Disusun Oleh :
JURUSAN KEBIDANAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat dan
karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Imunisasi Dasar dan Imunisasi Lanjutan”.
Kami menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini
ii
DAFTAR ISI
COVER....................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................2
C. Tujuan.........................................................................................2
A. Kesimpulan.................................................................................18
B. Saran ...........................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
ganas.Virulen yang baru untuk pertama kali dikenal oleh tubuh. Karena itu
anak akan menjadi sakit bila terjangkit kuman ganas.
Evidence Based Midwifery atau yang lebih dikenal dengan EBM
adalah penggunaan mutakhir terbaik yang ada secara bersungguh sungguh,
eksplisit dan bijaksana untuk pengambilan keputusan dalam penanganan
pasien perseorangan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian imunisasi ?
2. Apa tujuan dari imunisasi ?
3. Apa manfaat dari imunisasi ?
4. Apa saja jenis-jenis imunisasi ?
5. Apa saja indikasi dan kontra indikasi imunisasi ?
6. Bagaimana cara penyimpanan vaksin untuk imunisasi ?
7. Bagaimana cara pemberian dosis vaksin untuk imunisasi ?
8. Kapan jadwal pemberian imunisasi ?
C. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengertian imunisasi.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang tujuan imunisasi.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang manfaat imunisasi.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang jenis-jenis imunisasi.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang indikasi dan kontra indikasi
imunisasi.
6. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara penyimpanan vaksin.
7. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara pemberian dosis vaksin.
8. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang kapan jadwal pemberian
imunisasi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Sedangkan yang dimaksud dengan vaksin adalah bahan yang
dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan
kedalam tubuh melalui suntikan (misalnya BCG, DPT dan campak)
dan melalui mulut (misalnya vaksin polio) Mobilisasi sangat penting
dalam persalinan, merubah posisi khususnya ketika merasakan
kontraksi.
3
5) Untuk mendapat eradikasi sesuatu penyakit dari suatu daerah
atau negeri.
6) Mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat
membahayakan kesehatan bahkan menyebabkan kematian.
7) Menghilangkan penyakit tertentu pada kelompok masyarakat
(populasi)
c. Manfaat Imunisasi
1) Untuk anak
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit dan
kemungkinan cacat atau kematian.
2) Untuk Keluarga
Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak
sakit.
3) Untuk Negara
Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang
kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan Negara
2. Imunisasi Dasar
a. Imunisasi dasar
Merupakan imunisasi pertama yang perlu diberikan pada
semua orang, terutama bayi dan anak sejak lahir untuk melindungi
tubuh dari penyakit yang berbahaya. Kelima jenis imunisasi dasar
yang wajib diperoleh bayi sebelum usia setahun yaitu :
1) Imunisasi BCG
a). Pengertian Imunisasi BCG
Imunisasi BCG (Bacilli Calmette Guerin)
merupakan imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan
kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis (TBC).
Vaksin BCG merupakan vaksin yang mengandung kuman
TBC yang telah dilemahkan. TB disebabkan kuman
Mycrobacterium tuberculosis, dan mudah sekali menular
melalui droplet, yaitu butiran air di udara yang terbawa
4
keluar saat penderita batuk, bernafas, ataupun bersin.
Gejalanya antara lain : sulit makan, mudah sakit, batuk
berulang, demam, berkeringat dimalam hari, dan diare
persisten. Masa inkubasi TB rata-rata berlangsung antara
8-12 minggu.
b). Pemberian Imunisasi BCG
Diberi saat bayi usia 0 – 11 bulan. Diberikan secara
intradermal dengan lokasi penyuntikan pada lengan kanan
atas atau pada paha.
c). Dosis Pemberian
Cukup 1 kali saja, tidak perlu diulang (booster).
Sebab, vaksin BCG berisi kuman hidup sehingga antibody
yang dihasilkannya tinggi terus. berbeda dengan vaksin
berisi kuman mati, hingga memerlukan pengulangan.
d). Kontra Indikasi
5
b). Pemberian Imunisasi DPT
Pemberian imunisasi ini tiga kali dari bayi usia 2 -11
bulan, yaitu pada usia 2 bulan , 4 bulan dan 6 bulan.
Diberikan melalui suntikan intramuskuler (IM).
c). Kontra Indikasi
6
1 dosis adalah 2 tetes sebanyak 4 kali (dosis) dengan
interval setiap dosis minimal 4 minggu dan setiap
membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper)
yang baru.
d). Kontra Indikasi
7
Pemberian imunisasi campak hanya satu kali pada
bayi usia 9 – 11 bulan. Dan baiknya diberi pada usia 9
bulan dan dianjurkan pemberiannya sesuai jadwal, selain
antibody dari ibu sudah menurun di usia bayi 9 bulan,
penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita.
Cara pemberian imunisasi ini melalui subkutan.
8
karena bias mengurangi efektifitas vaksin. Tingkat
kekebalannya cukup tinggi, setelah tiga kali suntikan lebih
dari 95 % bayi mengalami respon imun yang cukup.
c). Kontra Indikasi
Tidak dapat diberi pada anak yang menderita sakit
berat.
