Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

ARTICLE REVIEW

”CONSTITUTION MAKING IN ASIA”


BY CHERYL SAUNDERS

Oleh:

KELOMPOK 3

1) MUHAMMAD ALIM MULTAZAM EFFENDY


2) RIZKI FIRMANSYAH
3) MUHAMMAD FAKHRY
4) HIDAYATULLAHI HAMIDI
5) ACHMAD SUHADAK ABDUL RAHMAN WAHID

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM UNIVERSITA AIRLANGGA
SURABAYA
2020
ARTICEL REVIEW : CHERYL SAUNDERS (2019) CONSTITUTION MAKING IN
ASIA

P E N U G A S A N: ARTICLE REVIEW

1. Ada 4 (empat) artikel terkait, akan dibagi sesuai dengan kelompok yang
dipilihkan secara acak oleh PJMK.
2. Dari keempat artikel tersebut, masing-masing kelompok membuat
RINGKASAN untuk dipresentasikan dalam kelas, dengan menjawab sejumlah
pertanyaan berikut:

1. Apa isu atau masalah utama yang diangkat dalam artikel tersebut? Mengapa?
2. Apa saja hal penting atau mendasar yang diuraikan dalam artikel tersebut?
Fakta, teori, atau analisis hukum?
3. Apa kesimpulan yang dihasilkan dalam tulisan tersebut?
4. Pembelajaran apa yang perlu bagi studi Hukum Konstitusi?

3. Secara tertulis, ringkasan pula dikirimkan per-Kelompok, melalui email:


herlambang@fh.unair.ac.id, dengan batas waktu, Kamis, 27 Februari 2020, pk.
15.00.
JAWABAN :

1. Apa isu atau masalah utama yang diangkat dalam artikel tersebut? Mengapa?

Dalam artikel yang bertemakan Constitution Making in Asia karya Cheryl Saunders,
isu utama yang diangkat adalah tentang faktor eksternal dan internal dalam proses
pembentukan konstitusi. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh lokal
dan global serta hubungan antara keduanya dalam proyek pembuatan konstitusi di Asia
Pasifik. Pengaruh global atau yang biasa disebut faktor eksternal dalam hal ini adalah peran
dari Organisasi Internasional dan para ahli dari berbagai negara. Sedangkan pengaruh lokal
dapat diartikan sebagai unsur-unsur dari negara yang bersangkutan dalam pembentukan
konstitusi. Cheryl Saunders dalam artikel ini memerikasa hubungan antara pengaruh lokal
dan global dalam proyek pembentukan konstitusi dengan mendasarkan atas 4 (empat) sisi
faktor yaitu meliputi; kepemilikan, implementasi, akuntabilitas, dan legitimasi. Dengan
keempat elemen inilah akan diketahui bagaimanakah hubungan antara pengaruh lokal dan
global dalam mempengaruhi pembuatan konstitusi khususnya di Asia Pasifik.

2. Apa saja hal penting atau mendasar yang diuraikan dalam artikel tersebut?
Fakta, teori, atau analisis hukum?

Dalam artikel ini, kami mencoba menelaah beberapa poin yang kami anggap sebagai
hal yang mendasar dalam artikel ini yang meliputi:

