Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH IMUNISASI DASAR DAN IMUNISASI LANJUTAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Tepat Guna

Dosen Pengampu : Dwi Retna P, S.Si.T., M.Si.Med

Disusun Oleh :

Eliza Septiyanti H ( P27224020011 )

POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA

JURUSAN KEBIDANAN

PRODI DIV KEBIDANAN SURAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat dan
karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Imunisasi Dasar dan Imunisasi Lanjutan”.

Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan


dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah wawasan


dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentu
k maupun menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.

Kami menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini

Klaten, Maret 2020

ii
DAFTAR ISI

COVER....................................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................2
C. Tujuan.........................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Imunisasi Dasar, dan Imunisasi Lanjutan


1. Imunisasi .....................................................................3
2. Imunisasi dasar ...........................................................4
3. Imunisasi ulangan atau booster ...................................9
4. Penyimpanan vaksin....................................................16
5. Pemberian vaksin ........................................................16

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................18
B. Saran ...........................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan, Imunisasi merupakan salah satu upaya untuk mencegah
terjadinya penyakit menular yang merupakan salah satu kegiatan prioritas
Kementerian Kesehatan sebagai salah satu bentuk nyata komitmen
pemerintah untuk mencapai Sustainable Development Goals (SDGs)
khususnya untuk menurunkan angka kematian pada anak (Kementrian
Kesehatan, 2017)
Kegiatan Imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956.
Mulai tahun 1977 kegiatan Imunisasi diperluas menjadi Program
Pengembangan Imunisasi (PPI) dalam rangka pencegahan penularan
terhadap beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
(PD3I) yaitu Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Campak, Polio, Tetanus serta
Hepatitis B. Beberapa penyakit yang saat ini menjadi perhatian dunia dan
merupakan komitmen global yang wajib diikuti oleh semua negara adalah
eradikasi polio (ERAPO), eliminasi campak dan rubela dan Eliminasi
Tetanus Maternal dan Neonatal (ETMN) (Kementrian Kesehatan, 2017)
Dalam bidang imunologi kuman atau racun kuman (toksin) disebut
sebagai antigen. Secara khusus antigen tersebut merupakan bagian protein
kuman atau protein racunnya. Bila antigen untuk pertama kali masuk ke
dalam tubuh manusia, maka sebagai reaksinya tubuh akan membentuk zat
anti. Bila antigen itu kuman, zat anti yang dibuat tubuh disebut antibodi.
Zat anti terhadap racun kuman disebut antioksidan. Berhasil tidaknya
tubuh memusnahkan antigen atau kuman itu bergantung kepada jumlah zat
anti yang dibentuk. Pada umumnya tubuh anak tidak akan mampu
melawan antigen yang kuat. Antigen yang kuat ialah jenis kuman

1
ganas.Virulen yang baru untuk pertama kali dikenal oleh tubuh. Karena itu
anak akan menjadi sakit bila terjangkit kuman ganas.
Evidence Based Midwifery atau yang lebih dikenal dengan EBM
adalah penggunaan mutakhir terbaik yang ada secara bersungguh sungguh,
eksplisit dan bijaksana untuk pengambilan keputusan dalam penanganan
pasien perseorangan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian imunisasi ?
2. Apa tujuan dari imunisasi ?
3. Apa manfaat dari imunisasi ?
4. Apa saja jenis-jenis imunisasi ?
5. Apa saja indikasi dan kontra indikasi imunisasi ?
6. Bagaimana cara penyimpanan vaksin untuk imunisasi ?
7. Bagaimana cara pemberian dosis vaksin untuk imunisasi ?
8. Kapan jadwal pemberian imunisasi ?

C. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengertian imunisasi.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang tujuan imunisasi.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang manfaat imunisasi.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang jenis-jenis imunisasi.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang indikasi dan kontra indikasi
imunisasi.
6. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara penyimpanan vaksin.
7. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara pemberian dosis vaksin.
8. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang kapan jadwal pemberian
imunisasi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Imunisasi Dasardan Imunisasi Lanjutan


1. Imunisasi
Imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap tubuh
anak. Caranya dengan pemberian vaksin. Vaksin ini berasal dari bibit
penyakit tertentu yang dapat menimbulkan penyakit, tetapi penyakit ini
terlebih dahulu dilemahkan / dimatikan sehingga tidak berbahaya lagi
terhadap kelangsungan hidup manusia.
a. Pengertian Imunisasi

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi


dan anak dengan memasukan vaksin kedalam tubuh agar tubuh
membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.

