Anda di halaman 1dari 82

PENGARUH PERKENALAN ANGGOTA TIM PERAWAT PADA PASIEN

OPERASI SEBELUM DENGAN PEMBIUSAN SPINAL TERHADAP


PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN DI KAMAR
OPERASI RUMAH SAKIT MARDI WALUYO

SKRIPSI

Disusun Oleh:
ESRA RISMAWATI BR. MALAU
NPM 195140159P

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MITRA INDONESIA
TAHUN 2021

1
PENGARUH PERKENALAN ANGGOTA TIM PERAWAT PADA PASIEN
OPERASI SEBELUM DENGAN PEMBIUSAN SPINAL TERHADAP
PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN DI KAMAR
OPERASI RUMAH SAKIT MARDI WALUYO

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Disusun Oleh:
ESRA RISMAWATI BR. MALAU
NPM 195140159P

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MITRA INDONESIA
TAHUN 2021
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Esra Rismawati Br. Malau


NPM : 195140159p
Program Studi : Keperawatan
Fakultas : Kesehatan
Institusi : Universitas Mitra Indonesia

Menyatakan bahwa skripsi ini telah ditulis sendiri dengan sungguh-sungguh dan
semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan
benar.

Apabila di kemudian hari terbukti bahwa peryataan ini tidak benar, maka saya
akan sanggup menerima sanksi berupa pembatalan skripsi dan segala
konsekuensinya.

Bandar Lampung , 2 Agustus 2021

Esra Rismawati Br. Malau


195140159p
HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi : PENGARUH PERKENALAN ANGGOTA TIM PERAWAT


PADA PASIEN OPERASI SEBELUM DENGAN
PEMBIUSAN SPINAL TERHADAP PENURUNAN
TINGKAT KECEMASAN PASIEN DIKAMAR OPERASI
RUMAH SAKIT MARDI WALUYO METRO TAHUN 2021
Nama : Esra Rismawati Br. Malau
NPM : 195140159P
Fakultas : Kesehatan
Program Studi : Keperawatan
Tanggal : 05 Agutus 2021

Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Studi Pembimbing

Budi Antoro, S.Kep., Ns., M.Kep Aulia Rahman, S.Kep. Ns., M.Kep
HALAMAN PERSETUJUAN

SKRIPSI

PENGARUH PERKENALAN ANGGOTA TIM PERAWAT PADA PASIEN


OPERASI SEBELUM DENGAN PEMBIUSAN SPINAL TERHADAP
PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN DI KAMAR
OPERASI RUMAH SAKIT MARDI WALUYO

yang dipersiapkan dan disusun oleh:


ESRA RISMAWATI BR. MALAU
NPM 195140159P

Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing Skripsi


pada Tanggal 5 Agustus 2021

Dosen Pembimbing,

Aulia Rahman, S.Kep. Ns., M.Kep


NPP. 2222365

Mengetahui,
Program Studi Keperawatan
Ketua,

Budi Antoro, S.Kep, Ns., M.Kep

NPP. 2222178
RIWAYAT HIDUP

Identitas diri :
1. Nama : Esra Rismawati br Malau
2. NPM : 195140159P
3. Tempat dan Tanggal Lahir : Gaya baru 2, 06 Oktober 1986
4. Alamat : jln Sumbawa 1 Perum Golden Village
Metro
5. No. Telepon / HP :-
6. No. WhatsApp : 085838178257
7. E-mail : esraimutcutek@gmail.com

Riwayat Pendidikan :
1. SDN 2 Gaya baru 2. 1997
2. SMP NEGERI 3 GAYA BARU 4 2003
3. SMA KRISTEN 1METRO 2006
4. D3 Keperawatan Malahayati 2009
5. Prodi Keperawatan Program Sarjana
Fakultas Kesehatan Universitas Mitra Indonesia 2021

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MITRA INDONESIA
Skripsi, Agustus 2021

ESRA RISMAWATI BR. MALAU


NPM 195140159P

PENGARUH PERKENALAN ANGGOTA TIM PERAWAT PADA PASIEN


OPERASI SEBELUM DENGAN PEMBIUSAN SPINAL TERHADAP
PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN DI KAMAR
OPERASI RUMAH SAKIT MARDI WALUYO

ABSTRAK

xiv + V BAB + 56 halaman + 9 tabel + 3 gambar + 10 lampiran

Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2012 dalam Sartika (2013)
tindakan operasi meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun. Pada tahun
2011, ada 140 juta pasien di semua rumah sakit di seluruh dunia, dibandingkan
dengan rekor peningkatan 148 juta pada tahun 2012. Pada tahun 2012, operasi di
Indonesia mencapai 1,2 juta orang (Rahmayati, Silaban, dan Fatonah, 2018).
Berdasarkan data dari Rumah Sakit Mardi Waluyo Metro Provinsi Lampung
jumlah operasi dari bulan oktober 2020 sampai febuari 2021 sebanyak 2.576
pasien, sedangkan pasien yang dengan pembiusan SAB (Sub Arachnoid Block)
sebanyak 1.012 pasien.
Penelitian ini menggunakan pre eksperiment dengan one group pretest posttest.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. diukur dengan
skala APAIS (Amsterdam Preoperative Anxiety and Information Scale). Teknik
sampling yang dilakukan dengan teknik accidental. Sampel berjumlah 20
responden, populasi berjumlah 65 pasien. Rata-rata kecemasan sebelum
perkenalan anggota tim perawat pada pasien operasi sebelum dengan pembiusan
spinal adalah 23.95 dengan strandar deviasi 2.585, sedangkan rata-rata
kecemasan pasien setelah perkenalan anggota tim perawat pada pasien operasi
sebelum dengan pembiusan spinal adalah 13.25 dengan standar deviasi 1.650.
Hasil uji statistic paired t-tset menunjukkan bahwa nilai P= 0,000.
Dapat di simpulkan bahwa ada pengaruh perkenalan anggota tim perawat Pada
Pasien Operasi Sebelum tindakan pembiusan spinal terhadap penurunan tingkat
kecemasan pasien dikamar operasi rumah sakit Mardi Waluyo. Dari hasil
penelitian disarankan memberikan komunikasi terapeutik dengan
memperkenalkan tim perawat untuk mengurangi kecemasan pasien dalam
meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan di dalam kamar operasi.
Kata Kunci : Perkenalan Tim Perawat, Pasien Operasi, , Kecemasan.
Kepustakaan : 17 (2009-2020)
NURSING STUDY PROGRAM
FACULTY OF HEALTH
UNIVERSITY MITRA INDONESIA

Skripsi, August 2021 

ESRA RISMAWATI BR. MALAU


NPM 195140159P

THE EFFECT OF NURSE TEAM MEMBERS INTRODUCTION TO


OPERATION PATIENTS BEFORE SPINAL ANESTHESIA TO REDUCE
PATIENTS' ANXIETY LEVEL IN THE ROOM OPERATION OF MARDI
WALUYO HOSPITAL

ABSTRACT

xiv + V CHAPTER + 56 pages + 9 tables + 3 pictures + 10 attachments

According to the WHO (World Health Organization) in 2012 in Sartika (2013),


surgery increased significantly from year to year. In 2011, there were 140 million
patients in all hospitals worldwide, compared to a record increase of 148 million
in 2012. In 2012, operations in Indonesia reached 1.2 million people (Rahmayati,
Silaban, and Fatonah, 2018). Based on data from the Mardi Waluyo Metro
Hospital, Lampung Province, the number of operations from October 2020 to
February 2021 was 2,576 patients, while patients with SAB (Sub Arachnoid
Block)were 1,012 patients.

This study uses a pre-experiment with one group pretest posttest. The instrument
used in this study was a questionnaire. measured by the scale APAIS(Amsterdam
Preoperative Anxiety and Information Scale). The sampling technique used is the
technique accidental. The sample is 20 respondents, the population is 65 patients.
The average anxiety before the introduction of the nursing team members to the
surgical patients before spinal anesthesia was 23.95 with a standard deviation of
2,585, while the average anxiety of the patients after the introduction of the
nursing team members to the surgical patients before the spinal anesthesia was
13.25. with a standard deviation of 1650. The results of the statistical test paired
t-test showed that the P value = 0.000.

It can be concluded that there is an effect of introducing members of the nursing


team to surgery patients before spinal anesthesia on decreasing the patient's
anxiety level in the operating room at Mardi Waluyo Hospital. From the results of
the study, it is recommended to provide therapeutic communication by
introducing a team of nurses to reduce patient anxiety in improving nursing care
services in the operating room.

Keywords: Introduction to the Nurse Team, Surgery Patients, Anxiety. 


Literature : 17 (2009-2020)
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
Berkat dan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul, “Pengaruh Perkenalan Anggota Tim Perawat Pada Pasien Operasi
Sebelum Dengan Pembiusan Spinal Terhadap Penurunan Tingkat
Kecemasan Pasien Dikamar Operasi Rumah Sakit Mardi Waluyo
Metro Tahun 2021”.
Proses penyelesaian karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak
baik dalam bentuk data atau informasi yang mendukung, untuk itu dalam
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Bapak Achmad Djamil, SKM., MM., M.Kes selaku Dekan Fakultas
Kesehatan Universitas Mitra Indonesia.
2. Budi Antoro, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas Mitra Indonesia.
3. Aulia Rahman, S.Kep. Ns., M.Kep selaku Dosen Pembimbing.
4. Sugeng Haryadi, S.Kep. Ns., M.Kep selaku Dosen penguji
5. drg. Budiono, MARS selaku Direktur Rumah Sakit Mardi Waluyo Metro.
6. Seluruh staf pengajar Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan
Universitas Mitra Indonesia dan semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak. Akhirnya kata, semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembaca semua.

Bandar Lampung, Agustus 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................. i
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT.................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................. iv
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI............................................. v
RIWAYAT HIDUP............................................................................... vi
ABSTRAK.............................................................................................. vii
KATA PENGANTAR........................................................................... viii
DAFTAR ISI......................................................................................... ix
DAFTAR TABEL.................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR. ........................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah....................................................................... 3
1.3 Rumusan Masalah.......................................................................... 4
1.4 Tujuan Penelitian........................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian......................................................................... 5
1.6 Ruang Lingkup Penelitian............................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Komunikasi Terapeutik....................................................... 6
2.2 Konsep Kecemasan ......................................................................... 15
2.3 Konsep Pra Anestesi........................................................................ 22
2.4 Konsep Spinal Anestesi.................................................................... 27
2.5 Penelitian Terkait ............................................................................ 31
2.6 Kerangka Teori ............................................................................... 32
2.7 Kerangka konsep. ............................................................................ 33
2.8 Hipotesis ......................................................................................... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Metodologi Penelitian...................................................................... 34
3.2 Waktu dan tempat penelitian............................................................ 34
3.3 Populasi dan Sampel........................................................................ 35
3.4 Variabel Penelitian........................................................................... 36
3.5 Definisi Operasional......................................................................... 36
3.6 Etika Penelitian................................................................................ 36
3.7 Pengumpulan Data........................................................................... 37
3.8 Pengolahan Data.............................................................................. 38
3.9 Analisa Data.................................................................................... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil penelitian................................................................................ 41
4.2 Pembahasan..................................................................................... 48
4.3 Keterbatasan Penelitan .................................................................... 54
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan...................................................................................... 55
5.2 Saran................................................................................................ 56

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 penelitian terkait...................................................................... 31


Tabel 3.1 Definisi Operasional Pengaruh perkenalan anggota tim
perawat terhadap penurunan kecemasan pasien................... 36
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia di kamar
operasi RS Mardi Waluyo Metro......................................... 44
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis
kelamin di kamaroperasi RS Mardi Waluyo Metro............ 45
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengalaman
kamar operasi RS Mardi Waluyo Metro............................. 45
Tabel 4.4 Karakteristik responden berdasarkan pengalaman
operasi di rumah sakit.......................................................... 46
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi tingkat kecemasan sebelum
perkenalan anggota tim perawat........................................... 46
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi tingkat kecemasan sesudah
perkenalan anggota tim perawat........................................... 47
Tabel 4.7 Tingkat Kecemasan sebelum dan sesudah
perkenalan anggota tim perawat........................................... 47
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka teori..................................................................... 32


Gambar 2.2 Kerangka konsep................................................................. 33
Gambar 3.1 one group pretest posttest.................................................... 34
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Informed Concent


Lampiran 2 Kuesioner Penelitian
Lampiran 3 Surat Keputusan (SK) Pembimbing Skripsi
Lampiran 4 Lembar Kendali Bimbingan
Lampiran 5 Tahap Tahap dan Rangkaian Pelaksanaan Penelitian
Lampiran 6 Surat Izin Prasurvey Penelitian
Lampiran 7 Surat Balasan Prasurvey Penelitian
Lampiran 8 surat layak etik
Lampiran 8 Hasil Analisa Spss
Lampiran 9 Hasil Skor Jawaban Kuisoner
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada pasien yang akan dilakukan tindakan operasi mengalami tingkat
kecemasan tinggi saat menjelang tindakan operasi,terutama saat pasien
sudah berada di meja operasi. Saat persiapan pembiusaan tersebut, ketika
dipasang alat-alat monitoring, dan pasien tidak mengenal perawat di sekitar
pasien, sehingga dibutuhkan intervensi tindakan keperawatan untuk
mengurangi kecemasan pasien.

Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2012 dalam Sartika


(2013) tindakan operasi meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2011, ada 140 juta pasien di semua rumah sakit di seluruh
dunia, dibandingkan dengan rekor peningkatan 148 juta pada tahun 2012.
Pada tahun 2012, operasi di Indonesia mencapai 1,2 juta orang (Rahmayati,
Silaban, dan Fatonah, 2018).Berdasarkan data penelitian Aulia Arief
Darmawan dan Tori Rihiantoro (2017) Kamar Operasi Sentral RSUD dr. H.
Abdul Moeloek pada 6 bulan terakhir dari bulan Juli sampai dengan bulan
Desember tahun 2016 jumlah operasi laparatomi sebanyak 139 pasien.
Berdasarkan data dari Rumah Sakit Mardi Waluyo Metro Provinsi
Lampung jumlah operasi dari bulan oktober 2020 sampai febuari 2021
sebanyak 2.576 pasien, sedangkan pasien yang dengan pembiusan SAB
(Sub Arachnoid Block) sebanyak 1.012 pasien.

Rumah Sakit Mardi Waluyo Metro melayani pembedahan dengan ruang


operasi terdiri dari 5 kamar operasi, dengan satu tim kamar operasi terdiri
dari 1 operator ( dokter bedah), 1 dokter anestesi,1 perawat anestesi, 2
2

asisten operastor(perawat), 1 perawat intrument, dan 1 on loop (perawat


sirkuler).

Potter & Perry, 2005 ( dalam Rahmawati, Widjajato, dan Astari, 2017)
kecemasan yang dialami pasien berhubungan dengan perasaan takut
terhadap operasi, suntikan, nyeri luka pasca operasi, ketergantungan pada
orang lain, bahkan kematian akibat trauma. terjadinya ancaman cedera atau
kematian.

