Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OLEH
KELOMPOK 8
1
2
3
4
5
6
7
8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelolaan informasi di seluruh
seluruh tingkat pemerintah secara sistematis dalam rangka penyelengggaraan
pelayanan kepada masyarakat. Parturan perundangundangan yang menyebutkan
sistem informasi kesehatan adalah Kepmenkes Nomor 004/Menkes/SK/I/2003
tentang kebijakan dan strategi desentralisasi bidang kesehatan dan Kepmenkes
Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang petunjuk pelaksanaan pengembangan
sistem laporan informasi kesehatan kabupaten/kota. Hanya saja dari isi kedua
Kepmenkes mengandung kelemahan dimana keduanya hanya memandang sistem
informasi kesehatan dari sudut padang menejemen kesehatan, tidak memanfaatkan
state of the art teknologi informasi serta tidak berkaitan dengan sistem informasi
nasional. Teknologi informasi dan komunikasi juga belum dijabarkan secara detail
sehingga data yang disajikan tidak tepat dan tidak tepat waktu. Perkembangan
Sistem Informasi Rumah Sakit yang berbasis komputer (Computer Based Hospital
Information System) di Indonesia telah dimulai pada akhir dekade 80 an. Salah
satu rumah sakit yang pada waktu itu telah memanfaatkan komputer untuk
mendukung operasionalnya adalah Rumah Sakit Husada. Departemen Kesehatan
dengan proyek bantuan dari luar negeri, juga berusaha mengembangkan Sistem
Informasi Rumah Sakit pada beberapa rumah sakit pemerintah dengan dibantu oleh
tenaga ahli dari UGM. Namun, tampaknya komputerisasi dalam bidang per-rumah
sakit-an, kurang mendapatkan hasil yang cukup memuaskan semua pihak.
Ketidakberhasilan dalam pengembangan sistem informasi tersebut, lebih
disebabkan dalam segi perencanaan yang kurang baik, dimana identifikasi faktor-
faktor penentu keberhasilan (critical success factors) dalam implementasi sistem
informasi tersebut kurang lengkap dan menyeluruh. Perkembangan dan perubahan
yang cepat dalam segala hal juga terjadi di dunia pelayanan kesehatan. Hal ini
semata-mata karena sektor pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sistem
yang lebih luas dalam masyarakat dan pemerintahan dalam suatu negara, bahkan
lebih jauh lagi sistem yang lebih global. Perubahan-perubahan di negara lain dalam
berbagai sektor mempunyai dampak terhadap sistem pelayanan kesehatan. Dalam
era seperti saat ini, begitu banyak sektor kehidupan yang tidak terlepas dari peran
serta dan penggunaan teknologi komputer, terkhusus pada bidang-bidang dan
lingkup pekerjaan. Semakin hari, kemajuan teknologi komputer, baik 4
dibidang piranti lunak maupun perangkat keras berkembang dengan sangat pesat,
disisi lain juga berkembang kearah yang sangat mudah dari segi pengaplikasian
dan murah dalam biaya. Solusi untuk bidang kerja apapun akan ada cara untuk
dapat dilakukan melalui media komputer, dengan catatan bahwa pengguna juga
harus terus belajar untuk mengiringi kemajuan teknologinya. Sehingga pada
akhirnya, solusi apapun teknologi yang kita pakai, sangatlah ditentukan oleh
sumber daya manusia yang menggunakannya. Departemen Kesehatan telah
menetapkan visi Indonesia Sehat 2010 yang ditandai dengan penduduknya yang
hidup sehat dalam lingkungan yang sehat, berperilaku sehat, dan mampu
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu yang disediakan oleh pemerintah
dan/atau masyarakat sendiri, serta ditandainya adanya peran serta masyarakat dan
berbagai sektor pemerintah dalam upaya upaya kesehatan. Dalam upaya mencapai
visi dan misi yang telah ditetapkan tersebut, infrastruktur pelayanan kesehatan
telah dibangun sedemikian rupa mulai dari tingkat nasional, propinsi, kabupaten
dan seterusnya sampai ke pelosok. Setiap unit infrastruktur pelayanan kesehatan
tersebut menjalankan program dan pelayanan kesehatan menuju pencapaian visi
dan misi Depkes tersebut. Setiap jenjang tersebut memiliki sistem kesehatan yang
yang saling terkait mulai dari pelayanan kesehatan dasar di desa dan kecamatan
sampai ke tingkat nasional. Jaringan sistem pelayanan kesehatan tersebut
memerlukan sistem informasi yang saling mendukung dan terkait, sehingga setiap
kegiatan dan program kesehatan yang dilaksanakan dan dirasakan oleh masyarakat
dapat diketahui, dipahami, diantisipasi dan di kelola dengan sebaik-baiknya.
