Anda di halaman 1dari 16

Nama : Tiara Putri Setiawati

Nim : PO6224220188
Kelas : IIA
Matkul : Anatomi Fisioogi
Prodi : Sarjana Terapan Kebidanan dan Profesi Bidan

SISTEM PERKEMIHAN

A. Anataomi Fisiologi Sistem Perkemihan


Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya
proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh
tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih). Sistem
perkemihan merupakan sistem ekskresi utama dan terdiri atas 2 ginjal(untuk menyekresi
urine), 2 ureter (mengalirkan urine dari ginjal ke kandung kemih), kandung kemih
(tempat urine dikumpulkan dan disimpan sementara), dan uretra (mengalirkan urine dari
kandung kemih ke luar tubuh
B. Bagian-Bagian Sistem Perkemihan
1. Ginjal
Ginjal Ginjal terletak secara retroperitoneal, pada bagian posterior abdomen, pada
kedua sisi kolumna vertebra. Mereka terletak antara vertebra torakal keduabelas dan
lumbal ketiga. Ginjal kiri biasanya terletak sedikit lebih tinggi dari ginjal kanan karena
letak hati. Ginjal orang dewasa secara rata – rata memiliki panjang 11 cm, lebar 5 – 7,5
cm, dan ketebalan 2,5 cm. Hal 10 13 2 yang menahan ginjal tetap pada posisi di belakang
peritonium parietal adalah sebuah masa lemak peritoneum (kapsul adiposa) dan jaringan
penghubung yang disebut fasia gerota (subserosa) serta kapsul fibrosa (kapsul renal)
membentuk pembungkus luar dari ginjal itu sendiri, kecuali bagian hilum. Ginjal
dilindungi lebih jauh lagi oleh lapisan otot di punggung pinggang, dan abdomen, selain
itu juga oleh lapisan lemak, jaringan subkutan, dan kulit.
Bila dibelah bagian dalam, ginjal mempunyai tiga bagian yang berbeda, yaitu
korteks, medula, dan pelvis. Bagian eksternal, atau korteks renal, berwarna terang dan
tampak bergranula. Bagian ginjal ini berisi glomerulus, kumpulan kecil kapiler.
Glomerulus membawa darah menuju dan membawa produk sisa dari nefron, unit
fungsional ginjal.
Satuan fungsional ginjal disebut nefron. Setiap ginjal mempunyai lebih kurang 1 -
1,3 juta nefron yang selama 24 jam dapat menyaring 170 – 180 liter darah dari arteri
renalis. Ginjal tidak dapat membentuk nefron baru. Oleh karena itu, pada trauma ginjal,
penyakit ginjal, atau proses penuaan yang normal, akan terjadi penurunan jumlah nefron
secara bertahap. Setelah usia 40 tahun, jumlah nerfron yang berfungsi biasanya menurun
kira – kira 10 persen setiap 10 tahun; jadi, pada usia 80 tahun, jumlah nefron berfungsi 40
persen lebih sedikit ketika usia 40 tahun. Setiap nefron terdiri atas: (1) kumpulan kapiler
disebut glomerulus, yang akan memfiltrasi sejumlah besar cairan dan darah, dan (2)
tubulus 3 panjang tempat cairan hasil filtrasi diubah menjadi urine dalam perjalanannya
menuju pelvis ginjal
Pembentukan urine proses seluruhnya oleh nefron melalui tiga proses, yaitu
filtrasi glomerulus, reabsorpsi tubulus, dan sekresi tubulus.

