Catatan :
laba, jika pendapatan > beban
Rugi, jika pendapatan < beban
2. Terdapat beberapa hal yang menjadi asumsi dasar dan melandasi struktur akuntansi.
Sebutkan dan jelaskan asumsi-asumsi dasar yang menjadi dasar dalam akuntansi di Indonesia!
Asumsi – asumsi dasar dalam akuntansi
1.Asumsi Unit Moneter (Monetary Unit Assumption).
Asumsi bahwa data transaksi yang akan dilaporkan dalam catatan akuntansi harus dapat
dinyatakan dalam satuan mata uang atau unit moneter tertentu. Dengan adanya asumsi ini :
Asumsi unit moneter terkait langsung dengan penerapan konsep biaya yang digunakan sebagai
dasar dalam penyusunan laporan keuangan, di mana aset yang dibeli pada umumnya akan dicatat
sebesar harga perolehan.
2. Asumsi Entitas Ekonomi (Economic Entity Assumption).
Asumsi bahwa adanya pemisahan pencatatan antara transaksi perusahaan sebagai entitas
ekonomi dengan transaksi pemilik sebagai individu dan transaksi entitas ekonomi lainnya.
Perusahaan dianggap sebagai unit akuntansi yang terpisah dari pemiliknya atau dari kesatuan
usaha yang lain. Demikian juga, guna kepentingan tujuan akuntansi, perusahaan dipisahkan dari
pemegang saham atau pemiliknya.
3. Asumsi Periodisitas (Time Period Assumption).
Asumsi bahwa informasi akuntansi dibutuhkan atas dasar ketepatan waktu. Umur aktivitas
perusahaan dapat dibagi menjadi beberapa periode akuntansi, misalnya setiap bulan, setiap tiga
bulan, atau setiap satu tahun. Kegiatan perusahaan akan berjalan terus dari periode yang satu ke
periode yang lain dengan volume dan laba yang berbeda. Pengakuan dan pengalokasian ke dalam
periode-periode tertentu dibuat dalam laporan-laporan keuangan yang tepat pada waktunya. Hal
tersebut dimaksudkan agar berguna bagi manajemen, pemilik, dan kreditur.
4. Asumsi Kelangsungan Usaha (Going Concern Assumption).
Asumsi bahwa suatu perusahaan didirikan dengan harapan akan tetap terus dapat beroperasi
dalam jangka waktu yang tidak terbatas. Untuk itulah, asumsi ini menekankan akan pentingnya :
perhitungan tentang adanya penyusutan atas aset tetap, karena aset tetap yang dibeli
tidak akan dicatat sebesar harga perolehannya, melainkan dicatat sebesar sebesar nilai pada
saat perusahaan dilikuidasi.
tidak ada penggolongan lancar atau tidak lancar atas aset dan kewajiban.
Sehingga dalam praktek akuntansi yang berlaku umum, penyusutan atas aset tetap, penggolongan
aset, serta kewajiban ke dalam lancar atau tidak lancar timbul sebagai adanya asumsi
kesinambungan usaha.
3. Laporan Keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan harus memiliki kualitas yang baik adar
berguna bagi berbagai pihak yang membutuhkan informasi tersebut. Jelaskan kualitas
standar yang harus dimiliki oleh laporan keuangan yang disajukan oleh perusahaan!
1. Dapat Dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya
untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Namun demikian, informasi kompleks yang
seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar
pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pemakai tertentu.
2. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses
pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi
keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa
kini atau masa depan, menegaskan, atau mengkoreksi, hasil evaluasi mereka di masa lalu.
3. Materialitas
Informasi dipandang material kalau kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam
mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil atas
dasar laporan keuangan. Materialitas tergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai
sesuai dengan situasi khusus dari kelalaian dalam mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat.
4. Keandalan
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal. Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari
pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai
penyajian yang tulus atau jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan
dapat disajikan.
7. Kelengkapan
Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan
materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan (omission) mengakibatkan
informasi menjadi tidak benar atau menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan dan tidak
sempurna ditinjau dari segi relevansi.
8. Dapat Dibandingkan
Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan organisasi antar periode untuk
mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat
memperbandingkan laporan keuangan antar organisasi untuk mengevaluasi posisi keuangan,
kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif.
9. Tepat Waktu
Tepat waktu meliputi penyediaan informasi laporan keuangan dalam jangka waktu pengambilan
keputusan. Jika terjadi penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, informasi yang
dihasilkan akan kehilangan relevansinya.
Jawaban :
a. Penyajian laporan keuangan : SAK ETAP ringkas, sedangkan SAK IFRS isinya lengkap.
b. Neraca : SAK ETAP memisahkan pengungkapan yang diperlukan untuk entitas yang
berbentuk PT dan yang bukan berbentuk PT, sedangkan SAK IFRS tidak ada pemisahan
pengungkapan untuk entitas yang berbentuk PT atau bukan PT
c. Laporan Laba Rugi : SAK ETAP tidak menggunakan istilah penghasilan komprehensif lain,
sedangkan IFRS menggunakan istilah penghasilan komprehensif lain
d. Laporan perubahan ekuitas, laporan laba rugi dan saldo laba : SAK ETAP laporan
perubahan ekuitas perlu menunjukkan pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam
ekuitas serta terdapat penjelasan laporan keuangan lengkap. Sedangkan SAK IFRS
mengatur tentang penyajian masing-masing penghasilan komprehensif lain dan tidak
terdapat penjelasan laporan keuangan lengkap.
e. Laporan Arus Kas : SAK ETAP menentukan bahwa arus kas dari aktivitas operasi perusahaan
diperoleh dari metode tidak langsung dan tidak mengatur arus kas dari mata uang asing.