Departemen Kesehatan telah membangun sistem informasi kesehatan yang disebut
SIKNAS yang melingkupi sistem jaringan informasi kesehatan mulai dari
kabupaten sampai ke pusat. Namun demikian dengan keterbatasan sumberdaya
yang dimiliki, SIKNAS belum berjalan sebagaimana mestinya. Dengan demikian
sangat dibutuhkan sekali dibangunnya sistem informasi kesehatan yang terintegrasi
baik di dalam sektor kesehatan (antar program dan antar jenjang), dan di luar
sektor kesehatan, yaitu dengan sistem jaringan informasi pemerintah daerah dan
jaringan informasi di pusat. 5
1.2 Rumusan Masalah a) Apa yang dimaksud manajemen SIK? b) Bagaimana
peranan manajemen SIK? c) Bagaimana konsep pengembangan SIK? d)
Bagaimana aplikasi manajemen SIK di rumah sakit? e) Bagaimana aplikasi
manajemen SIK di puskesmas? f) Bagaimana system pelayanan kesehatan untuk
individu dan masyarakat? 1.3 Tujuan a) Mahasiswa mampu mengetahui pengertian
manajemen SIK b) Mahasiswa mampu mengetahui peranan manajemen SIK c)
Mahasiswa mampu mengetahui konsep-konsep pengembangan SIK d) Mahasiswa
mampu mengetahui aplikasi manajemen SIK di rumah sakit e) Mahasiswa mampu
mengetahui aplikasi manajemen SIK di puskesmas f) Mahasiswa mampu
mengetahui system pelayanan kesehatan untuk indidu dan masyarakat. 6
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Manajemen Sistem Informasi Kesehatan
Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah integrasi antara perangkat, prosedur dan
kebijakan yang digunakan untuk mengelola siklus informasi secara sistematis
untuk mendukung pelaksanaan manajemen kesehatan yang terpadu dan
menyeluruh dalam kerangka pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dalam
literature lain menyebutkan bahwa SIK adalah suatu sistem pengelolaan data dan
informasi kesehatan di semua tingkt pemerintahan secara sistematis dan
terintegrasi untuk mendukung manajemen kesehatan dalam rangka peningkatan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Informasi kesehatan selalu diperlukan
dalam pembuatan program kesehatan mulai dari analisis situasi, penentuan
prioritas, pembuatan alternatif solusi, pengembangan program, pelaksanaan dan
pemantauan hingga proses evaluasi terhadap pelaksanaan program-program
kesehatan. Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelolaan informasi di
seluruh seluruh tingkat pemerintah secara sistematis dalam rangka
penyelengggaraan pelayanan kepada masyarakat. Peraturan perundang-undangan
yang menyebutkan sistem informasi kesehatan adalah Kepmenkes Nomor
004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan strategi desentralisasi bidang
kesehatan dan Kepmenkes Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang petunjuk
pelaksanaan pengembangan sistem laporan informasi kesehatan kabupaten/kota.
Hanya saja dari isi kedua Kepmenkes mengandung kelemahan dimana keduanya
hanya memandang sistem informasi kesehatan dari sudut padang menejemen
kesehatan, tidak memanfaatkan state of the art teknologi informasi serta tidak
berkaitan dengan sistem informasi nasional. Teknologi informasi dan komunikasi
juga belum dijabarkan secara detail sehingga data yang disajikan tidak tepat dan
tidak tepat waktu. 7
Berikut adalah beberapa definisi dari system informasi manajemen, yaitu : 1.
Sistem informasi manajemen merupakan suatu sistem yang biasanya diterapkan
dalam suatu organisasi untuk mendukung pengambilan keputusan dan informasi
yang dihasilkan dibutuhkan olehsemua tingkatan manajemen (Kristianto,2003). 2.
SIM adalah sebuah system manusia atau mesin yang terpadu (integrated) untuk
menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen dan
pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi (Davis, 2002). 3. SIM adalah
sekumpulan subsistem yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama dan
membentuk satu kesatuan, saling berinteraksi dan bekerjasama antara satu bagian
dengan lainnya menggunakan cara tertentu untuk melakukan fungsi pengolahan
data, menerima masukan (input) berupa data-data, kemudian mengolahnya
(processing) dan menghasilkan keluaran (output) berupa informasi sebagai dasar
pengambilan keputusan yang berguna danmempunyai nilai nyata yang dapat
dirasakan akibatnya baik pada saat itu juga maupun dimasa mendatang,
mendukung kegiatan operasional, manajerial, dan strategis organisasi dengan
memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada dantersedia bagi fungsi tersebut
guna mencapai tujuan (Sutanta,2004) 2.2 Peranan Manajemen Sistem Informasi
Kesehatan Menurut WHO, sistem informasi kesehatan merupakan salah satu dari 6
building block atau komponen utama dalam sistem kesehatan di suatu Negara.
Keenam komponen (building block) sistem kesehatan tersebut adalah: 1. Service
delivery (pelaksanaan pelayanan kesehatan). 2. Medical product, vaccine, and
technologies (produk medis, vaksin, dan teknologi kesehatan). 3. Health
worksforce (tenaga medis). 4. Health system financing (system pembiayaan
kesehatan). 5. Health information system (sistem informasi kesehatan). 6.
Leadership and governance (kepemimpinan dan pemerintah) Informasi kesehatan
selalu diperlukan dalam pembuatan program kesehatan mulai dari analisis situasi, 8
penentuan prioritas, pembuatan alternatif solusi, pengembangan program,
pelaksanaan dan pemantauan hingga proses evaluasi. Subsistem dalam system
informasi kesehatan secara umum meliputi : a. Survailans epidemiologis (untuk
penyakit menular dan tidak menular, kondisi lingkungan dan factor resiko) b.
Pelaporan rutin dari puskemas, rumah sakit, laboratorium kesehatan daerah,
gudang farmasi, praktek swasta. c. Pelaporan program khusus, seperti TB, lepra,
malaria, KIA, imunisasi, HIV/AIDS, yang biasanya bersifat vertical d. System
administrative, meliputi system pembiayaan, keuangan, system kepegawaian, obat
dan logistic, program pelatihan, penelitian dan lain-lain e. Pencatatan vital, baik
kelahiran, kematian maupun imigrasi Jika dicermati, komponen tersebut tidak
hanya tanggung jawab sector kesehatan semata, tetapi juga lintas sector lainnya
seperti statistic vital kependudukan, data kelahiran, data kematian. System
pelaporan informasi kesehatan rutin dari fasilitas kesehatan pun tidak berjalan
dengan baik. Teknologi informasi memberi berbagai kemudahan dalam proses
manajemen di segala bidang. Dengan teknologi Informasi, data dan informasi
dapat diolah dan didistribusikan secara lebih mudah, cepat, akurat, dan fleksibel.