Sedangkan yang dimaksud dengan vaksin adalah bahan yang 
dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan
kedalam tubuh melalui suntikan (misalnya BCG, DPT dan campak)
dan melalui mulut (misalnya vaksin polio) Mobilisasi sangat penting
dalam persalinan, merubah posisi khususnya ketika merasakan
kontraksi.

b. Tujuan Pemberian Imunisasi


Tujuan dalam pemberian imunisasi, antara lain :
1) Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang
dan menghilangkan penyakit tertentu.
2) Untuk melindungi dan mencegah penyakit-penyakit menular
yang sangat berbahaya bagi bayi dan anak.
3) Agar anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat
menurunkan angka morbiditas dan mortalitas.
4) Mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu.

3
5) Untuk mendapat eradikasi sesuatu penyakit dari suatu daerah
atau negeri.
6) Mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat
membahayakan kesehatan bahkan menyebabkan kematian.
7) Menghilangkan penyakit tertentu pada kelompok masyarakat
(populasi)
c. Manfaat Imunisasi
1) Untuk anak
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit dan
kemungkinan cacat atau kematian.
2) Untuk Keluarga
Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak
sakit.
3) Untuk Negara
Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang
kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan Negara
2. Imunisasi Dasar
a. Imunisasi dasar
Merupakan imunisasi pertama yang perlu diberikan pada
semua orang, terutama bayi dan anak sejak lahir untuk melindungi
tubuh dari penyakit yang berbahaya. Kelima jenis imunisasi dasar
yang wajib diperoleh bayi sebelum usia setahun yaitu :
1) Imunisasi BCG
a). Pengertian Imunisasi BCG
Imunisasi BCG (Bacilli Calmette Guerin)
merupakan imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan
kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis (TBC).
Vaksin BCG merupakan vaksin yang mengandung kuman
TBC yang telah dilemahkan. TB disebabkan kuman
Mycrobacterium tuberculosis, dan mudah sekali menular
melalui droplet, yaitu butiran air di udara yang terbawa

4
keluar saat penderita batuk, bernafas, ataupun bersin.
Gejalanya antara lain : sulit makan, mudah sakit, batuk
berulang, demam, berkeringat dimalam hari, dan diare
persisten. Masa inkubasi TB rata-rata berlangsung antara
8-12 minggu.
b). Pemberian Imunisasi BCG
Diberi saat bayi usia 0 – 11 bulan. Diberikan secara
intradermal dengan lokasi penyuntikan pada lengan kanan
atas atau pada paha.
c). Dosis Pemberian
Cukup 1 kali saja, tidak perlu diulang (booster).
Sebab, vaksin BCG berisi kuman hidup sehingga antibody
yang dihasilkannya tinggi terus. berbeda dengan vaksin
berisi kuman mati, hingga memerlukan pengulangan.
d). Kontra Indikasi

Tidak dapat diberikan pada anak yang berpenyakit


TB atau menunjukan mantoux positif. Adanya penyakit
kulit yang berat dan menahun seperti : eksim, furunkulosis
dan sebagainya

e). Efek samping


Pada beberapa anak timbul pembengkakan kelenjar
gatah bening diketiak atau leher bagian bawah, dan
biasanya akan sembuh sendiri.
2) Imunisasi DPT
a). Pengertian Imunisasi DPT
Imunisasi DPT (Difteria, Pertusis, tetanus)
merupakan imunisasi dengan memberikan vaksin yang
mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan
sifat racunnya yang dapat merangsang pembentukkan zat
anti(toksoid).

5
b). Pemberian Imunisasi DPT
Pemberian imunisasi ini tiga kali dari bayi usia 2 -11
bulan, yaitu pada usia 2 bulan , 4 bulan dan 6 bulan.
Diberikan melalui suntikan intramuskuler (IM).
c). Kontra Indikasi

Imunisasi DPT tidak dapat diberi pada anak yang


mempunyai penyakit atau kelainan saraf baik bersifat
keturunan atau bukan,anak yang demam dan bersifat
alergi.

d). Efek samping


Gejala yang muncul seperti demam yang disertai
rewel selama 1-2 hari, pembengkakan, agak nyeri atau
pegal – pegal pada tempat penyuntikan. Yang akan hilang
sendiri dalam beberapa hari , atau bila masih demam bisa
diberi obat penurun panas bayi.
3) Imunisasi Polio
a). Pengertian Imunisasi Polio
Imunisasi polio adalah imunisasi yang diberikan
untuk menimbulkan kekebalan terhadap penyakit
poliolielitis yang merupakan penyakit radang yang
menyerang saraf dan dapat mengakibatkan kelumpuhan.
b). Pemberian Imunisasi Polio
Pemberian imunisasi ini pada bayi usia 0 – 11 bulan,
bisa diberi lebih dari jadwal yang telah ditentukan dan
tidak akan berdampak buruk. Pemberian imunisasi ini
melalui oral/mulut. Dan dapat mencekal penyakit polio
hingga 90 % .
c). Dosis Pemberian

6
1 dosis adalah 2 tetes sebanyak 4 kali (dosis) dengan
interval setiap dosis minimal 4 minggu dan setiap
membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper)
yang baru.
d). Kontra Indikasi

Tidak dapat diberikan pada anak yang menderita


penyakit akut atau demam tinggi (di atas 38 derajat
Celsius), muntah atau diare, penyakit kanker atau
keganasan, HIV/AIDS, sedang menjalani pengobatan
steroid dan pengobatan radiasi umum, serta anak dengan
mekanismekekebalan terganggu. Pada anak dengan diare
berat atau yang sedang sakit parah, imunisasi polio
sebaiknya ditangguhkan, demikian juga pada anak yang
menderita penyakit gangguan kekebalan (difisiensi imun).
Alasan untuk tidak memberikan vaksin DPT pada keadaan
diare berat adalah kemungkinan terjadinya diare yang
lebih parah. Pada anak dengan penyakit batuk, pilek,
demam, atau diare ringan imunisasi DPT dapat diberikan
seperti biasanya.

e). Efek Samping


Pada imunisasi ini hampir tidak ada efek samping,
hanya sebagian kecil saja yang mengalami pusing, diare
ringan dan sakit otot.
4) Imunisasi Campak
a). Pengertian Imunisasi Campak
Imunisasi campak adalah imunisasi imunisasi yang
diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap
penyakit campak (morbili / measles).
b). Pemberian Imunisasi Campak

7
Pemberian imunisasi campak hanya satu kali pada
bayi usia 9 – 11 bulan. Dan baiknya diberi pada usia 9
bulan dan dianjurkan pemberiannya sesuai jadwal, selain
antibody dari ibu sudah menurun di usia bayi 9 bulan,
penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita.
Cara pemberian imunisasi ini melalui subkutan.

c). Kontra Indikasi


Imunisasi campak tidak diberikan pada anak dengan
penyakit infeksi akut yang disertai demam, penyakit
gangguan kekebalan, penyakit TBC, anak dengan
kekurangan gizi berat dan anak dengan penyakit
keganasan.
d). Efek Samping
Biasanya tidak terdapat reaksi akibat imunisasi,
hanya terjadi demam ringan dan efek kemerahan pada pipi
dibawah telinga pada hari ke 7 – 8 setelah penyuntikan,
atau terdapat pula pembengkakan pada daerah
penyuntikan.
5) Imunisasi Hepatitis B
a). Pengertian Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi Hepatitis B adalah imunisasi yang
digunakan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap
penyakit hepatitis B yaitu penyakit infeksi yang dapat
merusak hati.
b). Pemberian Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi Hepatitis B ini diberikan tiga kali pada
bayi usia 1 – 11 bulan, dengan syarat kondisi bayi dalam
keadaan stabil. Imunisasi hepatitis B diberikan dengan
cara intramuskuler (IM) dibagian lengan atau paha bagian
otot depan bayi. Penyuntikan dibokong tidak dianjurkan

8
karena bias mengurangi efektifitas vaksin. Tingkat
kekebalannya cukup tinggi, setelah tiga kali suntikan lebih
dari 95 % bayi mengalami respon imun yang cukup.
c). Kontra Indikasi
Tidak dapat diberi pada anak yang menderita sakit
berat.

d). Efek Samping


Efek samping yang ditimbulkan imunisasi ini hanya
berupa nyeri pada tempat penyuntikan, yang disusul
demam ringan dan pembengkakan. Reaksi ini hilang
dalam waktu dua hari.
3. Imunisasi Ulangan atau Booster
a. Imunisasi Booster
Imunisasi booster adalah imunisasi ulangan (revaksinasi) dari
imunisasi dasar yang di berikan pada waktu-waktu tertentu dan juga
diberikan bila terdapat wabah yang terjangkit atau bila terdapat
kontak dengan penyakit bersangkutan.
Imunisasi yang dianjurkan merupakan program imunisasi non-
PPI. Anjuran ini berdasarkan rekomendasi dari organisasi profesi
kedokteran anak, yakni Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jenis
imunisasi ini merupakan pelengkap dari program imunisasi yang
diwajibkan pemerintah bagi anak-anak Indonesia. Jenis imunisasi
booster atau imunisasi yang dianjurkan ini ada tujuh, yaitu :
1) Imunisasi Hib (Haemophilus influenza type B)
a). Pengertian Hib (Haemophilus influenza type B)
Haemophilus influenzae type b (Hib) merupakan
bakteri penyebab penyakit serius yang merupakan

9
golongan bakteri Haemophilus influenzae. Infeksi bakteri
ini biasanya menjangkiti anak-anak di bawah usia 5 tahun.
b). Pemberian Imunisasi
Diberikan dalam seri 3 dosis dengan interval 1 bulan
biasanya bersamaan dengan imunisasi primer anak
terhadap difteri, tetanus, pertusis dan vaksin polio yang
diinaktivasi.

c). Kontra Indikasi


Tidak dapat diberikan pada anak usianya kurang dari
6 minggu, menderita alergi setelah diberikan suntik Hib
sebelumnya dan sedang sakit berat.
d). Efek Samping
Vaksin Hib dan vaksin jenis lain pasti ada
kemungkinan memiliki efek samping, seperti demam,
bengkak atau kemerahan di tempat suntikan vaksin
diberikan. Namun, efek samping tersebut biasanya jarang
terjadi. Jika terjadi pun hanya akan berlangsung selama
dua atau tiga hari setelah pemberian vaksin. Reaksi alergi
berat akibat vaksin sangat jarang terjadi.
2) Imunisasi Varisela
a). Pengertian Varisela
Varisela adalah cacar air yang disebabkan oleh
infeksi virus Varicella zoster. Ditandai dengan suhu tubuh
yang meningkat, kemudian muncul ruam-ruam
menyerupai bintil melepuh berisi cairan dan akan pecah
pada waktunya. Penyakit ini biasanya menyerang pada
masa kanak-kanak, namun juga bisa terjadi pada usia
dewasa.
b). Pemberian Imunisasi

10
Pemberian vaksin varisela atau cacar air pada usia
diatas 12 bulan, dengan usia terbaik sebelum memasuki
sekolah dasar. Jika vaksin diberikan pada anak usia di atas
13 tahun, vaksin cacar air dapat diberikan sebanyak dua
kali dengan jarak waktu pemberian sekitar 1 bulan.
c). Kontra Indikasi
Tidak dapat diberikan pada orang yang alergi
gelatin, mengidap penyakit kelainan sistem imun, orang
yang baru saja menerima steroid dalam dosis tinggi.