Dalam membina hubungan terapeutik (interaksi), perawat memiliki empat


langkah yang didalamnya terdapat pekerjaan yang harus diselesaikan
perawat pada setiap tahapannya (Stuart dan Sundeen,Taufik &Juliane 2011)
: (1) fase pra interaksi ; prainteraksi merupakan masa persiapan sebelum
bertemu dan berkomunikasi dengan klien. Fase ini meliputi : a) evaluasi
diri; b) penetapan tahapan hubungan/interaksi; c)rencana interaksi (2) fase
perkenalan atau orientasi merupakan kegiatan yang dilakukan saat pertama
kali bertemu klien. Meliputi : memberi salam, memperkenalkan diri
,menerima pertemuan/kontrak (sepertinya menyetujui pertemuan mengenai
kesediaan klien untuk berbicara), mengelola kontak, memulai percakapan
dan kesepakatan tentang masa lahklien; (3) Tahapan Kerja; Prosedur Kerja
berkaitan erat dengan pelaksanaan rencana tindakan keperawatan
berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dan merupakan inti dari hubungan
terapeutik klien.. (4) fase terminasi; terminasi merupakan akhir dari setiap
pertemuan perawat dan klien. Terminasi dibagi menjadi dua yaitu terminasi
sementara dan terminasi akhir. (Taufik, 2011, dalam putri dan
suwadnyana,2020)

Dalam usaha-usaha yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah


kecemasan yang terjadi, individu dapat mengatasi kecemasan dengan
menggerakkan sumber coping di lingkungan yang didapat dari perawat.
Untuk dapat meningkatkan kepercayaan diri pasien dalam menghadapi
suatu tindakan operasi, Salah satu cara untuk meningkatkan kepercayaan
diri pasien dalam menghadapi operasi adalah dengan membangun
3

hubungan komunikasi terapeutik antara perawat dan pasien sehingga pasien


dapat memilih alternatif sendiri. Sumber koping tersedia dari perawat
sebelum operasi dilakukan. Ini dilakukan oleh perawat pra-percakapan
yang memulai dan memperkenalkan aktivitas pertemuan pertama dengan
klien, periode persiapan sebelumnya untuk koneksi dan komunikasi dengan
klien. Setelah itu, keluhan yang dirasakan klien dan rencana keperawatan
yang dihasilkan pada fase orientasi dilaksanakan, dan pada fase keluar
dilakukan orientasi, dan perawat mengakhiri interaksi dengan klien (Nasir
et all, 2009, dalam sulastri 2019)

Penelitian yang dilakukan oleh sulastri (2019) Tingkat kecemasan pasien


pre operasi setelah komunikasi terapeutik. didapatkan bahwa terdapat
pengaruh komunikasi terapeutik perawat terhadap penurunan tingkat
kecemasan pada pasien pre operasi. Sebelum dilakukan komunikasi
terapeutik jumlah responden yang mengalami cemas ringan 0 (0%), dan
yang mengalami cemas sedang sebanyak 7 responden (25%), sedangkan
sebagian besar responden yang mengalami cemas berat sebanyak 13
responden yaitu (46,43%), dan panik sebanyak 8 responden (28,57%).
Setelah dilakukan komunikasi terapeutik terdapat perubahan tingkat
kecemasan yaitu sebagian besar responden mengalami cemas ringan 14
responden (50%), yang mengalami cemas sedang sebanyak 12 responden
(42,82%), cemas berat berjumlah 3 responden (10,71%), sedangkan jumlah
responden yang mengalami panik sangat minimal yaitu 1 responden
(3,57%).

1.2 Identifikasi Masalah


Dari latar berlakang permasalahan diatas ,ditemukan permasalahan bahwa
pasien yang akan melakukan tindakan operasi mengalami kecemasan,
dengan tingkat kecemasan yang berbeda-beda. Dalam pelaksanaannya
perawat harus melakukan komunikasi terapeutik kepada pasien. dalam
komunikasi terapeutik terdapat 4 fase, yaitu fase orientasi,fase perkenalan,
4

fase kerja dan fase terminasi. Apakah hanya pada tahap fase perkenalan
saja, dapat menurunkan tingkat kecemasan pasien RS Mardi Waluyo?

1.3 Rumusan Masalah


Ada pengaruh perkenalan anggota tim perawat pada pasien operasi sebelum
dengan pembiusan spinal terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien
dikamar operasi rumah sakit mardi waluyo?

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan umum
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh perkenalan anggota tim
perawat pada pasien operasi sebelum dengan pembiusan spinal terhadap
penurunan tingkat kecemasan pasien dikamar operasi rumah sakit mardi
waluyo?

1.4.2 Tujuan khusus


1. Diketahui karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin, jenis
operasi, dan pengalaman operasi.
2. Diketahui perawat yang melakukan perkenalan kepada pasien yang
akan menjalanni operasi sebelum dengan pembiusan spinal.
3. Diketahui tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani operasi
sebelum dengan pembiusan spinal.
4. Diketahui pengaruh perkenalan anggota tim perawat pada pasien
operasi sebelum dengan pembiusan spinal terhadap penurunan tingkat
kecemasan pasien dikamar operasi.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam pengembangan ilmu
keperawatan khususnya di Indonesia.
5

1.5.2 Manfaat aplikatif


Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam ragka meningkatkan
pelayanan perawat terhadap pasien dalam pemberian asuhan keperawatan
di rumah sakit dan di praktek mandiri.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian


Penelitiann ini direncanakan pada bulan mei,dengan penelitian pada
pasien akan melakukan tindakan operasi di kamar operasi di Rumah Sakit
Mardi Waluyo Metro. Dalama hal ini,perawat mempunyai tanggungjawab
dalam menurunkan kecemasan pasien dengan teknik perkenalan tim
perawat kamar operasi.
6

BAB II
7

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Komunikasi Terapeutik

2.1.1 Pengertian
Menurut Heri Purwanto (1994) dari Lalongkoe (2013), komunikasi
terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar dan
disengaja yang kegiatannya berfokus pada “perawatan pasien” dan
merupakan tujuan untuk perawatan pasien.Komunikasi profesional yang
membimbing Anda. Sedangkan menurut Lalongkoe (2013) dan Northouse
(1998), komunikasi terapeutik membantu pengunjung belajar bagaimana
beradaptasi dengan stres, mengatasi kecacatan psikologis, dan menjalin
hubungan dengan orang lain, itu adalah kemampuan guru. Pendapat lain
Stuart & Sundeen (1995) dari Lalongkoe (2013) adalah bahwa teknologi
komunikasi terapeutik adalah cara untuk membangun hubungan
terapeutik dengan komunikasi dan pertukaran emosi dan pikiran dengan
maksud untuk mempengaruhi orang lain.
2.1.2 Tujuan komunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutik mempunyai tujuan (Purwanto, 1994 seperti dikutip
dalam Damaiyanti, 2012) yaitu:
a. Untuk membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban
emosional dan pikiran serta mampu mengambil langkah untuk
mengubah status saat ini jika pasien percaya pada apa yang
diperlukan.
b. Mengurangi keraguan, membantu mengambil tindakan yang efektif,
dan menjaga kekuatan ego
c. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik, dan diri sendiri
2.1.3 Manfaat komunikasi terapeutik
8

Menurut Indrawati dalam Musliha dan Fatmawati (2010) manfaat


komunikasi terapeutik adalah untuk untuk mendorong dan memberikan
masukan untuk kerjasama antara perawat dan pasien. Mengidentifikasi
dan mengekspresikan emosi, menyelidiki masalah, dan mengevaluasi
tindakan yang dilakukan oleh perawat.
2.1.4 Prinsip komunikasi terapeutik
Menurut Purwanto (2004), prinsip-prinsip komunikasi terapeutik adalah :
1. Perawat dapat mengenal dirinya sendiri.
2. Komunikasi dapat ditandai dengan saling menerima, saling percaya
dan saling menghormati.
3. Perawat perlu menyadari pentingnya kebutuhan fisik dan mental
pasien.
4. Perawat harus menciptakan suasana di mana pasien dapat tumbuh
bebas tanpa rasa takut.
5. Perawat mampu menciptakan suasana di mana pasien dapat termotivasi
untuk mengubah sikap dan perilakunya sehingga menjadi lebih dewasa
dan memecahkan masalah yang mungkin dihadapinya.
6. Perawat, Anda harus mampu secara bertahap menguasai emosi Anda
sendiri untuk mengenali dan mengatasi emosi kegembiraan, kesedihan,
kemarahan, keberhasilan atau frustrasi.
7. Anda dapat menentukan batas waktu yang tepat dan konsisten.
8. Memahami arti empati yang sebenarnya sebagai tindakan terapeutik,
dan sebaliknya, belas kasih memahami bahwa tidak ada tindakan
terapeutik.
9. kejujuran dan komunikasi terbuka adalah dasar dari hubungan
terapeutik.
10. Perawat perlu menjaga kesehatan fisik, mental, mental dan gaya hidup,
karena dapat menjadi panutan untuk menunjukkan dan membujuk
orang lain untuk sehat.
11. Disarankan untuk mengungkapkan perasaan murung.
9

12. Altruisme untuk memperoleh kepuasan dengan membantu orang lain


merasa nyaman.
13. Kami mematuhi etika dengan melakukan segala upaya untuk membuat
keputusan sesuai dengan prinsip-prinsip kesejahteraan manusia.
14. Bertanggung jawab dalam dua dimensi. Dengan kata lain, itu adalah
tanggung jawab orang lain yang bertanggung jawab atas tindakan yang
mereka ambil.
2.1.5 Teknik komunikasi terapeutik
Menurut Muslimah dan Fatmawati (2010), Komunikasi perawat dan klien
dapat dilakukan dengan baik, sehingga perawat tahu bagaimana teknik
Komunikasi yaitu:
1. Mendengar aktif
Mendengarkan berarti menggunakan semua indera untuk secara aktif
fokus dan memahami pesan orang lain. 
2. Mendengar pasif
Mendengar pasif aktivitas mendengarkan yang melibatkan aktivitas
non-verbal klien. Misalnya, saya melakukan kontak mata dan
menggelengkan kepala secara vertikal. 
3. Penerimaan
 Mendukung dan menerima informasi untuk menunjukkan minat.
Perawat harus menghindari hal berikut: Memutar mata atau
menggelengkan kepala.
4. Klarifikasi
 Klarifikasi melalui validasi adalah menanyakan kepada klien bahwa
perawat tidak memahami situasi saat ini. 
5. Pemfokusan
Pemfokusan tampak spesifik dan mudah dipahami serta merupakan
aktivitas komunikasi yang dilakukan untuk membatasi area diskusi. 

6. Observasi 
10

Observasi adalah kegiatan mengamati pasien, dan kegiatan ini


dilakukan agar klien tidak panik.  
7. Memberikan informasi Memberikan informasi 
tambahan untuk memandu tanggapan tambahan. Keuntungan dari
teknologi ini adalah mempromosikan komunikasi dan mendorong
pendidikan kesehatan.  
8. Diam (Maintenance) 
Diam Diam dilakukan untuk mengatur pikiran, memproses informasi,
dan menunjukkan bahwa perawat bersedia menunggu tanggapan. 
9. Aktif 
Kemampuan mengungkapkan pikiran dan perasaan secara
meyakinkan dan nyaman dengan tetap menghargai orang lain.  
10. Kesimpulan
Memahami pokok-pokok pembahasan dan meningkatkan pemahaman.
2.1.6 Komponen yang mempengaruhi komunikasi dalam praktik
keperawatan
Komunikasi dalam praktik keperawatan tidak secara konkrit ditunjukkan
hanya melalui strategi perencanaan dan perilaku keperawatan. Ada tiga
komponen yang mempengaruhi komunikasi dalam praktik keperawatan
dan perhatian yang sama harus diberikan (Nursalam, 2012). Ketiga
komponen tersebut adalah:
1. Struktur-Struktur organisasi
bertujuan untuk mencapai keadaan praktik komunikasi yang efektif
yang dapat direncanakan dan dilaksanakan oleh kelompok kerja.
Setiap struktur yang ada memiliki kelompok klinis yang dirancang
untuk menerapkan prinsip-prinsip keperawatan dalam praktik
keperawatan untuk pasien.sehingga dapat membantu penyelesaian
masalah peningkatan struktur kesehatan pasien dan organisasi dalam
meningkatkan kepuasan pasien.
2. Budaya
Budaya organisasi tidak mudah berubah dalam sekejap. Karena kita
11

bekerja dengan berbagai lingkungan dan individu, penting untuk


menyadari situasi ini. Perubahan budaya dalam manajemen
merupakan bagian penting dari proses perubahan yang efektif dalam
praktik keperawatan. Budaya sangat penting bagi perawat dan
menitikberatkan pada pasien dan nilai budaya untuk mencapai
kepuasan pasien.
3. Teknologi
Teknologi adalah elemen ketiga dari praktik komunikasi yang efektif.
Komunikasi antarpribadi dan organisasi seringkali membutuhkan
perantara yang akan sangat berguna di masa depan, seperti pengguna
teknologi dan media elektronik. Semua perubahan rumah sakit selalu
didukung oleh program HIS (Health Information System) yang
efektif. Komunikasi melalui teknologi terus dipantau dan dievaluasi
selama semua proses perubahan. Tujuan teknologi dalam praktik
keperawatan adalah untuk mendukung komunikasi dalam
pengambilan keputusan dan meningkatkan kepuasan pasien dan staf.
2.1.7 Faktor pendukung dan penghambat dalam komunikasi terapeutik
Menurut Muslihaand Fatmawati (2010) komunikasi terapeutik antara
perawat dan pasien ada dua faktor yang mempengaruhi. Dengan
demikian, komunikasi antara perawat dan pasien dapat berjalan efektif.
Faktor pendukung komunikasi terapeutik dapat dilihat pada pasien dan
perawat. Kemampuan dan motivasi klien untuk menganggap serius
masalah yang dilihat oleh pasien dan didukung oleh tingkat pendidikan
dan faktor sosial-psikologis. Keberhasilan atau kegagalan komunikasi
ditentukan oleh perawat di perawat saat ini adalah sebagai berikut.
1. Kemampuan perawat untuk mengajukan pertanyaan bentuk bebas
untuk menyelidiki masalah apa pun. Dengarkan inti pembicaraan,
dan mampu merespon dengan cepat reaksi klien, baik verbal
maupun non-verbal.
2. Sikap Perawat
Perawat harus bersikap ramah kepada klien agar tidak curiga dan
12

perawat diharapkan mendekati pasien agar tercipta rasa saling


percaya. Sikap perawat tersebut tentu tidak rendah hati tetapi
bangga dengan wajah manis yang penuh perhatian.
3. Pengetahuan Perawat
Perawat yang terinformasi dapat dengan mudah mencerna
percakapan, memungkinkan mereka untuk merespons percakapan
pasien dengan cepat.
4. Sistem Sosial
Kelincahan atau kecerdasan perawat untuk memahami kebiasaan
dan kebiasaan pasien, keluarga, atau komunitas untuk beradaptasi
dengan kebutuhan komunikasi sekitar.
5. Komunikasi oleh Semua Perawat
Setiap indra perawat harus sehat untuk dapat menarik kesimpulan
dengan cepat dari percakapan.

