

2.3 HUBUNGAN PEMBUKAAN UUD 1945 DENGAN PASAL UUD 1945...............7

BAB III...................................................................................................................................15

PENUTUP..............................................................................................................................15

3.1 KESIMPULAN.........................................................................................................15

3.2 SARAN.....................................................................................................................15

III
IV
BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 LATAR BELAKANG

Latar BelakangPancasila merupakan landasan dan dasar negara Indonesia yang


mengatur seluruh strukturketatanegaraan Republik Indonesia. Dalam pemerintahan
Indonesia, masih baanyak bahkan sangat banyak anggota-anggotanya dan juga sistem
pemerintahannya yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam setiap sila
Pancasila. Padahal jika membahas negara dan ketatanegaraan Indonesia
mengharuskan ingtan kita meninju dan memahami kembali sejarah perumusan dan
penetapan pancasila, pembukaan UUD dan UUD 1945 oleh para pendiri dan
pembentukan negara Repulik Indonesia.
Dalam perumusan ketatanegaraan Indonesia tidak boleh melenceng dari nilai-
nilai pancasila, pembentuksn karakter bangsa dilihat dari sistem ketatanegaraan
Indonesia harus mencerminkan nilai-nilai dari ideologi bangsa yaitu pancasila.
Namun jika dalam pemerintahan terdapat banyak penyimpangan dan kesalahan yang
merugikan bangsa Indonesia, itu akan membuat sistem ketatanegaraan indonesia
berantakan begitupun dengan bangsanya sendiri

1.2 RUMUSAN MASALAH

a. Bagaimana pancasila sebagai tertib hukum tertinggi?


b. Bagaimana isi dan kedudukan pembukaan UUD 1945?
c. Bagaimana hubungan pembukaan UUD 1945 dengan Pasal UUD 1945?

1.3 TUJUAN PENULISAN

a. Mengetahui pancasila sebagai tertib hukum tertinggi di Indonesia


b. Mengetahui isi dan kedudukan pembukaan UUD 1945
c. Mengetahui hubungan pembukaan UUD dengan pasal UUD 1945

1
BAB II

PEMBAHASAN

Sumber hukum pada hakikatnya adalah tempat kita dapat menemukan


dan menggali hukumnya. Sumber hukum menurut Zevenbergen dapat dibagi
menjadi sumber hukum materiil dan sumber hukum formil. Sumber hukum
materiil merupakan tempat dari mana materi hukum itu diambil. Sumber
hukum materiil ini merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum
misalnya: hubungan sosial, hubungan kekuatan politik, situasi sosial
ekonomis, tradisi (pandangan keagamaan, kesusilaan), perkembangan
internasional, keadaan geografis. Sumber hukum formil merupakan tempat
atau sumber dari mana suatu peraturan memperoleh kekuatan hukum. Ini
berkaitan dengan bentuk atau cara yang menyebabkan peraturan itu formal
berlaku. Apabila dikaitkan dengan dua jenis sumber hukum di atas, maka
Pancasila termasuk sumber hukum yang bersifat materiil sedangkan yang
bersifat formil seperti peraturan perundang-undangan, perjanjian antarnegara,
yurisprudensi dan kebiasaan. Pancasila sebagai sumber hukum materiil
ditentukan oleh muatan atau bobot materi yang terkandung dalam Pancasila.
Setidaknya terdapat tiga kualitas materi Pancasila yaitu: pertama, muatan
Pancasila merupakan muatan filosofis bangsa Indonesia. Kedua, muatan
Pancasila sebagai identitas hukum nasional. Ketiga, Pancasila tidak
menentukan perintah, larangan dan sanksi melainkan hanya menentukan asas-
asas fundamental bagi pembentukan hukum (meta-juris). Ketiga kualitas
materi inilah yang menentukan Pancasila sebagai sumber hukum materiil
sebagaimana telah dijelaskan Sudikno Mertokusumo di atas.
fungsi Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum mangandung arti
bahwa Pancasila berkedudukan sebagai:
1. Ideologi Hukum Indonesia

