BLOK 20 ELEKTIF
OLEH
ADELIA CAESARINI PUTRI ZARRA
NIM : 1310015103
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-
Nya lah laporan observasi klinik ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa laporan ini dapat terselesaikan karena bantuan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada para dokter gigi spesialis selaku pembimbing observasi klinik, seluruh
pengajar dan staf tenaga medis maupun non-medis di Poli Gigi dan Mulut, teman
kelompok observasi ,dan seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Akhir kata penulis membuka diri untuk berbagai saran dan kritik yang
membangun guna memperbaiki laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat.
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
DAFTAR GAMBAR
3
BAB I
RESUME KASUS
Pasien datang ke Poli Gigi dan Mulut RSUD Abdul Wahab Sjahranie pada hari
Kamis 16 November 2017.
1.1. Anamnesa
1.1.1. Identitas Pasien
Nama : Tuan K
Usia : 37 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : JL. Jakarta Loa Bakung
Agama : Islam
1.1.2. Keluhan Utama
Gigi belakang kanan bawah sering ngilu dan goyang.
1.1.3. Riwayat Kesehatan
1.1.3.1. Riwayat Kesehatan Umum
Tinggi badan : 167 cm
Berat badan : 65 kg
Riwayat kesehatan umum pasien, pernah di rawat di rumah sakit
karena tifus, tidak ada riwayat penyakit sistemik seperti diabetes mellitus
dan hipertensi, tidak sedang mengkonsumsi obat. Pasien memiliki riwayat
merokok namun telah lama berhenti.
1.1.3.2. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada riwayat penyakit sistemik seperti diabetes mellitus dan hipertensi
pada keluarga pasien.
1.1.3.3. Riwayat Kesehatan Gigi
Pasien pernah dilakukan pencabutan pada gigi 42 di klinik Islamic center,
dan melakukan pencabutan gigi 18, 27, 36, 38 di Poli Gigi dan Mulut RSUD
AW Sjahranie.
4
1.2. Pemeriksaan Klinis
1.2.1. Pemeriksaan Ekstra Oral
1. Tipe Wajah : Normal Dan Simetris
2. Profil Wajah : Datar
3. Bibir : Normal
1.2.2. Pemeriksaan Intra Oral
1. Kebersihan Mulut
Terdapat kalkulus pada daerah gigi geligi rahang atas dan rahang bawah.
2. Gingiva
Kondisi gingiva tidak sehat terdapat resesi gingiva pada gigi geligi rahang
bawah.
3. Gigi Geligi
- Tidak terdapat gigi 42 (post odontectomy)
- Gigi 41,31,32 mobility grade II
- Terdapat karies proximal pada gigi 21
5
1.2.3. Pemeriksaan Penunjang
Pasien telah melakukan foto rontgen untuk mengetahui keadaan gigi geligi
dan jaringan pendukungnya didalam rongga mulut. Foto rontgen yang telah
dilakukan adalah rontgen Panoramik. Terlihat pada foto rontgen tidak
terdapat gigi pada 18, 27, 36, 38, 42 (post odontectomy), edentulous pada 16,
26, 44, 46, 48 namun tidak diketahui kehilangan gigi karena hal apa. Terlihat
resorpsi tulang vertical pada regio gigi 15, 25, 34, 35, 45, 47. Serta resorpsi
tulang horizontal pada regio anterior rahang bawah.
1.3. Diagnosa
Periodontitis Kronis
1.4. Diagnosa Banding
Aggressive Periodontitis
6
1.5. Prognosis
Prognosis pada pasien tersebut adalah sedang (fair) karena tidak terdapat kondisi
sistemik yang dapat memperparah jaringan periodontal seperti diabetes mellitus,
Namun apabila pasien tidak menjaga oral hygiene dengan baik ini akan membuat
keadaan rongga mulutnya .
1.6. Rencana Perawatan
1. Ekstraksi gigi 35 dan 45.
2. Scalling root planning rahang atas dan rahang bawah.
3. Splinting pada gigi 31, 32, 42.
4. Restorative composite pada gigi 21.
5. Edukasi oral hygiene.
7
BAB II
RIWAYAT MEDIS
8
BAB III
DISKUSI
Pada kasus ini, pasien datang ke Poli Gigi dan Mulut RSUD Abdul Wahab
Sjahranie dengan keluhan gigi kanan bawah ngilu dan goyang, pada pemeriksaan
klinis didapatkan kalkulkus pada rahang atas dan rahang bawah, resesi gingiva pada
gigi-gigi rahang bawah, peningkatan mobility grade II pada gigi 31, 32, 42, karies
proximal pada gigi 21. Pada pemeriksaan penunjang foto rontgen panoramik terlihat
kehilangan gigi pada 16, 18, 26, 27, 36, 38, 42, 44, 46, 48. Terlihat resorbsi tulang
vertical pada regio gigi 15, 25, 34, 35, 45, 47, serta resorbsi tulang horizontal pada
regio anterior rahang bawah.
Puncak tulang alveolar normalnya adalah 1-2 mm arah apikal dari cemento
enamel junction (Newman, et al., 2015). Menurut Klaus dkk (1989) kehilangan
tulang dianggap horizontal apabila sisa puncak tulang alveolar bagian proximal
sejajar terhadap garis khayal yang terdapat diantara cement-enamel junction yang
berdekatan dengan gigi sedangkan kehilangan tulang dianggap vertical apabila
puncak tulang alveolar pada bagian proximal tulang tidak sejajar dengan garis khayal
yang terdapat diantara cement-enamel junction yang berbatasan dengan gigi.