Faktor-faktor yang menghambat komunikasi adalah:

1. Perawat tidak pandai membuka pertanyaan saat ditanya.


2. Perawat bersikap acuh dan tidak ramah terhadap
klien/keluarga/masyarakat
3. Kurangnya pengetahuan perawat.
4. Prasangka yang tidak berdasar adalah kecurigaan yang tidak
berdasar.

2.1.8 Tahap-tahap komunikasi terapeutik


Dalam mengembangkan hubungan terapeutik (interaksi), perawat terdiri
dari empat tahap, dan ada pekerjaan yang harus diselesaikan oleh perawat
di setiap tahap (Damayanti, 2014).
1. Pra-interaksi
Ini adalah periode di mana pasien besar dan siap sebelum
berkomunikasi. Anda perlu mengevaluasi diri sendiri untuk
kemampuan Anda. Jika Anda merasa tidak yakin, baca kembali dan
13

diskusikan dengan teman atau tutor Anda. Inilah yang perlu Anda
lakukan dalam langkah ini:
a) Mengumpulkan data tentang pasien
b) Mengeksplorasi emosi, fantasi, dan ketakutan
c) Merencanakan pertemuan dengan pasien (waktu, tempat kegiatan)

2. Tahap Orientasi/Perkenalan
Orientasi adalah kegiatan yang dilakukan saat bertemu pasien untuk
pertama kali adalah. Yang perlu Anda lakukan adalah:
a) Salam
b) Memperkenalkan diri kepada perawat
c) Menanyakan nama pasien
d) Menyetujui rapat (kontrak)
e) Menghadapi kontrak
f) Memulai percakapan terlebih dahulu
g) Menyetujui masalah pasien
h) Orientasi
mengakhiri pendahuluan, akan dilaksanakan pada setiap awal
pertemuan kedua. Tujuan dari fase orientasi adalah untuk
mengidentifikasi kekurangan data, rencana yang disusun dalam
kondisi pasien saat ini, dan untuk mengevaluasi konsekuensi dari
tindakan masa lalu. Biasanya terkait dengan apa yang telah dilakukan
pada pasien. Yang perlu Anda jalankan adalah:
a) menyapa pasien dan tersenyum
b) Verifikasi (kognitif, psikomotor, emosional)
c) menggambarkan aktivitas yang dilakukan
d) menjelaskan tujuan
e) Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas yang dijelaskan
f) Langkah orientasi/perkenalan
Menjelaskan kerahasiaan, sangat penting untuk membangun
fondasi untuk membangun hubungan terapeutik. Tahap ini terjadi
14

saat pertama kali bertemu dengan pasien. Tugas perawat adalah


memberikan informasi yang relevan dan menjawab pertanyaan
pasien. Saat bertemu pasien, perawat memperkenalkan mereka
dengan nama dan status profesional. Pengenalan yang baik ini
dapat meningkatkan hubungan perawat-pasien (Peplau, 1997;
Sheldon, 2014).
Pasien pertama-tama dapat dipanggil dengan nama lengkap dan
kemudian menanyakan nama favoritnya. Penting bagi perawat
untuk mendengarkan dengan seksama apa yang dikatakan pasien,
dan membuat pasien termotivasi untuk lebih terbuka terhadap
penjelasan dan pengalamannya (Bello, 2017).
Setelah fase perkenalan perawat menekankan tujuan dan sifat
hubungan. Perawat memberikan informasi tentang kontrak dan
menjelaskan peran perawat dan tujuan hubungan. Perawat dapat
menanyakan pasien jika mereka memiliki pertanyaan (Peplau,
1997; Sheldon, 2014; Bello, 2017).
Prosedur umumnya untuk membangun hubungan terapeutik
dengan pasien dan keluarga. Perawat dapat menciptakan rasa
saling percaya, empati, dan suasana yang nyaman untuk
memahami kebutuhan pasien (Zarea et al., 2014; Alishahi et al.,
2017)
Menurut Suryani (2015).Prosedur adalah prosedur yang akan
diperkenalkan perawat Anda saat pertama kali bertemu pasien.
Perawat dapat memiliki pikiran yang lebih terbuka kepada pasien
yang harus terlebih dahulu memperkenalkan diri, di mana perawat
dan pasien membangun rasa saling percaya, mengeksplorasi ide,
dan menetapkan tujuan bersama.
a) Tahap Kerja
Tahapan kerja berkaitan erat dengan pelaksanaan rencana
tindakan keperawatan, yang dilaksanakan atas dasar tujuan, dan
merupakan inti dari hubungan pengobatan pasien. Tujuan
15

keperawatan adalah untuk meningkatkan pemahaman dan


kesadaran pasien, perilaku, emosi dan pikiran. Tujuan ini sering
menjadi tujuan.
b) Mengembangkan, memelihara dan meningkatkan kemampuan
pasien untuk secara mandiri memecahkan masalah yang dihadapi
Tujuan-tujuan ini sering kali merupakan tujuan motorik
emosional atau mental.
c) Pelaksanaan Pengobatan/Teknis Keperawatan
d) Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan
e) Pelaksanaan Kerjasama
f) Melakukan Observasi dan Monitoring

3. Fase Terminasi
Langkah merupakan akhir dari semua pertemuan perawat dan pasien.
Pemberhentian dibagi menjadi dua jenis: pemberhentian sementara
dan pemberhentian akhir.
a) Terminasi sementara
Terminasi sementara adalah akhir dari pertemuan pasien dengan
setiap perawat. Perawat yang dijeda akan menemui pasien
kembali pada waktu yang telah ditentukan. Misalnya, keesokan
harinya 1-2 jam
b) Terminasi akhir
Ini terjadi saat pasien pulang dari rumah sakit atau perawat telah
menyelesaikan tindakan di rumah sakit. Komponen dari tahap
terminasi adalah:
Rangkuman proses hasil kegiatan dan evaluasi hasil
b) Memberikan penguatan positif
c) Kesabaran dan rencana tindak lanjut
d) Kontrak pertemuan berikutnya (waktu, tempat, tema)
e) Mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik
2.2 Konsep Kecemasan
16

2.2.1 Pengertian
Menurut Stuart dan Sundeen (2016), kecemasan adalah keadaan
emosional tanpa objek tertentu. Kecemasan dipicu oleh hal yang tidak
diketahui dan disertai dengan semua pengalaman baru, seperti pergi ke
sekolah, memulai pekerjaan baru, atau memiliki bayi. Karakteristik
kecemasan inilah yang membedakannya dari ketakutan. Menurut Kaplan,
Saddock dan Grebb (2010), kecemasan adalah respon terhadap situasi
tertentu yang mengancam, fenomena normal yang menyertai
perkembangan, perubahan, pengalaman baru dan pencarian jati diri dan
kehidupan sendiri. Kecemasan adalah perasaan subjektif dari kegelisahan,
respon umum untuk ketidakmampuan untuk menangani masalah, atau
rasa tidak aman. Perasaan ketidakpastian ini seringkali tidak
menyenangkan dan akan menyebabkan perubahan fisik dan psikologis di
masa depan. Kecemasan kesehatan juga merupakan keadaan syok akibat
ancaman kesehatan.
Menurut Zakariah (2015), kecemasan adalah suatu perasaan yang tidak
menyenangkan, yang bermanifestasi sebagai iritabilitas atau ketegangan
akibat rangsangan simpatis, parasimpatis dan endokrin serta tanda-tanda
hemodinamik yang abnormal. Kecemasan ini akan terjadi segera setelah
operasi bedah yang direncanakan. Menurut Rachmad (2009), kecemasan
disebabkan oleh hal-hal yang tidak jelas atau tidak diketahui, yang dapat
menimbulkan perasaan cemas, khawatir atau takut. Menurut Ratih (2012),
kecemasan adalah manifestasi dari perilaku mental dan berbagai pola
perilaku, yang berasal dari rasa perhatian dan ketegangan subjektif.
2.2.2 Teori penyebab kecemasan
Beberapa teori berkontribusi pada kemungkinan penyebab perkembangan
kecemasan, termasuk faktor genetik, faktor demografi, dan faktor
psikologis. Selain itu, ada insentif, faktor kerentanan dan faktor
pembentuk gejala.
Faktor genetik berhubungan dengan keturunan dan jenis kelamin
Umumnya wanita lebih cenderung mengalami stres dan kecemasan
17

karena hormon. Faktor demografi terkait usia, di mana individu yang


matang adalah individu dengan kematangan kepribadian.
Teori penyebab kecemasan:
1. Teori psikodinamika
Freud (1993) mengungkapkan bahwa kecemasan adalah akibat dari
konflik psikologis yang tidak disadari. Kecemasan merupakan sinyal
bahwa diri mengambil tindakan untuk mengurangi kecemasan. Ketika
mekanisme diri bekerja, kecemasan akan mereda dan rasa aman akan
pulih. Namun, jika konflik terus berlanjut, kecemasan akan berada pada
tingkat yang tinggi. Mekanisme pertahanan diri dilihat sebagai gejala,
seperti fobia, regresi, dan perilaku ritual.
Menurut konsep psikodinamika Freud, juga menjelaskan bahwa
kecemasan pertama kali muncul ketika manusia dilahirkan dan merasa
lapar untuk pertama kalinya. Saat itu, dia masih sangat lemah dan tidak
menanggapi dingin dan lapar, sehingga kecemasan pertama lahir. Ketika
id memiliki keinginan untuk menyingkirkan diri, tetapi tidak menerima
restu dari superego, kecemasan berikutnya akan muncul dan id akan
bertentangan antara keinginan untuk pembebasan dari id dan sanksi dari
superego. , Kecemasan kedua lahir. Konflik-konflik ini secara tidak sadar
ditekan dan berpotensi tidak terpengaruh oleh waktu, dan seringkali tidak
realistis dan dibesar-besarkan. Jenis tekanan ini akan muncul melalui tiga
peristiwa, yaitu: penurunan reseptor superego, peningkatan id drive, dan
stres psikososial, dan kemudian akan lahir kecemasan berikutnya.
2. Teori Perilaku
Menurut teori perilaku, kecemasan muncul dari respons terhadap
rangsangan tertentu (fakta) Untuk waktu yang lama, seseorang telah
mengkondisikan respons terhadap rangsangan penting. Kecemasan ini
adalah hasil dari depresi dan karena itu mengganggu kemampuan individu
untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
3. Teori Interpersonal
Jelaskan bahwa kecemasan muncul dari rasa takut akan penolakan di
18

antara orang-orang, yang membuat orang-orang yang bersangkutan


merasa tidak berguna.
4. Teori Keluarga
Jelaskan bahwa akibat konflik dalam keluarga, kecemasan dapat muncul
dan muncul dalam hal-hal penting.
5. Teori biologis
Beberapa kasus kecemasan (542%) berhubungan dengan proses fisiologis
(Hall, 1980). Kecemasan ini mungkin karena penyakit fisik atau kelainan,
bukan konflik emosional. Kecemasan ini termasuk kecemasan sekunder
(Rockwell Citstuart & Sundeens, 1998).
2.2.3 Faktor prediposisi kecemasan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasa n Menurut Muttaqi n da n
Sari (2009), faktor-faktor yang dapat menyebabka n kecemasa n pada
pasie n pra operasi adala h ketakuta n aka n rasa sakit, kematia n,
ketidaktahua n, ketakuta n aka n kelaina n bentu k da n ancama n lainnya
terhada p citra tubu h. Sedangka n faktor-faktor yang mempengaruhi
kecemasa n menurut Kapla n da n Sadoc k (2010) adalah: Faktor intrinsi k
antara lai n
19

1. Usia penderita
Ganggua n kecemasa n dapat terjadi pada semua usia, umumnya pada usia
dewasa da n lebi h sering pada wanita. Sebagia n besar kecemasa n terjadi
antara usia 21 da n 45 tahu n. Feist (2009) menemuka n bahwa semaki n tua
seseorang, semaki n bai k kematanga n psikologis individu, yaitu semaki n
matang jiwa seseorang, semaki n bai k kemampua n mereka untu k
beradaptasi denga n kehidupa n.
2. Pengalama n
Pasie n Yang Menjalani Perawata n (Pembedahan) Pengalama n awa l
merawat seorang pasie n merupaka n pengalama n yang sangat berharga
yang terjadi pada setia p individu, terutama di masa depa n. Pengalama n
awa l ini merupaka n bagia n penting da n bahka n krusia l dari kondisi
menta l individu di kemudia n hari. Jika pengalama n anestesi individu
kurang, cenderung mempengaruhi peningkata n kecemasa n tentang
anestesi.
3. Konse p diri da n pera n
Konse p diri adala h seperangkat ide, pemikira n, keyakina n, da n keyakina 
n yang diketahui orang tentang diri mereka sendiri da n yang
memengaruhi cara individu berhubunga n denga n orang lai n. Faktor
eksterna l meliputi:
a. Kondisi medis (diagnosis)
Gejala kecemasa n yang berhubunga n denga n kondisi medis sering
dijumpai, walaupu n prevalensi ganggua n tersebut berbeda-beda untu k
setia p kondisi, misalnya pasie n aka n diberika n diagnosis pembedaha n
berdasarka n hasi l pemeriksaa n . yang aka n mempengaruhi tingkat
kecemasa n pasie n. Di sisi lai n, pasie n denga n diagnosis yang benar tida k
secara signifika n mempengaruhi tingkat kecemasa n.
20

b. Tingkat pendidika n
Pendidika n untu k semua memiliki arti tersendiri. Pendidika n umumnya
membantu dala m menguba h pola pikir, pola perilaku da n pengambila n
keputusa n. Memiliki pendidika n yang cuku p aka n memudahka n Anda
untu k mengidentifikasi stresor interna l da n eksterna l Anda. Tingkat
pendidika n juga mempengaruhi persepsi da n pemahama n terhada p
rangsanga n.
2.2.4 Gejala kecemasan
Menurut (Stuart, 2007) Penderita ansietas seringkali memiliki gejala yang
khas da n dibagi menjadi beberapa stadiu m, yaitu:
1. Taha p 1
Keadaa n fisi k seperti pada fase respo n waspada, otot mungki n bersia p
untu k melawa n (grapple), atau flight (berlari secepat mungkin). Selama
taha p ini, tubu h merasa tida k nyama n karena peningkata n sekresi hormo 
n adrenali n da n norepinefri n.
Akibatnya, gejala kecemasa n dapat berupa perasaa n tegang da n lela h
pada otot, terutama pada otot dada, leher, da n punggung. Dala m persiapa 
n untu k berperang, otot-otot menjadi lebi h tegang da n akibatnya
menimbulka n rasa sakit da n kejang pada otot-otot dada, leher, da n
punggung. Stres dari kelompo k agonis da n antagonis aka n menyebabka n
tremor, tremor yang muda h terlihat pada jari. Selama taha p ini, kecemasa 
n merupaka n peningkata n mekanisme siste m saraf, yang mengingatka n
kita bahwa fungsi siste m saraf mulai tida k lagi memproses informasi
denga n benar.
2. Taha p 2 (dua)
Selai n gejala klinis taha p pertama, seperti kecemasa n, keteganga n otot,
ganggua n tidur da n sakit perut, pasie n juga mulai tida k dapat
mengendalika n emosinya da n kehilanga n motivasi.
21