2
2. Kumpulan nilai-nilai yang harus berada di belakang keseluruhan hukum
Indonesia
3. Asas-asas yang harus diikuti sebagai petunjuk dalam mengadakan pilihan
hukum di Indonesia
4. Sebagai suatu pernyataan dari nilai kejiwaan dan keinginan bangsa
Indonesia, juga dalam hukumnya

Keberadaan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum kemudian


kembali dipertegas dalam Ketetapan MPR No. III/MPR/2000 Tentang Sumber
Hukum Dan Tata Urutan Peraturan Perundang-Undangan. Pasal 1 TAP MPR
itu memuat tiga ayat:

1. Sumber hukum adalah sumber yang dijadikan bahan untuk penyusunan


peraturan perundang-undangan
2. Sumber hukum terdiri dari sumber hukum tertulis dan hukum tidak tertulis
3. Sumber hukum dasar nasional adalah Pancasila sebagaimana tertulis dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu Ketuhanan Yang Maha
Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dan batang tubuh Undang-Undang
Dasar 1945.

Pengaturan TAP MPR di atas lebih memperjelas maksud dari istilah sumber
hukum dalam sistem hukum di Indonesia bahwa yang menjadi sumber hukum
(tempat untuk menemukan dan menggali hukum) adalah sumber yang tertulis
dan tidak tertulis. Selain itu, menjadikan Pancasila sebagai rujukan utama dari
pembuatan segala macam peraturan perundang-undangan. Akan tetapi, tidak
lagi ditemukan istilah Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum.
Hal ini memang tidak mengganggu keberadaan Pancasila sebagai norma dasar
yang menginduki segala norma tetapi tentu mengurangi supremasi dan daya
ikat Pancasila dalam tatanan hukum. Dikatakan demikian, karena nilai-nilai
Pancasila seperti sebagai pandangan hidup, kesadaran, cita-cita hukum dan

3
cita-cita moral tidak lagi mendapatkan legitimasi yuridis. Terutama, sistem
hukum modern sudah banyak dipengaruhi oleh aliran pemikiran positivisme
hukum yang hanya mengakui peraturan-peraturan tertulis. Untuk itu, adalah
suatu kekeliruan apabila tidak menerangkan secara eksplisit mengenai
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum

2.2. ISI DAN KEDUDUKAN PEMBUKAAN UUD 1945

Pembukaan UUD 1945 merupakan penjabaran dari proklamasi, yang


mana Pembukaan UUD 1945 itu sendiri dijabarkan kembali dalam batang
tubuh UUD 1945.Pembukaan UUD 1945 mengandung pokok-pokok yang
melandasi lahirnya hukum tertulis dan tidak tertulis di Indonesia.

Kedudukan bagian Pembukaan setingkat lebih tinggi dari Pasal-Pasal Batang


Tubuh UUD 1945 karena beberapa alasan, yaitu:

o Mengandung jiwa Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan


suasana kerohanian dari terbentuknya Negara RI;

o Memuat tujuan negara dan dasar negara Pancasila;

o Menajdi acuan atau pedoman dalam perumusan Pasal-pasal UUD


1945.

Pembukaan UUD 1945 merupakan Staatsfundamentalnorm atau yang disebut dengan


Norma Fundamental Negara, Pokok Kaidah Fundamental Negara ata Norma Pertama
yang merupakan norma tertinggi dalam suatu negara.

Lebih lanjut, Pembukaan UUD 1945 merupakan pokok atau kaidah negara yang
bersifat fundamental, serta mempunyai kedudukan yang tetap dan melekat bagi
negara Republik Indonesia.

Kedudukan Pembukaan UUD 1945 menurut Aim Abdulkarim dalam


buku Pendidikan Kewarganegaraan (2005) adalah sebagai berikut:

o Sumber motivasi dan aspirasi perjuangan serta tekad bangsa Indonesia

4
o Sumber cita-cita hukum dan cita-cita moral yang ingin ditegakkan
dalam lingkungan nasional dan internasional

o Nilai-nilai universal dan lestari dalam peradaban bangsa-bangsa di


dunia.

Dilihat dari sudut teori ketatanegaraan, pembukaan, preambule, atau mukadimah


dalam setiap dokumen konstitusi selalu berisikan pernyataan yang singkat tapi
sungguh padat.
Di dalamnya tertuang visi, misi, dan nilai-nilai dasar sebuah institusi atau organisasi
sebagai wadah kebersamaan yang hendak dibangun dan dijalankan bersama.

Bunyi Alinea dan Makna Pembukaan UUD 1945

Alinea 1

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu,
maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri
kemanusiaan dan peri keadilan.

Makna

1. Pengakuan terhadap prinsip universal yang berupa hak kemerdekaan


sebagai hak asasi setiap bangsa yang harus dijunjung tinggi.
2. Menunjukkan keteguhan dan kuatnya pendirian bangsa Indonesia
dalam menentang penjajahan atau imperialisme di mana saja karena
bertentangan dengan perikemanusiaan dan rasa keadilan.

Alinea 2

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat


yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan
pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil
dan makmur.

5
Makna

1. Pengakuan dan penghargaan secara obyektif bahwa kemerdekaan


Negara Indonesia adalah hasil perjuangan dan pergerakan bersama
seluruh bangsa Indonesia.
2. Pengakuan akan kesadaran bahwa kemerdekaan Negara Indonesia
bukanlah akhir perjuangan melainkan merupakan pintu masuk bagi
terwujudnya sebuah Negara Indonesia yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur.

Alinea 3

Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan
luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia
menyatakan dengan ini kemerdekaanya
Makna

1. Pengakuan yang didasarkan atas keyakinan yang kuat bahwa pada


hakekatnya kemerdekaan Negara Indonesia adalah takdir, kehendak,
rahmat, dan sekaligus amanat dari Tuhan Yang Maha Kuasa yang
harus dijaga dan dipertahankan.
2. Kesadaran bahwa disamping takdir, kehendak, dan rahmat Tuhan Yang
Maha Kuasa, kemerdekaan Negara Indonesia juga merupakan cita-cita
luhur yang telah sejak lama diperjuangkan.

Alinea 4

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia


yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteran umum mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasar kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial. Maka disusunlah kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam
suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu
susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar

6
kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusian yang adil dan beradap, persatuan
Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan /perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Makna

1. Tujuan Negara yang harus menjadi acuan bagi penyelenggaraan


pemerintahan: melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteran umum
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasar kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial.
2. Negara Konstitusional, yaitu negara yang berdasarkan Undang-Undang
Dasar.

3. Negara Republik Demokrasi dengan dasar kedaulatan rakyat.

4. Dasar Negara: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusian yang adil dan
beradap, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan /perwakilan, Keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia; yang lazim disebut dengan
PANCASILA.

1. Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila


Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia mempunyai implikasi bahwa
Pancasila terikat oleh suatu kekuatan secara hukum, terikat oleh struktur kekuasaan
secara formal yang meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai
dasar Negara (Suhadi, 1998). Cita-cita hukum tersebut terangkum didalam empat
pokok pikiran yang terkandung dalam Undang Undang Dasar 1945 yang sama
hakikatnya dengan Pancasila, yaitu :

1. Negara Persatuan “ Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh


tumpah darah Indonesia “

7
2. Keadilan sosial “Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia “

3. Kedaulaatan Rakyat “ Negara yang berkedaulatan rakyat berdasarkan atas


kerakyatan /perwakilan.”

4. Ketuhanan dan kemanusiaan “Negara berdasarkan atas ketuhanan yang


menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradap.”

Pembukaan UUD 1945 adalah sumber motivasi dan aspirasi perjuangandan


tekad bangsa Indonesia yang merupakan sumber cita-cita luhur dan cita cita mahal,
sehingga pembukaan UUD 1945 merupakan tertib hukum yang tertinggi dan
memberikan kemutlakan bagi tertib hukum Indonesia.

Pembukaan UUD 1945 bersama dengan UUD 1945 dalam berita Republik Indonesia
tahun 11 No 7, ditetapkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945. Pada hakekatnya
semua aspek penyelenggaraan pemerintah Negara yang berdasarkan Pancasila
terdapat dalam alenia IV pembukaan UUD 1945.