Hal ini mendorong semakin dibutuhkannya pemanfaatan teknologi informasi
dalam berbagai kegiatan. World Health Organization menilai bahwa investasi
system informasi menuai beberapa keuntungan, antara lain : a. Membantu
pegambil keputusan untuk mendeteksi dan mengendalikan masalah kesehatan,
memantau perkembangan dan meningkatkannya. b. Penguatan evidence based
dalam mengambil kebijakan yang efektif, evaluasi, dan inovasi melalui penelitian.
c. Perbaikan dalam tata kelola, memobilisasi sumber baru dan akuntabilitas, cara
yang digunakan Data yang diperlukan dalam system informasi kesehatan yang
komprehensif berkisar dari data kelahiran, morbiditas, dan mortalitas untuk jenis
dan lokasi tenaga kesehatan, dengan jenis dan kualitas pelayanan klinis yang 9
diberikan di tingkat nasional dan sub-nasional dan akhirnya dengan indokator
penduduk, seperti sebaai demografi dan status social ekonomi. Sebagaimana
gambar diatas, informasi kesehatan dapat dibagi menjadi lima domain yang
berbeda, yaitu : 1. Penentu kesehatan, yang meliputi factor risiko, perilaku,
keturunan, lingkungan, social ekonomi dan demografi. 2. Input system kesehatan,
yang meliputi kebijakan, pembiayaan, sumber daya, dan organisasi. 3. Output
system kesehatan meliputi, informasi kemampuan pelayanan dan kualitas. 4. Hasil
system kesehatan meliputi, pemanfaatan pelayanan. 5. Status kesehatan meliputi,
angka kematian, kesakitan atau ketidakmampuan, dan kesejahteraasn. Sedangkan
di dalam tatanan Sistem Kesehatan Nasional, SIK merupakan bagian dari sub
sistem ke 6 yaitu pada sub sistem manajemen, informasi dan regulasi kesehatan.
Sub sistem manajemen dan informasi kesehatan merupakan subsistem yang
mengelola fungsi-fungsi kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan, informasi
kesehatan dan hokum kesehatan yang memadai dan mampu menunjang
penyelenggaraan upaya kesehatan nasional agar berhasil guna, berdaya guna, dan
mendukung penyelenggaraan ke-6 subsistem lain di dalam SKN sebagai satu
kesatuan yang terpadu. Adapun sub sistem dalam Sistem Kesehatan Nasional
Indonesia, yaitu: 1. Upaya kesehatan 2. Penelitian dan pengembangan kesehatan 3.
Pembiayaan kesehatan 4. Sumber daya manusia (SDM) kesehatan 5. Sediaan
farmasi, alat kesehatan dan makanan 6. Manajemen, informasi, dan regulasi
kesehatan 7. Pemberdayaan masyarakat. 10
Dalam pengembangan Sistem Informasi Kesehatan, harus dibangun komitmen
setiap unit infrastruktur pelayanan kesehatan agar setiap Sistem Informasi
kesehatan berjalan dengan baik dan yang lebih terpenting menggunakan teknologi
komputer dalam mengimplementasikan Sistem Informasi Berbasis Komputer
(Computer Based Information System). Melalui hasil pengembangan sistem
informasi ini maka diharapkan dapa menghasilkan hal-hal sebagai berikut : 1.
Perangkat lunak tersebut dikembangkan sesuai dengan sesuai dengan standar yang
ditentukan oleh pemerintah daerah. 2. Dengan menggunakan open system tersebut
diharapkan jaringan akan bersifat interoperable dengan jaringan lain. 3. Sistem
informasi kesehatan terintegrasi ini akan mensosialisasikan dan mendorong
pengembangan dan penggunaan Local Area Network di dalam kluster unit
pelayanan kesehatan baik pemerintah dan swasta sebagai komponen sistem di
masa depan. 4. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mengembangkan
kemampuan dalam teknologi informasi video, suara, dan data nirkabel universal di
dalam Wide Area Network yang efektif, homogen dan efisien sebagai bagian dari
jaringan sistem informasi pemerintah daerah. 5. Sistem informasi kesehatan
terintegrasi ini akan merencanakan, mengembangkan dan memelihara pusat
penyimpanan data dan informasi yang menyimpan direktori materi teknologi
informasi yang komprehensif. 6. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan
secara proaktif mencari, menganalisis, memahami, menyebarluaskan dan
mempertukarkan secara elektronis data/informasi bagi seluruh stakeholders. 7.
Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan memanfaatkan website dan access
point lain agar data kesehatan dan kedokteran dapat dimanfaatkan secara luas dan
bertanggung jawab dan dalam rangka memperbaiki pelayanan kesehatan sehingga
kepuasan pengguna dapat dicapai sebaik-baiknya. 11
8. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan merencanakan pengembangan
manajemen SDM sistem informasi mulai dari rekrutmen, penempatan, pendidikan
dan pelatihan, penilaian pekerjaan, penggajian dan pengembangan karir. 9. Sistem
informasi kesehatan terintegrasi ini akan mengembangkan unit organisasi
pengembangan dan pencarian dana bersumber masyarakat yang berkaitan dengan
pemanfaatan dan penggunaan data/informasi kesehatan dan kedokteran. 10. Dapat
digunakan untuk mengubah tujuan, kegiatan, produk, pelayanan organisasi, untuk
mendukung agar organisasi dapat meraih keunggulan kompetitif. 11. Mengarah
pada peluang-peluang strategis yang dapat ditemukan. 2.3 Konsep-Konsep
Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Sistem informasi kesehatan harus
dibangun untuk mengatasi kekurangan maupun ketidakkompakan antar badan
kesehatan. Dalam melakukan pengembangan sistem informasi secara umum, ada
beberapa konsep dasaryang harus dipahami oleh para pengembang atau pembuat
rancang bangun sistem informasi (designer). Konsep-konsep tersebut antara lain: a.
