Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

yang telah memberikan rahmat dan karunian-Nya, sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah ini dengan topik “Manajemen Risiko K3 dalam

keselamatan pasien dan perawat” dengan lancar dan tepat waktu. Makalah ini

disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teknologi Diagnostik dan

Instrumentasi yang diberikan oleh Bapak.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini masih ada

kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena

itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik yang sifatnya

membangun guna sempurnanya makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat

dan inspirasi terhadap pembaca.

Palu, 01 Agustus 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sarana pelayanan kesehatan merupakan tempat yang dikategorikan

tidak aman dan berisiko terjadinya kejadian yang tidak diharapkan, baik dari

ruang lingkup yang paling kecil bahkan sampai dengan rumah sakit

sekalipun. Risiko mungkin saja dialami oleh setiap orang yang berada dalam

sarana pelayanan kesehatan, mulai dari pasien, pengunjung sarana kesehatan,

maupun petugas kesehatan. Risiko atau kejadian yang tidak diharapkan

terjadi bukan karena adanya unsur kesengajaan, tetapi karena rumitnya

pelayanan kesehatan. Banyak faktor yang berpengaruh, sebagai contoh tidak

tersedianya SDM yang kompeten, kondisi fasilitas, ketersediaan obat, dan

peralatan kesehatan yang tidak memenuhi standar.

Pasien, pengunjung, dan masyarakat dapat mengalami cidera yang

tidak diharapkan terkait dengan infeksi, kesalahan pemberian obat, kesalahan

identifikasi, kondisi fasilitas pelayanan yang tidak aman, maupun akibat

penyelenggaraan kegiatan pada upaya kesehatan masyarakat yang tidak

memperhatikan aspek keselamatan. Risiko-risiko yang mungkin terjadi dalam

pelayanan kesehatan perlu diidentifikasi dan dikelola dengan baik untuk

mengupayakan keselamatan pasien, pengunjung dan masyarakat yang

dilayani.
Keselamatan pasien di rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah

sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk : assesment resiko,

identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,

pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insident dan tindak

lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.

Sistem ini mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat

melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya

dilakukan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa peran manajemen risiko dalam keselamatan pasien?

2. Apa pentingnya manajemen risiko?

3. Bagaimana proses manajemen risiko?

4. Bagaimana hirarki pengendalian risiko?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Peran Manajemen Risiko Dalam Keselamatan Pasien

Peran manajemen risiko dalam keselamatan pasien yaitu untuk

menghilangkan atau meminimalkan dampak yang biasa terjadi pada pasien di

rumah sakit seperti, meminimalkan resiko yang dapat terjadi pada pasien,

mencegah kemungkinan resiko yang dapat terjadi, mendidik pasien dan

keluarga pasien, mengawasi resiko yang dapat terjadi, memberikan antisipasi

terhadap resiko kecelakaan pada pasien yang mungkin akan terjadi,

menekankan kepada tenaga medis supaya berhati-hati dalam melakukan

tindakan pelayanan kesehatan.

B. Pentingnya Manajemen Risiko

Risiko adalah sesuatu yang mengarah pada ketidakpastian atas

terjadinya suatu peristiwa selama selang waktu tertentu yang mana

peristiwa tersebut menyebabkan suatu kerugian baik itu kerugian kecil

yang tidak begitu berarti maupun kerugian besar yang berpengaruh

terhadap kelangsungan hidup dari suatu perusahaan. Risiko pada

umumnya dipandang sebagai sesuatu yang negatif, seperti kehilangan,

bahaya, dan konsekuensi lainnya. Kerugian tersebut merupakan bentuk

ketidakpastian yang seharusnya dipahami dan dikelolah secara efektif oleh

rumah sakit sebagai bagian dari strategi sehingga dapat menjadi nilai
tambah dan mendukung pencapaian tujuan rumah sakit. Menurut sumber-

sumber penyebabnya, risiko dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Sumber-sumber penyebab risiko

a. Internal, yaitu risiko yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri.

b. Eksternal, yaitu risiko yang berasal dari luar perusahaan atau

lingkungan luar perusahaan.

c. Risiko Keuangan, adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-

faktor ekonomi dan keuangan, seperti perubahan harga, tingkat

bunga, dan mata uang.

d. Risiko Operasional, adalah semua risiko yang tidak termasuk risiko

keuangan. Risiko operasional disebabkan oleh faktor-faktor

manusia, alam, dan teknologi.

2. Manajemen risiko

Secara umum manajemen risiko didefinisikan sebagai proses,

mengidentifikasi, mengukur dan memastikan risiko dan

mengembangkan strategi untuk mengelolah risiko tersebut. Dalam

hal ini manajemen risiko akan melibatkan proses-proses, metode dan

teknik yang membantu manajer proyek maksimumkan probabilitas

dan konsekuensi dari event positif dan minimasi probabilitas dan

konsekuensi event yang berlawanan. Dalam manajemen proyek, yang

dimaksud dengan manajemen risiko proyek adalah seni dan ilmu

untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan merespon risiko selam umur

proyek dan tetap menjamin tercapainya tujuan proyek.


C. Proses Manajemen Risiko

Risiko ada di mana-mana, bisa datang kapan saja, dan sulit dihindari.

Jika risiko tersebut menimpa suatu rumah sakit, maka rumah sakit tersebut

bisa mengalami kerugian yang signifikan. Dalam beberapa situasi, risiko

tersebut bisa mengakibatkan kehancuran rumah sakit tersebut. Karena itu

risiko penting untuk dikelola. Manajemen risiko bertujuan untuk mengelola

risiko tersebut sehingga kita bisa memperoleh hasil yang paling optimal.