1. Bentuk konstitusi pada abad ke 21 ini di sebagian besar negara, merupakan insturmen
tertulis dan digunakan sebagai hukum tertinggi.
2. Pemberlakuan konstitusi bergantung kepada kekuasaan tertinggi atau prinsip
kedaulatan yang dianut. Jika negara tersebut menganut paham kedaulatan rakyat,
maka legitimasi konstitusi adalah rakyat, jika yang berlaku adalah paham kedaulatan
raja maka raja yang menentukan berlaku atau tidak suatu konstitusi. Banyak konstitusi
pada periode kolonial dipengaruhi otoritas kekaisaran atau kerajaan akibat dari
penaklukan atau penjajahan.
3. Efek internal suatu konstitusi pada dasarnya mengacu kepada pembagian kekuasaan
publik antara institusi atau lembaga dan hak-hak warga negara. Menurut wiliam g
andereus “under constitutionalism, to types of lmitation impinge on goverment. Power
proscribe and prosedures prescibed”. Konstitualisme mengatur 2 hubungan yang
saling berkaitan antaran satu dengan lainnya, yaitu : pertama, hubungan antara
pemerintahan dengan warga negara; dan kedua, hubungan antara lembaga
pemerintahan yang satu dengan lembaga pemerintahan yang lain. Karena itu,
biasanya, isi konstitusi dimaksudkan untuk mengatur mengenai 3 hal penting, yaitu :
(a) menentukan pembatasan kekuasaan organ –organ negara, (b) mengatur hubungan
antara lembaga-lembaga negara yang satu dengan yang lain, dan (c) mengatur
hubungan kekuasaan antra lembaga-lembaga negara dengan warga negara.
4. Tampilan eksternal dari konstitusi yaitu : bahwa setiap konstitusi berperan dalam
membatasi suatu wilayah dan rakyatnya dengan negara-negara di seluruh dunia.
Secara khusus pembentukan konstitusi meiliki hubungan dengan negara lain, seperti
negara tetangga, hegemoni atau dalam sekup yang lebih luas.
5. Tampilan luar/ dari sisi yang berbeda atau peran external konstitusi yaitu dapat
memberdayakan lembag-lembaga negara untuk bertindak atas namanya dalam
menjalankan wewenangnya secara eksternal maupun internal. Contohnya yaitu
komitmen dalam melakukan perjanjian internasional, penunjukan untuk badan
Internasional, dan partisipasi dalam organisasi regional dan internasional.
6. Pengaruh eksternal pembuatan konstitusi pada saat ini adalah
a) Transisi atau perpindahan dari bentuk pemerintahan otoriter ke bentuk
pemerintahan demokrasi liberal (bersifat preskriptif).
b) Dengan alasan perdamaian dan keamanan internasional seperti hadirnya PBB
sebagai organisasi internasional yang mencakup seluruh negara di dunia
(bersifat preskriptif).
c) Ada suatu bentuk tawaran bantuan dalam proses atau substansi pembuatan
konstitusi. Tawaran bantuan yang dimaksud ini dapat berasal dari PBB
sebagai Organisasi Internasional, Organisasi Regional (seperti ASEAN,
SAARC, KTT, FKP) dan negara negara lain dengany syarat negara pembuat
konstitusi menerima bantuan tersebut. (khususnya bagi negara berkembang)
7. Terdapat kesenjangan antara konstitusi global dengan konstitusi lokal dan pada
kenyataannya bahwa konstitusionalisme global seringkali mengurangi identitas lokal
dari konstitusi nasional.
8. Interaksi antara faktor global dan lokal dalam pembuatan konstitusi di seluruh dunia
mempengaruhi pembuatan konstitusi dalam empat bidang yaitu; kepemilikan,
legitimasi, implementasi dan akuntabilitas.
9. Aspek kepemilikan/ownership atas konstitusi nasional diasumsikan baik oleh negara
atau aktor eksternal dari pembuatan konstitusi. Namun kepemilikan disini juga berarti
bahwa kepemilikan lokal. Karena wewenang untuk konstitusi pada umumnya
dikaitkan dengan rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi. Artinya bahwa
konstitusi yang dibuat harus mewakili rakya sebagai kekuatan konstituen. Seperti
menggunakan majelis konstituante (atau di Indonesia yaitu Badan Konstituante)
dengan atau tanpa referendum. Apalagi pada abad ke 21 partispasi publik lebih
diutamakan dalam setiap pengambilan keputusan termasuk diantaranya dalam proyek
pembuatan konstitusi. Pengaruh eksternalpun juga menekankan partispasi publik.
