TINJAUAN TEORI
2. Etiologi
Penyebab DHF adalah Arbovirus ( Arthropodborn Virus ) melalui gigitan
nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dn Aedes Aegepty ). Virus dengue
tergolong dalam family Flavividae dan dikenal ada 4 serotif, Dengue 1 dan
2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke II, sedangkan
dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953-1954.
Virus dengue berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif terhadap in
aktivitas oleh diatiter dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu 70 oC.
Keempat serotif tersebut telah di temukan pula di Indonesia dengan serotif
ke 3 merupakan serotif yang paling banyak.
3. Patofisiologi
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty
dan kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks
virus-antibody.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan
membedakan DF dan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding
kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan serotonin serta
aktivasi system kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler.
Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3
dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk
melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai factor
meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan
plasma melalui endotel dinding itu. Terjadinya trombositopenia,
menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi
(protombin dan fibrinogen) merupakan factor penyebab terjadinya
perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
Hal ini berakibat berkurangnya volume plama, terjadinya hipotensi,
hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler ibuktikan dengan
ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga
peritoneum, pleura dan perikard. Renjatan hipovolemik yang terjadi
sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera teratasi akan terjadi
anoxia jaringan, asidosis metabolic dan kematian. Sebab lain kematian
pada DHF adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan
dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi
trombosit.
Patoflow
5. Klasifikasi
a. Derajat I
Demam disertai gejala tidak khas, terdapat manifestasi perdarahan
trombositopeni, ( uji tourniquet positif )
b. Derajat II
Derajat I ditambah gejala perdarahan spontan dikulit seperti peteki,
hematoma dan perdarahan dari lain tempat.
c. Derajat III
Manifestasi klinik pada derajat II ditambah kegagalan sirkulasi darah,
nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun ( 20 mmhg, kulit dingin,
lembab, gelisah, hipotensi )
d. Derajat IV
Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah dengan
ditemukan manifestasi renjatan yang berat dengan ditandai tensi tak
terukur dan nadi tak teraba.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Darah
1) Trombosit menurun (100.000 atau kurang)
2) HB meningkat lebih 20 %
3) HT meningkat lebih 20 %
4) Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3
5) Protein darah rendah
6) Ureum PH bisa meningkat
7) NA dan CL rendah
8) Serology : HI (hemaglutination inhibition test).
b. Rontgen thorax : Efusi pleura.
c. Uji test tourniket (+)
7. Penatalaksanaan
8. Komplikasi
a. Perdarahan luas.
b. Shock atau renjatan.
c. Effuse pleura
d. Penurunan kesadaran.
e. Mata, terjadi kelumpuhan syaraf bola mata
f. Otak, bisa menyebabkan kelumpuhan atau gangguan syaraf lain
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Keluhan Utama
Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, pegal seluruh tubuh, nyeri
ulu hati mual dan nafsu makan menurun, nyeri otot, persendian,
punggung, kepala.
c. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal
seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu
makan menurun.
d. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat
menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan
melalui gigitan nyamuk aedes aegipty.
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti
kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti
airnya, bak mandi jarang dibersihkan.
f. Pengkajian Per Sistem
1) Sistem Pernapasan
Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis,
pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar
ronchi, krakles.
2) Sistem Persyarafan
Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta
pada grade IV dapat terjadi DSS
3) Sistem Cardiovaskuler
Pada grade I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif,
trombositipeni, pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi
cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari,
pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
4) Sistem Pencernaan
Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada
epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran hati, abdomen teregang,
penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat
hematemesis, melena.
5) Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan
mengungkapkan nyeri saat kencing, kencing berwarna merah.
6) Sistem Integumen.
Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat
positif pada uji tourniquet, terjadi peteki, pada grade III dapat terjadi
perdarahan spontan pada kulit.
g. Pemeriksaan laboratorium pada DHF akan dijumpai :
1) Ig G dengue positif.
2) Trombositopenia.
3) Hemoglobin meningkat > 20 %.
4) Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat).
5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia,
hiponatremia, hipokloremia.
6) Pada hari ke- 2 dan ke- 3 terjadi leukopenia, netropenia,
aneosinofilia, peningkatan limfosit, monosit, dan basofil
7) SGOT/SGPT mungkin meningkat.
8) Ureum dan pH darah mungkin meningkat.
9) Waktu perdarahan memanjang.
10) Asidosis metabolik.
11) Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan.
2. Diagnosa dan Rencana Keperawatan
a. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas dinding plasma.
Tujuan: volume cairan terpenuhi
Rencana Tindakan:
1) Kaji keadaan umum pasien (lemah, pucat, takikardi) serta tanda-
tanda vital.
Rasional : Menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui
penyimpangan dari keadaan normalnya.
2) Observasi tanda-tanda syock.
Rasional : Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani
syok.
3) Berikan cairan intravena sesuai program dokter
Rasional : Pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang
mengalami kekurangan cairan tubuh karena cairan tubuh karena
cairan langsung masuk ke dalam pembuluh darah.
4) Anjurkan pasien untuk banyak minum.
Rasional : Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah
volume cairan tubuh.
5) Catat intake dan output.
Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan.
Rasional:
1) Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi.
2) Mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi
makanan.
3) Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan
pemasukan juga mencegah distensi gaster.
4) Gejala GI dapat menunjukkan efek anemia.
5) Meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral.
6) Untuk menentukan fungsi ginjal, kebutuhan penggantian cairan dan
penurunan risiko kelebihan cairan.
7) Penimbangan BB harian adalah pengawasan status cairan terbaik.
8) Edema terjadi terutama pada jaringan yang tergantung pada tubuh.
9) Kelebihan cairan dapat menimbulkan edema paru.
10) Perubahan kelebihan 0,5 kg dapat menunjukkan perpindahan
keseimbangan cairan.
11) Meminimalkan anoreksia dan mual
Noer, Syaifoellah, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 edisi 3. Balai
Penerbit FKUI : Jakarta