Sistem informasi tidak identik dengan sistem komputerisasi Pada dasarnya sistem
informasi tidak bergantung kepada penggunaan teknologi komputer. Sistem
informasi yang memanfaatkan teknologi komputer dalam implementasinya disebut
sebagai Sistem Informasi Berbasis Komputer (Computer Based Information
System). Pada pembahasan selanjutnya, yang dimaksudkan dengan sistem
informasi adalah sistem informasi yang berbasis komputer. Isu penting yang
mendorong pemanfaatan teknologi komputer atau teknologi informasi dalam
sistem informasi suatu organisasi adalah : 1) Pengambilan keputusan yang tidak
dilandasi dengan informasi. 2) Informasi yang tersedia, tidak relevan. 3) Informasi
yang ada, tidak dimanfaatkan oleh manajemen. 4) Informasi yang ada, tidak tepat
waktu. 5) Terlalu banyak informasi. 12
6) Informasi yang tersedia, tidak akurat. 7) Adanya duplikasi data (data
redundancy). 8) Adanya data yang cara pemanfaatannya tidak fleksibel. b. Sistem
informasi organisasi adalah suatu sistem yang dinamis. Dinamika sistem informasi
dalam suatu organisasi sangat ditentukan oleh dinamika perkembangan organisasi
tersebut. Oleh karena itu perlu disadari bahwa pengembangan sistem informasi
tidak pernah berhenti. c. Sistem informasi sebagai suatu sistem harus mengikuti
siklus hidup sistem Seperti lahir, berkembang, mantap dan akhirnya mati atau
berubah menjadi sistem yang baru. Oleh karena itu, sistem informasi memiliki
umur layak guna. Panjang pendeknya umur layak guna sistem informasi tersebut
ditentukan diantaranya oleh: 1) Perkembangan organisasi tersebut 2)
Perkembangan teknologi informasi d. Daya guna sistem informasi sangat
ditentukan oleh tingkat integritas sistem informasi itu sendiri. Sistem informasi
yang terpadu (integrated) mempunyai daya guna yang tinggi, jika dibandingkan
dengan sistem informasi yang terfragmentasi. Usaha untuk melakukan integrasi
sistem yang ada didalam suatu organisasi menjadi satu sistem yang utuh
merupakan usaha yang berat dengan biaya yang cukup besar dan harus dilakukan
secara berkesinambungan. Sinkronisasi antar sistem yang ada dalam sistem
informasi itu, merupakan prasyarat yang mutlak untuk dapat mendapatkan sistem
informasi yang terpadu. Sistem informasi, pada dasarnya terdiri dari minimal 2
aspek yang harus berjalan secara selaras, yaitu aspek manual dan aspek yang
terotomatisasi (aspek komputer). Pengembangan sistem informasi yang berhasil
apabila dilakukan dengan mengembangkan kedua aspek tersebut. Sering kali
pengembang sistem informasi hanya memfokuskan diri pada pengembangan aspek
komputernya saja, tanpa memperhatikan aspek manualnya. Hal 13
ini di akibatkan adanya asumsi bahwa aspek manual lebih mudah diatasi dari pada
aspek komputernya. Padahal salah satu faktor penentu keberhasilan pengembangan
sistem informasi adalah dukungan perilaku dari para pengguna sistem informasi
tersebut, dimana para pengguna sangat terkait dengan sistem dan prosedur dari
sistem informasi pada aspek manualnya. e. Keberhasilan pengembangan sistem
informasi sangat bergantung pada strategi yang dipilih untuk pengembangan sistem
tersebut. Strategi yang dipilih untuk melakukan pengembangan sistem sangat
bergantung kepada besar kecilnya cakupan dan tingkat kompleksitas dari sistem
informasi tersebut. Untuk sistem informasi yang cakupannya luas dan tingkat
kompleksitas yang tinggi diperlukan tahapan pengembangan seperti: Penyusunan
Rencana Induk Pengembangan, Pembuatan Rancangan Global, Pembuatan
Rancangan Rinci, Implementasi dan Operasionalisasi. f. Pengembangan Sistem
Informasi organisasi harus menggunakan pendekatan fungsi dan dilakukan secara
menyeluruh (holistik). Pada banyak kasus, pengembangan sistem informasi
dilakukan dengan menggunakan pendekatan struktur organisasi dan pada
umumnya mereka mengalami kegagalan, karena struktur organisasi sering kali
kurang mencerminkan semua fungsi yang ada didalam organisasi. Sebagai
pengembang sistem informasi hanya bertanggung jawab dalam mengintegrasikan
fungsi-fungsi dan sistem yang ada didalam organisasi tersebut menjadi satu sistem
informasi yang terpadu. Pemetaan fungsi-fungsi dan sistem ke dalam unit-unit
struktural yang ada di dalam organisasi tersebut adalah wewenang dan
tanggungjawab dari pimpinan organisasi tersebut. g. Informasi telah menjadi aset
organisasi. Dalam konsep manajemen modern, informasi telah menjadi salah satu
aset dari suatu organisasi, selain uang, SDM, sarana dan prasarana. Penguasaan
informasi internal 14
dan eksternal organisasi merupakan salah satu keunggulan kompetitif (competitive
advantage), h. Penjabaran sistem sampai ke aplikasi menggunakan struktur hirarkis
yang mudah dipahami. Dalam semua kepustakaan yang membahasa konsep sistem,
hanya dikenal istilah sistem dan subsistem. Hal ini akan menimbulkan kesulitan
dalam melakukan penjabaran sistem informasi yang cukup luas cakupannya. 2.4
Aplikasi Manajemen Sistem Informasi Kesehatan di Rumah Sakit Sistem informasi
rumah sakit tidak dapat lepas kaitannya dengan system informasi kesehatan karena
sistem ini merupakan aplikasi dari system informasi kesehatan itu sendiri. Untuk
itu, perlu kita mengetahui sedikit tentang sistem informasi rumah sakit yang ada di
Indonesia, mulai dari rancang bangun (desain) sistem informasi rumah sakit hingga
pengembangannya. Dalam melakukan pengembangan SIRS, pengembang haruslah
bertumpu dalam 2 hal penting yaitu kriteria dan kebijakan pengembangan SIRS
dan sasaran pengembangan SIRS tersebut. Adapun kriteria dan kebijakan yang
umumnya dipergunakan dalam penyusunan spesifikasi SIRS adalah sebagai
berikut: a. SIRS harus dapat berperan sebagai subsistem dari Sistem Kesehatan
Nasional dalam memberikan informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu. b.