a. Filtrasi Glomerulus.
Filtrasi glomerulus adalah sebuah proses pasif, yaitu tekanan hidrostatik
mendorong cairan dan zat terlarut melewati suatu membran. Jumlah cairan yang
disaring dari darah ke dalam kapsul per menit disebut laju filtrasi glomerulus.
Tiga faktor yang mempengaruhi laju ini, yaitu total area permukaan yang ada
untuk filtrasi, permeabilitas membran filtrasi, dan tekanan filtrasi bersih. Tekanan
filtrasi bersih berperan untuk pembentukan filtrat dan ditentukan oleh dua gaya:
gaya dorong (tekanan hidrostatik) dan gaya tarik (tekanan osmotik). Tekanan
hidrostatik glomerulus mendorong air dan zat terlarut menembus membran.
Tekanan ini dilawan oleh tekanan osmotik di glomerulus (terutama tekanan
osmotik koloid protein plasma dalam darah glomerulus) dan tekanan hidrostatik
kapsul yang dikeluarkan oleh cairan dalam kapsul glomerulus.
b. Reabsorpsi Tubulus.
Reabsorbsi tubulus adalah proses yang dimulai saat filtrat memasuki
tubulus proksimal. Pada ginjal sehat, hampir semua nutrien organik (seperti
glukosa dan asam amino) direabsorpsi. Namun, tubulus secara konstan mengatur
dan menyesuaikan laju serta tingkat reabsorpsi air dan ion sebagai respon
terhadap sinyal hormonal. Reabsorbsi dapat terjadi secara aktif dan pasif. Zat
yang didapat kembali melalui reabsorpsi tubulus aktif biasanya bergerak melawan
gradien listrik dan/ atau kimia. Zat – zat ini, termasuk glukosa, asam amino,
laktat, vitamin, dan sebagian besar ion, membutuhkan ATP-dependent carrier
untuk dipindahkan ke ruang interstisial. Pada reabsorpsi tubulus pasif, yang
mencakup difusi dan osmosis, zat bergerak di sepanjang gradiennya tanpa
mengeluarkan energi.
c. Sekresi Tubulus.
Proses akhir pembentukan urine adalah sekresi tubulus, yang merupakan
reabsorpsi balik yang penting. Zat seperti ion hidrogen dan kalium, kreatinin,
amonia, dan asam organik bergerak dari darah di kapiler peritubulus menuju
tubulus itu sendiri sebagai filtrat. Dengan demikian, urine terdiri atas zat yang
disaring dan disekresi. Sekresi tubulus sangat diperlukan untuk membuang zat
yang tidak ada dalam 5 filtrat, seperti obat – obatan. Proses ini membuang zat
yang tidak diinginkan yang telah direabsorpsi oleh proses pasif dan
menghilangkan ion kalium tubuh yang berlebihan. Sekresi tubulus juga
merupakan kekuatan penting dalam pengaturan pH darah.

Glomerulus Filtrasi Rate (GFR) terukur dianggap sebagai cara yang paling akurat
mendeteksi perubahan fungsi ginjal. Nilai normal GFR adalah 90 – 120 mL/menit.
Estimate GFR (eGFR) dapat digunakan untuk menghitung fungsi ginjal berdasarkan pada
kreatinin serum, usia, dan jenis kelamin. National Kidney Foundation merekomendasi
bahwa eGFR dapat dihitung secara otomatis setiap kali dilakukan pemeriksaan kreatinin.

Hormon paratiroid dari kelenjar paratiroid dan kalsitonin dari kelenjar tiroid
bersama – sama mengatur reabsorbsi kalsium dan fosfat. Hormon antidiuretik (ADH) dari
lobus posterior kelenjar hipofisis meningkatkan permeabilitas tubulus kontortus distal
dan duktus kolektivus, meningkatkan reabsorpsi air. Aldosteron, disekresi oleh korteks
adrenal, meningkatkan reabsorpsi natrium dan ekskresi kalium. Peptida natriuretik atrial
disekresi oleh atrium jantung dalam berespons terhadap peregangan dinding atrium,
penurunan reabsorpsi natrium dan air di tubulus kontortus proksimal dan duktus
kolektivus. Hormon ini juga menghambat sekresi ADH dan aldosterone.
2. Ureter
Ureter membentuk cekungan di medial pelvis renalis pada hilus ginjal. Biasanya
sepanjang 25 – 35 cm di orang dewasa, ureter terletak di jaringan penghubung
ekstraperitoneal dan memanjang secara vertikal sepanjang otot psoas menuju ke pelvis.
Setelah masuk ke rongga pelvis, ureter memanjang ke anterior untuk bergabung dengan
kandung kemih di bagian posterolateral. Pada setiap sudut ureterovesika, ureter terletak
secara oblik melalui dinding kandung kemih sepanjang 1,5 – 2 cm sebelum masuk ke
ruangan kandung kemih
Ureter mempunyai tiga penyempitan sepanjang perjalanannya, yaitu: (1) ditempat
pelvis renalis berhubungan dengan ureter, (2) di tempat ureter melengkung pada waktu
menyilang apertura perlvis superior, (3) di tempat ureter menembus dinding vesica
urinaria. Pembuluh darah yang memperdarahi ureter adalah arteri renalis, arteri
spermatika interna, arteri hipogastrika, dan arteri vesikalis inferior. Persarafan ureter
cabang dari pleksus mesenterikus inferior, pleksus spermatikus, dan pleksus pelvis.
Sepertiga bawah dari ureter terisi sel – sel saraf yang bersatu dengan rantai aferen dan
nervus vagus. Rantai aferen dari nervus torakalis XI, XII, dan nervus lumbalis.