9
golongan bakteri Haemophilus influenzae. Infeksi bakteri
ini biasanya menjangkiti anak-anak di bawah usia 5 tahun.
b). Pemberian Imunisasi
Diberikan dalam seri 3 dosis dengan interval 1 bulan
biasanya bersamaan dengan imunisasi primer anak
terhadap difteri, tetanus, pertusis dan vaksin polio yang
diinaktivasi.
10
Pemberian vaksin varisela atau cacar air pada usia
diatas 12 bulan, dengan usia terbaik sebelum memasuki
sekolah dasar. Jika vaksin diberikan pada anak usia di atas
13 tahun, vaksin cacar air dapat diberikan sebanyak dua
kali dengan jarak waktu pemberian sekitar 1 bulan.
c). Kontra Indikasi
Tidak dapat diberikan pada orang yang alergi
gelatin, mengidap penyakit kelainan sistem imun, orang
yang baru saja menerima steroid dalam dosis tinggi.
11
Khusus untuk vaksin tifoid oral dikontraindikasikan pada
anak di bawah 6 tahun, wanita hamil dan pasien
imunokompromais. Sedangkan vaksin tifoid injeksi
dikontraindikasikan untuk anak dibawah 2 tahun.
Peringatan pada pemberian vaksin tifoid oral di antaranya
tidak boleh diberikan pada orang yang sedang sakit atau
mengonsumsi antibiotik. Dan peringatan untuk pemberian
vaksin tifoid injeksi adalah tidak boleh diberikan secara
intravena.
12
yang kekebalan tubuhnya berubah, dan mereka yang
menerima imunosupresif atau radioterapi, atau
kortikosteroid dosis tinggi. Anak yang menerima injeksi
vaksin hidup lain dalam 4 minggu, anak yang demam akut
(imunisasi harus ditunda). Bila diberikan kepada wanita
subur, kehamilan harus dihindari untuk 1 bulan (seperti
pada vaksin rubella). Serta tidak boleh diberikan 3 bulan
setelah injeksi immunoglobulin.
13
Vaksin Hepatitis B tidak boleh diberikan kembali
bila penerima vaksin mengalami reaksi alergi serius,
seperti syok anafilatik, setelah imunisasi Hepatitis B
sebelumnya.
d) Efek Samping
Sejumlah efeksamping yang akan muncul setelah
pemberian vaksin Hepatitis B yaitu: demam, gatal-gatal,
mual, muncul ruam dikulit, bengkak diarea bekas suntikan,
sensasi terbakar pada kulit, serta sakit kepala.
6) Pneumokokus (PVC)
a) Pengertian Pneumokokus (PVC)
PCV atau Pneumococcal Vaccine alias imunisasi
pneumokokus memberikan kekebalan terhadap serangan
penyakit IPD (Invasive Peumococcal Diseases), yakni
meningitis (radang selaput otak), bakteremia (infeksi
darah), dan pneumonia (radang paru). Ketiga penyakit ini
disebabkan kuman Streptococcus Pneumoniae atau
Pneumokokus yang penularannya lewat udara. Gejala yang
timbul umumnya demam tinggi, menggigil, tekanan darah
rendah, kurang kesadaran, hingga tak sadarkan diri.
Penyakit IPD sangat berbahaya karena kumannya
bisa menyebar lewat darah (invasif) sehingga dapat
memperluas organ yang terinfeksi.
b) Pemberian Imunisasi
Dapat diberikan sejak usia 2 bulan, kemudian
berikutnya di usia 4 dan 6 bulan. Sedangkan pemberian ke-
4 bisa dilakukan saat anak usia 12-15 bulan atau ketika
sudah 2 tahun. Bila hingga 6 bulan belum divaksin,
14
bisa diberikan di usia 7-11 bulan sebanyak dua dosis
dengan interval pemberian sedikitnya 1 bulan. Dosis ke-3
dapat diberikan pada usia 2 tahun. Atau hingga 12 bulan
belum diberikan, vaksin bisa di berikan di usia 12-23 bulan
sebanyak dua dosis dengan interval sedikitnya 2 bulan.
c) Kontra indikasi
Vaksin PCV tidak disarankan untuk anak-anak yang
mengalami reaksi alergi parah terhadap vaksin PCV seperti
sesak napas, suara serak, pucat, pusing, ruam pada kulit,
nadi cepat, dan penurunan kedasaran.
d) Efek Samping
Biasanya muncul demam ringan, nyeri didaerah
penyuntikan, rewel, mengantuk, nafsu makan berkurang,
muntah, diare, dan muncul kemerahan pada kulit. Reaksi
ini terbilang umum dan wajar karena bisa hilang dengan
sendirinya
7) Influenza
a) Pengertian
Influenza merupakan penyakit infeksi virus akut dan
menular yang menyerang saliran pernapasan. Terdapat dua
subtype virus influenza yaitu sub tipe A dan B. virus ini
menyebar melalui udara dan kontak fisik seperti
bersalaman dengan penderita flu. Jika tidak diobati
penyakit ini dapat memicu kekambuhan penyakit penyerta
seperti asma, atau indfeksi sekunder kafena bakteri
b) Pemberian Imunisasi
Pemberian vaksin Influenza sebaiknya di lakukan
setiap satu tahun sekali dimulai dari anak berumur 6 bulan.