Kebingunga n emosiona l dapat denga n muda h memanifestasika n dirinya


dala m tangisa n tanpa alasa n, yang kemudia n beruba h menjadi tawa.
Menangis terkait stres muda h dikenali. Tapi terkadang tawa yang aga k
keras bisa mengindikasika n ganggua n kecemasa n taha p dua. Hilangnya
motivasi diri dapat dilihat dala m situasi seperti seseorang menjatuhka n
benda ke lantai da n kemudia n terdia m beberapa saat hanya melihat benda
itu jatu h da n tida k melakuka n apa-apa.
3. Taha p 3
Kecemasa n taha p satu da n dua yang belu m terselesaika n, sementara
stresor teta p ada, pasie n aka n masu k ke dala m kecemasa n taha p tiga.
Tida k seperti gejala taha p satu da n taha p dua, yang lebi h muda h
diidentifikasi sebagai terkait stres, gejala kecemasa n taha p tiga sering
muncu l dala m bentu k perubaha n perilaku da n tida k sering dikaitka n
denga n stres. . Selama taha p ketiga ini, seseorang dapat mengamati gejala
seperti: intoleransi terhada p rangsanga n sensori k, ketidakmampua n untu 
k mentolerir sesuatu yang sebelumnya dapat ditoleransi, respons yang
beruba h terhada p apa yang pada pandanga n pertama tampa k seperti
ganggua n kepribadia n.
2.2.5 Alat ukur kecemasan
1. Depressio n Anxiety Stres Scale (DASS 42)
DASS (Depressio n Anxiety Stres Scale) adala h skala subjektif yang
dibuat untu k mengukur depresi, kecemasa n, da n stres. Kuesioner Depresi
Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) hanya mengukur kecemasa n, tota l 14
pertanyaa n denga n skor kecemasa n norma l 07, kecemasa n ringa n 89,
kecemasa n sedang 1014, kecemasa n berat 1519, kecemasa n sangat berat
> 20 (Lovibond, di Nursala m 2011).
22

2. Tingkat kecemasa n da n informasi pra operasi di Amsterda m (APAIS)


Menurut Boker, et.a l (2002) untu k mengetahui tingkat kecemasa n ringa n,
sedang, berat da n sangat berat dapat diukur denga n menggunaka n tangga.
Skor APAIS (Amsterda m Anxiety and Preoperative Informatio n Scale).
Pengukur ini memiliki ena m ite m dala m kuesioner, yaitu:
a) Tahu tentang anestesi
1) Saya merasa gugu p tentang anestesi (1,2,3,4,5).
2) Anestesi selalu ada di pikira n saya (1, 2, 3, 4, 5).
3) Saya ingi n tahu lebi h banya k tentang anestesi (1, 2, 3, 4, 5).
b) Tentang operasi / pembedaha n
1) Saya khawatir tentang operasi (1, 2, 3, 4, 5)
2) Saya selalu khawatir tentang operasi (1, 2, 3, 4 , 5)
3) Saya ingi n tahu lebi h banya k tentang operasi (1,2,3,4,5).
Dari kuisioner, berika n nilai dari 1 sampai 5 untu k setia p jawaba n untu k
setia p ite m, yaitu: 1 = tidak; 2 = jelas; 3 = sedang; 4 = berat; 5 = pani k.
Ole h karena itu dapat diklasifikasika n sebagai berikut:
1. 1-6 : Janga n khawatir.
2. 7-12 : Kecemasa n ringa n.
3.13-18 : Kecemasa n sedang.
4. 19-24 : Kecemasa n para h.
5. 25-30: Kecemasan/pani k yang parah
2.2.6 Tingkat kecemasan
Menurut Stuart da n Sundee n (2007), ada empat tingkat kecemasan: ringa 
n, sedang, berat da n pani k.
1. Kecemasa n ringa n
23

Kecemasa n ringa n berkaita n denga n stres dala m kehidupa n sehari-hari


da n menyebabka n seseorang menjadi waspada da n meningkatka n bidang
kognitifnya. Kecemasa n ringa n dapat meningkatka n pembelajara n da n
mendorong pertumbuha n da n kreativitas. Manifestasi yang terjadi pada
tingkat ini adala h kelelaha n, lekas mara h, peningkata n pertumbuha n
kognitif, peningkata n kesadara n, kemampua n belajar, peningkata n
motivasi da n perilaku tergantung pada kasusnya.
2. Kecemasa n sedang
Memungkinka n seseorang untu k fokus pada isu-isu penting da n
mengesampingka n orang lai n sehingga satu orang dapat menerima
perhatia n selektif tetapi dapat melakuka n sesuatu yang spesifi k.
Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini adala h kelelaha n, peningkata n
denyut jantung da n laju pernapasa n, keteganga n otot, bicara cepat pada
volume tinggi, bidang persepsi menyempit, mampu belajar tetapi tida k
optima l, penuruna n kemampua n berkonsentrasi, perhatia n selektif da n
fokus pada rangsanga n. tida k ada peningkata n kecemasa n, lekas mara h,
ketidaksabara n, pelupa, mara h, menangis, kesulita n menganalisis da n
tremor.
3. Kecemasa n para h
Secara signifika n mengurangi bidang persepsinya. Seseorang denga n
kecemasa n yang para h cenderung fokus pada detai l da n spesifi k da n tida 
k dapat memikirka n ha l lai n. Dia membutuhka n banya k araha n untu k
dapat fokus pada area lai n. Manifestasi yang muncu l pada tingkat ini
adala h pusing, sakit kepala, mua l, sulit tidur (tida k tidur nyenyak), sering
buang air keci l, diare, jantung berdebar, bidang persepsi menyempit, da n
intoleransi, belajar efektif, lalai da n keingina n tinggi untu k menghilangka 
n kecemasa n, perasaa n tida k berdaya, bingung, disorientasi.
24

4. Pani k
Pani k mengacu pada keherana n, ketakuta n, da n ketakuta n kehilanga n
kendali. Orang yang pani k tida k bisa berbuat apa-apa, bahka n denga n
araha n. Tanda da n gejala yang terjadi pada kondisi ini adala h sesa k
napas, pupi l melebar, palpitasi, pucat, kehilanga n suara, bicara tida k
kohere n, ketidakmampua n merespo n perinta h sederhana, berteria k,
menjerit, halusinasi da n delusi.
2.2.7 Respon fisiologis terhadap kecemasan.
1. Kardiovaskuler
Peningkata n tekana n dara h, palpitasi, jantung berdebar, denyut nadi
meningkat, tekana n nadi menuru n, syoc k da n lain-lai n.
2. Respirasi
Napas cepat da n dangka l, rasa terteka n pada dada, rasa terceki k.
3. Kulit
Perasaa n panas atau dingi n pada kulit, muka pucat, berkeringat seluru 
h tubu h,rasa terbakar pada muka, telapa k tanga n berkeringat, gatal-
gata l.
4. Gastrointestinal
Anoreksia, rasa tida k nyama n pada perut, rasa terbakar di epigastriu 
m, nausea, diare.
5. Neuromuskuler
Refle k meningkat, reaksi kejuta n, mata berkedip-kedi p, insomnia,
tremor, kejang, waja h tegang, geraka n lambat.

2.2.8 Respon Psikologis Terhadap Kecemasan


1. Perilaku
Gelisa h, tremor, gugu p, bicara cepat da n tida k ada koordinasi, menari 
k diri, menghindari.
2. Kognitif
Ganggua n perhatia n, konsentrasi hilang, muda h lupa, sala h tafsir,
bloking, bingung, lapanga n persepsi menuru n, kesadara n diri yang
25

berlebiha n, kawatir yang berlebiha n, obyektifitas menuru n, takut


kecelakaa n, takut mati da n lain-lai n.
3. Afektif
Tida k sabar, tegang, neurosis, tremor, gugu p yang luar biasa, sangat
gelisa h da n lain-lai n.
2.2.9 Intervensi keperawatan
1. Perkenalka n anggota ti m perawat.
2. Menjelaska n jenis anesthesia.
3. Menentuka n tingkat pemahama n tentang prosedur operasi.
4. Evaluasi tingkat ansietas.
5. Jelaska n bahwa anestesia tida k aka n mengganggu memori.
6. Perawat operasi menerangkan: Alasa n mengapa menggunaka n pakaia 
n operasi, mesi n anestesi, anestesi sebagai udara ruma h sakit, pasca
anestesia, ruang pemuliha n.

2.3 Konsep Pra Anestesi


Anestesi adala h sala h satu cabang ilmu kedoktera n yang mempelajari cara
mengontro l rasa sakit, ketakuta n da n ketidaknyamana n sehingga pasie n
merasa lebi h nyama n (Mangku, 2010). Tindaka n pra anestesi merupaka n
langka h lanjuta n dari hasi l penilaia n pra operasi khususnya anestesi untu k
mempersiapka n pasie n bai k secara psikis maupu n fisi k, sehingga pasie n sia p
da n optima l untu k tindaka n. Mangku, 2010). Tujua n pra anestesi:
1. Untu k mengetahui kondisi fisi k pasie n sebelu m pembedaha n.
2. Mengetahui da n menganalisis mode l bisnis.
3. Pili h jenis/tekni k anestesi yang sesuai.
4. Memprediksi kemungkina n komplikasi selama atau setela h operasi.
5. Siapka n obat/peralata n untu k mengantisipasi komplikasi.
Dala m ha l operasi elektif, penilaia n pra-anestesi dilakuka n beberapa hari
sebelu m operasi. Selanjutnya dilakuka n asesme n ulang sehari sebelu m
operasi, dilanjutka n asesme n ulang pada pagi hari sebelu m klie n dibawa ke
ruang operasi, da n asesme n akhir dilakuka n di ruang praoperasi. atau IBS
26

untu k mengetahui kondisi fisi k berdasarka n America n Society of


Anesthesiologists (ASA). Dala m kasus beda h darurat, evaluasi dilakuka n
secara parale l di ruang persiapa n beda h darurat (IRD), karena waktu yang
dihabiska n untu k evaluasi sangat terbatas, da n informasi pasie n sering tida k
akurat. Persiapa n Anestesi Ruma h Sakit :
a. Persiapa n Psikologis
1) Jelaska n kepada pasie n da n keluarga agar memahami rencana
anestesi da n pembedaha n, agar pasie n da n keluarga tenang.
2) Memberika n sedasi pada klie n yang mengalami stres berat atau yang
tida k kooperatif, misalnya pasie n ana k (kolaboratif).
3) Pemberia n sedasi dapat dilakuka n secara ora l pada waktu tidur da n
pada pagi hari 60-90 menit, terutama pada pasie n ana k pada pagi
hari sebelu m IBS (kombinasi).
b. Persiapa n Fisi k
1) Hentika n kebiasaa n seperti meroko k, minu m alkoho l da n obat-
obata n tertentu setidaknya dua minggu sebelu m anestesi.
2) Janga n memakai prosteti k atau aksesori.
3) Janga n gunaka n cat kuku atau cat bibir.
4) Progra m puasa untu k pengosonga n lambung, yang dapat dilakuka n
menurut atura n yang diuraika n di atas.
5) Klie n dimandika n pada pagi hari sebelu m masu k kamar operasi,
pakaia n diganti menjadi pakaia n khusus kamar operasi, da n bila
perlu klie n diberi labe l.
c. Pemeriksaa n fisik
Pemeriksaa n fisi k pasie n yang menjalani pembedaha n da n anestesi
(Mangku, 2010) sebagai berikut:
1) Kaji atau ukur status saat ini: Kesadara n, frekuensi pernapasa n,
tekana n dara h, nadi, suhu tubu h, berat bada n da n tinggi bada n untu 
k menilai status gizi pasie n.

2) Pemeriksaa n fisi k umu m, meliputi pemeriksaa n fisik:


27

a. Psikis: agitasi, kecemasa n, ketakuta n atau rasa sakit.


b. Saraf (ota k, sumsu m tulang belakang da n saraf tepi).
c. Pernafasa n.
d. hemodinami k.
e. Penyakit dara h.
f. gastrointestina l.
g. hepatobilier
h. Genitourinari da n salura n kemih
i. Metabolisme da n endokri n.
j. Otot rangka.
k. Integume n.
1. Menulis surat persetujua n tindaka n medis.
Klie n dewasa yang sadar dapat melakukannya sendiri denga n menandatangani
formulir yang suda h ada di reka m medis da n di hadapa n kepala bagia n
tempat klie n dirawat, sedangka n untu k bayi/anak/orang tua atau klie n tida k
sadar. ditandatangani ole h sala h satu keluarga penanggung jawab da n juga
disaksika n ole h petugas ruma h sakit (Mangku, 2010).
2. Persiapa n khusus lainnya sebelu m anestesi
Jika diangga p perlu, koreksi kelaina n sistemi k yang ditemuka n selama
evaluasi pra operasi seperti transfusi dara h, dialisis, terapi fisi k da n tindaka n
lai n dapat diambi l sesuai denga n prosedur standar untu k pengelolaa n
penyakit klie n individu.
2.4 Konsep Anestesi Spinal
2.4.1 Pengertian
Anestesi spina l adala h penyuntika n anestesi ke dala m rongga
intramedullary, langsung ke dala m caira n serebrospina l di sekitar daera h
lumba l di bawa h tingkat L1 / 2 di mana sumsu m tulang belakang
berakhir. Anestesi spina l adala h anestesi yang diberika n pada pasie n dala 
m keadaa n sadar untu k menghilangka n konduksi pada ujung saraf sensori 
k atau serabut pada bagia n tubu h tertentu (Rochima h, et a l, 2011).
2.4.2 Tujuan Anestesi Spinal
28

Anestesi Menurut Sjamsuhidayat & De Jong 2010 Anestesi Spina l Dapat


Digunaka n Untu k Prosedur Pembedaha n, Persalina n, Penatalaksanaa n
Nyeri Akut da n Kronis
2.4.3 Indikasi Anestesi Spinal
Menurut Keat, dk k dala m 2013, indikasi anestesi spina l menyangkut
prosedur pembedaha n di bawa h umbilikus. Pembedaha n di bawa h
anestesi spina l disebabka n ole h traksi berbagai struktur, terutama struktur
rongga perut. Reaksi ini dapat dihindari denga n memberika n dosis keci l
0,5 mg / kg alkoho l inhalasi da n oksida nitrat.
2.4.4 Indikasi spinal anestesi
Menurut Keat et a l. (2013) indikasi anestesi spina l adala h untu k
operasi di bawa h umbilikus.
2.4.5 Kontraindikasi anestesi spina l
Menurut Sjamsuhidayat & De Jong tahu n 2010, anestesi regiona l seperti
anestesi spina l tida k bole h digunaka n pada kondisi hipovolemi k karena
dapat menyebabka n hipotensi berat. Kemungkina n komplikasi anestesi
spina l menurut Sjamsuhidayat & De Jong 2010, adalah:
a) Hipotensi, terutama jika pasie n tida k cuku p rehidrasi
b) Blo k saraf tulang belakang yang tinggi, berupa kelumpuha n
pernapasa n da n membutuhka n pernapasa n da n bantua n salura n
pernapasa n
c) Sakit kepala setela h pungsi lumba l, yang tergantung pada diameter
da n bentu k jaru m pungsi lumba l
2.4.6 Anestesi spinal
Lidokai n, bupivakai n da n tetrakai n adala h anestesi loka l utama yang
digunaka n untu k blo k spina l . Lidokai n efektif selama 1 ja m, sedangka n
bupivakai n da n tetrakai n efektif selama 2 sampai 4 ja m (Reeder, S.,
2011).
Berikut ini uraia n tentang anestesi spina l :
a) Lidokai n
1. Onset aksi: cepat
29

2. Dosis maksimum: 35 mg / kg
3. Durasi aksi; Pende k 60 180 menit tergantung penggunaa n
4. Efe k samping: kardiotoksisitas lebi h renda h daripada bupivakai n
5. Metabolisme: di hati dealkilasi kemudia n dihidrolisis untu k
menghasilka n metabolit yang diekskresika n dala m air Lidokai n uri n
sangat umu m da n digunaka n
Lidokai n sangat umu m da n digunaka n untu k blo k saraf, infiltrasi
vena da n anestesi regiona l serta loka l, epidura l da n epidura l. Namu n,
ini adala h obat antiaritmia Kelas 1B da n dapat digunaka n untu k
mengobati takikardia.
b) Bupivakai n
1. Awita n kerja: blo k saraf 40 menit, epidura l 1520 menit,
intrakavitas 30 deti k
2.
Lama kerja: blo k saraf hingga 24 jam; epidura l 34 jam; 23 ja m
3. Efe k samping: lebi h mungki n menyebabka n toksisitas jantung
berupa hipotensi dibandingka n anestesi loka l lainnya
4. Eliminasi: Dealkilasi untu k pipecolyoxylidine da n metabolit
lainnya diekskresika n dala m uri n Bupivacaine biasanya digunaka n
untu k anestesi spina l. Penggunaa n bupivacaine secara teratur
memungkinkannya untu k bergera k ke atas atau ke bawa h, yang dapat
menyebabka n peningkata n kemaceta n yang memengaruhi fungsi
pernapasa n da n kardiovaskular. Jika dekstrosa ditambahka n, itu
menjadi berat da n dapat diprediksi mengalir ke tulang belakang, hanya
mempengaruhi saraf yang tida k penting. Solusi sederhana mungki n
kurang menyebabka n hipotensi, tetapi pasie n harus terlentang (Keat et
a l., 2013)
c) Tetracaine Tetracaine (pantocaine)
a long-acting, ester amino multi-pate n secara signifika n lebi h lama da 
n memiliki durasi yang lebi h lama dari daripada anestesi loka l tipe
ester lai n yang umu m digunaka n. Obat ini banya k digunaka n dala m
30

anestesi spina l di mana durasi kerja yang lama diperluka n. Tetracaine


juga ditambahka n ke beberapa preparat anestesi topika l. Tetracaine
jarang digunaka n pada blo k saraf perifer karena dosisnya yang tinggi,
onset yang lambat, da n potensi toksisitas yang tinggi (Brunto n et a l.,
2011).

2.5 Penelitian Terkait


Tabe l 2.1 penelitia n terkait
No Peneliti Judul Metode Variabel Hasil

1 Dwi Astuti, Pengaruh one group Pemberian Ada


Ummi Kulsum Pemberian pre and Informed pengaruh antara
Informed Consent postest Consent informed
Terhadap design. Terhadap consent terhadap
Kecemasan Pada Kecemasan kecemasan pada
Pasien Pre Operasi pasien pre
Sectio Caesarea operasi Sectio
Caesarea

2 Sulastri, Arif Pengaruh Pra Pengaruh Ada Pengaruh


Eko Trilianto, Komunikasi Eksperimen Komunikasi Komunikasi
Yunely Terapeutik Terapeutik Terapeutik
Ermaneti Perawat terhadap Perawat Perawat terhadap
Tingkat Tingkat
Kecemasan pada Kecemasan pada
Pasien Pre Operasi Pasien Pre
Operasi

3 El Rahmayati, Pengaruh Pengaruh Ada Pengaruh


Ruth Novelina Dukungan Spritual one group Dukungan Dukungan
Silaban, Siti terhadap Tingkat pretest- Spritual Spritual terhadap
Fatonah Kecemasan pada posttest, terhadap Tingkat
Pasien Pre-Operasi Tingkat Kecemasan pada
Kecemasan Pasien Pre-
Operasi

2.6 Kerangka Teori


Berdasarka n uraia n yang tela h dikemukaka n diatas maka kerangka teoritis
dala m penelitia n ini dapat digambarka n sebagai berikut:

Tingkat Kecemasan:

Tidak cemas
Ringan
Sedang
Berat
BeratSekali
31

Kecemasan Tahap Orientasi/Perkenalan

PencetusKecemasan
1. Usia
2. Pengalaman

3. Konse p diri da n peran

Gambar 2.1 Kerangka teori

Sumber : Kapla n da n Sadock(2010) (Zarea et a l., 2014; Alishahi et a 


l., 2017) ,Stuart and Sundee n (2007)

2.7 Kerangka konsep


Kerangka konse p penelitia n pada dasarnya adala h kerangka hubunga n
antara konsep-konse p yang ingi n diamati atau diukur melalui penelitian-
peneliia n yang dilakuka n.

Variabe l independent Variabe l depende n

Perkenala n anggota tim Kecemasa n

Gambar 2.2 Kerangka konsep


32

2.8 Hipotesis
Ha : Ada pengaru h perkenala n anggota ti m perawat Pada Pasie n
Operasi Sebelu m Denga n Pembiusa n Spina l Terhada p
Penuruna n Tingkat Kecemasa n Pasie n Dikamar Operasi Ruma 
h Sakit Mardi Waluyo.
33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metodologi Penelitian


Dala m penelitia n ini menggunaka n pre eksperiment denga n one grou p
pretest yaitu desai n ini menunjukka n hubunga n sebab akibat denga n
melibatka n sekelompo k subje k. Kelompo k subje k ini diamati sebelu m
intervensi da n kemudia n diamati lagi setela h intervensi (Nursala m, 2016).
Desai n penelitia n ini adala h penelitia n kuantitatif denga n menggunaka n pre
eksperiment. Penelitia n eksperiment merupaka n suatu penelitia n yang
melakuka n kegiata n percobaa n atau treatment untu k menemuka n suatu
gejala yang terjadi sebagai akibat dari suatu perlakua n atau pengalama n
tertentu (Arikunto, 2011).
pre- Treatment post-test
test
O1 X O2
Gambar 3.1 one grou p pretest postest
Keteranga n :

X = Treatment yang diberika n perkenala n ti m perawat

O1 = Nilai pre-test kecemasa n (Sebelu m diberika n perlakuan)

O2 = Nilai post-test Kecemasan(Sesuda h diberika n perlakuan)


3.2 Waktu dan tempat penelitian
3.2.1 Waktu
Penelitia n dilaksanaka n pada tangga l 1-22 juli 2021
3.2.2 Tempat

Tempat pelaksanaa n penelitia n ini di ruang operasi Ruma h Sakit Mardi


Waluyo Metro. Penelitia n ini di fokuska n di dala m kamar operasi.
34

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi

Populasi adala h setia p subye k (misalnya manusia atau pasien) yang


memenuhi kriteria yang tela h ditentuka n (Nursala m, 2011). Populasi pada
penelitia n tangga l 1-22 juli 2021 yaitu 65 pasie n da n jumla h perawat
kamar operasi sebanya k 27 perawat.
3.3.2 Sampel

Sampe l terdiri atas bagia n populasi terjangkau yang dapat dipergunaka n


sebagai subje k penelitia n melalui sampling (Nursala m, 2016). Adapu n
tekni k sampling yang dipakai dala m penelitia n ini adala h tekni k
accidenta l sampling. Dimana tekni k accidenta l sampling yaitu tekni k
sampling yang dilakuka n denga n mengambi l responde n yang kebetula n
ada atau tersedia (Notoatmodjo, 2010). Sampe l penelitia n ini adala h 20
responde n ditangga l 1-22 juli 2021 . Denga n perhitunga n sampe l
menggunaka n rumus solvi n :
N
n=
1+ N .5 %

65
n=
1+65 x 5 %

n=¿19,6 (pembulata n 20)

n : Jumla h sampel
 N : Seluru h anggota populasi
5% : ketidaktelitia n karena kesalaha n pengambila n sampe l yang dapat
ditolerir
3.4 Variabel Penelitian
3.4.1 Variabe l independen
Variabe l independe n adala h variabe l yang dapat mempengaruhi variabe l
lai n (Nursala m, 2013). Dala m penelitia n ini variabe l independe n yaitu
perkenala n anggota ti m perawat.
35

3.4.2 Variabe l depende n atau terikat


Variabe l depende n adala h variabe l yang nilainya ditentuka n ole h variabe 
l lai n (Nursala m, 2013). Dala m penelitia n ini variabe l depende n adala h
kecemasa n.

3.5 Definisi Operasional


Definisi operasiona l adala h definisi berdasarka n karakteristi k yang diamati
dari sesuatu yang didefinisika n tersebut. (Nursala m, 2017).

Tabe l 3.2 Definisi Operasiona l Pengaru h perkenala n anggota ti m perawat


terhada p penuruna n kecemasa n pasien
N Variavel Definisi Parameter Alat Kategori Skala
o Operasional Ukur
1 Variabel tahap dimana Pasien Kuison - -
independe perawat pertama mengenal er
n : kali bertemu perawat
perkenala dengan pasien.
n anggota
tim
perawat
2 Variabel Kecemasan Respon Kuesio setiap item  Ordi
dependen: adalah terhadap ner mempunyai nal
kecemasa kekhawatiran kecemasan APAIS nilai 1 – 5 dan
n yang tidak jelas : Setiap
dan menyebar 1.Respon jawaban
yang berkaitan fisiologis yaitu :
dengan perasaan 2.Respon 1 = tidak;
tidak pasti dan psikologis 2= ringan;
tidak berdaya 3 = sedang;
4=berat;
5=panik.

3.6 Etika Penelitian


3.6.1 Informed consent
Informed consent merupaka n bentu k persetujua n antara penelitia n denga 
n reponde n. Informed consent tersebut diberika n sebelu m penelitia n
dilakuka n denga n memberika n lembar persetujua n untu k menjadi
responde n. Informed consent adala h agar subje k mengerti maksud da n
tujua n penelitia n, mengetahui dampaknya.
36

3.6.2 Confidentiality (kerahasiaan)


Masala h ini merupaka n masala h etika denga n memberika n jamina n
kerahasia n hasi l penelitia n, bai k informasi maupu n masalah-masala h
lainnya. (Hidayat, 2014).

3.6.3 Anonimity (tanpa nama)


Masala h etika merupaka n masala h yang memberika n jamina n dala m
pengunaa n subje k penelitia n denga n cara tida k memberika n atau
mencantumka n nama. Responde n pada lembar alat ukur da n hanya
menuliska n kode pada lembar pengumpula n data atau hasi l penelitia n
yang aka n disajika n.

3.7 Pengumpulan Data


3.7.1 Instrumen (Alat ukur)
Instrument penelitia n adala h alat atau fasilitas yang digunaka n ole h
peneliti dala m mengumpulka n data agar pekerjaannya lebi h muda h da n
hasilnya lebi h bai k (cermat, lengka p, da n sistematis) sehingga lebi h
muda h diola h (Nursala m, 2011). Instrume n yang digunaka n dala m
penelitia n ini adala h kuesioner. diukur denga n skala APAIS (Amsterda m
Preoperative Anxiety and Informatio n Scale)Pada jenis pengukura n ini
peneliti mengumpulka n data secara forma l kepada subje k untu k
menjawab pertanyaa n secara tertulis da n subje k menjawab secara bebas
tentang sejumla h pertanyaa n yang diajuka n ole h peneliti. peneliti tida k
melakuka n uji validitas da n uji reabilitas untu k kuisoner. Instrume n
APAIS yang dibuat ole h Moerma n tahu n 1995 yang disusu n dimodifikasi
ole h Perdana dk k. (2015) pada 102 pasie n pre operasi untu k mengukur
gejala kecemasa n pre operasi da n tela h diterjemahka n.

3.7.2 Uji validitas


Uji validitas merupaka n suatu indeks yang menunjukka n alat ukur itu
benar-benar mengukur apa yang diukur (Saryono, 2011). Untu k menilai
valid tidaknya kuesioner maka nilai r hitung > r table (nilai r hitung lebi h
besar dari r tabel) maka dapat dikataka n bahwa ite m pertanyaa n yang
37

digunaka n adala h valid. Dimana uji validitas sangat diperluka n dala m


menentuka n apaka h instrument bisa digunaka n da n uji validitas ini
berdasarka n data yang diperole h dari reponde n, denga n hasi l uji validitas
yaitu valid 100% denga n jumla h 6 soa l. Kuesioner tersebut memiliki nilai
uji validitas dala m rentang r =0,481-0,712 . sehingga kuisoner ini valid.

3.7.3 Uji reabilitas


Uji reabilitas digunaka n untu k mengetahui sampai sejau h mana suatu
hasi l pengukura n relative konsistensi apabila pengukura n dilakuka n dua
kali atau lebi h. Denga n kata lai n, reabilitas menunjukka n konsistensi
suatu alat ukur dala m mengukur gejala yang sama. Untu k mengetahui
reabilitas kuesioner, penelitia n ini menggunaka n pendekata n pengukura n
reabilitas konsistensi interna l denga n menghitung koefisie n alpha.
Koefisie n alpha ini berkisar antara 0-1. Suatu variabe l dikataka n
reabilitas jika memberika n nilai cronbac h alpha >0,6. Da n nilai
Corconbac h alpha sebesar 0,825 sehingga kuesioner ini dinyataka n
reliabe l. Dapat disimpulka n bahwa instrument penelitia n yang digunaka n
untu k mengukur variabe l diatas dapat dikataka n reliabe l.

3.8 Pengolahan Data


3.8.1 Editing
Langka h ini untu k mengantisipasi kesalahan-kesalaha n dari data yang
tela h dikumpulka n juga memonitoring janga n sampai terjadi kekosonga n
dari data yang dibutuhka n. Editing merupaka n kegiata n untu k pengeceka 
n da n perbaika n isi formulir atau kuesioner.

