Anda di halaman 1dari 14

ANAK INVESTASI DUNIA DAN AKHIRAT

PENDAHULUAN

Bismillahirrahmanirrahim, segala puji bagi Alloh Robb semesta alam, sholawat teriring salam
tersampaikan kepada Nabi Muhammad Shollallohu ‘alaihi wa Sallam, kepada keluarga, sahabat dan seluruh
umatnya, wa ba’du.

Tiap orang tua tentu bercita-cita supaya anak keturunannya bisa menjadi sukses sesuai dengan
harapannya. Oleh karena itulah mereka bersemangat mencarikan anaknya sekolahan agar bisa mendapatkan
pendidikan. Bahkan orang tua rela kerja keras banting tulang, pergi pagi pulang malam hanya dengan tujuan
agar anaknya tidak putus sekolah. Ini menunjukkan kesadaran para orang tua akan pentingnya pendidikan
bagi anak. Akan tetapi sangat disayangkan, banyak dari orang tua yang salah dalam menentukan pendidikan
bagi anaknya. Dengan lupa bahwa pendidikan terpenting dan utama adalah pendidikan agama dari orang
tuanya kemudian dari sekolah dimana anak belajar. Banyak anak yang di rumahnya jauh dari sentuhan nilai
agama dari orang tuanya ditambah lagi sekolah tempat mereka belajar kondisinya tidak jauh berbeda.

Semoga tulisan ini bisa bermanfaat untuk semuanya dan sebagai amal sholih bagi penulisnya.
Kepada Alloh semua urusan dikembalikan dan kepadaNya segala harapan ditambatkan. Semoga anak - anak
kita menjadi generasi robbani, berilmu dan berakhlaqul karimah yang bermanfaat bagi orang tuanya, agama,
bangsa dan negara. Amin Ya Robbal ‘alamin.

Madiun, 8 Muharrom 1443 H

Al Faqir Rahmat bin Hadi bin Kardi


BAB I

ANAK ADALAH NIKMAT DAN UJIAN

Sudah kita ketahui bahwa apapun yang diterima seorang muslim dari kebaikan ataupun keburukan
semuanya adalah bentuk ujian dari Alloh. Hal ini sebagaimana firmanNya dalam surat Al-Anbiya : 35

‫ٱْلَِْي فِْت نَة ٓ َوإِلَْي نَا تُ ْر َج ُعو َن‬ ِ ‫س ذَآئَِقةُ ٱلْمو‬


ْ ‫ت ٓ َونَْب لُوُكم بِٱلشَّر َو‬ َْ ٍ ‫ُك ُّل نَ ْف‬

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan
kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.”

Kehadiran buah hati / anak merupakan cita - cita setiap pasangan suami istri. Bahkan salah satu
tujuan disyariatkan pernikahan. Hal ini seperti yang termaktub dalam hadits

‫عن أنس بن مالك رضي اهلل عنه قال َكا َن َر ُس ْو ُل اهللِ صلى اهلل عليه و سلم يَأْ ُم ُر بِالبَاءَةِ َويَْن َهى َع ِن التَّبَت ُِّل نَ ْهيا ََ ِديْدا َويَ ُق ْو ُل‬
ِ‫تَزَّوجوا الْودود الْولُود فَإِِّن م َكاثِر ْاْلَنْبِي ِاء ي وم الْ ِقيامة‬
َ َ َ َْ َ ُ ُ َ ْ َ َ ُْ َ ْ ُ َ
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan untuk menikah dan melarang keras untuk membujang dan berkata, “Nikahilah wanita yang
sangat penyayang dan yang mudah beranak banyak(subur) karena aku akan berbangga dengan kalian
dihadapan para nabi pada hari kiamat”. (HR Ibnu Hibban)

Bagi yang sudah menikah disyariatkan untuk meminta kepada Alloh keturnan yang sholih. Dalam
Alquran kita temui doa dari para kekasih Alloh untuk meminta keturunan. Diantaranya doa Nabi Ibrahim
dalam surat Ash-Shoffat : 100

‫ي‬ ِ ِ ََّّٰ ‫رب هب ِِل ِمن‬


َ ‫ٱلصلح‬ َ ْ َ َ
“Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.”

Alloh menjawab doa beliau dengan kelanjutan dari ayat di atas,

‫فَبَش َّْرَّٰنَهُ بِغَُّٰلَ ٍم َحلِي ٍم‬

“Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar.”

Demikian pula doa nabi Zakariya sebagaimana dalam surat Maryam : 5

‫نك َولِيًّا‬ ِ
َ ‫ب ِِل من لَّ ُد‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ‫وإِِّن ِخ ْفت ٱلْم َّٰو‬
ْ ‫ِل من َوَرآءى َوَكانَت ْٱمَرأَتى َعاقرا فَ َه‬
َ ََ ُ َ
“Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah
seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera.”

Maka Alloh menjawab pada ayat 7

‫ٱْسُهۥُ ََْي َ َّٰي َلْ ََْن َعل لَّهۥُ ِمن قَ ْب ُل َِْسيًّا‬


ْ ‫َّٰيََزَك ِريَّآ إِنَّا نُبَش ُرَك بِغَُّٰلَ ٍم‬
“Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak
yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia.”
Doa Nabi Zakariya juga diabadikan Alloh pada surat Ali Imron : 38

ِ ِ
َ ‫ب ِِل من لَّ ُد‬
‫نك ذُريَّة طَيبَة‬ َ َ‫ك َد َعا َزَك ِريَّا َربَّهۥُ ٓ ق‬
ْ ‫ال َرب َه‬ َ ‫ُهنَال‬
“Di sanalah Zakariya mendoa kepada Tuhannya seraya berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi
Engkau seorang anak yang baik.”