d). Efek Samping


Efek samping yang muncul berupa timbulnya rasa
sakit pada sekitar lengan lokasi suntikan vaksin. Demam
ringan juga mungkin akan dialami pasca vaksinasi
dilakukan. Kemungkinan efek samping lain berupa sakit
kepala, batuk, hidung tersumbat, nyeri otot, mual, muntah,
sakit perut diare atau kesulitan tidur.
3) Imunisasi Tifoid
a). Pengertian Tifoid
Vaksin ini diberikan untuk mencegah
penyakit tifus, yang disebabkan oleh bakteri Salmonella
typhi. Bakteri ini biasanya menempel pada makanan atau
minuman yang dikonsumsi, ataupun menyebar dari orang
yang terinfeksi tifoid.
b). Pemberian Imunisasi
Pemberian vaksin tifus dapat dilakukan saat anak
berusia 2 tahun, dengan frekuensi pengulangan tiap 3
tahun, hingga usia 18 tahun.
c). Kontra Indikasi
Kontraindikasi pemberian vaksin tifoid adalah
memiliki reaksi alergi terhadap jenis vaksin yang sama.

11
Khusus untuk vaksin tifoid oral dikontraindikasikan pada
anak di bawah 6 tahun, wanita hamil dan pasien
imunokompromais. Sedangkan vaksin tifoid injeksi
dikontraindikasikan untuk anak dibawah 2 tahun.
Peringatan pada pemberian vaksin tifoid oral di antaranya
tidak boleh diberikan pada orang yang sedang sakit atau
mengonsumsi antibiotik. Dan peringatan untuk pemberian
vaksin tifoid injeksi adalah tidak boleh diberikan secara
intravena.

d). Efek Samping


Meskipun jarang, vaksin tifus dapat menimbulkan
sejumlah efek samping, seperti diare, demam, mual dan
muntah, serta kram perut.
4) Imunisasi MMR (Measless, Mumps, Rubella)
a). Pengertian MMR (Measless,Mumps,Rubella)
Merupakan vaksin kombinasi untuk mencegah
campak, gondongan, dan rubella (campak Jerman). Tiga
kondisi tersebut merupakan infeksi serius yang dapat
menyebabkan komplikasi berbahaya, seperti meningitis,
pembengkakan otak, hingga hilang pendengaran (tuli).
b). Pemberian Imunisasi
Vaksin MMR diberikan saat anak berusia 15 bulan,
kemudian diberikan lagi pada usia 5 tahun sebagai
penguatan. Imunisasi MMR dilakukan dalam jarak
minimal 6 bulan dengan imunisasi campak. Namun bila
pada usia 12 bulan anak belum juga mendapatkan vaksin
campak, maka dapat diberikan vaksin MMR.
c). Kontra Indikasi
Kontra indikasi pemberian vaksin MMR adalah
anak dengan penyakit keganasan yang tak ditangani atau

12
yang kekebalan tubuhnya berubah, dan mereka yang
menerima imunosupresif atau radioterapi, atau
kortikosteroid dosis tinggi. Anak yang menerima injeksi
vaksin hidup lain dalam 4 minggu, anak yang demam akut
(imunisasi harus ditunda). Bila diberikan kepada wanita
subur, kehamilan harus dihindari untuk 1 bulan (seperti
pada vaksin rubella). Serta tidak boleh diberikan 3 bulan
setelah injeksi immunoglobulin.

d). Efek Samping


Vaksin MMR dapat menyebabkan demam lebih
dari 39 derajat Celsius. Efek samping lain yang dapat
muncul adalah reaksi alergi seperti gatal, gangguan dalam
bernapas atau menelan, serta bengkak pada wajah.
5) Imunisasi Hepatitis B
a) Pengertian Hepatitis B
Penyakit Hepatitis B merupakan infeksi serius yang
di sebabkan oleh virus hepatitis B yang mudah dicegah
dengan vaksin. Penyakit ini mudah disebarkan melalui
paparan cairan tubuh yang terinfeksi serta dapat menular
melalui hubungan seksual atau berbagi jarum suntik.
b) Pemberian Imunisasi
Vaksin Hepatitis B diberikan 4 kali, yaitu 12 jam
setelah bayi lahir kemudian veksin kembali diberikan
secara berturut-turut pada usia 2, 3, dan 4 bulan. Pemberian
vaksin Hepatitis Bnwajib dilakukan pada setiap anak dan
remaja dibawah 19 tahun yang belum pernah mendapatkan
imunisasi Hepatitis B.
c) Kontra Indikasi

13
Vaksin Hepatitis B tidak boleh diberikan kembali
bila penerima vaksin mengalami reaksi alergi serius,
seperti syok anafilatik, setelah imunisasi Hepatitis B
sebelumnya.
d) Efek Samping
Sejumlah efeksamping yang akan muncul setelah
pemberian vaksin Hepatitis B yaitu: demam, gatal-gatal,
mual, muncul ruam dikulit, bengkak diarea bekas suntikan,
sensasi terbakar pada kulit, serta sakit kepala.

