BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anestesi Umum
Definisi
Anastesi berasal dari bahasa Yunani yaitu An berati tidak, dan Aesthesis berarti
rasa atau sensasi. Sehingga anestesi berarti suatu keadaan hilangnya rasa atau sensasi
tanpa atau disertai dengan hilangnya kesadaran. Anestesi adalah keadaan tanpa rasa
(without sensation) tetapi bersifat sementara dan dapat kembali kepada keadaan
semula. Anestesi adalah hilangnya sensasi nyeri (rasa sakit) yang disertai maupun
tidak disertai hilangnya kesadaran, diperkenalkan oleh Oliver W. Holmes pada tahun
1846. Obat yang digunakan dalam menimbulkan anesthesia disebut sebagai
anaestetik dan kelompok obat ini dibagi menjadi dua, anestetik umum dan anestetik
regional.
Anestesi umum adalah keadaan hilangnya nyeri di seluruh tubuh dan
hilangnya kesadaran yang bersifat sementara, dihasilkan melalui penekanan sistem
syaraf pusat karena adanya induksi secara farmakologi atau penekanan sensori pada
syaraf. Agen anestesi umum bekerja dengan cara menekan sistem syaraf pusat (SSP)
secara reversibel. Anestesi umum merupakan kondisi yang dikendalikan dengan
ketidaksadaran reversibel dan diperoleh melalui penggunaan obat-obatan secara
injeksi dan atau inhalasi yang ditandai dengan hilangnya respon rasa nyeri
(analgesia), hilangnya ingatan (amnesia), hilangnya respon terhadap rangsangan
atau refleks dan hilangnya gerak spontan (immobility), serta hilangnya kesadaran
(unconsciousness). Obat anestesi yang diberikan akan masuk ke dalam sirkulasi
darah yang selanjutnya menyebar ke jaringan, yang pertama kali terpengaruh adalah
jaringan yang banyak vaskularisasinya seperti otak, yang mengakibatkan kesadaran
dan rasa sakit hilang. Kecepatan dan kekuatan anestesi dipengaruhi oleh faktor
respirasi, sirkulasi, dan sifat fisik obat itu sendiri.
2
association. Istilah balanced-anasthesia diperkenalkan oleh John S. Lundy pada
tahun 1940. Ide Lundy adalah untuk menyeimbangkan agen dan Teknik (misalkan
premedikasi, anestesi regional, anestesi umum) untuk mencapai tujuan yang berbeda
selama anestesi yaitu analgesia, amnesia, relaksasi otot, dan reduksi atau hilangnya
refleks otonom namun tetap mempertahankan homeostatis.
Konsep balanced-anasthesia yang digunakan saat ini adalah kombinasi obat
anestesi yang diharapkan memberi efek yang diinginkan seperti hipnosis atau
analgesia dengan penekanan efek samping yang tidak diharapkan. Dengan demikian
target anestesi dapat tercapai, dengan efek samping ynag minim, pemulihan yang
baik, serta memiliki efisiensi harga yang baik
Anestesi memiliki tujuan-tujuan sebagai berikut:
1. Hipnotik/sedasi: hilangnya kesadaran
2. Analgesia: hilangnya respon terhadap nyeri
3. Muscle relaxant: relaksasi otot rangka
3
Riwayat anestesi dan operasi sebelumnya yang terdiri dari tanggal, jenis
pembedahan dan anestesi, komplikasi dan perawatan intensif pasca bedah.
Riwayat kebiasaan sehari-hari yang dapat mempengaruhi tindakan anestesi seperti
merokok, minum alkohol, obat penenang, narkotik
Riwayat keluarga yang menderita kelainan seperti hipertensi maligna.
Riwayat berdasarkan sistem organ yang meliputi keadaan umum, pernafasan,
kardiovaskular, ginjal, gastrointestinal, hematologi, neurologi, endokrin,
psikiatrik, ortopedi dan dermatologi. Hal ini sangatlah penting untuk
mengetahui apakah ada hal-hal yang perlu mendapat perhatian khusus,
misalnya alergi, mual-muntah, nyeri otot, gatal-gatal atau sesak napas pasca
bedah, sehingga kita dapat merancang anesthesia berikutnya dengan lebih
baik.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan psikis : gelisah,takut, kesakitan
Keadaan gizi : malnutrisi atau obesitas
Tinggi dan berat badan. Untuk memperkirakan dosis obat, terapi cairan yang
diperlukan, serta jumlah urin selama dan sesudah pembedahan.