Dengan demikian Pancasila secara yuridis formal ditetapkan sebagai dasar


filsafat Negara Republik Indonesia bersamaan dengan ditetapkan Pembukaan UUD
1945 dan UUD 1945. Maka Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 mempunyai
hubungan timbal balik sebagai berikut :

a. Hubungan Secara Formal, bahwa rumusan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia
adalah seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945: bahwa Pembukaan UUD
1945 berkedudukan dan berfungsi selain sebagai Mukadimah UUD 1945 juga sebagai
suatu yang bereksistensi sendiri karena Pembukaan UUD 1945 yang intinya Pancasila
tidak tergantung pada batang tubuh UUD 1945, bahkan sebagai sumbernya:
bahwa Pancasila sebagai inti Pembukaan UUD 1945 dengan demikian
mempunyai kedudukan yang kuat, tetap, tidak dapat diubah dan terlekat pada
kelangsungan hidup Negara RI.

b. Hubungan Secara Material, yaitu proses perumusan Pancasila: sidang BPUPKI


membahas dasar filsafat Pancasila, baru kemudian membahas Pembukaan UUD

8
1945; sidang berikutnya tersusun Piagam Jakarta sebagai wujud bentuk pertama
Pembukaan UUD 1945.

Merujuk kepada sejarah tentang urut-urutan penyusunan antara Pancasila dengan


Pembukaan UUD 1945, penulis melihat bahwa para pendiri Negara menganggap
penting perumusan dasar Negara untuk dibahas karena memang suatu Negara yang
akan dibentuk harus memiliki dulu dasar ideologi Negara. Pada saat itu sudah ada
ideologi komunis dan liberal. Dan bangsa Indonesia menginginkan dasar Negara
sesuai pandangan hidup bangsa Indonesia sendiri. Dasar Negara tersebut
mendapatkan suatu legalitasnya dalam Piagam Jakarta yang kemudian menjadi
Pembukaan UUD 1945. Dengan masuknya rumusan Pancasila dalam Pembukaan
UUD, maka Pancasila menjadi inti dari Pembukaan UUD 1945 dan kedudukan
Pembukaan UUD 1945 menjadi kuat, apalagi dari Penjelasan UUD 1945 dikatakan
kalau Pembukaan itu memiliki empat pokok pikiran dan ternyata keempat pokok
pikiran dalam Pembukaan UUD 1945 itu tiada lain adalah Pancasila.

2. Hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan UUD 1945


Penjelasan UUD 1945 yang merupakan bagian dari keseluruhan UUD 1945
menyatakan Pembukaan UUD 1945 mengandung empat pokok pikiran, yaitu:
(1) bahwa Negara Indonesia adalah negara yang melindungi dan meliputi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, serta mencakupi segala paham
golongan dan paham perseorangan
(2) bahwa Negara Indonesia hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
warganya
(3) bahwa Negara Indonesia menganut paham kedaulatan rakyat. Negara dibentuk dan
diselenggarakan berdasarkan kedaulatan rakyat
(4) bahwa Negara Indonesia adalah negara yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

Dari Penjelasan UUD 1945, penulis melihat ada hubungan antara Pembukaan UUD
1945 dengan UUD 1945 sebagai berikut: Pembukaan UUD 1945 mengandung empat
pokok pikiran dan UUD menciptakan pokok-pokok pikiran itu dalam pasal-pasalnya.
Ini berarti pasal-pasal yang terdapat dalam UUD merupakan penjabaran dari keempat