Serta do’a Beliau yang lain,

ِ
َ ‫َوَزَك ِريَّآ إِ ْذ نَ َاد َّٰى َربَّهۥُ َرب َل تَ َذ ْرِِّن فَ ْردا َوأ‬
َ ‫َنت َخْي ُر ٱلْ ََّٰوِرث‬
‫ي‬

":Dan (ingatlah kisah) Zakaria, tatkala ia menyeru Tuhannya,”Ya Tuhanku, janganlah engkau
membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkau-lah pewaris yang paling baik”. (Al-Anbiya : 89)

Sehingga dari sini menunjukkan hadirnya buah hati adalah suatu kenikmatan tersendiri bagi sebuah
rumah tangga. Akan tetapi perlu diingat bahwa kenikmatan tersebut juga sebagai ujian bagi orang tuanya.
Tidak sedikit dari orang tua dengan hadirnya buah hati, berubah pola hidup dan pola pikirnya. Bagaimana
tidak, sebelum adanya buah hati orang tua semangat ibadah, rajin menuntut ilmu, sering sedekah akan tetapi
setelah adanya anak, banyak yang semangatnya ibadah ataupun belajar agama menurun dengan alasan
mencari nafkah. Dengan hadirnya anak sifat bakhil mulai muncul dengan alasan untuk kebutuhan anaknya.

Sisi lainnya buah hatinya tidak sesuai yang diharapkan. Anaknya tidak sholih sebagaimana awal dia
mintakan kepada Alloh, atau anaknya mempunyai kemampuan dan kecerdasan yang kurang, atau anaknya
Alloh takdirkan cacat pada fisiknya dan lain sebagainya. Maka inilah bentuk - bentuk ujian bagi orang tua.

Alloh berfirman dalam surat At-Taghobun : 14 - 15

‫ص َف ُحوآ َوتَ ْغ ِف ُروآ فَِإ َّن ٱللَّهَ َغ ُفور‬


ْ َ‫وه ْم ٓ َوإِن تَ ْع ُفوآ َوت‬
ِ َّٰ ِ ِ
ْ َ‫ين ءَ َامنُوٓآ إِ َّن م ْن أ َْزََّٰوج ُك ْم َوأ َْولَد ُك ْم َع ُد ًّوا لَّ ُك ْم ف‬
ُ ‫ٱح َذ ُر‬
ِ َّ
َ ‫يٓأَيُّ َها ٱلذ‬ ََّٰ
‫َجر َع ِظيم‬ ِ ِ َّٰ ِ
ْ ‫َّرحيم إَِّّنَآ أ َْم ََّٰولُ ُك ْم َوأ َْولَ ُد ُك ْم فْت نَة ٓ َوٱللَّهُ ع َندهۥُ أ‬
“Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang
menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak
memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,
Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang
besar.”

Maka siapapun yang anak - anaknya sesuai dengan harapannya, pujiah Alloh Dzat yang mampu
memberikan sesuai harapan hambaNya. Sandarkan nikmat anak kepada Alloh dan jangan merasa ujub dan
memandang rendah pada orang tua yang anaknya tidak sesuai harapan. Bagi yang anaknya tidak sesuai
harapan, jangan salahkan Alloh akan tetapi salahkan kepada diri sendiri. Dengan selalu berusaha
memperbaiki diri dan berusaha serta terus optimis bahwa Alloh akan memberikan yang terbaik bagi
hambaNya. Bagi orang tua diharuskan selalu bersabar dan tidak putus asa dalam mendoakan kebaikan bagi
anaknya.
BAB II

BERSABAR ATAS KETERBATASAN ANAK

Sebagaimana disinggung pada bab yang telah lalu bahwa anak merupakan sebuah ujian bagi orang
tuanya, maka dari sini orang tua dituntut untuk menambah kesabarannya. Tidak semua yang diharapkan
harus terwujud. Semua kembali kepada ketentuan dan ketetapan Dzat yang Maha Tahu atas segala sesuatu
yang akan terjadi pada hambaNya. Keterbatasan anak bukan menunjukkan bahwa anak itu pasti jelek, pasti
kurang, pasti tertinggal. Yakinlah bahwa apa yang menjadi takdir Alloh ada hikmah kebaikan dibaliknya,
karena Dia lebih tahu sedang manusia tidak mengetahui. Boleh jadi yang dianggap jelek bagi manusia
namun baik menurut Alloh dan boleh jadi yang dianggap baik menurut manusia namun jelek menurut Alloh.
Mari simak firmanNya Al-Baqoroh : 216

‫َو َع َس َّٰىٓ أَن تَكَْرُهوآ ََْي ا َوُه َو َخْي ر لَّ ُك ْم ٓ َو َع َس َّٰىٓ أَن ُُِتبُّوآ ََْي ا َوُه َو ََر لَّ ُك ْم ٓ َوٱللَّهُ يَ ْعلَ ُم َوأَنتُ ْم َل تَ ْعلَ ُمو َن‬

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu
menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”

Mungkin seorang anak terbatas dalam satu sisi tapi dari sisi lain dia unggul. Mungkin seorang anak
kurang dalam kecerdasannya, tapi dalam hal membantu orang lain atau akhlak dia unggul. Mungkin seorang
anak mempunyai cacat dalam fisiknya , tapi dalam hafalan dia unggul. Oleh karena itu orang tua yang Alloh
uji seperti ini jangan melihat satu sisi kelemahan anaknya saja. Tapi harapkan kepada Alloh agar anak
diberikan kelebihan dari sisi lainnya. Selain itu juga perlu diketahui bahwa orang tua yang sholih belum
tentu anaknya sholih pula. Lihat keadaan Nabi Nuh yang salah satu putranya tidak beriman kepada ayahnya
sendiri dan termasuk golongan orang kafir.

Alloh berfirman tentang hal ini dalam surat Hud : 45 - 46

ِ ِ ْ ‫ٱْل ُّق وأَنت أَح َكم‬ ِ ِ ِ ِ


‫ي‬
َ ‫ٱْلََّٰكم‬ ُ ْ َ َ َْ ‫ال َرب إ َّن ٱبِْن م ْن أ َْهلى َوإ َّن َو ْع َد َك‬
َ ‫َونَ َاد َّٰى نُوح َّربَّهۥُ فَ َق‬
ِ َّْٰ ‫ال يَّٰنوح إِنَّهۥ لَيس ِمن أَهلِك ٓ إِنَّهۥ عمل َغي ر صَّٰلِ ٍح ٓ فَ َل تَسَلْ ِن ما لَيس لَك بِهۦِ ِع ْلم ٓ إِِّنٓ أ َِعظُك أَن تَ ُكو َن ِمن‬
َ ‫ٱلَ ِهل‬
‫ي‬ َ َ َ َ ْ َ ْ َ ُْ ََ ُ َ ْ ْ َ ْ ُ ُ َُ َ َ‫ق‬
“Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk
keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-
adilnya". Allah berfirman: "Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan
akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu
memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya Aku
memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan".

Orang tua menjadi dokter, anaknya belum tentu menjadi dokter pula. Orang tua sosok orang yang
cerdas, anaknya belum tentu mempunyai kecerdasan yang serupa. Orang tua fisiknya bagus tidak cacat ,
belum tentu anaknya juga mempunyai fisik yang bagus bahkan ada anak yang lahir cacat. Karena Alloh
yang telah membentuk makhlukNya sesuai dengan hikmah yang ada di sisiNya.

Dia berfirman dalam surat Al-Qoshosh : 64

‫ٱْلِيَ َرةُ ٓ ُسْب ََّٰح َن ٱللَّ ِه َوتَ ََّٰعلَ َّٰى َع َّما يُ ْش ِرُكو َن‬
ْ ‫ك َيَْلُ ُق َما يَ َشآءُ َوَيَْتَ ُار ٓ َما َكا َن ََلُ ُم‬
َ ُّ‫َوَرب‬
“Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan
bagi mereka. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia).”
Juga firmanNya yang lain dalam surat Ali-Imron : 6

‫يم‬ ِ ْ ‫هو ٱلَّ ِذى يصورُكم ِِف ْٱْلَرح ِام َكيف يشآء ٓ َلٓ إَِّٰلَه إَِّل هو ٱلْع ِزيز‬
ُ ‫ٱْلَك‬ ُ َ َُ َ ُ ََ َ ْ َْ َُُْ َُ
“Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. Tak ada Tuhan (yang
berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Juga dalam surat At-Taghobun : 3

ِ ِِ ِ َّ ‫خلَق‬
ِ َ ‫ت و ْٱْلَر‬
ُ‫ص َوَرُك ْم ٓ َوإلَْيه ٱلْ َمصي‬
ُ ‫َح َس َن‬
ْ ‫ص َّوَرُك ْم فَأ‬
َ ‫ض بٱ ْْلَق َو‬ ْ َ ‫ٱلس ََّٰم ََّٰو‬ َ َ
“Dia menciptakan langit dan bumi dengan haq. Dia membentuk rupamu dan dibaguskan-Nya
rupamu itu dan hanya kepada Allah-lah kembali(mu).”

Memang semua ingin anak sama dengan orang tuanya dan itu harapan suami istri ,akan tetapi bila
Alloh berkehendak lain, orang tua wajib menerima dan lapang dada dengan apa yang Alloh tetapkan dengan
terus berusaha dan berusaha , berdoa dan terus berdoa untuk kebaikan buah hatinya.

Bila perubahan anak karena pengaruh luar, maka orang tua harus sigap dengan memberikan
pengertian serta arahan dan nasehat kepada anak secara lembut dan membatasi muamalah dengan perkara
yang bisa mempengaruhinya serta tetap iringi dengan doa dan juga perlu di ingat boleh jadi perubahan anak
karena kurangnya perhatian orang tua sehingga anak mencari perhatian dari pihak lain tanpa menyaring baik
atau buruknya. Sehingga bila sebab demikian maka orang tua harus memperbaiki diri dengan menyisihkan
waktu untuk anaknya.

Maka bersabar, memperbaiki diri, berdoa dan husnudzon kepada Alloh adalah cara yang bisa
ditempuh dalam menghadapi keterbatasan kondisi anak atau anak tidak sesuai dengan harapan orang tua.
Alloh berdasarkan prasangka hambaNya. Bila prasangka baik niscaya kebaikan Alloh berikan kepadanya
dan bila prasangka jelek maka keburukan akan menimpanya.
BAB III

KEPADA SIAPA KEWAJIBAN PENDIDIKAN ANAK DILIMPAHKAN

Anak adalah amanah dari Alloh untuk orang tua, sehingga apapun yang berkaitan dengan anak
merupakan tanggung jawab orang tuanya. Mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi, orang tua menjadi
tempat pendidikan utama dan pertama bagi anak. Adapun sekolah, madrosah ataupun pondok pesantren
sebagai partner orang tua untuk bekerja sama dalam memberikan pendidikan buat anak dan bukan tempat
pendidikan yang utama.