SIRS harus mampu mengaitkan dan mengintegrasikan seluruh arus informasi
dalam jajaran Rumah Sakit dalam suatu sistem yang terpadu. c. SIRS dapat
menunjang proses pengambilan keputusan dalam proses perencanaan maupun
pengambilan keputusan operasional pada berbagai tingkatan. d. SIRS yang
dikembangkan harus dapat meningkatkan daya-guna dan hasil-guna terhadap
usaha-usaha pengembangan sistem informasi rumah sakit yang telah ada maupun
yang sedang dikembangkan. b. SIRS yang dikembangkan harus mempunyai
kemampuan beradaptasi terhadap perubahan dan perkembangan dimasa datang. 15
c. Usaha pengembangan sistem informasi yang menyeluruh dan terpadu dengan
biaya investasi yang tidak sedikit harus diimbangi pula dengan hasil dan manfaat
yang berarti (rate of return) dalam waktu yang relatif singkat. d. SIRS yang
dikembangkan harus mampu mengatasi kerugian sedini mungkin. e. Pentahapan
pengembangan SIRS harus disesuaikan dengan keadaan masing-masing subsistem
serta sesuai dengan kriteria dan prioritas. f. SIRS yang dikembangkan harus mudah
dipergunakan oleh petugas, bahkan bagi petugas yang awam sekalipun terhadap
teknologi komputer (user friendly). g. SIRS yang dikembangkan sedapat mungkin
menekan seminimal mungkin perubahan, karena keterbatasan kemampuan
pengguna SIRS di Indonesia, untuk melakukan adaptasi dengan sistem yang baru.
h. Pengembangan diarahkan pada subsistem yang mempunyai dampak yang kuat
terhadap pengembangan SIRS. Atas dasar dari penetapan kriteria dan kebijakan
pengembangan SIRS tersebut di atas, selanjutnya ditetapkan sasaran
pengembangan sebagai penjabaran dari Sasaran Jangka Pendek Pengembangan
SIRS, sebagai berikut:
1) Memiliki aspek pengawasan terpadu, baik yang bersifat pemeriksaan atau
pengawasan (auditable) maupun dalam hal pertanggungjawaban penggunaan dana
(accountable) oleh unit-unit yang ada di lingkungan rumah sakit.
2) Terbentuknya sistem pelaporan yang sederhana dan mudah dilaksanakan, akan
tetapi cukup lengkap dan terpadu.
3) Terbentuknya suatu sistem informasi yang dapat memberikan dukungan akan
informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu melalui dukungan data yang
bersifat dinamis. 4) Meningkatkan daya-guna dan hasil-guna seluruh unit
organisasi dengan menekan pemborosan. 5) Terjaminnya konsistensi data. 6)
Orientasi ke masa depan. 7) Pendayagunaan terhadap usaha-usaha pengembangan
sistem informasi yang telah ada maupun sedang dikembangkan, agar dapat terus
dikembangkan dengan 16
mempertimbangkan integrasinya sesuai Rancangan Global SIRS. SIRS merupakan
suatu sistem informasi yang, cakupannya luas (terutama untuk rumah sakit tipe A
dan B) dan mempunyai kompleksitas yang cukup tinggi. Oleh karena itu penerapan
sistem yang dirancang harus dilakukan dengan memilih pentahapan yang sesuai
dengan kondisi masingmasing subsistem, atas dasar kriteria dan prioritas yang
ditentukan. Kesinambungan antara tahapan yang satu dengan tahapan berikutnya
harus tetap terjaga. Secara garis besar tahapan pengembangan SIRS adalah sebagai
berikut: a. Penyusunan Rencana Induk Pengembangan SIRS, b. Penyusunan
Rancangan Global SIRS, c. Penyusunan Rancangan Detail/Rinci SIRS, d.
Pembuatan Prototipe, terutama untuk aplikasi yang sangat spesifik, e.
Implementasi, dalam arti pembuatan aplikasi, pemilihan dan pengadaan perangkat
keras maupun perangkat lunak pendukung. f. Operasionalisasi dan Pemantapan.
2.5 Aplikasi Manajemen Sistem Informasi Kesehatan di Pusekesmas
Penyelenggara layanan kesehatan masyarakat melalui puskesmas merupakan
kegiatan yang dibutuhkan suatu system informasi yang dapat menangani berbagai
macam kegiatan operasional puskesmas mulai dari pengelolaan registrasi pasien,
data rekam medis pasien, farmasi, keuangan, hingga berbagai laporan bulanan,
tribulanan, dan tahunan. Berbagai laporan eksekutif yang dihasilkan oleh
puskesmas dengan bantuan system informasi sangat dibutuhkan dalam penentuan
kebijakan kualitas layanan kesehatan masyarakat. Secara umum, SIMPUS terdiri
dari beberapa subsistem sebagai berikut : a. Registrasi Pasien Registrasi
merupakan subsistem yang menangani data registrasi kunjungan pasien, baik
kunjungan pemeriksaan umum, gigi,, gizi, KIA, imunisasi, KB. Kegiatannya
meliputi : 1) Pengolahan data pasien 2) Pengolahan data registrasi kunjunan
pasien, terdapat beberapa macam klasifikasi registrasi yaitu, pemeriksaan umum,
pemeriksaan gigi, kunjungan gizi, kunjungan imunisasi, kegiatan KIA, kegiatan
KB, pemeriksaan laboratorium b. Pemeriksaan/Pemberian Tindakan Medis Hal ini
merupakan subsistem yang menangani data yang terkait dengan keiatan
pemeriksaan/pemberian tindakan terhadap pasien oleh 17
tenaga kesehatan. Berdasarkan jenis pemeriksaannya, subsistem ini diklasifikasin
menjadi pemeriksaan umum, pemeriksaan gigi, kunjungan gizi, kunjungan
imunisasi, kegiatan KIA, kegiatan KB, pemeriksaan laboratorium. Kegiatannya
meliputi : 1) Pengolahan data kondisi pasien 2) Pengolahan data anamnesis 3)
Pengolahan data diagnosis 4) Pengolahan data terapi 5) Pengolahan data
pemeriksaan/tindakan medis/penggunaan lab. 6) Pengolahan data obat 7)
Pengolahan data rujukan c. Farmasi Farmasi merupakan subsistem yang
menangani data yang terkait dengan obat. Fungsionalitasnya meliputi :
1) Pengolahan data master obat
2) Pengolahan data stok obat baru
3) Pengolahan data persediaan obat
4) Pengolahan data pelayanan/pemberian resep pasien
d. Pemantaun Data Register Pemantauan data register merupakan pemantauan data
yang terjadi di puskesmas secara harian/bulanan maupun periode tertentu.