Resorpsi tulang horizontal merupakan pola kehilangan tulang yang paling
sering ditemukan pada penyakit periodontal. Puncak tulang alveolar mengalami
penurunan, tetapi margin tulang yang tersisa tegak lurus terhadap permukaan gigi.
Septum interdental serta bagian facial dan lingual juga mengalami kerusakan, tetapi
derajat kerusakan disekeliling gigi berbeda-beda. Resorpsi vertikal atau angular
terjadi dalam arah oblique, membuat lubang yang menembus ke dalam tulang di
sepanjang akar, dasar defek terletak ke arah apikal di sekitar tulang. Defek angular
disertai poket infrabony yang mendasari defek angular[ CITATION New15 \l 1033 ].
9
Gambar.3.1. Radiografi kerusakan tulang horizontal
Diagnosa dalam kasus ini adalah periodontitis kronis, tanda khas periodontitis
kronis adalah pada pasien dewasa yang berusia diatas 35 tahun, perjalanan penyakit
berjalan lambat, banyak akumulasi plak dan kalkulus supragingival dan subgingival,
gingiva bengkak, kemerahan, dan hilangnya gingival stippling, bleeding on probing,
kehilangan perlekatan (angular or horizontally) , peningkatan mobility gigi,
10
perubahan posisi gigi, dan hilangnya gigi. Gambaran radiografi pada periodontitis
kronis yaitu tampak adanya kerusakan tulang horizontal maupun vertical. Faktor
lokal yang menjadi predisposisi individu terhadap periodontitis seperti merokok, stres
emosional. (Newman, et al., 2015 ; Rateitschak & Wolf, 2005). Sedangkan
periodontitis agresif tejadi pada usia muda dibawah 30 tahun, progress nya cepat,
terlokalisasi pada gigi molar pertama dan insisivus hilangnya perlekatan
interproksimal, pada gambaran radiografi terlihat kehilangan tulang secara vertical
yang membentuk seperti kawah di sekeliling molar pertama dan insisivus di usia
remaja. Akumulasi plak dan kalkulus terlihat minimal daripada kerusakan tulang
yang terjadi, serta faktor genetik riwayat keluarga memiliki penyakit seperti ini
(Herawati, 2011 ; Newman, 2015).
Penegakkan diagnosa berdasarkan gambaran klinis pada kasus yaitu pada usia
pasien berumur 37 tahun, ditemukan banyak kalkulus, mobility gigi, kehilangan
tulang yang banyak dalam pola vertical maupun horizontal pada banyak gigi, oral
hygiene yang buruk, riwayat keluarga tidak memiliki penyakit seperti ini dan pasien
memiliki riwayat merokok namun telah lama berhenti.
Tahap Terapi Periodontal :
A. Tahap awal
11
Pengobatan darurat:
Gigi atau periapikal
Periodontal
Lainnya
Ekstraksi gigi yang tidak dapat dipertahankan dan penggantian
sementara jika diperlukan (mungkin ditunda sampai waktu yang lebih
tepat)
B. Tahap Nonsurgical (Tahap terapi I)
Kontrol plak dan edukasi pasien:
Kontrol diet (pada pasien dengan karies rampan)
Scalling and root planning
Koreksi faktor iritasi restoratif dan prostetik
Penggalian karies dan restorasi (sementara atau akhir, tergantung pada
apakah prognosis definitif untuk gigi telah ditentukan dan lokasi
karies)
Terapi antimikroba (lokal atau sistemik)
Terapi oklusal
Ekstraksi gigi yang tidak dapat dipertahankan
Gerakan ortodontik minor
Splinting sementara dan prostesis
12
Peralatan prostodontik yang fixed dan removable
Evaluasi respon terhadap prosedur restoratif
Pemeriksaan periodontal
E. Tahap Pemeliharaan (Tahap terapi IV)
Pemeriksaan ulang berkala:
Plak dan kalkulus
Kondisi gingiva (poket, peradangan)
Oklusi, mobility gigi
Perubahan patologis lainnya
13
mudah dimanipulasi, tahan lama untuk gigi anterior dan tidak larut dalam cairan
mulut (Mukuan, et al., 2013).
Kebersihan mulut pasien (kontrol plak) tetap menjadi pilar pendukung utama
dalam terapi periodontal penggunaan alat bantu mekanik seperti sikat gigi untuk
penghapusan plak namun alat ini hanya mencapai bagian facial, lingual dan
permukaan oklusal gigi saja sehingga diperlukan juga sikat gigi interdental serta
dental floss. Kemudian teknik penyikatan gigi juga dijelaskana kepada pasien dan
kontrol ke dokter gigi untuk pembersihan kalkulus setiap 4-6 bulan sekali[ CITATION
Rat05 \l 1033 ].
14
BAB IV
KESIMPULAN
Pada pasien periodontitis kronis, perawatan initial (etiotropi) atau disebut terapi non
bedah dengan scalling dan root planning merupakan perawatan utama dalam
mengatasi penyakit periodontal, pada kasus kegoyangan gigi dapat dilakukan
splinting untuk imobilisasi gigi dan stabilitasasi kegoyangan gigi, kemudian motivasi
pasien dalam menjaga kebersihan mulut serta rajin memeriksakan keadaan rongga
mulutnya penting untuk di edukasikan kepada pasien agar meminimalkan
perkembangan penyakit periodontal yang lebih parah.
15
DAFTAR PUSTAKA
16