Dari sini dituntut bagi orang tua untuk bisa tanggap dan memahami tugasnya karena peran orang tua
sangat menentukan baik-buruk serta utuh-tidaknya kepribadian anak. Untuk itu orang tua pasti akan dimintai
pertanggung jawaban di hadapan Alloh Azza wa Jalla kelak di akhirat tentang anak-anaknya. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

ِ‫ود إِلَّ يولَ ُد علَى الْ ِفطْرةِ فَأَب واه ي هودانِِه أَو ي نَصرانِِه أَو ُيَُجسانِه‬
ٍ ُ‫ما ِمن مول‬
َ ْ َ ُ ْ َ َ ُ ُ ََ َ َ ُ َْ ْ َ
“Tiada seorangpun yang dilahirkan kecuali dilahirkan pada fithrah (Islam)nya. Kedua orang
tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi” (HR. Al-Bukhâri dan Muslim)

Hadits ini menunjukkan bahwa orang tua sangat menentukan shaleh-tidaknya anak. Sebab pada asalnya
setiap anak berada pada fitrah Islam dan imannya; sampai kemudian datanglah pengaruh-pengaruh luar,
termasuk benar-tidaknya orang tua mengelola mereka. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga
bersabda:

ِ
ِ ‫اعية ِِف ب ي‬ ِِ ِ ِِ َّ ‫ام َر ٍاع َوَم ْسئُول َع ْن َر ِعيَّتِ ِه َو‬ ِِ ِ
‫ت‬ َْ َ ‫الر ُج ُل َر ٍاع ِِف أ َْهله َوُه َو َم ْسئُول َع ْن َرعيَّته َوالْ َم ْرأَةُ َر‬ ُ ‫كلكم َر ٍاع َوُكلُّ ُك ْم َم ْسئُول َع ْن َرعيَّته اْ ِإل َم‬
‫َزْوِج َها َوَم ْسئُولَة َع ْن َر ِعيَّتِ َها‬

“Setiap engkau adalah pemelihara, dan setiap engkau akan dimintai pertanggung jawaban
mengenai apa yang menjadi tanggung jawab pemeliharaannya: Seorang pemimpin adalah pemelihara, ia
akan dimintai pertanggung jawaban mengenai apa yang menjadi tanggung jawab pemeliharaannya.
Seorang laki-laki juga pemelihara dalam keluarganya, ia akan dimintai pertanggung jawaban mengenai
apa yang menjadi tanggung jawab pemeliharaannya. Dan seorang perempuan adalah pemelihara dalam
rumah suaminya, ia akan dimintai pertanggung jawaban mengenai apa yang menjadi tanggung jawab
pemeliharaannya.” (HR. Al-Bukhâri)

Maka orang tua bertanggung jawab sepenuhnya terhadap anak-anaknya. Karena itu hendaknya setiap
orang tua memperhatikan sepenuhnya perkembangan serta masa depan anak-anaknya, masa depan yang
bukan berorientasi pada sukses duniawi, tetapi yang terpenting adalah sukses hingga akhiratnya. Dengan
demikian, orang tua tidak boleh mementingkan diri sendiri, misalnya dengan melakukan dorongan yang
secara lahiriah terlihat seakan-akan demi kebaikan anak, padahal sesungguhnya untuk kepentingan
kebaikan, prestise atau popularitas orang tua. Sehingga akhirnya salah langkah. (Referensi: almanhaj.or.id)

Jika dikembalikan kepada tujuan diciptakannya manusia, yaitu hanya untuk beribadah kepada Allah
Azza wa Jalla saja. Maka peran orang tua menjadi sangat besar untuk mengarahkan anak-anaknya menjadi
hamba-hamba Allah Azza wa Jalla yang shaleh, yang hanya beribadah kepada-Nya saja. Merupakan dosa
besar jika orang tua tidak sungguh-sungguh mengarahkan anak-anaknya menuju peribadatan yang menjadi
tujuan diciptakannya manusia. Dalam hal ini keteladanan para nabi ‘alaihimush shalâtu was salâm harus di
ikuti. Sebagai contoh, Allah Azza wa Jalla menceritakan perhatian Nabi Ya’kub Alaihissallam terhadap
anak-anaknya. Allah Azza wa Jalla menceritakan perkataan beliau kepada anak-anaknya saat beliau
menjelang wafat:

َ ‫يل َوإِ ْس َحا‬ ِ ِ ‫ال لِبنِ ِيه ما تَعب ُدو َن ِمن ب ع ِدي قَالُوا نَعب ُد إِ َََّٰلك وإَِّٰلَه ابائِك إِب ر ِاه‬ ِ ُ ‫وب الْمو‬
َ ‫يم َوإ ْْسَاع‬
َ َْ َ َ َ َ َ َ ُْ َْ ْ ُ ْ َ َ َ َ‫ت إ ْذ ق‬ َ ‫أم ُكْنتُ ْم َُ َه َداءَ إِ ْذ َح‬
ْ َ َ ‫ضَر يَ ْع ُق‬
‫احدا َوََْن ُن لَهُ ُم ْسلِ ُمو َن‬
ِ ‫إِ َََّٰلا و‬
َ
“Adakah kamu hadir ketika Ya’kûb kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-
anaknya:”Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab:”Kami akan menyembah
Sesembahan-mu dan Sesembahan nenek moyangmu; Ibrâhîm, Isma’il, dan Ishâk, (yaitu) Sesembahan satu-
satu-Nya yang Maha esa dan kami hanya tunduk kepada-Nya”. (Al-Baqarah :133)

Begitu juga perhatian dan pendidikan yang dilakukan Lukman kepada anaknya. Allah Azza wa Jalla
berfirman dalam surat Luqmân :13-19

‫ن َل تُ ْش ِرْك بِٱللَّ ِه ٓ إِ َّن ٱلش ْرَك لَظُْلم َع ِظيم‬ ِ ِِ ِ َ َ‫َوإِ ْذ ق‬


ََّ ُ‫ال لُ ْق ََّٰم ُن لٱبْنهۦ َوُه َو يَعظُهۥُ يََّٰب‬
“Dan (ingatlah) ketika Lukmân berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya
:“Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah Azza wa Jalla , sesungguhnya mempersekutukan
(Allah Azza wa Jalla ) adalah benar-benar kezhaliman (ketidak adilan) yang besar”.