9
pokok pikiran dalam pembukaan UUD’45 tersebut. Dengan demikian, Pembukaan
UUD 1945 sebagai satu kesatuan dengan pasal-pasalnya.
Pembukaan UUD 1945 sebagai satu kesatuan dengan pasal-pasalnya, semakin jelas
didasarkan pada:
1. Proses penyusunan Pembukaan UUD 1945 yang merupakan satu kesatuan dengan
pembahasan masalah lain dalam Undang-Undang Dasar oleh BPUPKI, yaitu masalah
bentuk negara, daerah negara, badan perwakilan rakyat, dan badan penasehat.
2. Pasal II Aturan Tambahan UUD 1945 yang berbunyi: “Dengan ditetapkannya
perubahan Undang-Undang Dasar ini, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 terdiri atas Pembukaan dan pasal-pasal.”
Pokok-pokok pikiran Pembukaan UUD 1945 yang dimuat dalam Penjelasan UUD
1945 seiring dengan dinamika ketatanegaraan sekarang ini telah mengalami
perubahan. Perubahan UUD 1945 sebagai agenda utama era reformasi mulai
dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada tahun 1999 telah
menghilangkan penjelasan ini. Pada Sidang Tahunan MPR 1999, seluruh fraksi di
MPR membuat kesepakatan tentang arah perubahan UUD 1945, yaitu:
1. sepakat untuk tidak mengubah Pembukaan UUD 1945
2. sepakat untuk mempertahankan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia
3. sepakat untuk mempertahankan sistem presidensiil (dalam pengertian sekaligus
menyempurnakan agar betul-betul memenuhi ciri-ciri umum sistem presidensiil)
4. sepakat untuk memindahkan hal-hal normatif yang ada dalam Penjelasan UUD
1945 ke dalam pasal-pasal UUD 1945
5. sepakat untuk menempuh cara adendum dalam melakukan amandemen terhadap
UUD 1945.
Lima kesepakatan tersebut dilampirkan dalam Ketetapan MPR No. IX/MPR/1999
tentang Penugasan Badan Pekerja Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia untuk Melanjutkan Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

3. Hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan Proklamasi


Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakandengan tjara
saksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.

10
Djakarta hari 17 boelan 8 tahoen 05’
Atas nama bangsa IndonesiaSoekarno-Hatta

Latar Belakang Proklamasi

Latar belakang terjadinya proklamasi saat Jepang diserang oleh tentara sekutu pada tanggal
6 Agustus 1945. Pemimpin Jepang menyadari akan kekalahannya bahwa negaranya telah
mendekati kekalahan. Oleh sebab itu tanggal 7 Agustus 1945, Panglima dari jepang yaitu
Jendral Tarauchi memberikan pernyataan bahwa Jepang akan memberikan kemerdekaan
bagi bangsa Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1945. Dan pada tanggal 9 Agustus, Ir.
Soekarno, Drs Moh. Hatta dan DR. Radjiman Wedyodiningrat diminta datang ke \saigon
untuk mendapatkan petunjuk-petunjuk mengenai penyelenggaraan kemerdekaan tersebut.
Pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat pada tentara sekutu, hilanglah
”janji kemerdekaan” dari Jendral Terauchi behubung dengan kekalahan Jepang tersebut.
Maka, pada pukul 10.00 WIB pagi hari Jumat tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan
nomor 56, Jakarta. Proklamasi kemerdekaan RI diumumkan kepada dunia, “INDONESIA
MERDEKA” dan Indonesia siap mempertahankan kemerdekaannya. Sampailah perjuangan
bangsa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan menuju
masyarakat adil, makmur dan sejahtera.

Arti Proklamasi

Proklamasi yaitu pernyataan bangsa Indonesia kepada diri sendiri maupun kepada dunia luar
bahwasanya Indonesia telah merdeka. Hal ini dapat dilihat pada :

1. Bagian pertama (alinea pertama) Proklamasi Kemerdekaan (“Kami bangsa


Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia”) mendapat
penegasan dan penjelasan pada alinea pertama sampai dengan alinea ketiga
Pembukaan UUD 1945.
2. Bagian kedua (alinea kedua) Proklamasi Kemerdekaan (“Hal-hal yang
mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara
seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya”) yang merupakan
amanat tindakan yang segera harus dilaksanakan yaitu pembentukan negara

11
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan termuat dalam
Pembukaan UUD 1945 alinea keempat.

Pembukaan UUD 1945

"Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu,
maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan."

"Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang
berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu
gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur."

"Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan
luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan
dengan ini kemerdekaannya."

"Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada :
Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan,serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia."

Latar Belakang Pembukaan UUD 1945

Pembukaan UUD’45 memberikan pedoman-pedoman tertentu antara lain :


· untuk mengisi kemerdekaan nasional kita

12
· untuk melaksanakan kenegaraan kita
· untuk mengetahui tujuan dalam memperkembangkan kebangsaan kita
· untuk setia kepada suara batin yang hidup dalam kalbu rakyat kita.

Makna yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945

1. Makna Alinea Pertama:


• Keteguhan bangsa Indonesia dalam membela kemerdekaan melawan
penjajah dalam segala bentuk.
• Pernyataan subjektif bangsa Indonesia untuk menentang dan menghapus
penjajahan diatas dunia.
• Pernyataan objektif bangsa Indonesia bahwa penjajasan tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan.
•Pemerintah Indonesia mendukung kemerdekaan bagi setiap bangsa Indonesia
untuk berdiri sendiri.

2. Makna Alinea Kedua:


• Kemerdekaan yang dicapai oleh bangsa Indonesia merupakan hasil
perjuangan pergerakan melawan penjajah.
• Adanya momentum yang harus dimanfaatkan untuk menyatakan
kemerdekaan.
• Bahwa kemerdekaan bukanlah akhir perjuangan, tetap iharus diisi dengan
mewujudkan negara Indonesia yang merdeka,bersatu , berdaulat,adil dan
makmur.

3. Makna Alinea ketiga:


• Motivasi spiritual yang luhur bahwa kemerdekaan kitaadalah berkat rahmat
Alllah Yang Maha Kuasa.
• Keinginan yang didambakan oleh segenap bangsaIndonesia terhadap suatu
kehidupan yang berkesinambungan antara kehidupan material dan spiritual,
dan kehidupan dunia maupun akhirat
• Pengukuhan pernyataan Proklamasi Kemerdekan

4. Makna Alinea Keempat:


•Adanya fungsi dan sekaligus tujuan Negara Indonesia,yaitu:

13
1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia
2. Memajukan kesejahteraan umum
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa, ikut melaksanakan ketertiban dubia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan social
•Kemerdekaan bangsa Indonesia yang disusun dalam suatu Undang-Undang
Dasar 1945.
•Susunan/bentuk Negara Republik Indonesia.
•Sistem pemerintahan Negara, yaitu berdasarkan kedaulatan rakyat
(demokrasi)
• Dasar Negara Pancasila

Hubungan Proklamasi dengan Pembukaan UUD 1945


Jadi kesimpulan yang kita dapat ambil dalam hubungan proklamasi dengan pembukaan UUD
1945 yaitu :
1. Dalam proklamasi dan pembukaan UUD 1945 menjelaskan bahwa rakyat
Indonesia mengumumkan kepada dunia bahwa rakyat Indonesia ingin
terbebas dari penjajahan.
2. Dalam proklamasi dan pembukaan UUD 1945 menjelaskan bahwa rakyat
Indonesia ingin mencapai cita-cita nasional yaitu menuju masyarakat yang
adil, makmur, dan sejahtera.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Pancasila dalam konteks ketatanegaraan Republik Indonesia adalah pembagian


kekuasaan lembaga lembaga tinggi negara, hak dan kewajiban, keadilan sosial, dan
lainnya diatur dalam undang undang dasar negara. Pembukaan undang- undang dasar
1945 dalam konteks ketatanegaraan, memiliki kedudukan yang sangat penting
merupakan asas fundamental dan berada pada hierarkhi tertib hukum tertinggi di
Negara Indonesia.

Dengan menggunakan sistem ketatanegaraan berdasarkan pada nilai-nilai dan yang


berhubungan dengan Pancasila, dapat menjadikan karakter suatu bangsa memiliki
moral yang sesuai dengan yang tercermin dalam sila-sila Pancasila. Negara Indonesia
dan masyarakat Indonesia dengan ketatanegaraannya berdasar pada Pancasila akan
membawa dampak positif bagi terbentuknya bangsa Indonesia.

3.2 SARAN

Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa penulisan masih jauh
dari kata sempurna kedepannya kami akan lebih berhati-hati dalam menjelaskan
tentang makalah dengan sumber-sumber lebih banyak dan lebih bertanggung jawab.

15

Anda mungkin juga menyukai