3. Vesica Urinaria/Kandung Kemih


Kadung kemih adalah organ kosong yang terletak pada separuh anterior dari
pelvis, di belakang simfisis pubis. Jarak antara kandung kemih dan simfisis pubis diisi
oleh jaringan penghubung yang longgar, yang memungkinkan 7 kandung kemih untuk
melebar ke arah kranial ketika terisi. Peritonium melapisi tepi atas dari kandung kemih,
dan bagian dasar ditahan secara longgar oleh ligamen sejati. Kandung kemih juga
dibungkus oleh sebuah fasia yang longgar.
Dinding ureter mengandung otot polos yang tersusun dalam berkas spiral
longitudinal dan sirkuler. Kontraksi peristaltik teratur 1 – 5 kali/menit menggerakan urine
dari pelvis renalis ke vesika urinaria, disemprotkan setiap gelombang peristaltik. Ureter
berjalan miring melalui dinding vesika urinaria untuk menjaga ureter tertutup kecuali
selama gelombang peristaltik dan mencegah urine tidak kembali ke ureter.
4. Uretra dan Meatus
Uretra adalah sebuah saluran yang keluar dari dasar kandung kemih ke
permukaan tubuh. Uretra pada laki – laki dan perempuan memiliki perbedaan besar.
Uretra perempuan memiliki panjang sekitar 4 cm dan sedikit melengkung ke depan ketika
mencapai bukaan keluar, atau meatus, yang terletak di antara klitoris dan lubang vagina.
Pada laki – laki, uretra merupakan saluran gabungan untuk sistem reproduksi dan
pengeluaran urine. Uretra pada lakui – laki memiliki panjang sekitar 20 cm, dan terbagi
dalam 3 bagian utama. Uretra pars prostatika menjulur sampai 3 cm di bawah leher
kandung kemih, melalui kelenjar prostat, kedasar panggul. Uretra pars membranosa
memiliki panjang sekitar 1 – 2 cm dan berakhir di mana lapisan otot membentuk sfingter
eksterna. Bagian distal adalah kavernosa, atau penis uretra. Sepanjang sekitar 15 cm,
bagian ini melintas melalui penis ke orifisum uretra pada ujung penis.

C. Fungsi Sistem Perkemihan


Sistem perkemihan berfungsi untuk menghasilkan urine dengan menyaring sisa
pembuangan tubuh dan air berlebih dari darah. Urine kemudian akan disalurkan ke
kandung kemih dengan melalui dua tabung tipis yang disebut ureter. Ketika kandung
kemih penuh, Anda akan membuang urine melalui uretra.Selain itu, sistem perkemihan
dan ginjal juga berfungsi untuk menghilangkan cairan pembuangan yang disebut dengan
urea, serta menjaga keseimbangan air, natrium, dan kalium. Urea sendiri diproduksi saat
makanan yang mengandung protein dipecah dalam tubuh.Sistem ini akan bekerja sama
dengan kulit, usus, dan paru-paru untuk menjaga keseimbangan tersebut. Orang dewasa
akan mengeluarkan sekitar dua liter cairan per hari. Jumlah ini bergantung dengan jumlah
cairan yang diminum dan yang keluar melalui keringat serta pernapasan.

D. Kelainan-Kelainan Pada Sistem Perkemihan


1. Infeksi Saluan Urogenital
Infeksi saluran urogenital umumnya disebabkan oleh bakteri Escherichia coli. Dapat
pula disebabkan oleh Proteus, Klebsiella, dan Staphylococcus terutama bila sedang
terpasang kateter. Pada saluran urogenital ini, dapat terjadi penyakit, seperti:
a. Sistitis
Sistitis adalah infeksi saluran kemih, yang lebih banyak menyerang wanita
daripada pria, karena pada wanita muara uretra dan vagina dekat dengan daerah anal.
Faktor resiko sistitis adalah bersetubuh, kehamilan, kandung kemih neurogenis,
pemasangan kateter, keadaan-keadan obstruktif dan diabetes mellitus. Apabila
berlanjut, akan menyebakan kuman-kuman naik dari kandung kemih ke pelvis ginjal,
yang disebut dengan pielonefritis. Penderita sistitis akan merasakan keluhan seperti
disuria (nyeri saat miksi), sering berkemih, merasa ingin berkemih terus, dan sakit di
atas daerah sup rapubis.

b. Pielonefritis
Pielonefritis adalah radang pelvis ginjal. Penyebab paling sering penyakit ini
adalah kuman yang berasal dari kandung kemih yang menjalar naik ke pelvis ginjal.
Pielonefritis ada yang akut dan ada yang menahun. Pielonefritis menahun ada dua
tipe, yaitu Pielonefritis yang disebabkan oleh Refluks vesikouretral yang dapat
menyebabkan infeksi papila senyawa perifer dan jaringan parut di kutub ginjal. Dan
Pielonefritis yang disebabkan oleh Obstruksi saluran kemih yang menimbulkan
tekanan tinggi aliran balik urine, yang menyebabkan infeksi semua papila, jaringan
parut ginjal menyebar dan penipisan lapisan korteks ginjal.

2. Penyakit Glomerular
a. Glomerulonefritis
Glomerulonefritis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi di
nasofaring oleh Streptococcus β-hemolitik. Lebih sering menyerang anak-anak,
dengan gejala yaitu edema akut, oiguria, proteinuria, urine berwarna, dan biasa
disertai dengan hipertensi. Penyakit ini merupaka penyakit autoimun karena terbentuk
antibodi yang merusak membran basal gromerulus tubuh itu sendiri. Penyakit ini
dapat menyebabkan gagal ginjal.
b. Sindrom Nefrotik (nefrosis)
Nefrosis dapat menyebabkan glomerulonefritis, gejala yang dominan adalah
albuminaria (>3,5 gram/hari). Hilangnya protein akibat meningkatnya permeabilitas
membran basal glomerulus. Akibatnya terjadi hipoalbuminemia yang menyebabkan
edema generalisata.

3. Obstruksi saluran kemih


Obstruksi saluran kemih disebabkan oleh hipertrofi prostat, batu ginjal dan tumor
ginjal. Gangguan obstruktif dapat menyebabkan disfungsi ginjal berat yang meliputi
hemoragi dan gagal ginjal, bila tidak diatasi.
a. Hipertrofi Prostat
Penyebabnya diduga ketidakseimbangan hormon kelamin pria dan wanita, yang
terjadinya dengan meningkatnya usia. Biasanya testosteron adalah androgen utama
dalam darah dan membentuk dua metabolit, yaitu: dihidrotestosteron dan β-estradiol.
Estradiol adalah steroid yang memiliki sifat-sifat estrogenik. Ia biasanya bekerja sama
dengan androgen, namun dapat bekerja independen dengan menimbulkan efek
berlawanan dengan androgen. Testosteron serta metabolitnya bekerja sama
menghasilkan hiperplasia prostat. Pada pria dia atas 60 tahun, testosteron plasma
menurun, namun hipertrofi prostat sudah dapat timbul 10-20 tahun sebelum adanya
penurunan kadar plasma itu.