Namun yang menjadi permasalahan bagaimana menjamin keseimbangan antara elit
pemerintah dengan publik dalam arti luas dan seberapa besar atau apa bentuk
kontribusi atau modalitas partisipasi publik dalam pembuatan konstitusi.
10. Dari aspek Implementasi atau penerapan. Keterlibatan eksternal dalam tahap
implementasi seperti bantuan internasional berakhir ketika konstitusi diberlakukan.
Permasalahannya terletak pada implementasi yang didasarkan atas keterlibatan
eksternal dapat mengurangi kepemilikan nasional dalam arti lokal dalam konstitusi
tersebut. Karena ketika penasihat/aktor/pakar dari eksternal pergi maka cepat atau
lambat proses implementasi yang sedang berlangsung menjadi tanggung jawab pihak
lokal saja. Ini dikarenakan dalam proses pembentukan konstitusi lebih melibatkan
unsur eksternal dibandingkan unsur-unsur internal/lokal suatu negara.
11. Aspek akuntabilitas atau yang diartikan sebagai pertanggungjawaban dalam konteks
ini adalah bahwa keterlibatan eksternal dalam pembuatan konstitusi nasional relevan
dengan akuntabilitas dalam beberapa hal seperti; kesesuaian dari kerangka acuan,
kualitas saran yang diberikan, kualifikasi penasehat eksternal, dan kekuatan
kredensial mereka dalam membantu proses pembuatan konstitusi. Jadi akuntabilitas
yang dimaksudkan disini yaitu bahwa suatu perbuatan atau keadaan, pekerjaan, atau
tugas yang dilaksanakan semuanya dapat dipertanggungjawabkan baik secara politis
atau hukum. Dalam hal ini aktor eksternal dalam pembuatan konstitusi memang
seseorang yang akuntabel di bidangnya, ahli dalam pembentukan konstitusi dan dapat
dipertanggungjawabkan perbuatannya. Dengan hadinya peran eksternal yang
akuntabel ini secara tidak langsung dapat menyaingi atau mengaburkan peran aktor
lokal dalam pembentukan konstitusi.
12. Aspek legitimasi dapat diartikan sebagai keabsahan atau penerimaan masyarakat
terhadap suatu hal. Aspek legitimasi dalam artikel ini yaitu mengkaji bagaimana
pengaruh eksternal dapat berdampak pada legitimasi dalam pembuatan konstitusi.
Pengaruh eksternal dapat berdampak baik dan buruk pada legitimasi. Jika keterlibatan
eksternal dapat meningkatkan proses dan subtansi dalam pembuatan konstitusi maka
berdampak baik pada legitimasi. Karena masyarakat akan merasa bahwa keterlibatan
eksternal menghasilkan suatu yang berguna bagi pembuatan konstitusi. Di sisi lain,
keterlibatan eksternal juga dapat mengurangi atau merusak legitimasi. ini dapat terjadi
misalnya, keterlibatan eksternal menimbulkan keraguan pada masyarakat, penyusunan
substansi yang tidak sesuai dengan kebutuhan atau harapan masyarakat lokal atau
tidak dipahami secara sempurna.
13. Pengalaman dalam proses pembuatan atau perubahan konstitusi di beberapa negara di
Asia Pasifik seperti:
a) Thailand yang pada awalnya menganut sistem pemerintahan monarki absolut
berganti pada tahun 1932 menjadi monarki konstitusional. Namun sejak tahun
1932 terhitung kurang lebih ada 9 (sembilan) kudeta militer di Thailand.
Sebagian besar alasan yang mendasari ini adalah pertikaian antara elite politik,
maraknya korupsi dan ketidakpercayaan militer terhadap penyelenggaraan
pemerintahan.
b) Fiji yaitu negara di bagian Asia Selatan mulai membentuk konstitusi pada
tahun 1966 dimana inggris memberikan status pemerintahan sendiri kepada
Fiji. Namun pada tahun 1987 tidak berselang lama setelah pemilu dilakukan,
terjadi kudeta militer terhadap kekuasaan Dr Bavadra dengan alasan bahwa
pemerintahan cenderung hanya mengutamakan orang-orang india, bukan
masyarakat asli Fiji. Dalam pembuatan konstitusinya, Fiji mengedepankan
peran eksternal seperti sarjana-sarjan internasional meskipun pada akhirnya
rancangan konstitusi ditolak oleh Pemerintah Militer.
c) Di Myanmar sedang digalakkan amandemen konstitusi yang dimana
kekuasaan pemerintahan dipegang oleh kekuasaan militer. Ini ditandai dengan
peran militer dalam mengendalikan semua kementerian keamanan dan
diberikan seperempat jatah kursi parlemen. Aktor dibalik ini semua adalah
Aung San Suu Kyi yang dianggap menunjukkan perlawanannya terhadap