6) Pneumokokus (PVC)
a) Pengertian Pneumokokus (PVC)
PCV atau Pneumococcal Vaccine alias imunisasi
pneumokokus memberikan kekebalan terhadap serangan
penyakit IPD (Invasive Peumococcal Diseases), yakni
meningitis (radang selaput otak), bakteremia (infeksi
darah), dan pneumonia (radang paru). Ketiga penyakit ini
disebabkan kuman Streptococcus Pneumoniae atau
Pneumokokus yang penularannya lewat udara. Gejala yang
timbul umumnya demam tinggi, menggigil, tekanan darah
rendah, kurang kesadaran, hingga tak sadarkan diri.
Penyakit IPD sangat berbahaya karena kumannya
bisa menyebar lewat darah (invasif) sehingga dapat
memperluas organ yang terinfeksi.
b) Pemberian Imunisasi
Dapat diberikan sejak usia 2 bulan, kemudian
berikutnya di usia 4 dan 6 bulan. Sedangkan pemberian ke-
4 bisa dilakukan saat anak usia 12-15 bulan atau ketika
sudah 2 tahun. Bila hingga 6 bulan belum divaksin,

14
bisa diberikan di usia 7-11 bulan sebanyak dua dosis
dengan interval pemberian sedikitnya 1 bulan. Dosis ke-3
dapat diberikan pada usia 2 tahun. Atau hingga 12 bulan
belum diberikan, vaksin bisa di berikan di usia 12-23 bulan
sebanyak dua dosis dengan interval sedikitnya 2 bulan.
c) Kontra indikasi
Vaksin PCV tidak disarankan untuk anak-anak yang
mengalami reaksi alergi parah terhadap vaksin PCV seperti
sesak napas, suara serak, pucat, pusing, ruam pada kulit,
nadi cepat, dan penurunan kedasaran.

d) Efek Samping
Biasanya muncul demam ringan, nyeri didaerah
penyuntikan, rewel, mengantuk, nafsu makan berkurang,
muntah, diare, dan muncul kemerahan pada kulit. Reaksi
ini terbilang umum dan wajar karena bisa hilang dengan
sendirinya
7) Influenza
a) Pengertian
Influenza merupakan penyakit infeksi virus akut dan
menular yang menyerang saliran pernapasan. Terdapat dua
subtype virus influenza yaitu sub tipe A dan B. virus ini
menyebar melalui udara dan kontak fisik seperti
bersalaman dengan penderita flu. Jika tidak diobati
penyakit ini dapat memicu kekambuhan penyakit penyerta
seperti asma, atau indfeksi sekunder kafena bakteri
b) Pemberian Imunisasi
Pemberian vaksin Influenza sebaiknya di lakukan
setiap satu tahun sekali dimulai dari anak berumur 6 bulan.
c) Kontra Indikasi