4. Gagal Ginjal
Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal
mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal
penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia
tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau produksi urine. Penyakit gagal ginjal
ini dapat menyerang siapa saja yang menderita penyakit serius atau terluka dimana hal itu
berdampak langsung pada ginjal itu sendiri. Penyakit gagal ginjal lebih sering dialamai
mereka yang berusia dewasa, terlebih pada kaum lanjut usia.

a. Gagal Ginjal Akut


Gagal ginjal akut adalah sindrom klinis dimana fungsi ginjal yang menurun
dengan cepat dalam beberapa hari atau minggu sehingga ginjal tidak lagi
mengekskresikan produk limbah metabolisme, biasanya karena hipoperfusi ginjal.
Laju filtrasi glomerulus yang menurun dengan cepat menyebabkan azotemia (uremia)
yaitu:
 Peningkatan produk limbah nitrogen dalam darah (kreatinin serum dan
nitrogen urea darah/BUN (Blood Urea Nitrogen)
 Oliguria
Gejala dan tanda-tanda kliniknya, hipotensi, oligria, ketidakseimbangan
elektrolit, anemia, azotemia ( peningkatan kreatinin, fosfat, dan urea dalam
darah akibat pemecahan protein otot dan ketidakmampuan mengekskresikan
metabolit).Beberapa masalah ginjal terjadi cepat, misalnya kecelakaan yang
melukai ginjal. Kehilangan banyak darah dapat menyebabkan kegagalan
ginjal secara tiba-tiba. Beberapa obat dan racun dapat menghentikan pekerjaan
ginjal. Penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba ini disebut sebagai kegagalan
ginjal akut (acute renal failure/ARF). ARF dapat mengakibatkan kehilangan
fungsi ginjal secara permanen. Tetapi bila ginjal tidak dirusakkan secara berat,
kegagalan ginjal ini mungkin pulih.

b. Nekrosis Tubular Akut


Penyebab Nekrosis Tubular Akut (NTA) adalah iskemia dan nefrotoksin. Iskemia
selama 25 menit atau kurang berakibat kerusakan ringan dan masih reversibel.
Iskemia 2 jam menimbulkan kerusakan berat yang irreversibel. Nefrotoksik berupa
antibiotik (aminoglikosida, penisilin, sefalosporin, tetrasiklin, dan sulfonamida),
logam berat (sisplatin), agen radiokontras, toksin endogen (mioglobin, hemoglobin).

5. Gagal Ginjal Kronik


Perjalanan gagal ginjal kronik atau menahun meliputi tahap yang dimulai dengan
penurunan cadangan ginjal, selanjutnya terjadi insufisiensi ginjal, gagal ginjal, dan
terakhir uremia (tahap terakhir gagal ginjal). Keadaan irreversibel ditandai dengan fungsi
nefron yang berkurang. Kerusakan ginjal berlangsung progresif. Perjalanan menuju
uremia berlangsung berangsur untuk waktu yang cukup lama (beberapa tahun). Jika
ginjal tak dapat lagi mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit maka
diperlukan dialisis (hemodialisis atau dialisis peritoneal). Penyebab penyakit gagal ginjal
kronik, yaitu:
1. Penyakit Imunologis
 Glomerulonefritis
 Lupus eritematosus sistematik
 Poliarteritis nodosa
2. Infeksi
 Pielonefritis
 Tuberkulosis
3. Obstruksi urine
 Hipertrofi prostat
 Batu ginjal
 Konstriksi urine
 Neoplasma
4. Penyakit metabolic
 Diabetes mellitus
 Asam urat
5. Penyakit vaskuler
 Hipertensi
 Infark
6. Penyakit hereditar/bawaan
 Penyakit ginjal polikistik
7. Nefrotoksin
 Analgetika atau nyeri
 Keracunan logam berat