kekuasaan angkatan bersenjata dalam pemerintahan.
d) Nepal yang awalnya menggunakan sistem pemerintahan monarki absolut
berubah menjadi monarki konstitusional dan pada tahun 2008 kerajaan Nepal
resmi dibubarkan dan Nepal menjadi negara republik federal. Pada tahun 2016
warga perbatasan atau Masyarakat Madhesi di Nepal yang memiliki hubungan
ekonomi, sosial, dan budaya yang erat dengan India mengeluh bahwa versi
konstitusi yang diadopsi pada September 2015 memperlakukan mereka
sebagai warga negara kelas dua dan menyatakan hak-hak yang tidak setara.
Muncul serangkaian peristiwa kekerasan dan demonstrasi untuk
mengamandemen konstitusi.
e) Sri Langka pada periode tahun 2018 ini sedang dilanda krisis konstitusi.
Ditambah lagi dengan pembekuan parlemen yang dilakukan oleh Presiden Sri
Langka Maithripala Sirisena, yang sebelumnya juga memecat Perdana Menteri
Sri Langka. Krisis konstitusi di Sri Langka dipicu oleh melemahnya
pertumbuhan ekonomi dan perselisihan yang berlarut-larut di partai koalisi
pendukung pemerintah. Para analis mengatakan tingginya ketidakpastian
kondisi politik di Sri Langka telah membuat pasar uang tidak stabil.
f) Lain halnya di Negara Bhutan. Konstitusi negara telah dirancang lebih dulu
oleh Raja yang berkuasa sebelum pada akhirnya pemerintahan monarki
absolut Bhutan beralih ke monarki konstitusional dan Raja mengundurkan diri.
Dalam pembentukan konstitusinya, Bhutan menggerakkan unsur lokal dengan
menggunakan konstitusi asing dengan tidak melupakan kondisi Bhutan.
g) Timor Leste dibantu dan dikelola oleh PBB selama fase pembuatan
konstitusinya.
14. Beberapa negara seperti Sri Langka, Tahiland, dan Myanmar dalam pembuatan
konstitusi dipengaruhi oleh opini regional dan internasional.
15. Di Fiji, Sri Langka,Myanmar, dan Thailand keterlibatan rakyat dalam pembuatan
konstitusi terbatas.
16. Keterbatasan peran rakyat atau partisipasi publik dalam proses pembentukan
konstitusi di beberapa negara ini akan membuat konstitusi rentan terhadap
ketidakstabilan. Pada akhirnya muncul gerakan oposisi, pemberontakan dan
demonstrasi yang berujung kepada amandemen konstitusi.
17. Dalam aspek implementas, di Nepal kurangnya dukungan elit dan ketidaktahuan
tentang pergeseran konstitusional ke federalisme mengakibatkan pelaksanaan
konstitusi menjadi tidak efektif.
18. Dari aspek akuntabilitas, di Nepal kegagalan elit politik untuk memikul tanggung
jawab pemerintahan sehingga menghambat proses pembentukan konstitusi.
Dari beberapa poin yang telah kelompok kami uraikan di atas, bahwa kami merasa
artikel ini mencoba mengungkapkan beberapa fakta atau serangkaian kejadian yang dialami
dan terjadi di beberapa negara Asia Pasifik kaitannya dalam pembuatan konstitusi. Dalam
artikel ini sekali lagi mencoba membuktikan pengaruh lokal dan global dalam dalam proses
pembuatan konstitusi dengan berfokus kepada 4 (empat) aspek penting. Maka menurut kami
bahwa semua hal yang diungkapkan dalam artikel ini adalah tergolong ke dalam FAKTA
HUKUM. Rasionalisasi atas pernyataan kami bahwa dalam artikel ini Cheryl Saunders
mencoba mencari tahu, mengkaji, dan mengungkapkan tentang kejadian, gejala dan peristiwa
yang terjadi di dalam suatu negara di bagian Asia Pasifik dalam pembuatan konstitusi.
Bagaimana peran global dan lokal dalam proses pembentukan konstitusi dan apa bentuk
hubungan dan seperti apa faktor eksternal yang dapat mempengaruhi pembuatan konstitusi.
Dengan menggunakan kalimat pertanyaan apa dan bagaimana semakin memperjelas bahwa
artikel ini mencoba mengungkapkan fakta dari suatu permasalahan yaitu tentang Constituion
Making in Asia. Meskipun menurut kami ada beberapa unsur analisis hukum yang digunakan
berkaitan dengan bentuk pemerintahan di beberapa negara Asia Pasifik, namun dengan dasar
inilah kami sepakat bahwa artikel ini lebih memuat konten yang mencoba mencari tahu fakta
tentang pembuatan konstitusi di Asia Pasifik mulai dari apa faktornya lalu hubungan antara
faktor tersebut.