Kegiatannya meliputi : 1) Register pemeriksaan umum 2) Register pemeriksaan
gigi 3) Register pemeriksaan gizi 4) Register pemeriksaan imunisasi 5) Register
pemeriksaan KIA 6) Register pemeriksaan KB e. Laporan Laporan merupakan
subsistem untuk membuat laporan/ rekapitulasi. Laporan manajemen ini meliputi:
1) Laporan kunjungan pasien 2) Laporan 10 penyakit terbanyak 18
3) Laporan pengguanaan obat 4) Laporan tindakan medis terbanyak 5) Laporan
metode pembayaran oleh pasien 6) Laporan billing f. Pemetaan Pemetaan wilayah
meliputi kunjungan pasien, penyakit terbanyak, penggunaan obat, riwayat KLB,
dan lain sebagainya. Akan tetapi mapping data kesehatan sangat jarang dilakukan.
2.6 Sistem Kesehatan dan Sistem pelayanan Kesehatan pada Individu dan
Masyarakat Sistem kesehatan (health system) adalah tatanan yang bertujuan
tercapainya derajat kesehatan yang bermutu tinggi dan merata, melalui upaya-
upaya dalam tatanan tersebut yang dilaksanakan secara efisien dan berkualitas serta
terjangakau. Sistem pelayanan kesehatan terdiri atas dua bagian yang merupakan
subsistemnya, yaitu system pelayanan kesehatan (Healht Service Delivery System)
dan system pendanaan kesehatan (Health Financing System). System pendanaan
mendanai system pelayanan. System pelayanan kesehatan terdiri atas dua bagian
yang merupakan Subsystemnya, yaitu system pelayanan kesehatan perorangan
(medical service atau pelayanaan medis) dan system pelayanan kesehatan
masyarakat (public health service). Dalam system pelayanan kesehatan perorangan
terdapat berbagai upaya untuk peningkatan kesehatan perorangan (selanjutnya
disebut upaya kesehatan perorangan /UKP), yaitu mulai dari promosi kesehatan,
pencegahan penyakit dan kecacatan deteksi dini penyakit/kecacatan dan
penanganannya yang lebih tepat agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut atau
kecacatan. Dalam upaya pelayanan kesehatan masayarakat juga dikenal upaya
health promotion dan specific protection yang dilaksanakan pada masyarakt secara
keseluruhan. Dari gambaran diatas terlihat bahwa upaya kesehatan masyarakat
(UKM) dan upaya kesehatan perorangan UKP) menjadi satu kesatuan upaya passa
health promotion dan specific protection. Dilihat dari sudut pathogenesis penyakit,
maka upaya-upaya health promotion dan specific protection ini adalah upaya pada
masa prepathogenesis. Sedangkan upaya-upaya 19
early detection ang prompt treatment, disability limitation, rehabilitation adalah
upaya-upaya pada masa pathogenesis. Dalam system pendanaanya, produk
pelayanan kesehatan masyarakt umumnya merupakan public goods sehingga
didanai oleh pemerintah. Produk pelayanan kesehatan perorangan bisa didanai oleh
pemerintah (kalau dianggap public goods misalnya, pengobatan penderita
ppenyakit TBC sebagai bagian dari upaya pemberantasan penyakit TBC), bisa
didanai oleh perorangan sendiri (murni merupakan privat goods yang bisa
langsung out of pocket ataupun melalui asuransi pribadi/privat insurance).
Pembiayaan pelayanan juga bisa campur antara pemerintah dan masyarakat
(public-privat mix).
SISTEM KESEHATAN DAN SISTEM PELAYANAN KESEHATAN UPAYA
PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN (UKP) 20
Bagan 1.1. Letak hubungan Tampak Tindih bidang kajian, serta pertimbangannya
dari berbagai subsistem dalam system kesehatan. Dalam subsistem pelayanan
kesehatan perorangan dalam kerangka keseluruhan system kesehatan, terdapat
berbagai upaya kesehatan perorangan (UKP) terdapat UKP yang diselenggarakan
dengan objek utama adalah penanganan pada periode pre pathogenesis dan UKP
dengan objek utama penanganan pada periode pathogenesis. UKP pertama lebih
menekankan upaya promosi kesehatan perorangan /health promotion(misalnya
mengajarkan 21
pola hidup sehat pada pasien dan keluarga pasien stroke/pasien penyakit jantung.
Upaya kesehatan ini banyak diselenggarakan oleh perorangan secara mandiri (self
care), oleh keluarga (family care) atau kelompok anggota masyarakat (misalnya,
perkumpulan jantung sehat). UKP kedua lebih menekankan pada pelayanan
periode pathogenesis (disability limitation, rehabilitation). Upaya ini dilaksanakan
di institusi pelayanan kesehatan yang disebut rumah sakit. Untuk penyakit yang
banyak terjadi di masyarakat (common diseases) pelayanan dilaksanakan di rumah
sakit rujukan awal (primary hospital system) dimana penanganan secara satu
disiplin ilmu dapt dilaksanakan dengan baik. Untuk penyakit yang penanganannya
membutuhkan penanganan yang multidisiplin sederhana, pelayanan dilaksanakan
dirumah sakit rujukan lanjutan (secondary hospital system). Untuk penyakit yang
penanganannya membutuhkan penanganan multidisiplin kompleks, pelayanan
dilaksanakan dilaksanakan dirumah sakit rujukan lanjut (tertiary hospital system).