E. Hubungan Sistem Perkemihan dengan Reproduksi Wanita


Keduanya sangat berhubungan khususnya secara anatomi, pada laki-laki uretra
bergabung dengan tempat penyaluran keluar sperma, pada wanita uretra berdekatan
dengan vagina dan terletak pada vesti bulum di vulva, selain itu vesica urinaria berada di
depan uterus. Jika terjadi infeksi pada saluran kencing maka akan mudah pula terjadi
infeksi pada sistem reproduksi atau sebaliknya.
Laju filtrasi glomerulus (glomerular filtration rate, GFR) maternal dan aliran
plasma ginjal (renal plasma flow, RPF) mulai meningkat pada awal kehamilan. Pada
pertengahan kehamilan, GFR maternal meningkat sebesar 50%; dan tetap meningkat
selama kehamilan. Sebaliknya RPF maternal mulai menurun pada trisemester ketiga. Ini
menyebabkan fraksi filtrasi ginjal meningkat selama sepertiga akhir kehamilan. Akibat
peningkatan GRF, kreatinin dan ureum serum pada kehamilan lebih rendah dibandingkan
pada keadaan tidak hamil. Bersihan kreatinin meningkat.
Peningkatan natrium yang terfiltrasi sebesar 60-70% juga menyertai peningkatan
GFR. Progesteron menyebabkan terjadinya buangan natrium dengan cara mempengaruhi
resorpsi natrium pada tubulus proksimal ginjal. Sebagai responnya, aldosteron meningkat
sekitar 2-3 kali kadar normal. Kapasitas reabsorpsi tubulus ginjal yang relatif tetap
disertai dengan peningkatan GFR menyebabkan penurunan reabsorpsi glukosa dari
tubulus proksimal pada ginjal wanita hamil. Dengan demikian glukosa dapat terdeteksi
dalam urin pada 15% wanita hamil yang normal. Namun setiap wanita hamil dengan
glikosuria harus diperiksa apakah mengalami diabetes atau tidak.
Volume cairan urin yang terdapat di dalam pelvis ginjal dan ureter dapat
meningkat dua kali lipat pada separuh akhir kehamilan. Sistem pengumpul ginjal
berdilatasi selama kehamilan akibat obstruksi mekanis oleh uterus yang hamil disertai
dengan efek relaksasi dari progesteron terhadap otot polos. Dilatasi ini menurunkan
kecepatan aliran urin di sepanjang sistem renal dan meningkatkan risiko terjadinya
infeksi ginjal akut pada ibu.

F. Proses Berkemih dan Hal Yang Mempengaruhi


Reflek berkemih adalah reflek medula spinalis yang seluruhnya bersifat otomatis.
Selama kandung kemih terisi penuh dan menyertai kontraksi berkemih, keadaan ini
disebabkan oleh reseptor regang sensorik pada dinding kandung kemih sampai reseptor
pada uretra posterior ketika mulai terisi urin pada tekanan kandung kemih yang lebih
tinggi. Sinyal sensorik dari reseptor kandung kemih ke segmen sakral medula spinalis
melalui nervus pelvikus kemudian secara reflek kembali lagi ke kandung kemih melalui
syaraf parasimpatis.
Berkemih pada dasarnya merupakan reflek spinal yang akan difasilitasi dan
dihambat oleh pusat-pusat susunan syaraf yang lebih tinggi. Urin yang memasuki
kandung kemih tidak begitu meningkatkan tekanan intravesika sampai terisi penuh. Pada
kandung kemih ketegangan akan meningkat dengan meningkatnya isi organ tersebut,
tetapi jari-jaripun bertambah, oleh karena itu peningkatan tekanan hanya akan sedikit
saja, sampai organ tersebut relatif penuh. Selama proses berkemih otot-otot perinium dan
sfingter uretra eksterna relaksasi, otot detrusor berkontraksi dan urin akan mengalir
melalui uretra. Kontraksi otot-otot perinium dan sfingter eksterna dapat dilakukan secara
volunter, sehingga mencegah urin mengalir melewati uretra atau menghentikan aliran
urin saat sedang berkemih.
Proses pengosongan kandung kemih terjadi bila kandung kemih terisi penuh.
Proses miksi terdiri dari dua langkah utama:
1. Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas
nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua. Terjadinya distensi atau
peningkatan tegangan pada kandung kemih mencetuskan refleks I yang menghasilkan
kontraksi kandung kemih dan refleks V yang menyebabkan relaksasi uretra.
2. Timbul refleks saraf yang disebut reflek miksi (refleks berkemih) yang berusaha
mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal setidaknya menimbulkan kesadaran
dan keinginan untuk berkemih. Ketika proximal uretra mengalirkan urin maka akan
mengaktifkan refleks II yang akan menghasilkan kontraksi kandung kemih dan IV
sehingga stingfer eksternal dan uretra akan berelaksasi, sehingga urin dapat keluar. Jika
tejadi distensi pada uretra yang bisa disebabkan karena sumbatan, atau kelemahan
sfingter uretra maka akan mengaktifkan refleks III, sehingga kontraksi kandung kemih
melemah.

Reflek berkemih adalah refleks medulla spinalis yang seluruhya bersifat


autonomik, tetapi dapat dihambat atau dirangsang di otak. Pusat yang lebih tinggi dapat
mencegah berkemih, bahkan ketika refleks berkemih muncul, yaitu dengan membuat
kontraksi tonik terus menerus pada sfingter eksternus kandung kemih sampai mendapat
waktu yang baik untuk berkemih. Jika sudah tiba saat berkemih, pusat cortical dapat
merangsang pusat berkemih sacral untuk membantu mencetuskan refleks berkemih dan
dalam waktu yang bersamaan menghambat sfingter eksternus kandung kemih sehingga
peristiwa berkemih dapat terjadi.

Pada kondisi tertentu, proses berkemih tidak dapat terjadi secara normal, oleh
karenanya diperlukan tindakan khusus untuk tetap dapat mengeluarkan urin dari kandung
kemih, yaitu dengan pemasangan kateter. Pola eliminasi urin sangat tergantung pada
individu, biasanya berkemih setelah bekerja, makan atau bangun tidur. Normalnya dalam
sehari sekitar lima kali. Jumlah urin yang dikeluarkan tergantung pada usia, intake cairan,
dan status kesehatan. Pada orang dewasa sekitar 1200 sampai 1500 ml per hari atau 150-
600 ml per sekali berkemih.

Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urin menurut Tarwoto & Wartonah


(2006) antara lain :

1. Pertumbuhan dan perkembangan


Usia dan berat badan dapat mempengaruhi jumlah pengeluaran urin. Pada usia
lanjut volume kandung kemih berkurang, perubahan fisiologis banyak ditemukan
setelah usia 50 tahun. Demikian juga wanita hamil sehingga frekuensi berkemih juga
akan lebih sering.
2. Sosiokultural Budaya
masyarakat dimana sebagian masyarakat hanya dapat berkemih pada tempat
tertutup dan sebaliknya ada masyarakat yang dapat berkemih pada lokasi terbuka.
3. Psikologis
Pada keadaan cemas dan stres akan meningkatkan stimulasi berkemih.
4. Kebiasaan seseorang
Misalnya seseorang hanya bisa berkemih di toilet sehingga ia tidak dapat
berkemih menggunakan pot urin.
5. Tonus otot
Eliminasi urin membutuhkan tonus otot kandung kemih, otot abdomen, dan pelvis
untuk berkontraksi. Jika ada gangguan tonus otot, dorongan untuk berkemih juga
akan berkurang. Mekanisme awal yang menimbulkan proses berkemih volunter
belum diketahui dengan pasti. Salah satu peristiwa awal adalah relaksasi otot-otot
dasar panggul, hal ini mungkin menimbulkan tarikan yang cukup besar pada otot
detrusor untuk merangsang kontraksi. Kontraksi otot-otot perineum dan sfingter
eksterna dapat dilakukan secara volunter sehingga mampu mencegah urin mengalir
melewati uretra atau menghentikan aliran urin saat sedang berkemih.
6. Intake cairan dan makanan
Alkohol menghambat anti diuretik hormon, kopi, teh, coklat, dan cola
(mengandung kafein) dapat meningkatkan pembuangan dan ekskresi urin.
7. Kondisi penyakit
Pada pasien yang deman akan terjadi penurunan produksi urin karena banyak
cairan yang dikeluarkan melalui kulit. Peradangan dan iritasi organ kemih
menyebabkan retensi urin.
8. Pembedahan
Penggunaan anastesi menurunkan filtrasi glomerulus sehingga produksi urin akan
menurun.
9. Pengobatan
Penggunaan diuretik meningkatkan output urin, anti kolinergik dan antihipertensi
menimbulkan retensi urin.
10. Pemeriksaan diagnostik
Intravenus pyelogram dimana pasien dibatasi intake sebelum prosedur untuk
mengurangi output urin. Eliminasi urin atau mikturisi biasanya terjadi tanpa nyeri
dengan frekuensi lima sampai enam kali sehari, dan kadang-kadang sekali pada
malam hari. Rata-rata individu memproduksi dan mengeluarkan urin sebanyak 1200-
1500 dalam 24 jam. Jumlah ini tergantung asupan cairan, respirasi, suhu lingkungan,
muntah atau diare.