15
Anak yang memiliki hipersensitivitas anafilaksis terhadap
telur, termasuk bila setelah makan telur timbul bengkak di
bibir atau lidah atau pernah mengalami distress pernapasan
akut atau pingsan. Individu dengan hipersensitivitas
terhadap komponen vaksin. Individu dengan demam akut
>38,5°C, imunisasi harus ditunda sampai gejala
menghilang. Tetapi gejala yang ringan dengan atau tanpa
demam bukan merupakan kontraindikasi imunisasi. Pasien
dengan riwayat Sindrom Guilain-Barre (SGB) sebelum
imunisasi influenza mempunyai risiko lebih besar dari pada
pasien yang tidak mempunyai riwayat SGB untuk timbul
kembali SGB setelah imunisasi influenza.
d) Efek Samping
Efek samping yang sering terjadi setelah melakukan
vaksin Influenza adalah nyeri pada lokasi suntikan. Selain
itu juga dapat ditemukan demam, malaise dan mialgia.
Efek samping ini dapat terjadi beberapa jam setelah
imunisasi dan menghilang setelah 1-2 hari.
4. Penyimpanan Vaksin
Secara umum vaksin terdiri dari vaksin hidup dan vaksin mati
yang mempunyai ketahanan dan stabilitas yang berbeda terhadap
perbedaan suhu. Oleh karena itu harus diperhatikan syrat - syarat
penyimpanan dan transportasi vaksin untuk menjamin kotensinya
ketika diberikan kepada seorang anak. Rantai vaksin adalah rangkaian
proses penyimpanan dan transportasi vaksin dengan menggunakan
berbagai peralatan sesuai prosedur untuk menjamin kualitas vaksin
sejak dari pabrik sampai diberikan kepada pasien.
Secara umum semua vaksin sebaiknya disimpan pada suhu +2o C
s/d 8o C, diatas suhu 8 o C vaksin hidup akan cepat mati, vaksin polio
hanya bertahan 2 hari, vaksin BCG dan Campak yang belum
dilarutkan mati dalam tujuh hari. Vaksin polio oral yang belum dibuka

16
lebih bertahan lama (2 tahun) bila disimpan pada suhu -25 o C s/d -15
o C, namum hanya bertahan 6 bulan pada suhu +2 o C s/d +8 o C
(Satgas, 2008).
Hal-hal Yang dapat merusak vaksin dan komposisi vaksin yaitu:
1.panas dapat merusak semua vaksin. 2.Sinar matahari dapat merusak
BCG. 3. Pembekuan toxoid. 4. Desinfeksi/antiseptic : sabun (Marimbi,
2010).
5. Pemberian suntikan
Pemberian suntikan Sebagian besar suntik diberikan melalui
suntikan intramuscular atau subkutan dalam. Kecuali pada dua jenis
vaksin yaitu OPV diberikan per-oral dan BCG diberikan dengan
suntikan intradermal (dalam kulit). Pada sebagian petugas kesehatan
yang kurang berpengalaman memberikan suntikan subkutan dalam,
dianjurkan memberikan dengan cara intra muscular (Ranuh, 2008).

17
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Paradigma baru (aktif) yang disebutkan sebelumnya yang
berdasarkan evidence based terkini, terbukti dapat mencegah atau
mengurangi komplikasi yang sering terjadi. Hal ini memberi manfaat yang
nyata dan mampu membantu upaya penurunan angka kematian ibu dan
bayi baru lahir. Karena sebagian besar persalinan di Indonesia terjadi di
desa atau di fasilitas pelayanan kesehatan dasar dimana tingkat
keterampilan petugas dan sarana kesehatan sangat terbatas maka
paradigma aktif menjadi sangat strategis bila dapat diterapkan pada tingkat
tersebut. Jika semua penolong persalinan dilatih agar kompeten untuk
melakukan upaya pencegahan atau deteksi dini secara aktif terhadap
berbagai komplikasi yang mungkin terjadi, memberikan pertolongan
secara adekuat dan tepat waktu, dan melakukan upaya rujukan yang
optimal maka semua upaya tersebut dapat secara bermakna menurunkan
jumlah kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir.
B. SARAN
Diharapkan akan adanya peningkatan jumlah bidan terlibat dalam
penelitian,akan pengetahuan berdasar bukti mengenai asuhan kebidanan
khususnya dalam memberikan pelayanan kesehatan pada ibu dan anak
dalam upaya penurunan AKI dan AKB

18
DAFTAR PUSTAKA

Aryani, Ratna. 2009. Prosedur Klinik Keperawatan Pada Mata Ajar Kebutuhan
Dasar Manusia. Jakarta: Trans Info Media

Hidayat, Aziz Alimul. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:


Salemba Medika

Leveno, Kenneth J. 2009. Williams Manual Of Obstetrics, 21st Ed.Jakarta: EGC

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan
Praktik. Edisi 4 volume 1. Jakarta: EGC

Sulistyawati A, Nugraheni E. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.


Jakarta: Salemba Medika

Rohani, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba
Medika

19

Anda mungkin juga menyukai