Disusun Oleh :
Kelompok 2
1. Inas Nada Zhafira (201810410311264)
2. Afiyah Chantika Fatmasary (201810410311273)
3. Clara Demmy Dwi Anisha Imansari (201810410311282)
4. Affrisca Yuisha Marcela (201810410311294)
5. Iqbal Nabila Muhammad (201810410311295)
Farmasi-F
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya yang telah diberikan kepada kita semua, sehingga penyusun bisa
menyelesaikan Laporan Praktikum Biokimia ini. Adapun tujuan disusunnya
laporan praktikum ini sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah biokimia.
Tersusunnya laporan ini tentu bukan karena buah kerja keras kami semata,
melainkan juga atas bantuan berbagai pihak. Untuk itu kami ucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan laporan praktikum
ini.
Kami selaku penyusun menyadari bahwa laporan ini belum bisa dikatakan
sempurna. Untuk itu, kami menerima kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sekalian, agar kedepannya Laporan Praktikum ini dapat disempurnaka n.
Semoga Laporan Praktikum ini bermanfaat untuk kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
Baik pada hewan maupun manusia, energi disimpan sebagai glikogen dan
pada tanaman sebagai pati. Kedua jenis karbohidrat tersebut merupakan
polisakarida . Untuk mengindentifikasi makanan tersebut mengandung
karbohidrat maka, dilakukan uji kualitatif. Uji kualitatif yang dilakukan
seperti: Uji Benedict, Uji Barfoed, Uji Molisch, dan Uji Trommer.
Uji benedict adalah uji yang digunakan untuk membuktikan adanya
gula pereduksi. Gula pereduksi adalah gula yang mengalami reaksi
hidrolisis dan bisa diurai menjadi sedikitnya dua buah monosakarida.
Karateristiknya tidak bisa larut atau bereaksi secara langsung dengan
benedict. Prinsip dari uji Benedict ini adalah berdasarkan adanya gugus
karbonil bebas yang mereduksi Cu2+ dalam kondisi basa membentuk Cu2O
(endapan warna merah bata ataukuning kehijauan). Pada gula pereduksi
terdapat gugus aldehid dan OH laktol. OH laktol ini merupakan OH yang
terikat pada atom C pertama yang menentukan karohidrat sebagai gula
pereduksi atau bukan. Reaksi yang terjadi adalah :
5
BAB II
METODE PENGAMATAN
2.1. Alat
Tabung reaksi 5 buah
Tabung ukur
Pipet ukur
Rak tabung reaksi
Penjepit tabung reaksi
Bunsen
Korek api
2.2. Bahan
Urine normal dan patologis (Masing-masing 12 ml)
2,5 ml pereaksi Benedict kualitatif
6
2.3. Prosedur kerja
Tandai masing-masing
tabung A,B,C,D,E
Tambahkan masing-masing
tabung 2,5 ml pereaksi
Benedict
Kocok ad homogen
Panaskan masing-masing
tabung yang telah
tercampur diatas api
bunsen sampai terjadi
perubahan warna (1 menit)
Biarkan menjadi
dingin perlahan-lahan
7
BAB III
PEMBAHASAN
WARNA
TABUNG
Sebelum Sesudah KADAR HASIL
REAKSI
dipanaskan dipanaskan
A Biru Hijau <0,5% +
B Biru Kuning ++
C Biru Kuning 0,5% - 1,0% ++
D Biru Kuning ++
E Biru Jingga 1,0% - 2,0% +++
3.2. Pembahasan
Uji benedict adalah uji kimia yang digunakan untuk mengetahui
kandungan gula (karbohidrat) pereduksi. Gula pereduksi meliputi semua
jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa dan maltosa.
Adanya glukosa dalam urin dapat dinyatakan berdasarkan sifat gula yang
dapat mereduksi ion-ion logam tertentu dalam larutan alkalis. Uji ini tidak
spesifik terhadap glukosa, gula lain yang mempunyai sifat mereduksi dapat
juga memberi hasil yang positif.
Urin atau air seni adalah cairan yang diekskresikan oleh ginjal yang
kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi Fungsi
utama dari urin adalah untuk membuang zat sisa seerti racun atau obat-
8
obatan dari dalam tubuh. Ekskresi urin diperlukan untuk membuang
molekul- molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk
menjaga hemeostasis cairan tubuh. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa
melalui ureter menuju kandung kemih, dan akhirnya dibuang keluar dari
tubuh melalui uretra. Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa
metabolisme (seperti urea), garam terlarut, materi organik.
Pada praktikum kali ini dilakukan uji benedict untuk mengetahui kadar
glukosa yang terkandung pada urin. Pada praktikum kali ini digunaka n
sampel urin normal dan urin patologis. Setelah diambahkan pereaksi
benedict semua sampel masih sama berwarna biru, namun saat sudah
dilakukan pemanasan terjadi perubahan warna pada sampel urin, ini terjadi
karena saat melalui proses pemanasan glukosa akan pecah dan berikatan
dengan pereagen benedict, sehingga warna yang dihasilkan lebih jelas
dibandingkan sebelum dipanaskan. Seperti pada sampel pada tabung A yang
berubah warna menjadi hijau, sedangkan pada sampel tabung B, C, dan D
berubah warna menjadi kuning, dan pada sampel E berubah warna menjadi
jingga. Perbedaan warna pada setiap tabung menunjukkan kadar glukosa
yang terkandung pada urin, pada sampel A yang berwarna hjau menandakan
kadar glukosa < 5%, sedangkan pada sampel B,C, dn D berwarna kuning
menunjukkan bahwa kadar glukosa diantara 0,5% - 1,0%, dan pada sampel
E yang berwarna jingga menandakan kadar glukosa antara 1,0% - 2,0%.
Pada praktikum kali ini kita tidak bisa melihat berapa banyak
kandungan glukosa yang terkandung, karena uji benedict yang sifatnya semi
kuantitaif karena pada metode uji benedict hasil pemeriksaan hanya
berdasarkan reaksi perubahan warna reagen, sehingga dapa memungkinka n
terjadi kekeliruan pada saat membaca hasil. Namun uji ini bisa digunaka n
sebagai skrining awal untuk memperkirakan kadar glukosa.
9
3.3. Pertanyaan Diskusi
1. Apakah praktikum kali ini bersifat kuantitatif? Jelaskan alasannya?
Jawab :
Bersifat semi kuantitatif karena Adanya glukosa dalam urin dapat
di nyatakan berdasarkan sifat glukosa yang dapat mereduksi ion- ion
logam tertentu dalam larutan alkalis. uji ini tidak spesifik terhadap
glukosa, gula lain yang mempunyai sifat mereduksi dapat juga
memberi hasil yang positif. Gugus aldehid atau keton bebas gula
akan mereduksi kuprioksida dalam pereaksi benedict menjadi
kuprooksida yang berwarna. Sehingga dapat diperkirakan secara
kasar kadar gula dalam darah.
10
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
1. Sampel pada praktikum kali ini yaitu urin merupakan gula
pereduksi.
2. Urin yang mengandung glukosa ditandai dengan terjadinya
perubahan warna setelah diberi pereaksi Bennedict.
3. Kadar glukosa pada urin dapat diukur melalui kepekatan warna
setelah pemberian pereaksi, semakin pekat warna memiliki arti
kadar glukosa pada urin semakin tinggi.
11
DAFTAR PUSTAKA
12