3.8.2 Coding
Denga n cara member kode pada responde n untu k mempermuda h
penngolaha n data selanjutnya.

3.8.3 Scoring
Proses penilaia n jawaba n responden/ scoring merupaka n pemberia n skor
pada semua variabe l terutama data klasifikasi untu k mempermuda h dala 
38

m pengolaha n da n pemberia n skor. Skor untu k hasi l pengukura n


ditentuka n berdasarka n nilai diantaranya :

1. 7-9 : Normal
2. 8-9 : Ringan
3. 10-14 : Sedang
4. 15-19: Berat
5. 20 : Sangat berat

3.8.4 Tabulating
Setela h dikategorika n data dimasukka n dala m tabe l distribusi frekuensi
untu k menginterprestasika n karakteristi k dari variabe l tersebut.

3.9 Analisa Data


3.9.1 Analisa univariat
Analisa univariat bertujua n untu k menjelaska n atau mendeskripsika n
setia p variabe l penelitia n. Pada umumnya dala m analisis ini hanya
menghasilka n distribusi data da n persentase dari setia p variabe l
(Notoatmojo, 2010).

3.9.2 Analisa bivariat


Analisa bivariat digunaka n untu k mengetahui keerata n hubunga n variabe 
l bebas denga n variabe l terikat (Notoatmojo, 2010). Dala m penelitia n ini
dilakuka n uji statistic denga n metode analisa T-tset dimana untu k
menganalisis perbedaa n dua variabe l depende n sebelu m da n sesuda h
perlakua n denga n tingkat signifika n yang digunaka n adala h ≤0,05.
Kriteria dala m pengambila n keputusa n hasi l uji statisti k ini antara lai n :

1. Bila  p ≤ 0,05 artinya H0 ditola k da n Ha diterima maka Ada pengaru h


perkenala n anggota ti m perawat Pada Pasie n Operasi Sebelu m Denga 
n Pembiusa n Spina l Terhada p Penuruna n Tingkat Kecemasa n Pasie 
n Dikamar Operasi Ruma h Sakit Mardi Waluyo.
41

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini aka n disajika n hasi l penelitia n da n pembahasa n pengaru h
perkenala n anggota ti m perawat pada pasie n operasi sebelu m denga n pembiusa n
spina l terhada p penuruna n tingkat kecemasa n pasie n dikamar operasi ruma h
sakit mardi waluyo metro pada tangga l 1 Juli – 22 juli 2021
4.1 Hasil penelitian
Hasi l penelitia n meliputi gambara n umu m lokasi penelitia n, data umu m da n
data khusus. Data umu m yang terdiri dari umur, jenis kelami n,jenis operasi
da n pengalama n operasi di Ruma h sakit. Sedangka n data khusus meliputi
kecemasa n sebelu m perkenala n anggota ti m perawat pada pasie n operasi
denga n pembiusa n spina l (pre), perubaha n kecemasa n akibat perkenala n
anggota ti m perawat pada pasie n operasi denga n pembiusa n spina l (post),
da n pengaru h perkenala n anggota ti m perawat pada pasie n operasi sebelu m
denga n pembiusa n spina l terhada p penuruna n tingkat kecemasa n pasie n
dikamar operasi
4.1.1 Gambaran umum lokasi penelitian
Penelitia n ini dilakuka n di RS Mardi Waluyo Metro yang terleta k di jala n
jendera l Sudirma n No. 156 kota Metro. ini merupaka n ruma h sakit
yayasa n, di dala m lingku p Yayasa n Kriste n Untu k Umu m (YAKKUM) .
Ruma h Sakit Mardi Waluyo berdiri pada tangga l 6 Juni 1950, memulai
pelayananya dari Balai Pengobata n da n Balai Pemeriksaa n Ibu da n Ana k,
saat ini suda h menjadi ruma h sakit Tipe C yang terakreditasi ole h Komite
Akreditasi Ruma h Sakit (KARS). Selai n sarana da n prasarana yang
lengka p da n moder n, ruma h sakit ini juga dilengkapi denga n dokter yang
berpengalama n di bidangnya untu k menjami n kesehata n da n keselamata 
n pasie n.
42

Ruma h Sakit Mardi Waluyo memiliki 2 (dua) klini k cabang yaitu Klini k
Rawat Ina p Pratama Mardi Waluyo Kotagaja h Kabupate n Lampung
Tenga h da n Klini k Rawat Ina p Pratama Mardi Waluo Gunung Pasir Jaya
Kabupate n Lampung Timur.

Dala m ha l ini tugas da n fungsi Ruma h Sakit Mardi Waluyo dapat
dijabarka n sebagai berikut:
a. Penyelenggaraa n pelayana n medis.
b. Penyelenggaraa n pelayana n asuha n keperawata n da n kebidana n.
c. Penyelenggaraa n pelayana n penunjang medis.
d. Penyelenggaraa n pelayana n rujuka n.
e. Penyelenggaraa n pendidika n da n latiha n tenaga kesehata n.
f. Penyelenggaraa n adiministrasi umu m da n keuanga n.
g. Penyelenggaraa n pelayana n pastora l da n diakonia.
h. Penyelenggaraa n pelayana n ekstramura l.
i. Penyelenggaraa n pelayana n homecare.

Kamar operasi Ruma h Sakit Mardi Waluyo memiliki fasilitas yang terdiri
dari :
a. 5 kamar operasi
b. 1 ruang puli h sadar (Recovery room) denga n kapasitas 5 pasie n
denga n stracher
c. Ruang pre Operasi (ruang persiapa n operasi) denga n kapasitas 5
tempat tidur denga n stracher da n televisi
d. Ruang UPS (Unit Pusat Sterilisasi)
Kamar operasi Ruma h Sakit Mardi Waluyo memiliki sumber daya
manusia yang terdiri dari :
a. 18 perawat beda h
b. 9 perawat anestesi
c. 2 perawat da n 1 bida n pre operasi
d. 1 perawat kontro l alat steril
4.1.2 Data umum
43

Berdasarka n penelitia n yang dilakuka n pada 1 Juli – 22 juli 2021 di


kamar operasi diperole h data sebagai berikut:
a. Karakteristik responden berdasarkan usia
Tabe l 4.1 Distribusi frekuensi responde n berdasarka n usia di
kamar operasi RS Mardi Waluyo Metro
Usia Frekuensi Presentase (%)

21-30 6 30

31-40 8 40

41-50 3 15

51-60 3 15

Total 20 100

Berdasarka n Tabe l 4.1 menunjuka n bahwa responde n di kamar operasi RS


Mardi Waluyo Metro sebagia n besar di rentang usia 21-30 tahu n 6 responde n
(30%) da n rentang 31-40 tahu n 8 responde n (40%). Menunjuka n bahwa usia
mempengaruhi kecemasa n pada responde n.

b. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Tabe l 4.2 Distribusi frekuensi responde n berdasarka n jenis kelami n di


kamar operasi RS Mardi Waluyo Metro
Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)

laki-laki 8 40

Permpuan 12 60

Total 20 100

Berdasarka n Tabe l 4.2 menunjuka n bahwa responde n kamar operasi


RS Mardi Waluyo Metro sebagia n besar berjenis kelami n laki-laki
berjumla h 8 orang (40%) da n perempua n 12 orang (60%). Ini
menunjuka n bahwa jenis kelami n perempua n lebi h banya k yang
mengalami kecemasa n.

c. Karakteristik responden berdasarkan jenis operasi di rumah


44

sakit

Tabe l 4.3 Distribusi frekuensi responde n berdasarka n pengalama n


kamar operasi RS Mardi Waluyo Metro
Jenis operasi Frekuensi Presentase (%)

Kista belakang lutut 1 5

Operasi prostat 1 5

Operasi luka infeksi kencing 5 25


manis

Operasi Hernia 8 40

Operasi melahirkan 2 10

Tumor bua h zakar 1 5

Pembesara n salura n dara h bua  2 10


h zakar

Total 20 100

Berdasarka n Tabe l 4.3 menunjuka n bahwa responde n kamar operasi


RS Mardi Waluyo Metro sebagia n operasi hernia berjumla h 8 orang
(40%) da n Operasi luka infeksi kencing manis 25%
d. Karakteristik responden berdasarkan pengalaman operasi di
rumah sakit
Tabe l 4.4 Karakteristi k responde n berdasarka n pengalama n operasi
di ruma h sakit
Pengalaman Frekuensi Presentase (%)

0 kali 13 65

1 kali 6 30

2 kali 1 5

Total 20 100

Berdasarka n Tabe l 4.4 menunjuka n bahwa responde n di kamar


operasi RS Mardi Waluyo Metro hampir seluruhnya sebelumnya tida 
k mempunyai pengalama n operasi berjumla h 13 orang (65 %),
pengalama n 1 kali 6 responde n (30%) da n 2 kali 1 responde n (5%).

4.1.3 Data khusus


45

Pada data khusus aka n berisi tingkat kecemasa n sebelu m da n sesuda 
h perkenala n anggota ti m perawat pada pasie n operasi denga n
pembiusa n spina l pada responde n yang aka n menjalani operasi di
kamar operasi RS Mardi Waluyo Metro.
a. Tingkat Kecemasan sebelum perkenalan anggota tim perawat
Distribusi frekuensi tingkat kecemasa n sebelu m perkenala n
anggota ti m perawat pada pasie n operasi denga n pembiusa n spina 
l di kamar operasi RS Mardi Waluyo Metro.
Tabe l 4.5 Distribusi frekuensi tingkat kecemasa n sebelu m
perkenala n anggota ti m perawat
Tingkat kecemasan Frekuensi Presentase (%) Mean

kecemasa n berat 13 65
23.95
kecemasa n berat sekali/panic 7 35

Total 20 100

Berdasarka n Tabe l 4.5 menunjuka n bahwa responde n di kamar operasi


RS Mardi Waluyo Metro lebi h dari banya k mengalami kecemasa n berat
berjumla h 13 responde n (65 %). Denga n nilai rata-rata 23.95.
b. Tingkat Kecemasan sesudah perkenalan anggota tim perawat

Distribusi frekuensi tingkat kecemasa n sesuda h perkenala n anggota


ti m perawat pada pasie n operasi denga n pembiusa n spina l di kamar
operasi RS Mardi Waluyo Metro
Tabe l 4.6 Distribusi frekuensi tingkat kecemasa n sesuda h perkenala n
anggota ti m perawat
Tingkat kecemasan Frekuensi Presentase (%) Mean

kecemasa n ringan 6 30
13.25
kecemasa n sedang 14 70

Total 20 100

Berdasarka n Tabe l 4.6 menunjuka n bahwa sesuda h perkenala n


anggota ti m perawat pada pasie n operasi denga n pembiusa n spina l,
responde n di kamar operasi RS Mardi Waluyo Metro lebi h dari
46

setengahnya mengalami kecemasa n sedang yaitu berjumla h 14


responde n (70 %). Denga n nilai rata-rata 23.95.
c. Pengaruh perkenalan anggota tim perawat pada pasien operasi
dengan pembiusan spinal terhadap penurunan kecemasan

Tabe l 4.7 Tingkat Kecemasa n sebelu m da n sesuda h perkenala n


anggota ti m perawat
Tingkat kecemasan N Mean SD t (df) P

Sebelu m Intervensi 20 23.95 2.585


18.141(19) .000
Sesuda h Intervensi 20 13.25 1.650

Pada tabe l 4.7 Rata-rata kecemasa n sebelu m perkenala n anggota ti m


perawat pada pasie n operasi sebelu m denga n pembiusa n spina l adala h
23.95 denga n strandar deviasi 2.585, sedangka n rata-rata kecemasa n
pasie n setela h perkenala n anggota ti m perawat pada pasie n operasi
sebelu m denga n pembiusa n spina l adala h 13.25 denga n standar deviasi
1.650. Terlihat nilai rata-rata mengalami penuruna n setela h perkenala n
anggota ti m perawat pada pasie n operasi sebelu m denga n pembiusa n
spina l. Hasi l uji statisti k menunjukka n bahwa nilai P= 0,000 artinya
ada penuruna n rata- rata kecemasa n sesuda h dibandingka n denga n
sebelu m dilakuka n perkenala n anggota ti m perawat pada pasie n operasi
sebelu m denga n pembiusa n spina l.

Hasi l uji statisti k denga n analisa t-test diperole h angka signifika n atau
nilai probabilitas (0,000) jau h lebi h renda h standart signifika n dari 0,05
atau ( p < α ), maka Bila  p < 0,05 artinya H0 ditola k da n Ha diterima
maka Ada pengaru h perkenala n anggota ti m perawat Pada Pasie n
Operasi Sebelu m tindaka n pembiusa n spina l terhada p penuruna n
tingkat kecemasa n pasie n dikamar operasi ruma h sakit Mardi Waluyo.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Karakteristik responden berdasarkan usia
Feist (2009) mengungkapka n bahwa semaki n bertambahnya usia,
47

kematanga n psikologi individu semaki n bai k, artinya semaki n matang


psikologi seseorang maka aka n semaki n bai k pula adaptasi terhada p
kecemasa n.

Yang mempengaruhi kecemasa n menurut Kapla n da n Sadoc k (2010)


ganggua n kecemasa n dapat terjadi pada semua usia, lebi h sering pada
usia dewasa,sebagia n besar kecemasa n terjadi pada usia 21 – 45 tahu n.
spasie n menjalani pengobata n (operasi) Pengalama n awa l pasie n
dalampengobata n merupaka n pengalama n – pengalama n yang sangat
berharga yang terjadi pada individu terutama untu k masa – masa yang
aka n datang.
Ha l ini sesuai dari hasi l penelitia n menunjuka n bahwa pengalama n
pasie n faktor usia da n jenis kelami n juga mempengaruhi menunjuka n
bahwa responde n di kamar operasi RS Mardi Waluyo Metro sebagia n
besar di rentang usia 21-30 tahu n 6 responde n (30%) da n rentang 31-
40 tahu n 8 responde n (40%). Ini membuktika n bahwa kematanga n
psikologi seseorang dala m menghadapi respo n kecemasa n juga di
pengaruhi ole h usia
.
Menurut peneliti usia lebi h muda sangat mempengaruhi tingkat
kecemasa n pasie n yang aka n operasi. Yang ditandai denga n tingginya
persentase jumla h esponde n usia muda yang lebi h banya k dibanding
usia > 40 tahu n.
4.2.2 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Menurut Kapla n da n Sadoc k (2010) yang mempengaruhi kecemasa n
dapat terjadi pada lebi h banya k pada wanita .

Hasi l penelitia n menujuka n bahwa responde n kamar operasi RS


Mardi Waluyo Metro sebagia n besar berjenis kelami n laki-laki
berjumla h 8 orang (40%) da n perempua n 12 orang (60%). Ini
menunjuka n bahwa jenis kelami n perempua n lebi h banya k yang
48

mengalami kecemasa n.
Ha l ini sesuai denga n teori bahwa jenis kelami n wanita lebi h
mempengaruhi tingi angka kecemasa n yang di alami ole h responde n
saat berada di dala m kamar operasi.

4.2.3 Karakteristik responden berdasarkan jenis operasi di rumah sakit


Menurut Kapla n da n Sadoc k (2010) terjadinya gejala kecemasa n
yang berhubunga n denga n kondisi medis sering ditemuka n walaupu n
insidensi ganggua n bervariasi untu k masing – masing kondisi medis,
misalnya : pada pasie n sesuai hasi l pemeriksaa n aka n mendapatka n
diagnosa pembedaha n, ha l ini aka n mempengaruhi tingkat kecemasa n
pasie n. Sebaliknya pada pasie n denga n diagnosa bai k tida k terlalu
mempengaruhi tingkat kecemasa n.
Hasi l penlitia n menunjuka n bahwa responde n kamar operasi RS Mardi
Waluyo Metro sebagia n operasi hernia berjumla h 8 orang (40%) da n
Operasi luka infeksi kencing manis 25%

Menurut peneliti operasi hernia da n Operasi luka infeksi kencing


manis mempengaruhi tingkat kecemasa n pasie n yang aka n menjalani
operasi, kemungkina n karena proses penanama n impant pada pasie n
operasi hernia da n proses pemuliha n luka operasi infeksi kencing
manis yang cuku p lama yang suda h dijelaska n ole h dokter
penanggungjawab sebelu m operasi.
4.2.4 Karakteristik responden berdasarkan pengalaman operasi di
rumah sakit
Menurut Kapla n da n Sadoc k (2010) pengalama n awa l ini sebagai
bagia n penting da n bahka n sangat menentuka n bagi kondisi menta l
individu di kemudia n hari. Apabila pengalama n individu tentang
anestesi kurang, maka cenderung mempengaruhi peningkata n
kecemasa n saat menghadapi tindaka n anestesi.
49

Hasi l penelitia n menunjuka n bahwa responde n di kamar operasi RS


Mardi Waluyo Metro hampir seluruhnya sebelumnya tida k
mempunyai pengalama n operasi berjumla h 13 orang (65 %),
pengalama n 1 kali 6 responde n (30%) da n 2 kali 1 responde n (5%).

Menurut peneliti pengalama n pasie n mempengaruhi tingkat kecemasa 


n pasie n yang suda h berada di dala m kamar operasi. Ha l ini di dukung
13 responde n (65%) tida k mempunyai pengalama n operasi.
Sedangaka n sisanya suda h mempunyai pengalama n operasi.

4.2.5 Tingkat kecemasan sebelum perkenalan anggota tim perawat Pada


Pasien Operasi Sebelum tindakan Pembiusan Spinal di Rumah
Sakit Mardi Waluyo Metro
Berdasarka n teori potter & Perry, 2005 ( dala m dk k, 2017)
kecemasa n yang dirasaka n pasie n dikaitka n denga n perasaa n takut
terhada p prosedur asing yang aka n dijalani, penyuntika n, nyeri luka
post operasi, menjadi bergantung pada orang lai n bahka n ancama n
kematia n akibat prosedur pembedaha n da n tindaka n pembiusa n,
termasu k timbulnya kecacata n atau kematia n.

Kemudia n responde n kamar operasi RS Mardi Waluyo Metro jenis


kelami n laki-laki berjumla h 8 orang (40%) da n perempua n 12 orang
(60%). Ini membuktika n bahwa jenis kelami n juga mempunyai
pengaru h dala m tingkat kecemasa n. Perempua n lebi h renta n
mengalami kecemasa n saat di dala m kamar operasi.

Menurut penelitia n ini menjadi dasar tingginya tingkat kecemasa n


pasie n. Jenis operasi yang dialami ole h responde n di kamar operasi RS
Mardi Waluyo Metro sebagia n operasi HI L (Hernia Inguinalis
Lateral) berjumla h 8 orang (40%) da n 5 orang (25%) operasi
debridement pedis ini menunjuka n jenis operasi juga mempunyai
50

pengaru h dala m peningkata n kecemasa n pasie n.

bahwa responde n di kamar operasi RS Mardi Waluyo Metro hampir


seluruhnya sebelumnya tida k mempunyai pengalama n operasi
berjumla h 13 orang (65 %). Semaki n tida k adanya pengalama n
responde n terhada p tindaka n operasi juga meningkatka n kecemasa n
responde n.

Ha l ini di didukung dari penelitia n Septiana (2018) tentang analisa


faktor-faktor terhada p tingkat kecemasa n pasie n yang aka n menjalani
operasi bahwa responde n yang tida k perna h mengalami operasi
berjumla h 24 responde n (53%) da n 21 responde n (47%) perna h
mengalami operasi. terdapat hubunga n antara pengalama n operasi
denga n tingkat kecemasa n pasie n yang aka n menghadapi operasi
Menurut peneliti kecemasa n yang di alami ole h pasie n saat pasie n
suda h di dala m operasi aka n lebi h tinggi di karenaka n menjelang di
detik-deti k aka n dilakukannya tindaka n pembiusa n da n tindaka n
operasi serta di dukung ole h suasana da n lingkunga n yang asing
disertai tida k adanya petugas yang dikena l ole h pasie n.

Menurut peneliti pengaru h tingginya angka kecemasa n pasie n saat di


dala m kamar operasi adala h pengalama n pasie n dala m tindaka n
operasi, terutama pada pasie n yang belu m perna h dilakuka n tindaka n
operasi da n faktor resiko-resiko yang suda h dijelaska n ole h medis
tentang kemungkina n yang aka n timbu l selama menjalani tindaka n di
dala m kamar operasi.

4.2.6 Tingkat kecemasan sesudah perkenalan anggota tim perawat Pada


Pasien Operasi Sebelum tindakan Pembiusan Spinal di Rumah
Sakit Mardi Waluyo Metro
Berdasaraka n teori Musliha da n Fatmawati (2010), tujua n komunikasi
51

terapeuti k adala h membantu pasie n untu k memperjelas da n


mengurangi beba n perasaa n da n pikira n serta dapat mengambi l
tindaka n untu k menguba h situasi yang ada da n mengurangi keragua n,
membantu dala m ha l mengambi l tindaka n yang efektif da n
mempertahanka n kekuata n egonya.

Menurut Peplau, (1997; Sheldo n, 2014) saat bertemu pasie n, perawat


memperkenalka n diri denga n nama da n status profesionalnya.
Perkenala n yang bai k ini dapat meningkatka n hubunga n antara
perawat da n pasie n. Setela h fase pengenala n, perawat menekanka n
tujua n da n sifat hubunga n. Perawat memberika n informasi tentang
kontra k, menjelaska n pera n perawat da n tujua n hubunga n. Perawat
juga dapat menanyaka n apaka h pasie n memiliki pertanyaa n (Peplau,
1997; Sheldo n, 2014; Bello, 2017). Fase ini secara umu m untu k
membangu n hubunga n yang terapeuti k denga n pasie n da n keluarga.
Perawat dapat mempromosika n sika p saling percaya, empati,
menciptaka n suasana menyenangka n da n memahami kebutuha n pasie 
n (Zarea et a l., 2014; Alishahi et a l., 2017).

Hasi l penelitia n yang menunjuka n bahwa sebelu m sebelu m perkenala 


n anggota ti m perawat pada pasie n operasi tingkat kecemasa n sangat
berat sebanya k 13 responde n (65%) da n kecemasa n berat sekali/pani k
sebanya k 7 responde n (35%). Da n setela h diberika n perkenala n
anggota ti m perawat pada pasie n operasi tingkat kecemasa n berat
menuru n menjadi kecemasa n sedang menjadi 14 responde n (70 %) da 
n kecemasa n ringa n 6 responde n (30 %) Denga n nilai rata-rata
(mean) 23.95.

Denga n hasi l uji statisti k rata-rata kecemasa n sebelu m perkenala n


anggota ti m perawat pada pasie n operasi sebelu m denga n pembiusa n
spina l adala h 23.95 denga n strandar deviasi 2.585, sedangka n rata-rata
52

kecemasa n pasie n setela h perkenala n anggota ti m perawat pada pasie 


n operasi sebelu m denga n pembiusa n spina l adala h 13.25 denga n
standar deviasi 1.650. Terlihat nilai mea n mengalami penuruna n setela 
h perkenala n anggota ti m perawat pada pasie n operasi sebelu m denga 
n pembiusa n spina l. Hasi l uji statisti k menunjukka n bahwa nilai P=
0,000, artinya ada penuruna n rata- rata kecemasa n ana k sesuda h
dibandingka n denga n sebelu m dilakuka n perkenala n anggota ti m
perawat pada pasie n operasi sebelu m denga n pembiusa n spina l.

Penelitia n ini juga di dukung ole h penelitia n Sulastri dk k (2019)


dibahwa sebagia n besar kecemasa n responde n adala h cemas ringa n
sebanya k 14 responde n (50%) da n responde n yang mengalami cemas
sedang sebanya k 12 responde n (42,82%), sedangka n responde n yang
kecemasannnya berat sebanya k 3 responde n (10,71%) da n responde n
yang pani k sebanya k 1 respone n (3,57%).
Menurut peneliti perubaha n tingkat kecemasa n pasie n ini di alami
karena perawat mampu memperkenalka n diri kepada pasie n da n pasie 
n merasa tida k sendiria n di dala m kamar operasi mengurangi beba n
perasaa n, pikira n da n membuat suasana menjadi lebi h nyama n untu k
pasie n. di saat-saat menjelang aka n dilakuka n tindaka n operasi pasie n
merasa sedikit tenang karena faktor perkenala n ole h perawat.

4.2.7 Pengaruh perkenalan anggota tim perawat Pada Pasien Operasi


Sebelum tindakan Pembiusan Spinal di Rumah Sakit Mardi
Waluyo Metro
Menurut Musliha da n Fatmawati (2010) Berhasi l tidaknya dala m
komunikasi ditentuka n ole h perawat, maka yang dibutuhka n adala h
Kecakapa n perawat dala m mengajuka n pertanyaa n terbuka yang dapat
menggali seluru h masala h. Harus caka p mendengarka n da n
mengambi l inti pembicaraa n da n cepat tangga p terhada p reaksi klie n
bai k verba l maupu n no n verba l. Sika p perawat harus bersika p rama h
53

janga n sampai klie n curiga, diharapka n perawat dapat mendekati


pasie n sehingga timbu l rasa saling percaya. Sika p perawat yang
simpati k, muka manis, tida k sombong da n renda h hati tetapi
tegas.Perawat yang berpengetahua n luas denga n muda h dapat
mencerna isi pembicaraa n serta cepat tangga p terhada p pembicaraa n
pasie n. Pasie n dapat dipanggi l denga n nama lengka p mereka terlebi h
dahulu, kemudia n menanyaka n nama yang lebi h dia sukai. Penting
bagi perawat untu k mendengarka n denga n seksama apa yang dikataka 
n pasie n da n menjaga pasie n termotivasi agar lebi h terbuka denga n
deskripsi atau pengalamannya (Bello, 2017).
Menurut suryani (2015) taha p ini merupaka n perkenala n yang
dilakuka n ole h perawat saat pertama bertemu denga n pasie n.Perawat
harus memperkenalka n dirinya terlebi h dahulu, denga n begitu
perawat aka n bisa lebi h terbuka kepada pasie n, dala m taha p ini
perawat da n pasie n harus saling membina rasa percaya, menggali
pikira n, serta merumuska n tujua n bersama.
Dari teori tersebut sesuai denga n hasi l penelitia n bahwa pengaru h
perkenala n anggota ti m perawat pada pasie n operasi denga n pembiusa 
n spina l terhada p tingkat kecemasa n . Berdasarka n hasi l uji statisti k t-
test diperole h angka signifika n atau nilai probabilitas (0,000) jau h lebi 
h renda h standart signifika n dari 0,05 atau ( p < α ). Rata-rata
kecemasa n sebelu m perkenala n anggota ti m perawat pada pasie n
operasi sebelu m denga n pembiusa n spina l adala h 23.95 denga n
strandar deviasi 2.585, sedangka n rata-rata kecemasa n pasie n setela h
perkenala n anggota ti m perawat pada pasie n operasi sebelu m denga n
pembiusa n spina l adala h 13.25 denga n standar deviasi 1.650. Terlihat
nilai mea n mengalami penuruna n setela h perkenala n anggota ti m
perawat pada pasie n operasi sebelu m denga n pembiusa n spina l. Hasi l
uji statisti k menunjukka n bahwa nilai P= 0,000 artinya ada penuruna n
rata- rata kecemasa n ana k sesuda h dibandingka n denga n sebelu m
dilakuka n perkenala n anggota ti m perawat pada pasie n operasi sebelu 
54

m denga n pembiusa n spina l.


Ha l ini sesuai Penelitia n yang dilakuka n ole h sulastri (2019) Pengaru h
Komunikasi Terapeuti k Perawat Terhada p Tingkat Kecemasa n Pasie n
Pre Operasi Di Ruang Beda h RSUD dr. Abdoer Rahe m Kabupate n
Situbondo denga n ρ < α yaitu 0,000, p < 0,05. Bahwa sebelu m
dilakuka n komunikasi terapeuti k, sebagia n besar responde n yang
mengalami cemas berat sebanya k 13 responde n (46,43%), da n setela h
dilakuka n komunikasi terapeuti k sebagia n besar responde n mengalami
cemas ringa n 14 responde n (50%). Data dari tabe l nilai interva l yang
terlampir menunjukka n bahwa kecemasa n setia p responde n
mengalami penuruna n.
Menurut peneliti ini menunjuka n bahwa perkenala n anggota ti m
perawat pada pasie n operasi denga n pembiusa n spina l terhada p
kecemasa n pasie n mempunyai pengaru h. Dala m usaha-usaha yang
harus dilakuka n untu k mengatasi masala h kecemasa n yang terjadi,
individu dapat mengatasi kecemasa n denga n menggerakka n sumber
coping di lingkunga n yang didapat dari perawat. Untu k dapat
meningkatka n kepercayaa n diri pasie n dala m menghadapi suatu
tindaka n operasi, maka sala h satu cara yang harus dilakuka n adala h
hubunga n komunikasi terapeuti k perawat denga n pasie n perlu dibangu 
n.
4.3 Keterbatasan Peneliti
Keterbatasa n dala m penelitia n ini diantaranya jumla h pasie n yang menuru n
selama pandemi saat ini, terutama saat di mulainya penelitia n. Sehingga
kesulita n mencari responde n yang sesuai denga n kriteria inklusi.
55

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarka n hasi l penelitia n yang tela h diuraika n pada bab sebelumnya,
maka dapat ditari k beberapa keseimpula n sebagai berikut:
a. Tingkat kecemasa n sebelu m perkenala n anggota ti m perawat Pada
Pasie n Operasi Sebelu m tindaka n Pembiusa n Spina l di Ruma h Sakit
Mardi Waluyo Metro menunjuka n bahwa responde n saat di dala m di
kamar operasi Ruma h Sakit Mardi Waluyo Metro semua mengalami
kecemasa n berat 13 responde n (65 %) da n kecemasa n berat sekali
berjumla h 7 responde n (35 %).
56

b. Tingkat kecemasa n sesuda h perkenala n anggota ti m perawat Pada Pasie 


n Operasi Sebelu m tindaka n Pembiusa n Spina l di Ruma h Sakit Mardi
Waluyo Metro menunjuka n bahwa sesuda h perkenala n anggota ti m
perawat pada pasie n operasi denga n pembiusa n spina l, responde n di
kamar operasi RS Mardi Waluyo Metro lebi h dari setengahnya
mengalami penuruna n kecemasa n, menjadi kecemasa n sedang berjumla 
h 14 responde n (70 %) da n kecemasa n ringa n 6 responde n (30%)
c. Berdasarka n hasi l penelitia n ada pengaru h perkenala n anggota ti m
perawat pada pasie n operasi sebelu m denga n pembiusa n spina l adala h
sebagai berikut: tingkat kecemasa n sebelu m perkenala n anggota ti m
perawat Pada Pasie n Operasi Sebelu m tindaka n Pembiusa n Spina l
23.95 denga n strandar deviasi 2.585, sedangka n pasie n setela h
perkenala n anggota ti m perawat pada pasie n operasi sebelu m denga n
pembiusa n spina l adala h 13.25 denga n standar deviasi 1.650. Terlihat
nilai mea n mengalami penuruna n setela h perkenala n anggota ti m
perawat pada pasie n operasi sebelu m denga n pembiusa n spina l. Hasi l
uji statistic paired t-tset menunjukka n bahwa nilai P= 0,000.
5.2 Saran

5.2.1 Bagi rumah sakit


Diharapka n ruma h sakit meningkatka n pelayana n, khususnya dala m
bidang keperawata n di dala m kamar operasi. Saat pasie n suda h dala m da 
n di meja operasi ti m memberika n komunikasi terapeuti k denga n
memperkenalka n ti m perawat untu k mengurangi kecemasa n pasie n.
5.2.2 Bagi perawat
Diharapka n penelitia n ini juga memberika n konstribusi untu k
meningkatka n pelayana n asuha n keperawata n di dala m kamar operasi.
5.2.3 Peneliti selanjutnya
Diharapka n peneliti selanjutnya melakuka n penelitia n yang lebi h khusus
untu k mengurangi dampa k kecemasa n pasie n yang pembiusa n spina l,
yang saat operasi psie n dala m kondisi sadar.
57

DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti da n Iskandar. 2014. Asuha n Keperawata n Jiwa. Bandung : Refika


Aditama.

Damaiyanti Mukhripa h,dk k.2012.Asuha n Keperawata n Jiwa.Bandung: PT


Refika Aditama

Darmawa n, dk k.2017. Pengetahua n, Sika p Da n Perilaku Mobilisasi Dini Pasie 


n Post Operasi Laparatomi.Jurna l Kesehatan

Hidayat, A.A..2014. Metode penelitia n keperawata n da n teknis analisis data.


Jakarta : Salemba Medika
58

Lalongkoe,  M.R. 2013. Komunikasi Keperawata n. Edisi pertama. Yogyakarta:


Graha Ilmu

Kapla n,  H.I., Sadoc k, B.J. 2010. Retardasi Menta l dala m Sinopsis Psikiatri.
Tangerang : Binarupa Aksara

Munijaya,G.2011.manajeme n kesehata n edisi 3. Jakarta:EGC

Murwani & Istiqoma h.2009. komunikasi Terapeuti k Pandua n Bagi Perawat.


Yogyakarta:fitrimaya

Musliha, Fatmawati, S. 2010. Komunikasi Keperawata n.Yogyakarta:Nuha


Medika

Nursala m, 2011. Konse p da n Penerapa n Metodologi Penelitia n Ilmu


Keperawata n., Salemba Medika:Jakarta

Nursala m, 2016. Konse p da n Penerapa n Metodologi Penelitia n Ilmu


Keperawata n., Salemba Medika:Jakarta

Nursala m. .2012. Manajeme n Keperawatan: Aplikasi dala m Prakti k


Keperawata n Profesiona l. Edisi 3. Salemba Medika : Jakarta

Perdana, A.,  M. F. Firdaus, da n C. Kapuanga n. 2015. Uji Validasi Konstruksi
Da n Reliabilitas Instrume n The Amsterda m Preoperative Anxiety And
Informatio n Scale ( Apais ) Versi Indonesia Construct Validity And
Reliability Of The Amsterda m Preoperative Anxiety And Informatio n
Scale ( Apais ) Indonesia n Versi. Anesthesia & Critica l Care.
31(1):279–286.

Putri & suwadyana.2020. Komunikasi Terapeuti k :Strategi Pemuliha n Pasie n


Ganggua n Jiwa (Skizofrenia)Berdasarka n Perspektif Ajara n Agama
Hindu Di Ruma h Sakit Jiwa Propinsi Bali. Nilacakra: Bali

Rahmawati, dk k. 2017. Pengaru h Progressive Muscle Relaxatio n Terhada p


Kecemasa n Ibu Pre Operasi Sectio Secarea Di Ruang Bersali n.
Nurseline Journal
59

Rahmayati, dk k.2019.Pengaru h Dukunga n Spritua l Terhada p Tingkat


Kecemasa n Pada Pasie n Pre-Operasi.jurna l kesehatan

Sulastri,dk k.2019.Pengaru h Komunikasi Terapeuti k Perawat terhada p Tingkat


Kecemasa n pada Pasie n Pre Operasi.Jurna l Keperawata n Profesional

Suryani. (2015). Komunikasi Terapeutik: Teori & Prakti k, Ed. 2. Jakarta: EGC
Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN (Informed Consent)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Usia :

Alamat :
Menyatakan bersedia menjadi responden penelitian ini dalam keadaan sadar, jujur dan tidak ada
paksaan dalam penelitian dari :

Nama : Esra Rismawati


NPM : 195140159P
Fakultas : Kesehatan
Program : Ilmu Keperawatan
Studi
Judul Pengaruh Perkenalan Anggota Tim Perawat Pada Pasien Operasi Sebelum
Skripsi Dengan Pembiusan Spinal Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien
Dikamar Operasi Rumah Sakit Mardi Waluyo Metro Tahun 2021.
Manfaat : menambahkan konstribusi dalam meningkatkan pelayanan rumah sakit dan
meningkatkan ilmu pengatahuan keperawatan
Resiko : menggangu kenyamanan(dikarenakan mengisi lembar kuisoner dan
perkenalan perawat
Responden dari penelitian ini dilakukan secara sukarela. Penelitian ini adalah tentang perkenalan
perkenalan tim perawat kamar operasi terhadap anda yang akan menjalani operasi. Perkenalan
dilakukan saat anda sudah dimeja operasi sebelum anda dilakukan penyuntikan pembiusan spinal
(bius seetengah badan) oleh dokter anestesi. Responden hanya mengisi lembar kuisoner sebelum
perkenalan dan sesudah perkenalaan. Pengisian kuisoner setelah perkenalan dilakukan di ruang
pulih sadar atau setelah responden selesai operasi. Segala informasi yang responden berikan akan
digunakan sepenuhnya hanya dalam penelitian ini. Peneliti sepenuhnya akan menjaga kerahasiaan identitas
responden dan tidak akan dipublikasikan dalam bentuk apapun. Jika ada yang belum jelas, responden boleh
bertanya pada peneliti. Jika sudah memahami penjelasan ini dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini,
mengisi dan menandatangani lembar persetujuan . saya menyadari bahwa penelitian ini tidak berdampak
negatif bagi saya. Dengan ini saya menyatakan secara sukarela sebagai responden dalam penelitian
ini serta bersedia menjawab semua pertanyaan dengan sadar dan sebenar-benarnya.

Metro, Juli 2021

Peneliti Saksi Responden

(Esra Rismawati) (.............................) (.............................)

KUISONER
Lampiran 2

PENGARUH PERKENALAN ANGGOTA TIM PERAWAT PADA


PASIEN OPERASI SEBELUM TINDAKAN PEMBIUSAN SPINAL
TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN
DIKAMAR OPERASI RUMAH SAKIT MARDI WALUYO

Petunjuk pengisian

1. Bacala h setia p pertanyaa n serta jawaba n denga n benar.


2. Berika n tanda centang ( √ ) pada jawaba n yang tersedia yang diangga 
p tepat da n benar.
3. Jika ada pertanyaa n yang diraguka n atau tida k dimengerti silahka n
ditanyaka n.
4. Isila h kusioner ini denga n jujur da n teliti.

Kode responden : (Di isi peneliti


)

Tanggal pengisian :

A. Kuisioner karakteristik responden


1. Nama (inisial) :
2. Usia :
3. Jenis kelamin :
4. Jenis operasi :
5. pengalama n operasi sebelumnya :
B. Pemantauan perkenalan tim Perawat

No Pernyataan Ya Tidak

1 Apaka h perawat memperkenalka n diri?

2 Apaka h perawat menyebut nama pasie n sebelu m


dilakuka n tindakan?
3 Apaka h perawat menanyaka n keluha n yang pasie n
rasakan?

4 Apaka h perawat menyampaika n tindaka n yang aka 


n dilakukan?

5 Apaka h perawat membuat kesepakata n waktu


pelaksanaa n tindakan?

Sumber : Suryani, 2015

C. Pemantauan kecemasan
Petunjuk Pengisisan

1. Berila h jawaba n pada setia p pertanyaa n (janga n kosong).


2. Berila h tanda (√) pada kolo m yang tela h disediaka n yang sesuai
denga n kondisi yang Anda rasaka n saat ini, denga n piliha n antara
lai n :
● Sangat tida k sesuai :1
● Tida k sesuai :2
● Ragu-ragu :3
● Sesuai :4
● Sangat sesuai :5
No. Pernyataan 1 2 3 4 5

1 1Saya khawatir tentang prosedur


pembiusa n saya

2 Prosedur pembiusan selalu berada di


pikiran saya

3 Saya ingin tahu sebanya k mungkin


tentang prosedur pembiusa n saya
4 Saya khawatir tentang prosedur operasi
saya
5 Prosedur operasi Selalu berada di pikira n
saya
6 Saya ingi n tahu sebanya k mungki n
tentang prosedur operasi saya
Sumber : Perdana dk k. (2015)

Hasil Uji Statistik SPSS

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 pretest & posttest 20 .287 .220


Lampiran 3

Paired Samples Test

Paired Differences

Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 pretest – posttest 10.700 2.638 .590

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interva l of the


Difference

Lower Upper t df Sig. (2-tailed)

Pair 1 pretest - 9.465 11.935 18.141 19 .000


posttest

Frequency Table

jenis kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid perempuan 12 60.0 60.0 60.0

Laki-laki 8 40.0 40.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

klasifikasi_usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 21-30 6 30.0 30.0 30.0

31-40 8 40.0 40.0 70.0

41-50 3 15.0 15.0 85.0

51-60 3 15.0 15.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

jenis_operasi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kista 1 5.0 5.0 5.0


belakang
lutut

Operasi 1 5.0 5.0 10.0


prostat
klasifikasi_usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 21-30 6 30.0 30.0 30.0

31-40 8 40.0 40.0 70.0

41-50 3 15.0 15.0 85.0

51-60 3 15.0 15.0 100.0

Operasi luka 5 25.0 25.0 35.0


infeksi

Operasi 8 40.0 40.0 75.0


Hernia

Operasi 2 10.0 10.0 85.0


melahirkan

Tumor bua h 1 5.0 5.0 90.0


zakar

Operasi 2 10.0 10.0 100.0


salura n
dara h bua h
zakar

Total 20 100.0 100.0


pengalaman_operasi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 0 13 65.0 65.0 65.0

1 6 30.0 30.0 95.0

2 1 5.0 5.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

pemantauan_perkenalan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 100% 20 100.0 100.0 100.0

klasifikasi_pretest

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid kecemasa n berat 13 65.0 65.0 65.0

kecemasa n berat 7 35.0 35.0 100.0


sekali/panik

Total 20 100.0 100.0


klasifikasi_posttest

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid kecemasa n 6 30.0 30.0 30.0


ringan

kecemasa n 14 70.0 70.0 100.0


sedang

Total 20 100.0 100.0

UJI NORMALITAS
Lampiran 4

KODE HASIL PRE TEST HASIL POST TEST jenis pengalaman pemantauan
umur jenis operasi
RESPONDk1 k2 k3 k4 k5 k6 TOTAL k1 k2 k3 k4 k5 k6 ToTAL kelamin operasi perkenalan
1 4 4 4 3 4 4 23 3 3 2 3 2 3 16 permpuan 22 0 varicocel 100%
2 4 5 5 4 5 4 27 3 2 2 3 2 2 14 permpuan 35 0 hil 100%
3 4 5 4 4 4 3 27 3 3 2 3 2 2 15 permpuan 36 1 hil 100%
4 4 4 5 4 3 4 24 3 2 1 3 3 3 15 permpuan 40 2 hil 100%
5 4 3 3 4 4 3 24 3 2 2 3 2 2 14 laki-laki 42 0 debridement 100%
6 4 5 4 5 5 4 21 3 2 1 3 2 2 13 laki-laki 35 0 backercyst 100%
7 4 3 4 5 4 3 27 3 2 2 2 2 3 14 laki-laki 36 1 debridement 100%
8 4 5 4 4 4 5 23 3 3 1 2 2 2 13 permpuan 37 0 hil 100%
9 4 4 5 4 3 3 26 3 1 2 2 2 2 12 permpuan 38 1 hil 100%
10 4 3 3 4 4 4 23 3 2 2 2 2 3 14 laki-laki 55 0 debridement 100%
11 4 4 5 4 3 4 22 4 2 1 2 2 2 13 laki-laki 50 0 debridement 100%
12 4 3 3 4 4 3 24 2 2 2 3 2 2 13 permpuan 55 0 bph 100%
13 4 5 4 5 5 4 21 3 2 2 3 2 2 14 permpuan 54 1 tumor scrot 100%
14 4 5 5 5 5 4 27 3 2 3 3 2 3 16 permpuan 28 0 varicocel 100%
15 4 4 4 4 4 4 28 3 2 2 2 2 2 13 laki-laki 26 0 sctp 100%
16 5 5 5 4 5 4 24 2 2 1 3 2 2 12 permpuan 27 0 hil 100%
17 3 3 4 4 4 4 28 2 2 2 2 2 2 12 laki-laki 28 1 sctp 100%
18 3 3 4 3 4 4 22 1 2 2 3 2 2 12 permpuan 29 0 hil 100%
19 4 3 3 3 3 3 21 2 2 1 1 2 2 10 permpuan 36 0 hil 100%
20 4 4 5 4 5 3 19 2 2 1 1 2 2 10 laki-laki 47 1 debridement 100%

Anda mungkin juga menyukai