Untuk Negara yang sangat maju ada pelayanan yang diutamakan dalam rangka
pengembangan ilmu (dengan pelayanan yang tetap berbasis pada kebutuhan
pasien, bukan berbasis pada pengembangan ilmu), pelayanan dilaksanakan
dirumah sakit untuk pengembangan ilmu (quaternary hospital). Penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan Perorangan di Indonesia dan Lingkungannya seperti telah
diutarakan diatas, pelayanan kesehatan perorangan (medical service, pelayanan
medic) dapat dikategorikan dalam 4 kategori : a. Pelayanan medic mandiri (self
care and family medical care) Yang dilaksanakan oleh pribadi kelompok
masyarakat; aktifitas ini bisa dilaksanakan oleh masing-masing individu, bisa
secara berkelompok; aktifitas ini bisa dilaksanakan sebelum orang menderita sakit
(misalnya, dalam klub jantung sehat), bisa juga setelah orang menderita penyakit
atau kecacatan (misalnya, klub stroke). b. Pelayanan medic dasar/primer (essential
medical care and basic speciality care, 22
Ada yang menyebutnya preventife medical care atau primary medical care)
Pelayanan ini diselenggarakan oleh pemerintah atau swasta/kelompok masyarakat.
Idealnya pelayanan ini dilaksanakan oleh dokter keluarga yang merupakan gate
keeper dari pelayanan rujukan. Pelayanan medic dasar ini dilaksanakan di
puskesmas pemerintah, balkesmas swasta serta dokter praktek perorangan swasta.
c. Pelayanan medic skunder/rujukan awal Pelayanan ini dilaksanakan dirumah
sakit dengan kemampuan nonspesialistik/spesialiatik dasar (dulu dikenal dengan
sebutan rumah sakit tipe D), sampai kerumah sakit dengan kemampuan pelayanan
spesialistik empat dasar( dikenal dengan nama rumah sakit tipe C) ataupun
dirumah sakit dengan kemampuan pelayanan lebih dari empat spesialisme plus
beberapa spesialisme dasar (dikenal dengan nama rumah sakit tipe B-awal).
Rumah sakit rujukan awal ini biasanya ada di ibu kota kabupaten dan kota madya.
d. Pelayanan medic tersier/rujukan lanjut Pelayanan ini dilaksanakan dirumah sakit
dengan kemampuan pelayanan semua spesialisme plus beberapa
subspesialisme(dikenal dengan nama rumah sakit tipe-b lanjut atau dirumah sakit
dengan kemampuan semua spesialisme dengan seluruh subspesialismenya(rumah
sakit tipe A). diindonesia rumah sakit rujukan lanjut ini semuanya berfungsi
sebagai rumah sakit pendidikan. Upaya keseluruhan pada butir-butir diatas yang
saling berhubungan (saling berkaitan, saling berpengaruh, saling bergantung) satu
sama lain, diselengarakan dalam satu daerah/ kabupaten/kota dalam satu system
kesehatan daerah. Keseluruhan stakeholders dalam system kesehatan tersebut dapat
dilihat pada bagan. 23
Bagan 1.2. Upaya kesehatan perorangan/rumah sakit dan Berbagai lingkungan-
strateginya. Stakeholder dan Rumah Sakit Sebagai Satu Sistem dalam Pencapaian
EEQ System adalah suatu kesatuan yang terdiri dari bagian-bagian (yang
dinamakan subsistem), bagian tersebut saling berkaitan (interelasi) saling
berpengaruh (interaksi), serta saling bergantung (interdependensi) satu sama lain.
system yang sempurna adalah tubuh kita. Subsistem syaraf otak mengindra sesuatu
yang menakutkan mengakibatkan tubuh bereaksi terhadapnya. Reaksi berupa lari,
yang dilaksanakan oleh system musculoskeletal, sambil orang tersebut lari
terkencing-kencing diakibatkan oleh subsistem urogenital, dan sebagainya. Dari
sudut operasional rumah sakit sebagai satu system, dikenal subsistem pelayanan
(instalasi rawat jalan, rawat inap, bedah pusat, dan lain-lain), dan subsistem
manajemen/ administrasi pelayanan. Dari sudut kewenangan (power), dikenal sub
system pemilik, subsistem professional kesehatan dan subsistem manajemen.
Kewenangan yang dimiliki pemilik adalah merupakan kewenangan yang diberikan
olegh kekuasaan birokrasi. Kewenangan tersebut dinamakan kewenangan birokrasi
dan ditandai oleh adanya SK (surat keputusan) dari birokrasi diatasnya.
Kewenangan birokrasi yang dimiliki pemilik dilaksanakan secara operasional oleh
satu intitas birokrasi yang dibentuk oleh pemilik melalui satu surat keoutusan (SK).
Kewenangan yang dimiliki profesi didapat melalui pendidikan yang terstruktur,
berjenjang (sarjana kedokteran, dokter umum, dokter spesialis, dokter subspesialis,
dan seterusnya) dan kewenangan tersebut ditandai dengan sertifikasi kopetensi
oleh asosiasi profesi/kolegium kedokteran bidang ilmu terkait. Secara operasional
komite medic (Depkes,1999) melaksanakan tugas professional governance dalam
masalah yang berkaitan dengan profesi dan profesionalisme, misalnya : a.
Pengelolaan tumpang tindih kewenangan profesi yang bekerja dirumah sakit. b.
Pengelolaan penggunaan antibiotic oleh semua spesialisasi. c. Melakukan seleksi
para professional yang akan bekerja dirumah sakit, untuk menilai kemampuan
profesionalnya (credentialing). d. Melaksanakan monitoring dan evaluasi mengenai
kinerja profesi para professional yang bekerja diumah sakit. e. Dan lain-lainnya
baik yang murni berkaitan hanya dengan keprofesian, maupun yang berkaitan
dengan hal-hal diluar profesi. Sebagai contoh, dalam pengelolaan profesi dirumah
sakit, maka sebagai satu system, ketergantungan dan saling berpengaruh antara
satu subsistem dengan subsistem lain dalam system rumah sakit pasti terjadi.
Contoh lain, diluar negeri yang gencar tuntunan hukum terdapat profesi dokter,
maka tindakan profesi yang tidak benar akan berdampak pada keuangan ruumah
sakit. Itulah sebabnya resiko kesakitan ataupun resiko kematian perlu dikaitkan
juga dengan resiko keuangan rumah sakit. Keseluruhan tata cara pengelolaan yang
berlaku dirumah sakit ini ditetapkan bersama-sama oleh unsure profesi dengan
unsure birokrasi, yang dibanyak rumah sakit ketentuan dinamakan hospital by law.