ِ ََّ ِ‫ك إ‬ ِِ ِ ِ ِ ِ َّٰ ‫ٱإل‬


ُ‫ِل ٱلْ َمصي‬ َ ْ‫ي أ َِن ٱ َْ ُك ْر ِِل َول ََّٰول َدي‬
ِ ْ ‫صلُهۥُ ِِف َع َام‬
ََّٰ ‫نس َن ب ََّٰول َديْه ََحَلَْتهُ أ ُُّمهۥُ َوْهنا َعلَ َّٰى َوْه ٍن َوف‬ ِ َّ ‫َوَو‬
َ ْ ‫صْي نَا‬
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (supaya berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya;
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua
tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.“

ََّ ِ‫اب إ‬ ِ ِ ِ ِ ‫وإِن َّٰجه َد َاك علَىٓ أَن تُ ْش ِرَك ِب ما لَيس لَك بِِهۦ ِع ْلم فَ َل تُ ِطعهما ٓ و‬
ٓ ‫ِل‬ َ ‫صاحْب ُه َما ِف ٱلدُّنْيَا َم ْع ُروفا ٓ َوٱتَّب ْع َسب‬
َ َ‫يل َم ْن أَن‬ َ َ َُْ َ َ ْ َ َّٰ َ َ َ َ
‫ِل َم ْرِج ُع ُك ْم فَأُنَبئُ ُكم ِِبَا ُكنتُ ْم تَ ْع َملُو َن‬
ََّ ِ‫ُثَّ إ‬
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan sesuatu dengan Aku, hal yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia
dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu,
kemudian akan Ku-beritakan kepadamu kelak apa yang telah kamu kerjakan.”

‫ت ِِبَا ٱللَّهُ ٓ إِ َّن ٱللَّهَ لَ ِطيف َخبِي‬


ِ ْ‫ض يأ‬ ِ ِ َّ ‫ص ْخرةٍ أ َْو ِِف‬
َ ِ ‫ٱلس ََّٰم ََّٰوت أ َْو ِف ْٱْل َْر‬
ِ ٍ ٍ َ ‫يَّٰب ن إِنَّهآ إِن تَك ِمثْ َق‬
َ َ ‫ال َحبَّة م ْن َخ ْرَدل فَتَ ُكن ِف‬ ُ َ ََّ َُ
(Lukmân berkata):”Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan
berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah Azza wa Jalla akan mendatangkannya
(membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha halus lagi Maha mengetahui.”

‫ك ِم ْن َع ْزِم ْٱْل ُُموِر‬ ِ


َ ‫ك ٓ إِ َّن ََّٰذل‬
َ َ‫َصاب‬
َ ‫ٱص ِْب َعلَ َّٰى َمآ أ‬ َ ُ
ِ
ِ ْ ‫وف وٱنْهَ َع ِن ٱلْمن َك ِر و‬ ِ َّ ‫ن أَقِ ِم‬
َ ‫ٱلصلَ َّٰوَة َوأْ ُم ْر بٱلْ َم ْع ُر‬ ََّ ُ‫يََّٰب‬
“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah
(mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya
yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah Azza wa Jalla )”

‫خوٍر‬ ٍ ُّ ‫ض َمَرحا ٓ إِ َّن ٱللَّهَ َل َُِي‬


ُ َ‫ب ُك َّل ُمُْتَال ف‬ ِ ‫ش ِِف ْٱْل َْر‬ ِ ‫َّك لِلن‬
ِ َْ‫َّاس َوَل َت‬ َ ‫صع ْر َخد‬
َ ُ‫َوَل ت‬
“Dan janganlah memalingkan muka dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan
di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla tidak menyukai orang-orang yang
sombong lagi membanggakan diri.”

‫ٱْلَ ِم ِي‬
ْ ‫ت‬ ِ ‫ص ْد ِِف م ْشيِك وٱ ْغضض ِمن صوتِك ٓ إِ َّن أَن َكر ْٱْل‬
ِ ْ‫وٱق‬
ُ ‫ص ْو‬
َ َ‫َص ََّٰوت ل‬
ْ َ َ َْ ْ ُ َ َ َ َ
“Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk
suara ialah suara keledai.”

Demikianlah pelajaran penting dari Luqmân kepada anaknya yang termuat dalam Surah Luqman,
ayat 13-19. Intisari dari pelajaran Luqmân tersebut adalah pendidikan penting bagi masa depan anaknya,
terutama masa depan ukhrowi. (Referensi: almanhaj.or.id)
BAB IV

KEWAJIBAN ORANG TUA KAITANNYA DENGAN MADRASAH/TEMPAT BERSEKOLAH ANAK

Setelah orang tua mengetahui akan kewajiban utama dan pertama ada pada pundak mereka, maka
masing-masing orang tua harus berupaya semaksimal mungkin untuk kebaikan buah hatinya terutama dalam
pendidikannya. Jangan dibiarkan anak dididik oleh lingkungan yang buruk atau orang tua salah dalam
memilihkan partner untuk bisa saling bersinergi dalam rangka pendidikan anak.