Frekuensi nadi, tekanan darah, pola dan frekuensi pernafasan, serta suhu tubuh.
Jantung, untuk mengevaluasi kondisi jantung
Paru-paru, untuk melihat adanya dispneu, ronki dan mengi
Abdomen, untuk melihat adanya distensi, massa, asites, hernia, atau tanda
regurgitasi.
Ekstremitas, terutama untuk melihat adanya perfusi distal, sianosis, adanya jari
tabuh, infeksi kulit, untuk melihat di tempat-tempat pungsi vena atau daerah blok
saraf regional
Jalan nafas (airway). Jalan nafas diperiksa untuk mengetahui adanya trismus,
keadaan gigi geligi, adanya gigi palsu, gangguan fleksi ekstensi leher, deviasi
ortopedi dan dermatologi. Ada pula pemeriksaan mallampati, yang dinilai dari
visualisasi pembukaan mulut maksimal dan posisi protusi lidah. Pemeriksaan
mallampati sangat penting untuk menentukan kesulitan atau tidaknya dalam
melakukan intubasi. Penilaiannya yaitu:
- Mallampati I : palatum molle, uvula, dinding posterior oropharynk, tonsilla
palatina dan tonsilla pharingeal
- Mallampati II : palatum molle, sebagian uvula, dinding posterior uvula
4
- Mallampati III : palatum molle, dasar uvula
- Mallampati IV : palatum durum saja
5
Masukan Oral
Refleks laring mengalami penurunan selama anesthesia. Regurgitasi isi
lambung dan kotoran yang terdapat dalam jalan napas merupakan risiko utama
pada pasien-pasien yang mengalami anesthesia. Untuk meminimalkan risiko
tersebut, semua pasien yang dijadwalkan untuk operasi elektif dengan anesthesia
harus dipantangkan diri masukan oral (puasa) selama periode tertentu sebelum
induksi anesthesia.
Pada pasien dewasa umumnya puasa 6-8 jam, anak kecil 4-6 jam dan pada
bayi 3-4 jam. Air putih, teh manis sampai 3 jam dan untuk keperluan minum obat
air putih dan dalam jumlah terbatas boleh 1 jam sebelum induksi anesthesia.
Premedikasi
6
Premedikasi ialah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anesthesia dengan
tujuan untuk melancarkan induksi, rumatan dan bangun dari anestesia
diantaranya:
a. Meredakan kecemasan dan ketakutan.
b. Memperlancar induksi anesthesia.
c. Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus.
d. Meminimalkan jumlah obat anestetik.
e. Mengurangi mual-muntah pasca bedah.
f. Menciptakan amnesia.
g. Mengurangi isi cairan lambung.
h. Mengurangi reflex yang membahayakan.
7
pembedahan selesai. Untuk persiapan induksi anesthesia sebaiknya kita ingat
kata STATICS:
Induksi anestesi umum dapat dikerjakan melalui rute:
Induksi Intravena
Induksi intravena paling banyak dikerjakan dan digemari, apalagi
sudah terpasang jalur vena, karena cepat dan menyenangkan. Obat induksi
bolus disuntikan dalam kecepatan 30-60 detik. Selama induksi anesthesia,
pernapasan pasien, nadi, dan tekanan darah harus diawasi dan selalu
diberikan oksigen. Induksi cara ini dikerjakan pada pasien yang kooperatif.
8
Induksi intramuskular
Induksi intramuskular biasanya menggunakan injeksi ketamin (ketalar)
yang dapat diberikan secara intramuscular dengan dosis 5-7 mg/kgBB dan
setelah 3-5 menit pasien tidur.
Induksi Inhalasi
Induksi inhalasi bisa dikerjakan dengan halotan (fluotan), sevoflurane
atau isoflurane. Cara induksi ini dikerjakan pada bayi atau anak yang belum
terpasang jalur vena atau pasien yang tidak kooperatif.
Induksi dengan sevofluran lebih disenangi karena pasien jarang batuk.
Walaupun langsung diberikan dengan konsentrasi tinggi sampai 8 vol %.
Seperti dengan halotan konsentrasi dipertahankan sesuai kebutuhan.
Induksi dengan enfluran (etran), isofluran (foran, aeran) atau desfluran
jarang dilakukan, karena pasien sering batuk dan waktu induksi menjadi
lama. Obat yang digunakan untuk induksi inhalasi adalah obat-obat yang
memiliki sifat-sifat: tidak berbau menyengat/merangsang, baunya enak,
cepat membuat pasien tertidur
Induksi per rectal
Cara ini hanya untuk anak atau bayi yang menggunakan tiopental atau
midazolam. Tanda-tanda induksi berhasil adalah hilangnya refleks bulu
mata. Jika bulu mata disentuh, tidak ada gerakan pada kelopak mata.
Induksi Mencuri
Induksi mencuri (steal induction) dilakukan pada anak atau bayi yang
sedang tidur. Untuk yang sudah ada jalur vena tidak ada masalah, tetapi
pada yang belum terpasang jalur vena, harus dikerjakan hati-hati supaya
pasien tidak terbangun. Induksi mencuri inhalasi seperti induksi inhalasi
biasa hanya sungkup muka tidak kita tempelkan pada muka pasien, tetapi
kita berikan jarak berapa sentimeter, sampai pasien tertidur baru sungkup
muka kita tempelkan.
- Triple manuver airway dengan head tilt, chin lift, dan jaw trust.
- Sungkup Muka (Face Mask) dengan napas spontan
Sungkup muka mengantarkan udara atau gas anestesi dari alat resusitasi
atau sistem anestesi ke jalan napas pasien. Bentuknya dibuat sedemikian rupa
sehingga ketika digunakan untuk bernapas spontan atau dengan ventilasi
9
positif tidak bocor dan gas masuk ke trakea lewat mulut atau hidung.
Bentuknya sangat beragam bergantung usia.
Ventilasi yang efektif memerlukan jalan nafas yang bebas dan face mask
yang rapat/tidak bocor. Teknik pemasangan face mask yang tidak tepat dapat
menyebabkan reservoir bag kempis walaupun klepnya ditutup, hal ini
menunjukkan adanya kebocoran sekeliling face mask.
Prosedur:
- Siapkan peralatan dan kelengkapan obat anestetik
- Pasang infus (untuk memasukan obat anestesi)
- Premedikasi +/- (apabila pasien tidak tenang bisa diberikan obat
penenang) efek sedasi/anti-ansietas: benzodiazepine; analgesia: opioid,
non opioid, dll
- Induksi
- Pemeliharaan
a. Sungkup laring (laryngeal mask airway)
LMA memiliki kelebihan istimewa dalam menentukan penanganan
kesulitan jalan nafas dibandingkan combitube. Ada 4 tipe LMA yang biasa
digunakan: LMA yang dapat dipakai ulang, LMA yang tidak dapat dipakai
ulang, ProSeal LMA yang memiliki lubang untuk memasukkan pipa
nasogastrik dan dapat digunakan ventilasi tekanan positif, dan Fastrach LMA
yang dapat memfasilitasi intubasi bagi pasien dengan jalan nafas yang sulit
LMA melindungi laring dari sekresi faring (tapi tidak terhadap regurgitasi
lambung) dan LMA harus tetap dipertahankan pada tempatnya sampai reflek
jalan nafas pasien pulih kembali. Ini biasanya ditandai dengan batuk atau
membuka mulut sesuai dengan perintah.
b. Intubasi endotrakeal dengan pipa trakeal dan laringoskop
10
Pipa trakeal digunakan untuk mengalirkan gas anestesi langsung ke dalam
trachea dan mengijinkan untuk kontrol ventilasi dan oksigenasi. Intubasi
endotrakea adalah memasukkan pipa (tube) endotrakea (ET= endotrakeal tube)
ke dalam trakea via oral atau nasal. Indikasi; operasi lama, sulit
mempertahankan airway (operasi di bagian leher dan kepala).