Dalam konteks rumah sakit, rumah sakit juga akan menghadapi banyak

risiko. Jika rumah sakit tersebut tidak bisa mengelola risiko dengan baik,

maka rumah sakit tersebut bisa mengalami kerugian yang signifikan.

Karena itu risiko yang dihadapi oleh rumah sakit tersebut juga harus

dikelola, agar rumah sakit bisa bertahan, atau barangkali mengoptimalkan

risiko. Perusahaan sering kali secara sengaja mengambil risiko tertentu,

karena melihat potensi keuntungan dibalik risiko tersebut. Manajemen

risiko pada dasarnya dilakukan melalui proses-proses berikut ini.

1. Identifikasi risiko

Identifikasi risiko dilakukan untuk mengidentifikasi risiko-

risiko apa saja yang dihadapi oleh suatu organisasi. Banyak risiko

yang dihadapi oleh suatu organisasi, mulai dari risiko penyelewengan

oleh karyawan, risiko kejatuhan meteor atau komet, dan lainnya. Ada

beberapa teknik untuk mengidentifikasi risiko, misal dengan

menelusuri sumber risiko sampai terjadinya peristiwa yang tidak

diinginkan. Sebagai contoh, kompor ditaruh dekat penyimpanan


minyak tanah. Api merupakan sumber risiko, kompor yang ditaruh

dekat minyak tanah merupakan kondisi yang meningkatkan

terjadinya kecelakaan, bangunan yang bisa terbakar merupakan

eksposur yang dihadapi perusahaan. Misalkan terjadi kebakaran,

kebakaran merupakan peristiwa yang merugikan (peril). Identifikasi

semacam dilakukan dengan melihat sekuen dari sumber risiko sampai

ke terjadinya peristiwa yang merugikan. Pada beberapa situasi, risiko

yang dihadapi oleh perusahaan cukup standar. Sebagai contoh, bank

menghadapi risiko terutama adalah risiko kredit (kemungkinan debitur

tidak melunasi hutangnya). Untuk bank yang juga aktif melakukan

perdagangan sekuritas, maka bank tersebut akan menghadapi risiko

pasar. Setiap bisnis akan menghadapi risiko yang berbeda-beda

karakteristiknya.

2. Evaluasi dan pengukuran risiko

Langkah berikutnya adalah mengukur risiko tersebut dan

mengevaluasi risiko tersebut. Tujuan evaluasi risiko adalah untuk

memahami karakteristik risiko dengan lebih baik. Jika kita memperoleh

pemahaman yang lebih baik, maka risiko akan lebih mudah

dikendalikan. Evaluasi yang lebih sistematis dilakukan untuk

mengukur risiko tersebut.

3. Pengelolaan risiko

Setelah analisis dan evaluasi risiko, langkah berikutnya

adalah mengelola risiko. Risiko harus dikelola. Jika organisasi gagal


mengelola risiko, maka konsekuensi yang diterima bisa cukup serius,

misal kerugian yang besar. Risiko bisa dikelola dengan berbagai

cara, seperti penghindaran, ditahan (retention), diversifikasi, atau

ditransfer ke pihak lainnya. Erat kaitannya dengan manajemen risiko

adalah pengendalian risiko (risk control), dan pendanaan risiko (risk

financing).

D. Hirarki Pengendalian Risiko

Resiko/bahaya yang sudah diidentifikasi dan dilakukan penilaian

memerlukan langkah pengendalian untuk menurunkan tingkat

resiko/bahayanya menuju ke titik yang aman. Pengendalian resiko/bahaya

dengan cara eliminasi memiliki tingkat keefektifan, kehandalan dan

proteksi tertinggi di antara pengendalian lainnya. Dan pada urutan hierarki

setelahnya, tingkat keefektifan, kehandalan dan proteksi menurun.

Pengendalian resiko merupakan suatu hierarki (dilakukan berurutan

sampai dengan tingkat resiko/bahaya berkurang menuju titik yang

aman). Hierarki pengendalian tersebut antara lain ialah eliminasi,

substitusi, perancangan, administrasi dan alat pelindung diri (APD).

1. Eliminasi : memodifikasi desain untuk menghilangkan bahaya,

misalnya, memperkenalkan perangkat mengangkat mekanik untuk

menghilangkan penanganan bahaya manual.

2. Subtitusi : pengganti bahan kurang berbahaya atau mengurangi energi

sistem (misalnya, menurunkan kekuatan, ampere, tekanan, suhu).


3. Kontrol teknik/Perancangan : menginstal sistem ventilasi, mesin

penjagaan, interlock.

4. Kontrol administratif : tanda-tanda keselamatan, daerah berbahaya ,

tanda untuk trotoar pejalan kaki, peringatan sirene/lampu, alarm,

prosedur keselamatan, inspeksi peralatan, kontrol akses, sistem yang

aman, penandaan, dan izin kerja.

5. Alat Pelindung Diri (APD) : kacamata safety, perlindungan pendengaran,

pelindung wajah, respirator, dan sarung tangan. Umumnya tiga

tingkat pertama adalah paling diinginkan, namun tiga tingkat

tersebut tidak selalu mungkin untuk diterapkan.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Manajemen risiko adalah suatu layanan kesehatan yang digunakan

untuk meminimalisir kejadian yang tidak diharapkan. Tujuannya adalah untuk

mempermudah tenaga kesehatan memberikan pelayanan kesehatan, dan juga

untuk menghindari risiko cidera baik bagi pasien, pengunjung, maupun

tenaga kesehatan itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai