Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

’’ EKSTRAKSI MASERASI ’’

Disusun Oleh :

Alisa Adistia D (19012035)


Desi Kristina P (19012037)

S1 RK-B Semester 5

Dosen Pengampu: Lilik Sulastri,M.Farm

Tempat Praktikum : Laboratorium STTIF Bogor

PROGRAM STUDI S1 FARMASI REGULER KHUSUS


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN FARMASI
BOGOR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumber daya alam,


terutama tanaman obat. Tanaman obat penggunaannya dalam bentuk segar,
tunggal, campuran, serta dapat berupa ramuan yang dikenal sebagai obat
tradisional. Berdasarkan pengalaman nenek moyang, obat tradisional cukup
aman dikonsumsi manusia. Meskipun demikian, penelitian ilmiah tetap
dibutuhkan. (Suharmiati dan Handayani, 2006.)
Perkembangan teknologi industri obat dan obat-obatan tradisional
berkembang pesat. Bahan baku berupa simplisia banyak diminati oleh
industry, salahsatunya rimpang kunyit. (Rukmana, 1994.) Kebutuhan industry
terhadap kunyit cukup tinggi, yaitu 1.355 ton/tahun berat segar. (Kemala et
al, 2000)
Rimpang kunyit mengandung senyawa aktif Kurkuminoid. (Oomah, 2000)
dan minyak atsiri (Rukmana, 1994) Kurkumin merupakan senyawa fenol
yang memiliki dua cincin fenol simetris dan dihubungkan oleh satu rantai
heptadiena (Sihombing 2007)
Ekstraksi merupakan kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat
larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair
(Anonim, 1986.) Metode ekstraksi dibagi menjadi dua jenis, yaitu cara dingin
dan cara panas. Metode cara dingin yaitu : Maserasi dan perkolasi.
Sedangkan cara panas, yaitu : Refluks, Digesti, Infus. (Anonim, 2000.)
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana (Anonim, 1986.)
bila dibandingkan dengan metode ekstraksi lainnya. Hal ini karena
pengerjaannya sederhana dan alat yang digunakan mudah diperoleh,
sederhana, dan tidak memerlukan alat khusus. (Indraswari, 2008; Runadi,
2007.)
Pembuatan ekstrak dengan maserasi merupakan proses paling cepat
dimana digunakan untuk simplisia yang sudah halus dan memungkinkan
direndam hingga meresap dan melunakkan sel-sel, sehingga zatnya akan
larut. (Ansel, 1985 ; Voigt, 1971) dan digunakan untuk penyarian simplisia
yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari (Anonim,
1986.)

1.2. Tujuan Praktikum

a. Menjelaskan prosedur pembuatan ekstrak dengan cara maserasi

b. Mampu memahami penyarian simplisia dengan cara


maserasi serta hal-hal yang harus diperhatikan dalam
menyari simplisia dengan cara maserasi
c. Mampu memasang alat maserasi

d. Mengetahui pengaruh perbedaan pelarut dan konsentrerasi


etanol terhadap rendemen ekstrak secara maserasi
e. Mengetahui perbedaan nilai rendemen ekstrak daun ketepeng antara
maserasi dengan perkolasi

1.3. Manfaat Praktikum

a. Mahasiswa mengetahui tatacara menyari kunyit dengan teknik


maserasi

b. Mahasiswa mampu membuat ekstraksi kunyit dengan teknik


maserasi

c. Masiswa mampu mengetahui rendemen dari ekstrak yang


dihasilkan
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Definisi Ekstrak dan Ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi
senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan
pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan
dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga
memenuhi baku yang telah ditentukan. Sebagian besar ekstrak dibuat
dengan mengekstraksi bahan baku obat secara perkolasi. Seluruh perkolat
biasanya dipekatkan secara destilasi dengan menggunakan tekanan (Ditjen
POM, 1995).
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari
bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut.
Zat-zat aktif terdapat di dalam sel, namun sel tanaman dan hewan berbeda
demikian pula ketebalannya, sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan
pelarut tertentu dalam mengekstraksinya.