Kondisi masing - masing orang tua berbeda satu dengan lainnya. Sebagian mereka ada yang punya
waktu khusus untuk memberikan pengajaran dan pendidikan kepada anak, sebagian lainnya tidak
mempunyai waktu karena tuntutan ekonomi sehingga keduanya sibuk bekerja mencari nafkah. Dari keadaan
tersebut tentu semuanya membutuhkan partner agar pendidikan anak lebih baik dari sisi kepribadiannya.
Terlebih bagi orang tua yang kurang waktunya untuk anak mereka. Akan tetapi juga harus diperhatikan
dalam memilih partner bagi anak, jangan sembarangan dan jangan hanya melihat luarnya saja akan tetapi
lihat kualitas dan tanggung jawabnya untuk bisa diajak kerja sama. Partner tersebut bisa berupa sekolah
atau madrasah.

Akan tetapi sekali lagi lembaga tersebut hanya sebagai partner bukan inti dan bukan yang utama.
Tetap yang utama dan terinti kembali pada kedua orang tua, maka yang perlu dilihat dalam mencari dan
memilih lembaga sekolah atau madrosah :

1. Jam pelajaran agama dari sekolah tersebut.

Pilih sekolahan yang lebih banyak pengajaran agamanya, karena sebagian dari lembaga
pendidikan yang ada, hanya memperhatikan pelajaran umum saja atau bobot agama sangat sedikit
dibanding dengan pelajaran umum. Terutama saat ini pihak - pihak tertentu yang berkepentingan
berusaha menghapus pelajaran agama pada sekolah. Maka jangan hanya melihat megahnya
bangunan sekolah atau elitnya orang - orang yang masuk pada sekolah itu tapi lebih dari itu harus
dilihat tentang agamanya

2. Substansi dari pengajaran agamanya.

Saat ini sekolah berbasis islam sangatlah banyak ( wal hamdulillah ), akan tetapi yang sangat
disayangkan, agama islam yang disampaikan ke anak didik sebagiannya diambil bukan dari islam itu
sendiri. Terutama masalah aqidah yang materinya sebagian terkontaminasi dengan pemahaman yang
tidak selaras dengan islam. Maka hal ini dibutuhkan kehati hatian dari orang tua, jangan sampai anak
belajar agama tapi justru membenci islam itu sendiri. Betapa banyak saat ini orang belajar islam tapi
sama islam itu sendiri benci. La hawla wa laa quwwata illa billah.

3. Penerapan nilai agama.

Sekolah yang terekomendasikan adalah sekolah yang berdiri di atas pijakan pondasi yang
benar dan berusaha di terapkan dalam lingkungan sekolah. Sehingga pengajaran agama tidak hanya
sekedar teori semata akan tetapi para pengajarnya berusaha membiasakan anak didiknya untuk
menerpkn nilai agama yang telah diajarkan. Misal dengan guru yang sering mengingatkan anak
untuk melakukan kebaikan.

4. Profesionalitas.

Hal ini dilihat dari tanggung jawab dari sekolah akan amanah pendidikan. Sekolah bisa
menjalin kerja sama dan komunikasi bersama orang tua dengan baik. Sabar dalam mendidik dan
berusaha memberikan solusi bagi orang tua terhadap anak yang kurang atau mempunyai
keterbatasan.

Sekarang kembali kepada orang tua untuk pandai memberikan motivasi anak untuk bisa belajar di
sekolah atau madrosah yang telah diyakini bisa memberikan pendidikan yang baik dan mempersiapkan diri
untuk bisa bekerja sama dengan pihak sekolah tersebut dalam rangka pendidikan anaknya agar ke depan
lebih baik.
BAB V

TIPS SAAT ORANG TUA MEMILIKI KENDALA/KETERBATASAN SAAT MENDIDIK


ANAK.

Kondisi orang tua tidak bisa disamakan. Tiap orang tua pastilah mempunyai kendala atau masalah
berbeda dalam mendidik anak. Ada yang kendalanya berat dan adapula yang ringan. Masing - masing
memerlukan solusi sesuai dengan hambatan yang dihadapinya. Akan tetapi bila dikerucutkan maka akan
didapatkan solusi yang sama baik yang berat ataupun ringan.

Islam agama sempurna, semuanya sudah tertuang di dalamnya secara jelas dan rinci. Terutama
dalam pendidikan, maka islam sejak diutusnya Nabi Muhammad Shollallohu alaihi wa Sallam sudah
mengajarkannya sebelum semua teori muncul, yaitu sebagai berikut :

1. Apapun masalah yang dihadapi manusia maka solusinya ada dua jenis yaitu solusi bersifat diniyah
dan solusi bersifat dunyawiyah. Diniyah berupa meningkatkan nilai taqwa pada diri orang tua kepada
Alloh. Dengan memperbanyak kebaikan dan istighfar dari berbagai salah dan dosa. Alloh berfiman
dalam surat At-Tholaq : 2

‫َوَمن يَت َِّق ٱللَّهَ ََْي َعل لَّهۥُ َُْمَرج‬

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.”

Dalam ayat lainnya surat At-Tholaq : 4

‫َوَمن يَت َِّق ٱللَّهَ ََْي َعل لَّهۥُ ِم ْن أ َْم ِرهۦِ يُ ْسرا‬

“Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya
kemudahan dalam urusannya.”

Sehebat apapun masalah, bila dilandasi dengan ketaqwaan maka semuanya akan mudah
dengan izin Alloh.

2. Dunyawiyah berupa sebab - sebab dunia yang sekiranya bisa ditempuh dan sudah terbukti. Dalam
hal ini tidak ada aturan khusus dalam islam yang terpenting tidak ada unsur pelanggaran syariat dan
juga tidak berlebihan. Semua bisa ditempuh untuk kebaikan anak dalam pendidikannya. Dan ini bisa
dikonsultasikan dengan orang tua yang sudah sukses dalam pendidikan anaknya dan juga kepada
para ustadz untuk terkait hukum syar’inya. Apalagi zaman sekarang fasilitas pendidikan sangat
lengkap dan mudah didapat. Tinggal kita bisa berhati hati dalam menggunakannya.