Secara umum, intubasi adalah indikasi untuk pasien yang memiliki resiko
untuk aspirasi dan untuk prosedur operasi meliputi rongga perut atau kepala
dan leher. Ventilasi dengan face mask atau LMA biasanya digunakan untuk
prosedur operasi pendek seperti cytoskopi, pemeriksaan dibawah anestesi,
perbaikan hernia inguinal dan lain lain.
11
Keberhasilan intubasi tergantung dari posisi pasien yang benar. Kepala
pasien harus sejajar atau lebih tinggi dengan pinggang dokter anestesi untuk
mencegah ketegangan bagian belakang yang tidak perlu selama laringoskopi.
Rigid laringoskop memindahkan jaringan lunak faring untuk membentuk garis
langsung untuk melihat dari mulut ke glotis yang terbuka. Elevasi kepala
sedang (sekitar 5-10 cm diatas meja operasi) dan ekstensi dari atlantoocipito
joint menempatkan pasien pada posisi sniffing yang diinginkan. Bagian bawah
dari tulang leher adalah fleksi dengan menepatkan kepala diatas bantal.
Persiapan untuk induksi dan intubasi juga meliputi preoksigenasi rutin.
12
plester, walaupun telah diberi petrolum atau salep mata.
13
Prosedur intubasi adalah sebagai berikut:
Pastikan semua persiapan dan alat sudah lengkap. Induksi sampai tidur,
berikan rocuronium sebagai muscle relaxant. Cek refleks bulu mata (-) maka
ventilasi dengan O2 100% selama kira - kira 3 menit.
Laringoskop dipegang oleh tangan kiri. Dengan mulut pasien terbuka
lebar, blade dimasukan pada sisi kanan dari orofaring dengan hati-hati untuk
menghindari gigi. Geserkan lidah ke kiri dan masuk menuju dasar dari faring
dengan pinggir blade. Puncak dari lengkung blade biasanya di masukan ke
dalam vallecula, dan ujung blade lurus menutupi epiglotis. Dengan blade lain,
handle diangkat dan jauh dari pasien secara tegak lurus dari mandibula pasien
untuk melihat pita suara. Terperangkapnya lidah antara gigi dan blade dan
pengungkitan dari gigi harus dihindari. TT diambil dengan tangan kanan, dan
ujungnya dilewatkan melalui pita suara yang terbuka (abduksi). Balon TT
harus berada dalam trachea bagian atas tapi diluar laring. Langingoskop
ditarik dengan hati- hati untuk menghindari kerusakan gigi. Balon
dikembungkan dengan sedikit udara yang dibutuhkan untuk tidak adanya
kebocoran selama ventilasi tekanan positif, untuk meminimalkan tekanan yang
14
ditransmisikan pada mukosa trachea. Lalu hubungkan pangkal ET dengan
mesin anestesi dan atau alat bantu napas (alat resusitasi).
1. Anestesi Inhalasi
Anestesi inhalasi yang umum digunakan adalah N2O, halotan, enfluran,
isofluran, sevofluran, desflurane, dan methoxyflurane merupakan cairan yang
mudah menguap.
Zat anestesi diserap oleh sirkulasi pulmonal selama induksi. Semakin besar
penyerapan zat anestesi (daya larut), maka semakin rendah laju induksi (lebih
lama). Tiga faktor yang mempengaruhi penyerapan zat anestesi adalah daya
larut di dalam darah, aliran pembuluh darah alveolar, dan perbedaan tekanan
partial antara gas alveolar dan darah vena.
Halothane
Bau dan rasa tidak menyengat
Khasiat anestetisnya sangat kuat tetapi khasiat analgetisnya dan daya
relaksasi ototnya ringan, yang baru adekuat pada anestesi dalam
Halotan digunakan dalam dosis rendah dan dikombinasi dengan suatu
relaksans otot, seperti galamin atau suksametonium.