25
Manajemen Rumah Sakit di Indonesia dan Kebutuhan Data serta Informasinya
Manajemen rumah sakit berkembang dai waktu ke waktu. Pada sesudah perang
dunia ke-2, manajemen rumah sakit dilaksanakan dengan sangat murni sebagai
lembaga social (philanthrop). Pengambilan keputusan manajerial tidak pernah
dilaksanakan dengan memakai asas ekonomi, seperti membandingkan produksi
dan biaya(efisiensi). Sitem informasi yang berkembang dirumah sakit hanyalah
berorientasi pada pelayanan mediknya saja. Perkembangan IPTEK kedokteran dan
kesehatan berkembang pesat, biaya pelayanan kesehatan yang dibiayai pemerintah
naik dengan tajam. Ini menyebabkan pemerintah tidak berkemampuan untuk
mendanai pelayanan kesehatan secara penuh, sehingga diharapka masyarakat ikut
mendanai pelayanan kesehatan. Hal ini dimungkinkan karena pada pelayanan
medic khususnya dirumah sakit, komponen privat goods cukup besar sehingga bila
dikelola menurut asas ekonomi (yang tetap bersifat social) akan mengakibatkan
masyarakat dapat ikut mendanai pelayanan rumah sakit. Manajemen rumah sakit
kemudian berkembang menjadi sifat sosio-ekonomis. Muncullah sistilah rumah
sakit swadana yang system informasinya mulai membandingkan produksi dengan
biaya produkasi. System informasi rumah sakit juga berkembang, tidak saja
bertujuan membelanjakan uang untuk pelayanan tetapi dihitung biaya satuan dari
tiap-tiap produkasi pelayanan. Dalam pengelolaan perusahaan, maka sisa hasil
usaha atau yang dalam usaha nonsosial disebut sebagai profit, menjadi salah satu
tujuan dan ini juga berkaitan dengan tujuan efisiensi rumah sakit. Secara
keseluruhan, system informasi pelayanan profesi dirumah sakit dengan system
informasi administrasi pelayanan profesi harus dikuasai secara terpadu oleh profesi
yang bekerja dibidang manajemen informasi kesehatan PORMIKI). (di indonesia
bernaung dibawah organisasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit dalam
Sistem Informasi Kesehatan Nasional dan Tantangan Masa Depan System
informasi manajemen rumah sakit merupakan salah satu bagian dari system
informasi upaya pelyanan kesehatan perorangan dan SI-UKP ini merupakan bagian
dari system 26
informasi pelayanan kesehatan, yang kemudian merupakan bagian dari system
informasi kesehatan (SIK), (Sudarmono,2001). Dengan berlakunya UU otonomi
daerah, keter paduan system informasi kesehatan didaerah otonom dengan system
informasi dipusat merupakan syarat mutlak bagi keterpaduan Visi, Misi, strategi
dibidang kesehatan didaerah dengan visi, misi dan strategi tingkat nasional
(Sudarmono, 2000). Dengan berlakunya UU praktek kedokteran 2004, maka
tindakan para dokter harus bias dipertanggung jawabkan secara hukum disamping
dipertanggung jawabkan secara profesi (hal terakhir ini sudah dilaksanakan para
dokter sebelum UU tersebut). Pertanggungjawaban penyelengaraan profesi secara
hukummemeerlukan bukti-buki hukum tertulis, dan bagian yang sangat inti dari
penyelenggaraan profesi ini ada dalam Remkam Medik. Menghadapi tiga hal
tersebut (globalisasi, otonomi daerah dan perkembangan teknologi informasi),
disamping diperlukan kesatuan Visi dan Misi (Sudarmono,2000). 27
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
a. Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah integrasi antara perangkat, prosedur
dan kebijakan yang digunakan untuk mengelola siklus informasi secara sistematis
untuk mendukung pelaksanaan manajemen kesehatan yang terpadu dan
menyeluruh dalam kerangka pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
b. Enam komponen (building block) sistem kesehatan yaitu : Service delivery
(pelaksanaan pelayanan kesehatan) Medical product, vaccine, and technologies
(produk medis, vaksin, dan teknologi kesehatan) Health worksforce (tenaga medis)
Health system financing (system pembiayaan kesehatan)m Health information
system (sistem informasi kesehatan) Leadership and governance (kepemimpinan
dan pemerintah) c. Konsep-Konsep Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan
antara lain: 1) Sistem informasi tidak identik dengan sistem komputerisasi 2)
Sistem informasi organisasi adalah suatu sistem yang dinamis.
3) Sistem informasi sebagai suatu sistem harus mengikuti siklus hidup sistem
4) Daya guna sistem informasi sangat ditentukan oleh tingkat integritas sistem
informasi itu sendiri.
5) Keberhasilan pengembangan sistem informasi sangat bergantung pada strategi
yang dipilih untuk pengembangan sistem tersebut.
6) Pengembangan Sistem Informasi organisasi harus menggunakan pendekatan
fungsi dan dilakukan secara menyeluruh (holistik).
7) Informasi telah menjadi aset organisasi. h. Penjabaran sistem sampai ke aplikasi
menggunakan struktur hirarkis yang mudah dipahami.
3.2 SARAN 28
a. Perlunya dilakukan kajian mengenai kendala-kendala yang dihadapi dalam
pelaksanaan SIK b. Kebutuhan data dan informasi merupakan kebutuhan daerah,
maka sebaiknya SIK yang dikembangkan disesuaikan denga kebutuhan dan
karakteristik
DAFTAR PUSTAKA Kapita, selekta. 2006. Rekam Medis dan Informasi
Kesehatan. Yogyakarta: Unioversitas Gadja Mada Wulandari, R. 2009. Evaluasi
Kinerja Sistem Informasi Manajemen Puskesmas Berbasis Komputer. Semarang:
Universitas 30