Setelah menempuh kedua solusi diatas maka jangan lupa juga doa tidak kalah pentingnya. Selipkan
doa terbaik untuk anak diwaktu - waktu mustajab karena doa adalah senjata setiap mukmin. Tidak ada yang
sulit bagi Alloh untuk merubah semuanya. Lihat sosok Umar yang terkenal keras dan kebencian yang luar
biasa pada Nabi, bisa menjadi lembut kepada kaum muslimin dan begitu cinta kepada beliau melebihi
cintnya pada dirinya sendiri. Apa yang menjadi sebabnya? ternyata doa dari Nabi. Bila Alloh berkehendak
tidak ada yang bisa menghalanginya. Demikian pula terhadap anak , berikan kepada mereka kata - kata
terpuji dan hindari umpatan dan makian yang akan berakibat membekas pada jiwa anak.Terus berusaha dan
jangan putus asa, Alloh pasti akan membantu.
BAB VI

MOTIVASI MENDIDIK ANAK

Anak bagian dari orang tua, bagaimanapun keadaan anak, orang tua pastilah ikut merasakannya. Saat
anak tumbuh berkembang menjadi anak sholih, orang tua tentu bahagia, dan lain halnya bila anak tumbuh
berkembang tidak sesuai harapan, pasti kesedihan akan dirasakan orang tua walaupun dalam hati tetap
menerima kenyataan yang ada. Sehingga wajib bagi orang tua untuk tidak putus asa untuk memberikan
pendidikan bagi anaknya. Alloh maha melihat usaha hambaNya. Selama hamba istiqomah dalam usaha
kebaikan, Alloh tidak akan menyia nyiakan sedikitpun.

Oleh karena itulah untuk tetap memberikan semangat bagi orang orang tua, berikut ada beberapa hal :

1. Orang tua akan dimintai tanggung jawab terhadap anaknya

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

،‫الر ُج ُل َر ٍاع َعلَى أ َْه ِل بَْيتِ ِه َوُه َو َم ْسئُول َعْن ُه ْم‬ ِ ‫ فَاْل َِميُ الَّ ِذي َعلَى الن‬،‫ُكلُّ ُك ْم َر ٍاع فَ َم ْسئُول َع ْن َر ِعيَّتِ ِه‬
َّ ‫ َو‬،‫َّاس َر ٍاع َوُه َو َم ْسئُول َعْن ُه ْم‬
‫ أَلَ فَ ُكلُّ ُك ْم َر ٍاع َوُكلُّ ُك ْم َم ْسئُول‬،ُ‫العْب ُد َر ٍاع َعلَى َم ِال َسي ِدهِ َوُه َو َم ْسئُول َعْنه‬ ِ ِِ ِ ِ ِ
َ ‫ َو‬،‫َواملَْرأَةُ َراعيَة َعلَى بَْيت بَ ْعل َها َوَولَده َوه َي َم ْسئُولَة َعْن ُه ْم‬
ِ‫عن ر ِعيَّتِه‬
َ َْ
“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas yang
dipimpinnya. Amir (kepala Negara), dia adalah pemimpin manusia secara umum, dan dia akan
diminta pertanggungjawaban atas mereka. Seorang suami dalam keluarga adalah pemimpin dan
akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka. Seorang istri adalah pemimpin di dalam rumah
tangga suaminya dan terhadap anak-anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas
mereka. Seorang hamba sahaya adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya, dia akan dimintai
pertanggungjawaban atasnya. Ketahuilah, bahwa setiap kalian adalah pemimipin dan setiap kalian
akan dimintai pertanggungjawaban atas siapa yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari no. 2554 dan
Muslim no. 1829)

2. Pahala amal baik anak juga akan didapat oleh orang tuanya selama orang tua mendidik dan
mengajarkannya atau mendukungnya.

Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

ِْ ‫ض َللَ ٍة َكا َن َعلَْيهِ ِم ْن‬ ِ ‫من دعا إِ َِل هدى َكا َن لَه ِمن ْاْلَج ِر ِمثْل أُجوِر من تَبِعه َل ي ْن ُقص َذلِك ِمن أ‬
‫اإل ِْث‬ َ ‫ُجوِره ْم ََْيئا َوَم ْن َد َعا إِ َِل‬
ُ ْ َ ُ َ َُ ْ َ ُ ُ ْ ْ ُ ُ ََ َْ
‫ك ِم ْن اثَ ِام ِه ْم ََْيئا‬ ِ ‫ِمثْل اثَ ِام من تَبِعه َل ي ْن ُق‬
َ ‫ص َذل‬
ُ َ َُ ْ َ ُ
“Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk, maka ia mendapat balasan semisal orang
yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala orang yang melakukannya sedikitpun. Dan
barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan, maka ia mendapat dosa sebagaimana dosa orang
yang melakukan (kesesatan tersebut) tanpa mengurangi dosanya sedikitpun.” (HR. Muslim No.
2674)

Berdasarkan dalil yang ada jelaslah kondisi seseorang, walaupun ia berasal dari ayahnya dan
usahanya, namun tidak berarti ayah akan mendapat pahala untuk setiap amal shalih yg dilakukan
anaknya. Akan tetapi, ia hanya diberi balasan sesuai dengan keikutsertaannya dalam amal shalih
anaknya. Baik karena ia telah mengajarkan amal tersebut kepada anaknya atau karena bimbingannya.
Dari sini bisa difahami dan sekaligus sebagai peringatan bagi setiap orang tua. Bahwa orang tua
hanya dapat kebaikan anaknya selama mereka ikut andil dalam pendidikan atau pengajarannya. Bila
orang tua acuh dan tidak peduli atau bahkan menghalangi anak untuk belajar di sekolah yang
diajarkan agama islam dengan benar sehingga anak tidak mengerti agamanya maka orang tua justru
akan dapat dosanya. Dan bila anak menjadi baik karena didikan orang lain tanpa ada campur tangan
orang tua maka pahala akan diberikan kepada orang yang telah mendidiknya.