Sedangkan SAK IFRS memberikan pilihan menggunakan metode langsung dan tidak
langsung dan mengatur arus kas dari mata uang asing.
f. Kebijakan, Estimasi Akuntansi dan Kesalahan : SAK ETAP menggabungkan keterbatasan
penerapan retrospektif di dalam judul pengungkapan perubahan kebijakan dan
pengungkapan koreksi kesalahan. Sedangkan SAK IFRS dalam PSAK 25 mengatur dalam sub
bab tersendiri mengenai keterbatasan penerapan retrospektif.
g. Investasi pada Efek Tertentu : SAK ETAP tidak melarang perubahan dari dan ke kelompok
investasi manapun, dan tidak ada aturan mengenai tainting rule. Sedangkan SAK IFRS
melarang perubahan dari dan ke kelompok investasi manapun, dan Ada aturan mengenai
tainting rule.
h. Persediaan : SAK ETAP tidak mengatur mengenai pialang dagang komoditi menggunakan
nilai wajar, sedangkan SAK IFRS mengatur mengenai pialang dagang komoditi
menggunakan nilai wajar
i. Investasi pada Entitas Asosiasi, Entitas Anak, Joint Venture, dan Properti Investasi : SAK
ETAP tidak adanya pengaturan mengenai hak suara potensial. Investasi pada entitas
asosiasi dan pencatatan joint venture dicatat menggunakan metode biaya. Sedangkan SAK
IFRS adanya pengaturan mengenai hak suara potensial. Investasi pada entitas asosiasi dan
pencatatan joint venture dicatat menggunakan metode ekuitas.
j. Aset Tetap dan Properti Investasi : SAK ETAP menganut penilaian aset berdasarkan biaya
perolehan. Sedangkan SAK IFRS memberikan pilihan untuk mengukur pada nilai wajar
k. Aset Tidak Berwujud : SAK ETAP mengatur entitas harus mengakui pengeluaran internal
yang terjadi atas aset tidak berwujud sebagai beban saat terjadinya, kecuali pengeluaran
tersebut memenuhi kriteria sebagai biaya perolehan atas aset lain. Sedangkan SAK IFRS
mengatur pengeluaran internal tertentu seperti biaya pengembangan setelah tercapai
economic viability dapat dikapitalisasi sebagai aset tidak berwujud.
l. Biaya Pinjaman dan Penurunan Aset : SAK ETAP pengaturannya lebih sederhana, dimana
semua biaya pinjaman yang muncul diakui beban pada periode terjadinya. Sementara pada
penurunan nilai aset, SAK ETAP memiliki ruang lingkup yang lebih luas. Sedangkan SAK IFRS
mengatur mengenai kapitalisasi biaya pinjaman. Sementara terkait penurunan nilai aset,
PSAK secara spesifik mengatur mengenai penurunan nilai pinjaman yang diberikan dan
piutang dan persediaan.
m. Kewajiban Diestimasi dan Kontinjensi, Ekuitas, Pendapatan dan Pajak Penghasilan : SAK
ETAP Terkait pajak penghasilan, pengaturan dalam SAK ETAP jauh lebih sederhana yaitu
menggunakan konsep pajak terutang. Sedangkan SAK IFRS menggunakan konsep pajak
tangguhan.
n. Sewa : SAK ETAP hanya mencakup pengaturan tentang transaksi sewa. Sedangkan SAK IFRS
mengatur tersendiri lessor pabrikan atau dealer, dan transaksi jual dan sewa balik.
o. Mata Uang Pelaporan dan Transaksi dalam Mata Uang Asing : SAK ETAP memiliki definisi
mata uang fungsional, mata uang pelaporan dan mata uang pencatatan. Selain itu SAK
ETAP juga mengatur bahwa jika entitas menggunakan mata uang asing sebagai mata uang
pelaporan, maka mata uang tersebut harus mata uang fungsional. Sedangkan SAK IFRS
Istilah mata uang pelaporan tidak digunakan dalam PSAK 10. PSAK mengatur mengenai
penjabaran kegiatan usaha luar negeri dan pengaruh pajak atas semua selisih nilai tukar.
p. Peristiwa setelah Akhir Periode Pelaporan dan Pengungkapan Pihak-Pihak yang
Mempunyai Hubungan Istimewa : SAK ETAP mengatur dividen yang diumumkan setelah
tanggal pelaporan dalam subbab tersendiri. Terkait dengan pengungkapan pihak-pihak
yang memiliki hubungan istimewa, SAK ETAP mengatur pengungkapan kompensasi dalam
manajemen kunci. Sedangkan SAK IFRS mengatur secara spesifik kelangsungan usaha, dan
mengatur spesifik terkait entitas yang memiliki hubungan istimewa dengan pemerintah.
q. Ketentuan Transisi : SAK ETAP Entitas yang sebelumnya telah menyusun laporan keuangan
dengan PSAK dan akan menerapkan SAK Etap akan melakukan beberapa penyesuaian.
Sedangkan SAK IFRS Entitas yang memenuhi persyaratan ETAP, namun memilih untuk tidak
menerapkan SAK ETAP, harus secara konsisten menggunakan PSAK-IFRS.
5. Apakah perbedaan antara perusahaan yang memiliki akuntabilitas publik dan yang tidak
memiliki akuntabilitas publik? Jelaskan!