Proses berkemih pada seseorang dapat mengalami gangguan sehingga tidak dapat
berjalan dengan normal. Kondisi umum yang terjadi sebagian besar adalah
ketidakmampuan individu untuk berkemih karena adanya obstruksi uretra. Pada
kondisi ini perlu dilakukan intervensi untuk mengosongkan kandung kemih yaitu
dengan pemasangan kateter.
G. Bahan-Bahan Yang Diekskresikan dan Tidak Diekskresikan ke Dalam Urine
Komposisi urine normal. Urine terutama terdiri atas air, urea dan natrium klorida.
Pada seseorang yang menggunakan diet yang rata-rata berisi 80 – 100 gram protein
dalam 24 jam, jumlah persen air dan benda padat dalam urine adalah seperti berikut:

Air 96%
Benda Padat 4 %(terdiri atas urea 2% dan produk metabolic lain 2%)

Ureum adalah hasil akhir metabolism protein. Berasal dari asam amino yang telah
dipindah ammonianya di dalam hati dan mencapai ginjal, dan diekskresikan rata-rata 30
gram sehari. Kadar ureum darah yang normal adalah 30 mg setiap seratus ccm darah,
tetapi hal ini tergantung dari jumlah normal protein yang dimakan dan fungsi hati dalam
pembentukan ureum.

Asam urat. Pada normal asam urat di dalam darah adalah 2 – 3 mg setiap 100 cm,
sedagkan 1,5 – 2 mg setiap hari diekskresikan ke dalam urine. Keratin adalah hasil
buangan keratin dalam otot. Produk metabolism lain mencakup benda-benda purin,
oksalat, fosfat, sulfat, dan uratik. Elektrolit atau garam, seperti natrium dan kalium
klorida, diekskresikan untuk mengimbangi jumlah yang masuk melalui mulut.
Daftar Pustaka

https://azkurs.org/sistem-perkemihan.html

https://www.google.com/url?sa=i&url=http%3A%2F%2Fjunsatu.blogspot.com
%2F2018%2F01%2Fsistem-
urinaria.html&psig=AOvVaw0__nj1_pdlnhyXu_lTWNam&ust=1601114474123000&source=i
mages&cd=vfe&ved=0CAIQjRxqFwoTCIjb4Y-XhOwCFQAAAAAdAAAAABAR

https://www.google.com/url?sa=i&url=http%3A%2F%2Fperpus.fikumj.ac.id%2Findex.php
%3Fp%3Dfstream-pdf%26fid%3D3281%26bid
%3D3307&psig=AOvVaw0__nj1_pdlnhyXu_lTWNam&ust=1601114474123000&source=imag
es&cd=vfe&ved=0CAIQjRxqFwoTCIjb4Y-XhOwCFQAAAAAdAAAAABAZ

http://anatomidianhusada.blogspot.com/p/kelainan-kelainan-pada-sistem.html

http://ayubenjamin1202.blogspot.com/2013/03/hubungan-sistem-reproduksi-dengan.html

Anda mungkin juga menyukai