3. Anak sholih akan berbakti kepada orang tuanya terlebih bila sudah lanjut usia.

Orang tua bila sudah mulai usia lanjut, bukan harta kekayaan yang diharapkan untuk menemaninya
akan tetapi perhatian serta doa anaknya. Betapa banyak orang tua merasa menyesal karena sikap
anaknya yang tega dengan orang tuanya. Disaat sakit tidak ada anak yang menemaninya atau sekedar
melihat kondisi orang tuanya untuk beberapa hari. Tidak bisa pulang karena alasan pekerjaan atau
yang lainnya.

Ini karena dahulu orang tua hanya memperhatikan pendidikan yang bersifat dunia dan dijauhkan dari
pendidikan agama yang benar. Besarnyapun akan terbentuk sebagaimana orang tuanya inginkan.
Beda dengan sejak awal anak sudah terbiasa pendidikan agama in syaa Alloh dengan izin Alloh
jiwanya akan terbentuk sesuai yang dominan dia dapatkan.

4. Anak aset akhirat

Dari Sa’id bin Jubair dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu’anhuma, beliau berkata,

‫ *( و الذين امنوا و اتبعتهم ذريتهم بإُيان‬: ‫ ث قرأ‬، ‫ لتقرِبم عينه‬، ‫إن اهلل ليفع ذرية املؤمن إليه ِف درجته و إن كانوا دونه ِف العمل‬
“ ‫ و ما نقصنا اآلباء ِبا أعطينا البني‬: ‫ث قال‬، ‫) اآلية‬

“Allah mengangkat derajat anak cucu seorang mukmin setara dengannya, meskipun amal
perbuatan anak cucunya di bawahnya, agar kedua orangtuanya tenang dan bahagia. Kemudian
beliau membaca firman Allah yang artinya, “Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu
mereka mengikuti mereka dalam keimanan” ( AthThuur : 21) kemudian beliau berkata: dan kami
tidak mengurangi dari bapak-bapak mereka apa yang kami berikan kepada anak mereka”(As-
Silsilah Ash-Shahihah no.2490 5/495, Al-Maktabah As-Syamilah).

Syaikh Al-Albani rahimahullahu menjelaskan bahwa riwayat ini sanadnya shahih. Beliau berkata,

‫ بل هو ظاهر‬، ‫ْلنه ل يقال ِبجرد الرأي‬، ‫ إن املوقوف ِف حكم املرفوع‬: ‫ و لكن من املمكن أن يقال‬، ‫ و ل َك ِف ذلك‬: ‫قلت‬
‫اآلية املذكورة …فهو صحيح اإلسناد‬

“Tidak diragukan lagi mengenai hal tersebut, akan tetapi mungkin bisa dikatakan hadits
ini mauquf (perkataan sahabat) sengan status hukum marfu’ (sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam). Karena tidak dikatakan semata-mata ra’yu (pendapat Ibnu Abbas), bahkan ini adalah zahir
ayat yang disebutkan… dan sanadnya shahih”(Ibid). (Sumber: muslim.or.id)
PENUTUP

Sebagai penutup dari tulisan ini, kami hadirkan sebuah hadits dari Abu
Hurairah radhiyallahu‘anhu beliau berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,

ِ ِ ِ ِ ‫يف وِِف ُك ٍّل خي ر اح ِرص علَى ما ي ْن َفعك و‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ُّ ‫ى خي ر وأَح‬ ِ


‫ك‬ َ ‫استَع ْن باللَّه َولَ تَ ْعج ْز َوإِ ْن أ‬
َ َ‫َصاب‬ ْ َ َ ُ َ َ َ ْ ْ َْ َ ‫ب إ َِل اللَّه م َن الْ ُم ْؤم ِن الضَّع‬ َ َ ْ َ ُّ ‫الْ ُم ْؤم ُن الْ َق ِو‬
ِ َ‫ ولَ ِكن قُل قَ َدر اللَّ ِه وما ََاء فَ عل فَِإ َّن لَو تَ ْفتَح عمل الشَّيط‬.‫ََىء فَلَ تَ ُقل لَو أَِّن فَع ْلت َكا َن َك َذا وَك َذا‬
‫ان‬ ْ َ ََ ُ ْ َ َ َ ََ ُ ْ ْ َ َ ُ َ ْ ْ ْ
“Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih Allah cintai daripada seorang mukmin yang lemah,
dan masing-masing berada dalam kebaikan. Bersungguh-sungguhlah pada perkara-perkara yang
bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu bersikap lemah. Jika kamu
tertimpa sesuatu, janganlah kamu katakan: ‘Seandainya aku berbuat demikian, pastilah akan demikian dan
demikian’ Akan tetapi katakanlah: ‘Qoddarallah wa maa syaa fa’ala (Allah telah mentakdirkan hal ini dan
apa yang dikehendakiNya pasti terjadi)’. Sesungguhnya perkataan ‘Seandainya’ membuka pintu perbuatan
setan.” (HR. Ahmad 9026, Muslim 6945, dan yang lainnya).

Allohu a’lamu bish showab

Anda mungkin juga menyukai