3. Apa kesimpulan yang dihasilkan dalam tulisan tersebut?

Pembuatan Konstitusi di Asia dan Pasifik merupakan bagian integral dari pemahaman
global. Yang mana di dalam pembuatan Konstitusi di Asia dan Pasifik terdapat 2 pengaruh
yaitu Lokal (internal) dan Global (eksternal). Namun dalam penerapannya pengaruh eksternal
lebih signifikan, meskipun dengan cara yang berbeda di beberapa negara Asia dan Pasifik.
Pengaruh eksternal dapat menjadi sangat penting bagi pembuatan Konstitusi dalam berbagai
cara tertentu. Namun ada batas-batas dimana pengaruh eksternal menjadi kontra-produktif.
Sehingga faktor lokal seharusnya tetap menjadi point yang paling penting agar tidak
mengurangi identitas lokal dalam hal pembuatan Konstitusi Nasional.

Dengan demikian, perlu adanya keseimbangan antara pengaruh lokal dan global
dalam pembuatan Konstitusi di Asia dan Pasifik.
4. Pembelajaran apa yang perlu bagi studi Hukum Konstitusi?

Pembelajaran mengenai pembuatan Konstitusi di Asia dan Pasifik, yang mana


terdapat faktor/ pengaruh dari global (eksternal) dalam pembentukannya, tidak hanya
pengaruh lokal (internal) saja yang berperan. Dan setiap negara baik di Asia maupun Pasifik
dalam hal penerapannya berbeda-beda ketika mengimplementasikan faktor global (eksternal)
dan lokal (internal) di dalam pembentukan Konstitusinya.

Tetapi di sisi lain, diluar dari substansi artikel yang dikaji, metode pembelajaran yaitu
berupa artikel review menurut kami adalah metode pembelajaran yang tepat dengan
mengedepankan diskusi kolektif dan adu argumentasi sehingga kami merasa metode tersebut
dapat mematikan jiwa monoton dan manja kami dalam perkuliahan. Lebih jelasnya yaitu
dengan sedikit pemaparan materi melainkan banyak diskusi akan menambah pola berpikir
kritis sebagai mahasiswa pemerintahan dan juga menambah keakraban kita sebagai
mahasiswa baru yang notabennya belum begitu saling mengenal satu sama lain sehingga
terjalin relasi kekeluargaan yang setidaknya akan saling mengingatkan apabila terjadi
kesesatan berfikir yg signifikan dalam pekuliahan berlangsung, serta yang paling penting
yaitu ketersediaan tenaga pendidik di setiap waktu untuk bisa menjawab segala problematika
berfikir mahasiswa dalam perkuliahan konstitusi.

Anda mungkin juga menyukai