c) Kontra Indikasi
15
Anak yang memiliki hipersensitivitas anafilaksis terhadap
telur, termasuk bila setelah makan telur timbul bengkak di
bibir atau lidah atau pernah mengalami distress pernapasan
akut atau pingsan. Individu dengan hipersensitivitas
terhadap komponen vaksin. Individu dengan demam akut
>38,5°C, imunisasi harus ditunda sampai gejala
menghilang. Tetapi gejala yang ringan dengan atau tanpa
demam bukan merupakan kontraindikasi imunisasi. Pasien
dengan riwayat Sindrom Guilain-Barre (SGB) sebelum
imunisasi influenza mempunyai risiko lebih besar dari pada
pasien yang tidak mempunyai riwayat SGB untuk timbul
kembali SGB setelah imunisasi influenza.
d) Efek Samping
Efek samping yang sering terjadi setelah melakukan
vaksin Influenza adalah nyeri pada lokasi suntikan. Selain
itu juga dapat ditemukan demam, malaise dan mialgia.
Efek samping ini dapat terjadi beberapa jam setelah
imunisasi dan menghilang setelah 1-2 hari.
4. Penyimpanan Vaksin
Secara umum vaksin terdiri dari vaksin hidup dan vaksin mati
yang mempunyai ketahanan dan stabilitas yang berbeda terhadap
perbedaan suhu. Oleh karena itu harus diperhatikan syrat - syarat
penyimpanan dan transportasi vaksin untuk menjamin kotensinya
ketika diberikan kepada seorang anak. Rantai vaksin adalah rangkaian
proses penyimpanan dan transportasi vaksin dengan menggunakan
berbagai peralatan sesuai prosedur untuk menjamin kualitas vaksin
sejak dari pabrik sampai diberikan kepada pasien.
Secara umum semua vaksin sebaiknya disimpan pada suhu +2o C
s/d 8o C, diatas suhu 8 o C vaksin hidup akan cepat mati, vaksin polio
hanya bertahan 2 hari, vaksin BCG dan Campak yang belum
dilarutkan mati dalam tujuh hari. Vaksin polio oral yang belum dibuka
16
lebih bertahan lama (2 tahun) bila disimpan pada suhu -25 o C s/d -15
o C, namum hanya bertahan 6 bulan pada suhu +2 o C s/d +8 o C
(Satgas, 2008).
Hal-hal Yang dapat merusak vaksin dan komposisi vaksin yaitu:
1.panas dapat merusak semua vaksin. 2.Sinar matahari dapat merusak
BCG. 3. Pembekuan toxoid. 4. Desinfeksi/antiseptic : sabun (Marimbi,
2010).
5. Pemberian suntikan
Pemberian suntikan Sebagian besar suntik diberikan melalui
suntikan intramuscular atau subkutan dalam. Kecuali pada dua jenis
vaksin yaitu OPV diberikan per-oral dan BCG diberikan dengan
suntikan intradermal (dalam kulit). Pada sebagian petugas kesehatan
yang kurang berpengalaman memberikan suntikan subkutan dalam,
dianjurkan memberikan dengan cara intra muscular (Ranuh, 2008).
17
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Paradigma baru (aktif) yang disebutkan sebelumnya yang
berdasarkan evidence based terkini, terbukti dapat mencegah atau
mengurangi komplikasi yang sering terjadi. Hal ini memberi manfaat yang
nyata dan mampu membantu upaya penurunan angka kematian ibu dan
bayi baru lahir. Karena sebagian besar persalinan di Indonesia terjadi di
desa atau di fasilitas pelayanan kesehatan dasar dimana tingkat
keterampilan petugas dan sarana kesehatan sangat terbatas maka
paradigma aktif menjadi sangat strategis bila dapat diterapkan pada tingkat
tersebut. Jika semua penolong persalinan dilatih agar kompeten untuk
melakukan upaya pencegahan atau deteksi dini secara aktif terhadap
berbagai komplikasi yang mungkin terjadi, memberikan pertolongan
secara adekuat dan tepat waktu, dan melakukan upaya rujukan yang
optimal maka semua upaya tersebut dapat secara bermakna menurunkan
jumlah kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir.
B. SARAN
Diharapkan akan adanya peningkatan jumlah bidan terlibat dalam
penelitian,akan pengetahuan berdasar bukti mengenai asuhan kebidanan
khususnya dalam memberikan pelayanan kesehatan pada ibu dan anak
dalam upaya penurunan AKI dan AKB
18
DAFTAR PUSTAKA
Aryani, Ratna. 2009. Prosedur Klinik Keperawatan Pada Mata Ajar Kebutuhan
Dasar Manusia. Jakarta: Trans Info Media
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan
Praktik. Edisi 4 volume 1. Jakarta: EGC
Rohani, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba
Medika
19