Kelarutannya dalam darah relative rendah induksi lambat, mudah
digunakan, tidak merangsang mukosa saluran napas
15
Bersifat menekan refleks dari faring dan laring, melebarkan bronkioli
dan mengurangi sekresi ludah dan sekresi bronchi
Efek samping: menekan pernapasan dan aktivitas jantung, hipotensi, jika
penggunaan berulang, maka dapat menimbulkan kerusakan hati.
Dosis: tracheal 0,5-3 v%.
Enfluran
Anestesi inhalasi kuat yang digunakan pada berbagai jenis pembedahan,
juga sebagai analget pada persalinan.
Memiliki daya relaksasi otot dan analgetis yang baik, melemaskan otot
uterus
Tidak begitu menekan SSP
Resorpsinya setelah inhalasi, cepat dengan waktu induksi 2-3 menit
Sebagian besar diekskresikan melalui paru-paru dalam keadaan utuh,
dan sisanya diubah menjadi ion fluoride bebas
Efek samping: hipotensi, menekan pernapasan, aritmia, dan merangsang
SSP. Pasca bedah dapat timbul hipotermi (menggigil), serta mual dan
muntah, dapat meningkatkan perdarahan pada saat persalinan, SC, dan
abortus.
Isofluran (Forane)
Bau tidak enak
Termasuk anestesi inhalasi kuat dengan sifat analgetis dan relaksasi otot
baik
Daya kerja dan penekanannya terhadap SSP = enfluran
Efek samping: hipotensi, aritmi, menggigil, konstriksi bronkhi,
meningkatnya jumlah leukosit. Pasca bedah dapat timbul mual, muntah,
dan keadaan tegang
Sediaan: isofluran 3-3,5% dlm O2; + NO2-O2 = induksi; maintenance :
0,5%-3%
Desfluran
Desfluran merupakan halogenasi eter yang rumus bangun dan efek
klinisnya mirip isofluran.
Desfluran sangat mudah menguap dibandingkan anestesi volatil lain,
sehingga perlu menggunakan vaporizer khusus (TEC-6).
Titik didihnya mendekati suhu ruangan (23.5C).
16
Potensinya rendah
Bersifat simpatomimetik menyebabkan takikardia dan hipertensi
Efek depresi napasnya seperti isofluran dan etran
Merangsang jalan napas atas, sehingga tidak digunakan untuk induksi
anestesi
Sevofluran
Merupakan halogenasi eter
Induksi dan pulih dari anestesi lebih cepat dibandingkan dengan
isofluran
Baunya tidak menyengat dan tidak merangsang jalan napas
Efek terhadap kardiovaskular cukup stabil, jarang menyebabkan aritmia
Efek terhadap sistem saraf pusat seperti isofluran dan belum ada laporan
toksik terhadap hepar
Setelah pemberian dihentikan sevofluran cepat dikeluarkan oleh badan
2. Anestesi Intravena
Termasuk golongan ini adalah: barbiturate (thiopental, methothexital);
benzodiazepine (midazolam, diazepam); opioid analgesic (morphine, fentanyl,
sufentanil, alfentanil, remifentanil); propofol; ketamin dan suatu senyawa
arylcylohexylamine yang dapat menyebabkan keadaan anestesi disosiatif dan
obat-obat lain (droperianol, etomidate, dexmedetomidine).
Barbiturat
Barbiturat lebih banyak bekerja pada sinaps dan menghambat transmisi
dari neurotransmitter eksitasi (mis. Asetilkolin) dan meningkatkan
transmisi neurotransmitter inhibisi (mis. GABA).
17
Induksi secara intravena akan menyebabkan turunnya tekanan darah dan
takhikardia. Hambat kontraksi otot jantung, tidak menimbulkan
sensitisasi jantung terhadap ketekolamin.
Depresi pusat pernapasan di medula oblongata
Ketamin
sifat analgesik, anestetik, kataleptik dg kerja singkat
analgesik kuat utk sistem somatik, lemah utk sistem viseral
relaksasi otot polos lurik (-), tonus meninggi
tingkatkan TD, nadi, curah jantung
Ketamin sering menimbulkan takikardi, hipertensi, hipersalivasi, nyeri
kepala, pasca anestesi dapat menimbulkan mual-muntah, pandangan
kabur, dan mimpi buruk.
Kalau harus diberikan sebaiknya sebelumnya diberikan sedasi mdasolam
(dormikum) atau diazepam (valium) dengan dosis 0.1 mg/kg intravena
dan untuk mengurangi salivasi diberikan sulfas atropin 0.001 mg/kg.
Dosis bolus untuk induksi intravena adalah 1-2 mg/kg dan untuk
intramuskular 3-10 mg.
Ketamin dikemas dalam cairan bening dengan kepekatan 1%
(1ml=10mg), 5% (1ml=50 mg) dan 10 % (1ml=100 mg)
Propofol
Propofol dikemas dalam cairan emulsi lemak berwarna putih susu
bersifat isotonik dengan kepekatan 1% (1 ml=10 mg).
Mekanisme kerja propofol dengan meningkatkan inhibisi transmisi saraf
melalui GABA.
Propofol menurunkan refleks di saluran napas atas sehingga bergunan
saat intubasi atau pemasangan LMA.
18
Propofol mempunyai efek depresi pernapasan yang cukup besar yang
sering menyebabkan apnea setelah pemberian dosis induksi.
Propofol mengurangi aliran darah otak dan tekanan intrakranial.
Benzodiazepin
19
Opioid
Empat tipe reseptor opioid telah dapat diidentifiksi, yaitu mu (-1 dan -
2), kappa (), delta (), dan sigma (). Opioid tidak mengganggu
kardiovaskular, sehingga banyak digunakan untuk induksi pasien dengan
kelainan jantung.
Selain mempunyai efek sedasi, opioid juga dapat memberikan efek
analgesik. Efek farmakodinamik yang ditimbulkan tergantung dari
reseptor mana yang diikat.
Aktivasi dari reseptor opioid menghambat neurotransmitter eksitasi (mis.
Asetilkolin, substansi P) pada presinaps maupun post sinaps serabut
saraf nyeri.
Kombinasi opioid dengan obat anestesi lain (mis. N 2O, benzodiazepin,
barbiturat, dan anestesi inhalasi dapat menyebabkan depresi miokard
yang signifikan).
Opioid menurunkan frekuensi pernapasan
Secara umum opioid mengurangi konsumsi oksigen otak, aliran darah
otak, dan tekanan intrakranial.
Opioid memperlambat waktu pengosongan lambung dengan mengurangi
peristaltik.
Stadium Anestesi
Guedel (1920) membagi anestesia umum dengan eter dalam 4 stadia sedangkan
stadium lll dibagi lagi dalam 4 tingkat.
21
c. Tingkat 3: pernapasan perut lebih nyata daripada pernapasan
dada karena otot interkostal mulai mengalami paralisis, relaksasi
otot lurik sempurna, pupil lebih lebar tetapi belum maksimal.
d. Tingkat 4: pernapasan perut sempurna karena kelumpuhan otot
interkostal sempurna, tekanan darah mulai menurun, pupil sangat
lebar dan relleks cahaya hilang,
22
Pada akhir operasi atau setelah operasi selesai, maka anestesi diakhiri
dengan menghentikan pemberian obat anestesi. Pada penderita yang
mendapatkan anestesi intravena, kesadaran akan kembali berangsurangsur
dengan turunnya kadar obat anestesi akibat metabolisme atau ekskresi setelah
obat dihentikan. Selanjutnya bagi penderita yang dianestesi dengan pernafasan
spontan tanpa menggunakan pipa endotrakeal maka hanya tinggal menunggu
sadarnya penderita. Sedangkan untuk pasien yang menggunakan pipa
endotrakheal, maka perlu dilakukan pelepasan atau ekstubasi. Ekstubasi dapat
dilakukan ketika penderita masih teranestesi maupun setelah penderita sadar.
Ekstubasi dalam keadaan setengah sadar dapat membahayakan penderita karena
dapat menyebabkan spasme jalan nafas, batuk, muntah, gangguan
kardiovaskuler, naiknya tekanan intraokuli dan intrakranial.
- Skor Pemulihan Pasca Anestesi
Sebelum pasien dipindahkan ke ruangan setelah dilakukan operasi terutama yang
menggunakan general anestesi, maka perlu melakukan penilaian terlebih dahulu
untuk menentukan apakah pasien sudah dapat dipindahkan ke ruangan atau masih
perlu di observasi di ruang Recovery room (RR).