2.2 Metode Maserasi

Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana yang


dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari
selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya
(Ditjen POM : 1986).
Metode ini digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung
komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak
mengandung zat yang mudah mengembang seperti benzoin, stiraks dan
lilin. Penggunaan metode ini misalnya pada sampel yang berupa daun,
contohnya pada penggunaan pelarut eter atau aseton untuk melarutkan
lemak/lipid (Ditjen POM, 1986).
Metode Maserasi umumnya menggunakan pelarut non air atau
pelarutnon-polar. Teorinya, ketika simplisia yang akan
dimaserasi direndam dalam pelarut yang dipilih, maka
ketika direndam, cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke
dalam rongga sel yang penuh dengan zat aktif. Karena adanya pertemuan
antara zat aktif dan penyari itu terjadilah proses pelarutan (zat aktif larut
dalam penyari) sehingga penyari yang masuk ke dalam sel tersebut
akhirnya akan mengandung zat aktif, katakan 100%, sementara penyari
yang berada di luarsel belum terisi zat aktif (0 %) akibat adanya perbedaan
konsentrasi zat aktif didalam dan di luar sel ini akan muncul gaya difusi,
larutan yang terpekat akan didesak menuju keluar berusaha mencapai
keseimbangan konsentrasi antara zataktif di dalam dan di luar sel. Proses
keseimbangan ini akan berhenti, setelah terjadi keseimbangan konsentrasi
(istilahnya “jenuh”). Dalam kondisi ini, proses ekstraksi dinyatakan selesai,
maka zat aktif didalam dan di luar sel akan memiliki konsentrasi yang
sama, yaitu masing-masing 50%. (Anonim, 2007).
Adapun kelebihan dari ekstraksi dengan metode maserasi adalah cara
pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah dicari,
biaya lebih murah. Sedangkan kekurangannya adalah proses penyariannya
tidak sempurna, karena zat aktif hanya mamputerekstraksi sebesar
50% saja dan prosesnya lama, butuh waktu beberapa hari.
Cara maserasi ini digunakan untuk pembuatan tingtur, jika ingin dibuat
ekstrak, pengerjaannya dilanjutkan dengan memekatkan hasil penyarian
tadi. Pemekatan dilakukan dengan cara penyulingan atau penguapan
dengan tekanan rendah pada suhu 50° C sampai konsentrasi yang
dikehendaki.
Dalam buku monografi ekstrak, pembuatan ekstrak kental umumnya
dilakukan dengan cara maserasi menggunakan etanol. Satu bagian serbuk
bagian etanol, direndam selama 6 jam sambil sesekali diaduk, kemudian
didiamkan simplisia dimasukkan ke dalam maserator, ditambah 10 bagian
etanol direndam selama 6 jam sambil sesekali diaduk, kemudian didiamkan
sampai 24 jam. Maserat dipisahkan dan proses diulangi 2 kali dengan jenis
dan jumlah pelarut yang sama. Semua maserat dikumpulkan dan diuapkan
dengan penguap vakum hingga diperoleh ekstrak kental. Rendemen yang
diperoleh ditimbang dan dicatat.
Pada penyarian dengan cara maserasi perlu dilakukan pengadukan
dengan tujuan untuk meratakan konsentrasi larutan diluar serbuk simplisia
sehingga dengan pengadukan tersebat tetap terjaga adanya derajat
perbedaan konsentrasi yang sekecil kecilnya antara larutan di dalam sel
dengan larutan diluar sel.
Hasil penyarian dengan cara maserasi perlu dibiarkan selama 2 hari
untuk mengendapkan zat zat yang tidak diperlukan tetapi ikut terlarut
dalam cairan penyari.
Maserasi dapat dilakukan modifikasi, misalnya:

1. Digesti

Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah,


yaitu pada suhu 40"-50"

C. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat
aktifnya tahan terhadap pemanasan.
2. Maserasi dengan Mesin Pengaduk

Penggunaan mesin pengaduk yang berputar terus menerus, waktu


proses maserasi dapat dipersingkat menjadi 6 sampai 24 jam.
3. Remaserasi

Cairan penyari dibagi 2, seluruh serbuk simplisia dimaserasi dengan


cairan penyari pertama, sesudah diendap tuangkan dan diperas, ampas
dimaserasi lagi dengan cairan penyari yang kedua.
4. Maserasi Melingkar

Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan penyari


selalu bergerak dan menyebar. Dengan cara ini penyari selalu mengalir
kembali secara berkesinambungan melalui serbuk simplisia dan
aktifnya melarutkan zat.
5. Maserasi Melingkar Bertingkat

Pada maserasi melingkar penyarian tidak dapat dilaksanakan secara


sempurna, karena pemindahan massa akan berhenti bila keseimbangan
telah terjadi. Masalah ini dapat diatasi dengan maserasi melingkar
bertingkat.
2.3 Daun Ketepeng

Klasifikasi Tanaman
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae (suku polong-polongan)
Genus : Cassia
Spesies : Cassia alata L.

2.4 Daun Lamtoro


Klasifikasi Tanaman
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Sub Divisio : Spermatophyta
Kelas : Magnolipsida
Ordo : Fabales
Suku : Fabaceae
Genus : Leucaena
Spesies : Leucaena leucocephal
BAB III
ALAT DAN BAHAN
3.1 Daun Ketepeng
a. Alat
 Gelas ukur 1000 ml
 Botol kaca 4000 ml,1000 ml
 Beaker glass 2000ML
 Corong kaca
 Kapas
 Rotary evaporator dengan kecepatan 70 rpm selama 90 menit
 Oven
b. Bahan
 Etanol 96%
 Simplisia daun ketepeng 520 gr

3.2 Daun Lamtoro

a. Alat

 Gelas ukur 1000ML

 Botol kaca 4000ML,1000ML

 Beaker glass 2000ML


 Corong kaca
 Kapas
 Rotary evaporator 60 rpm
 Water Bath
 Oven
b. Bahan
 Etanol 96%
 Simplisia daun lamtoro 925 gr
BAB IV
METODE KERJA
4.1 Daun Ketepeng
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Ditimbang simplisia daun ketepeng sebanyak 520 gram.
3. Dimasukkan simplisia yang sudah ditimbang ke dalam botol kaca
ukuran 4000 ml lalu direndam dengan etanol 96% aduk sampai homogen
(etanol ditambahkan hingga simplisia terendam ± 2 liter).
4. Didiamkan rendaman daun ketepeng sehingga terpisah menjadi dua
bagian (1x24 jam), kemudian dikocok terlebih dahulu botolnya lalu
dimasukkan sebagian larutan kedalam beaker glass untuk dilalukan
penyaringan, bagian ekstrak disaring menggunakan sebuah corong kaca yang
sudah dilapisi kapas kedalam botol kaca ukuran 4 liter. Proses penyaringan
dilakukan hingga larutan sudah tersaring semua.
5. Kemudian ampas simplisia daun ketepeng dimasukkan kembali ke
dalam botol kaca 4000 ml, lalu direndam kembali etanol 96% aduk sampai
homogen (etanol ditambahkan hingga simplisia terendam ± 1 liter).
6. Didiamkan rendaman daun ketepeng sehingga terpisah menjadi dua
bagian (1x24 jam), kemudian dikocok terlebih dahulu botolnya lalu
dimasukkan sebagian larutan kedalam beaker glass untuk dilalukan
penyaringan, bagian ekstrak disaring menggunakan sebuah corong kaca yang
sudah dilapisi kapas kedalam botol kaca ukuran 4 liter. Proses penyaringan
dilakukan hingga larutan sudah tersaring semua.
7. Kemudian ampas simplisia daun ketepeng dimasukkan kembali ke
dalam botol kaca 4000 ml, lalu direndam kembali etanol 96% aduk sampai
homogen (etanol ditambahkan hingga simplisia terendam ± 900 ml).
8. Setelah dilakukan penyaringan sebanyak 3x24 jam maka terkumpul
ekstrak daun ketepeng sebanyak ± 3000 ml.
9. Dilakukan rotary pada 3000 ml ekstrak daun ketepeng sampai
terpisah dengan filtratnya dan didapatkan hasil ± 500 ml ekstrak.
10. Dimasukkan ekstrak hasil rotary ke dalam oven dengan suhu 40°
Celcius. (diamkan hingga hari sabtu).

4.2 Daun Lamtoro


1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Ditimbang simplisia daun lamtoro sebanyak 925 gram.
3. Dimasukkan simplisia yang sudah ditimbang ke dalam botol kaca ukuran
4000ML lalu direndam dengan etanol 96% sebanyak 3000ML aduk sampai
homogen diamkan selama 24 jam rendaman daun lamtoro sehingga terpisah
menjadi dua bagian, lalu saring bagian ekstrak menggunakan sebuah corong kaca
yang sudah dilapisi kapas. (penyaringan -/+ 3-4 jam ).
4. Ampas simplisia daun lamtoro dimasukkan kembali ke dalam botol kaca
4000ML, lalu Rendam dengan alkohol 96% sebanyak 2000ML aduk sampai
merata dan diamkan sampai ekstrak terpisah.
5. Setelah ekstrak terpisah (24jam kemudian dari penyaringan hari pertama) saring
bagian ekstrak ke dalam beker gelas. (lakukan sebanyak 3x24 jam)
6. Setelah dilakukan penyaringan sebanyak 3x24 jam maka terkumpul ekstrak daun
lamtoro sebanyak 3000ML.
7. Dilakukan rotary pada 3000ML ekstrak daun lamtoro sampai terpisah dengan
filtratnya di dalam alat rotary evaporator dengan suhu 40’C dan 60 rpm.
8. Kemudian diuapkan hasil ekstrak yang terpisah dari Filtrat nya ke dalam
waterbath dengan suhu 40°C.
9. Terakhir,dimasukkan ekstrak yang telah diuapkan ke dalam oven dengan suhu
40°C
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

Parameter Hasil
Bobot simplisia daun ketepeng 520 gram
Perendaman dengan etanol 96% :
Rendaman 1 (a) (a) 2000 ml
Rendaman 2 (b) (b) 1000 ml
Rendaman 3 (c) (c) 900 ml

Simplisia dimasukan ke dalam rotary 3000 ml


evaporator

Hasil ekstrak evaporasi 500 ml

% Rendemen Ekstrak = berat 4,1 gr / 10 gr x 100% = 41%


ekstrak / berat simplisia x 100%

b. Daun Lamtoro

Parameter Hasil
Bobot simplisia daun ketepeng 925 gram
Perendaman dengan etanol 96% :
Rendaman 1 (a)
Rendaman 2 (b)
Rendaman 3 (c)
3000 ml
Simplisia dimasukan ke dalam rotary
evaporator
250 ml
Hasil ekstrak evaporasi
% Rendemen Ekstrak = berat
ekstrak / berat simplisia x 100%

5.2 Pembahasan

a. Daun Ketepeng

Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan ekstraksi dengan


cara maserasi. Prinsip maserasi yaitu menempatkan serbuk simplisia
yang telah dibasahi dalam suatu wadah tabung, kemudian cairan
penyari Etanol 96% ditambahkan. Jangan lupa menutup wadah, agar
etanol tak menguap. Cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel
sampai mencapai keadaan jenuh.

Praktikum dimulai pada tanggal 18 september 2021,


perendaman pertama simplisia daun ketepeng sebanyak 520 gram
dengan etanol 96% sebanyak 2000 ml. Perendaman kedua tanggal 19
september 2021, mengaduk simplisia, menyaring simplisia dan
merendam kembali ampas simplisia daun ketepeng dengan etanol
96% sebanyak 1000 ml. Perendaman ketiga tanggal 20 September
2021, mengaduk simplisia, menyaring simplisia dan merendam
kembali ampas simplisia daun ketepeng dengan etanol 96% sebanyak
900 ml. 21 September 2021 mengaduk simplisia, menyaring simplisia
dan merendam kembali ampas simplisia daun ketepeng.

Pada 23 September 2021 sebanyak 3000 ml hasil dari


penyaringan simplisia lalu dimasukkan ke dalam rotary evaporator
dengan kecepatan 70 rpm selama ± 90 menit sampai terpisah dengan
filtratnya. Dan didapatkan ekstrak hasil evaporasi sebanyak 500 ml,
kemudian hasil ekstrak tersebut dimasukkan ke dalam oven dengan
suhu 40 derajat Celcius agar ekstrak tersebut dapat di gunakan pada
saat praktikum kembali.

b. Daun Lamtoro
Praktikum dimulai pada tanggal 18 september 2021, merendam
simplisia daun lamtoro sebanyak 925 gram dengan etanol 96% sebanyak
3000ML. Pada 19 september 2021 mengaduk simplisia, menyaring
simplisia dan merendam kembali ampas simplisia daun lamtoro
( penyaringan hari ke-I ).

Pada 20 September 2021, mengaduk simplisia, menyaring


simplisia dan merendam kembali ampas simplisia daun lamtoro
( penyaringan hari ke- II ). Pada 21 September 2021, mengaduk
simplisia, menyaring simplisia dan merendam kembali ampas simplisia
daun lamtoro ( penyaringan hari ke-III ). Pada 22 September 2021
didapatkan sebanyak 3000 ml hasil dari ekstraksi simplisia lalu
dimasukkan ke dalam rotary evaporator sampai terpisah dengan
filtratnya. Dan didapatkan ekstrak hasil evaporasi sebanyak 250 ML,
kemudian hasil ekstrak tersebut dimasukkan ke dalam waterbath dengan
suhu 40’C dan 60 rpm, setelah itu dimasukkan ke dalam oven dengan
suhu 40’C.

BAB VI
PENUTUP

Hasil rendemen yang diperoleh yaitu


Hal yang harus diperhatikan dalam maserasi, antara lain :

1. Wadah yang digunakan pastikan dapat tertutup rapat, untuk mencegah


penguapan etanol.

2. Waktu pengadukan harus diperhatikan demi dihasilkannya ekstrak yang


baik.

3. Pemerasan harus dilakukan dengan baik agar hasil akhir yang diperoleh
baik.

Pada maserasi dengan etanol 96 % perlu ketelitian saat penguapan karena


penguapan terjadi lebih cepat agar ekstrak yang didapat tidak kering.

LAMPIRAN

a. Daun Ketepeng

Berikut adalah hasil perendaman


simplisia daun ketepeng yang telah di rendam etanol 96% pada tanggal 18
september 2021

Pada tanggal 19 September 2021

pada saat akan melakukan penyaringan kocok terlebih


dahulu agar semua simplisia yang menempel pada
botol terendam oleh etanol 96% kocok hasil
rendaman simplisia daun ketepeng tersebut

kemudian saring,lakukan penyaringan tersebut


berulang kali hingga cairan terdapat di dalam
botol habis

Setelah proses penyaringan ampas dari simplisia


tersebut, masukan kembali ke dalam wadah
botol,kemudian isi etanol hingga simplisia
terendam
(lakukan tahap ini selama 3 hari berturut-turut)

Pada tanggal 22 September 2021

masukkan ekstrak daun ketepeng ke dalam rotary


evaporator sampai terpisah dengan filtratnya ditandain dengan ekstrak yang
sedikit dan pekat. Dengan kecepatan 70 rpm selama ± 90 menit.

Ini adalah hasil ekstrak yang telah di rotary

Dan ini etanol hasil dari rotary

kemudian hasil dari ekstrak daun ketepeng yang sudah di


rotary di uapkan ke dalam water bath dengan suhu 40°C,
hingga pekat.
NOTE:
Setelah dirotary ekstraks langsung dioven tidak
dimasukkan kedalam waterbath dikarenakan takut
mengerik jadi susah dikeroknya dan takut senyawa yang
dikandung simplisia rusak.
Hasil ekstrak daun ketepng yang telah di waterbath
kemudian di simpan di oven dengan suhu 40⁰C hingga
menjadi ekstrak kental, agar ekstrak tersebut dapat di
gunakan pada saat praktikum.

b. Daun Lamtoro

Penyaringan hari ke-1 (19 september 2021)

I II III IV
Gambar pertama di sebelah kiri merupakan penyaringan pada simplisia daun lamtoro,
dilanjutkan dengan perendaman kembali simplisia daun lamtoro yang telah disaring
dengan etanol 96% sebanyak 2000ml seperti gambar kedua. Gambar ketiga yang di tanda
panah merupakan hasil penyaringan simplisia diperoleh 1000ml. gambar keempat yang di
tanda panah merupakan ampas dari daun lamtoro.

Penyaringan hari ke-2 (20 september 2021)


I II III
Gambar pertama merupakan hasil dari penyaringan simplisia diperoleh hasil 1000ml.
gambar kedua adalah rendemen hari kedua etanol 2000ml. Gambar ketiga merupakan
ampas penyaringan.

Penyaringan hari ke-3 (21 september 2021)

gambar disamping merupakan hasil penyaringan hari ketiga.

Rabu, 22 september 2021

pertama, dimasukkan ekstrak daun lamtoro ke dalam rotary


evaporator sampai terpisah dengan filtratnya dan menjadi ekstrak kental. Dengan suhu
40’C dan 60 rpm selama -/+ 150 menit.
kedua, ekstrak daun lamtoro yang sudah mengental di uapkan
ke dalam water bath dengan suhu 40’C, sampai pekat.

ketiga, setelah ekstrak menjadi pekat, ekstrak


dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 40’C.

Anda mungkin juga menyukai