Aldrete Score
23
HEMOROID
DEFINISI
Hemoroid adalah pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang berasal
dari pleksus hemoroidalis. Pelebaran dan inflamasi ini menyebabkan pembengkakan
submukosa pada lubang anus. Dalam masyarakat umum hemoroid lebih dikenal dengan
wasir.
1. Hemoroid interna
Hemoroid interna adalah pelebaran pleksus v.hemoroidalis superior diatas garis mukokutan
(linea dentata) dan ditutupi oleh mukosa.
Hemoroid interna ini merupakan bantalan vaskuler didalam jaringan submukosa pada rektum
sebelah bawah. Sering hemoroid terdapat pada posisi primer, yaitu kanan-depan, kanan-
belakang, dan kiri-lateral. Hemoroid yang lebih kecilterdapat diantara ketiga letak primer
tersebut.
2. Hemoroid eksterna
Pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior terdapat di bawah linea dentata dan
ditutupi oleh epitel gepeng.
Kedua pleksus hemoroid, interna dan eksterna saling berhubungan secara longgar dan
merupakan awal dari aliran vena yang kembali bermula dari rektum sebelah bawah dan anus.
Pleksus hemoroid interna mengalirkan darah ke v.hemoroidalis superior dan selanjutnya ke
24
v.porta. pleksus hemoroid eksternus mengalirkan darah ke peredaran sistemik melalui daerah
3
perineum dan lipat paha ke v.iliaka.
PATOGENESIS
Trombosis hemoroid adalah kejadian yang lazim dan dapat timbul dalam
pleksus analis eksternus di bawah tunika mukosa epitel gepeng, di dalam pleksus
hemoroidalis utama dalam tela submukosa kanalis atas atau dalam keduanya. Trombosis
analis eksternus pada hemoroid lazim terjadi dan sering terlihat pada pasien yang tak
mempunyai stigmata hemoroid lain. Sebabnya tak diketahui, tetapi mungkin karena tekanan
vena yang tinggi, yang timbul selama usaha mengejan berlebihan, yang menyebabkan
distensi dan stasis di dalam vena. Pasien
memperhatikan pembengkakan akut pada pinggir anus yang bisa sangat nyeri. Nyeri bisa
terus menerus selama beberapa hari dan kemudian secara bertahap mereda spontan, tetapi
25
edema bisa kontinyu selama 3 sampai 4 minggu. Kadang-kadang bekuan terlihat melalui kulit
dibawahnya dan menonjol.
Trombosis akut pleksus hemoroidalis internus adalah keadaan yang tak menyenangkan.
Pasien mengalami nyeri anus mendadak yang parah, yang diikuti oleh penonjolan area
trombosis. Nyeri dapat sangat parah dan dapat berlangsung
selama1minggu.Secarabertahapedemameredadantrombusdiserap.
Faktor resiko hemoroid antara lain faktor mengedan pada buang air besar yang sulit, pola
buang air besar yang salah (lebih banyak memak ai jamban duduk, terlalu lama duduk
dijamban sambil membaca, merokok), peningkatan tekanan intra abdomen karena tumor
(tumor usus, tumor abdomen), kehamilan (disebabkan tekanan janin pada abdomen dan
perubahan hormonal), usia tua, konstipasi kronik, diare kronik atau diare akut berlebihan,
hubungan seks peranal, kurang minum air, kurang makan makanan berserat (sayur dan buah),
kurang olah raga/imobilisasi.
Derajat 1 : Bila terjadi pembesaran hemoroid yang tidak prolaps keluar anus. Hanya dapat
dilihat dengan anorektoskop.
Derajat 2 :Pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk sendiri kedalam
anus secara spontan
Derajat 3 :. Pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi kedalam anus dengan
bantuan dorongan jari.
Derajat 4 :Prolaps hemoroid yang permanen. Rentan dan cenderung untuk mengalami
trombosis dan infark.
26
GEJALA DAN TANDA
Pasien sering mengeluh menderita hemoroid atau wasir tanpa ada hubungannya dengan
gejala rektum atau anus yang khusus. Nyeri yang hebat
jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid interna dan hanya timbul pada hemoroid
eksterna yang mengalami trombosis.
Perdarahan umumnya merupakan tanda pertama hemoroid interna akibat trauma oleh feses
yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak tercampur dengan feses, dapat
hanya berupa garis pada feses sampai pada perdarahan yang terlihat menetes atau mewarnai
air toilet menjadi merah. Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar berwarna merah
segar karena kaya akan zat asam. Perdarahan luas dan intensif di pleksus hemoroidalis
menyebabkan darah di vena tetap merupakan 3darah arteri ́.
27
http://www.hemorrhoid-cures.com/images/Hemorrhoid.jpg
Kadang perdarahan hemoroid yang berulang dapat berakibat timbunya anemis berat.
Hemoroid yang membesar secara perlahan-lahan akhirnya dapat menonjol keluar
menyebabkan prolaps. Pada tahap awalnya penonjolan ini hanya terjadi pada waktu
defekasi dan disusul oleh reduksi spontan sesudah selesai defekasi. Pada stadium yang
lebih lanjut hemoroid interna ini perlu didorong kembali setelah setelah defekasi agar
masuk ke dalam anus. Akhirnya, hemoroid dapat berlanjut menjadi bentuk yang
mengal ami prolaps menetap dan tidak dapat didorong masuk lagi. Keluarnya mukus
dan terdapatnya feses pada pakaian dalam merupakan ciri hemoroid yang mengalami
prolaps menetap. Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal yang dikenal
sebagai pruritus anus dan ini disebabkan oleh kelembaban yang terus menerus dan
rangsangan mukus. Nyeri hanya timbul apabila terdapat trombosis yang luas dengan
udem dan radang.
Hemoroid Interna
2. II (+) +
3. III (+) +
4. IV (+) Menetap
PEMERIKSAAN
28
Apabila hemoroid mengalami prolaps, lapisan epitel penutup bagiana yang menonjol
ke luar mengeluarkan mukus yang dapat dilihat apabila penderita diminta mengedan.
Pemeriksaan colok dubur hemorid interna tidak dapat diraba sebab tekanan vena
didalamnya tidak cukup tinggi, dan biasanya tidak nyeri. Colok dubur diperlukan
untuk menyingkirkan karsinoma kolon rektum.
Penilaian dengan anoskopi diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang tidak
menonjol keluar. Anoskopi dimasukkan dan diputar untuk mengamati keempat
kuadaran. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskular yang menonjol kedalam
lumen. Apabila penderita diminta mengedan sedikit, ukuran hemorid akan membesar
dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata.
Diagnosis hemoroid :
Darah di anus
Prolaps
Perasaan tak nyaman di anus (mungkin pruritus anus) Pengeluaran lendir
DIAGNOSIS BANDING
Perdarahan rektum yang merupakan manifestasi utama hemoroid interna juga terjadi
pada karsinoma kolorektum, penyakit divertikel, polip, kolitis ulseratif, dan penyakit
lain yang tidak begitu sering terdapat di kolorektum. Pemeriksaan sigmoidoskopi
harus dilakukan. Foto barium kolon dan kolonskopi perlu dipilh secara selektif,
tergantung pada keluhan dan gejala penderita.
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Mangku G, Senapathi TGA. Buku Ajar Ilmu Anestesia dan reanimasi. Jakarta:
Indeks.2017.
2. Latie SA, Suryadi KA, Dachlan MR. Petunjuk Praktis Anestesiologi, Edisi Kedua.
Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif KUI. 2009.
3. Soenarto RF, Chandra S. Buku Ajar Anestesiologi. Jakarta: Departemen Anestesiologi
dan Intensive Care FKUI. 2012.
4. Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Morgan & Mikhail’s Clinical Anesthesiology.
Fifth Edition. New York: Mc. Graw Hill. 2013.
5. Kasirajan K, Ouriel K. Acute Limb Ischemia. In Rutherford RB et al (eds).Rutherford
vascular Surgery 6th ed. Elseviers Saunders. 2005. Pgs 59–71.