Anda di halaman 1dari 16

PENGENALAN ALAT APLIKASI PESTISIDA

(Laporan Praktikum Bioekologi Hama Tumbuhan)

Oleh

Jenita Rahma Aulia


1614121012
Kelompok 3

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Banyaknya hama yang menyerang tanaman budidaya menimbulkan kerugian


secara ekonomik bagi petani. Pengendalian hama yang paling praktis adalah
menggunakan pestisida. Pestisida terbuat dari bahan-bahan kimia yang dapat
membunuh hama yang menyerang tanaman budidaya. Akan tetapi, penggunaan
pestisida seharusnya dilakukan sebagai tindakan atau langkah akhir dalam
pengendalian hama. Jika pestisida digunakan sebagai langkah awal, maka akan
terjadi ketidakseimbangan ekosistem dan ekologi disekitarnya. Hal tersebut akan
menyebabkan outbreak, yaitu peledakan populasi hama. Pestisida memiliki dosis
dan konsentrasi yang berbeda-beda. Selain itu, pestisida juga bermacam-macam
dengan formulasi yang beraneka ragam sesuai dengan sasarannya, misalnya
herbisida untuk mengendalikan gulma, insektisida untuk mengendalikan serangga
dan lain-lain (Saputra, 2012).

Aplikasi pestisida pada suatu areal tanaman yang luas, tentunya dibutuhkan suatu
alat yang mampu menyebarkan pestisida keseluruh areal pertanaman. Alat-alat
pengaplikasian pestisida pun berbeda-beda sesuai dengan jenis formulasi dan
kebutuhan. Beberapa macam alat aplikasi pestisida, misalnya mist blower, swing
fog, soil injector dan lain-lain. Alat-alat tersebut memiliki kelebihan dan
kelemahannya masing-masing. Alat pengendalian untuk aplikasi pestisida
bertujuan untuk menghasilkan butiran-butiran cairan atau percikan-percikan yang
berasal dari cairan yang ditempatkan di dalam salah satu bagian dari alat tersebut.
Alat aplikasi pestisida yang efisien dapat menjamin penyebaran bahan yang rata
pada sasaran tanpa pemborosan. Selain itu, pekerjaan dapat dilakukan dengan
cepat dan dengan jumlah tenaga kerja minimal. Fungsi utama semua jenis alat
pengendalian adalah untuk membantu mengendalikan suatu organism pengganggu
tanaman sasaran sehingga diperoleh hasil yang efektif dan efisien (Pracaya, 2008).

Kefektifan pestisida juga sangat bergantung dengan teknik aplikasinya alat yang
sering digunakan yaitu teknik sprayer atau penyemprotan. Aplikasi pestisida
dengan cara ini dianggap lebih mudah dan lebih praktis. Alat-alat aplikasi ini
sangat membantu untuk mengaplikasikan pestisida ke tanaman. Berdasarkan hal
tersebut, sebagai mahasiswa pertanian kita harus dapat mengetahui alat-alat yang
dapat memudahkan dalam penggunaan pestisida, sehingga tindakan pengendalian
dapat dilakukan secara efektif dan seefisien mungkin. Jika hal tersebut dapat
dilakukan, maka akan mencegah pemborosan terhadap pestisida yang digunakan.

I.2 Tujuan

Tujuan dilakukan praktikum ini adalah sebagai berikut.


1. Mengenal beberapa alat aplikasi pestisida.
2. Mengetahui fungsi dan bagian-bagian alat aplikasi pestisida.
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing alat aplikasi
pestisida.
II. METODOLOGI PERCOBAAN

II.1 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan adalah alat tulis dan kamera.

Bahan-bahan yang digunakan adalah mist blower, swing fog, automatic sprayer
dan semi automatic sprayer.

II.2 Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Diamati bagian-bagian dari masing-masing alat aplikasi pestisida.
3. Diketahui masing-masing fungsi alat aplikasi pestisida.
4. Diketahui kelebihan dan kekurangan dari masing-masing alat.
5. Digambar seluruh alat aplikasi pestisida yang telah disediakan.
6. Difoto keempat alat tersebut.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III.1 Hasil Pengamatan

Hasil yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut.


No Gambar Keterangan
.
1. Mist blower 1. Tutup tangki obat
2. Pipa tekanan udara (pipa aigitasi)
3. Tangki obat
4. Tutup pipa buangan
5. Ran pipa tekanan udara
6. Tuas pengatur buka tutup
7. Tangki bahan bakar
8. Pipa pengeluaran tepung
9. Blower
10. Pipa penyemprot
2. Swing fog 1. Soket pipa pengabut
2. Pipa tekanan udara
3. Pompa
4. Busi
5. Karburator
6. Katup udara
7. Tangki bahan bakar
8. Nozzel
9. Tabung batu baterai
10. Pipa pendingin dan resonator
11. Tabung pengabut
3. Automatic sprayer 1. Tangki
2. Unit pompa (terdiri dari silinder
pompa dan piston dari kulit).
3. Tangki pompa
4. Saluran penyemprot (terdiri dari
kran, selang karet, katup serta
pipa yang bagian ujungnya
dilengkapi nosel)
5. Manometer
6. Selang karet
7. Katup pengatur aliran cairan
bertekanan yang keluar dari
tanki
8. Katup pengendali aliran cairan
bertekanan yang keluar dari
selang
9. Laras pipa penyalur aliran
cairan bertekanan dari selang
menuju ke nosel
10. Nozzel
4. Semi automatic sprayer 1. Nosel
2. Kran
3. Tutup tanki
4. Tuas pemompa
5. Tangki penampung cairan
6. Selang penghubung laras
7. Laras

III.2 Pembahasan

Mist blower adalah alat yang digunakan untuk aplikasi pestisida padat atau serbuk.
Pestisida dalam bentuk debu terdiri dari bahan pembawa yang kering dan halus,
yang mengandung bahan aktif 1-10 persen, ukuran partikelnya berkisar lebih kecil
dari 75 mikron. Aplikasinya tanpa dicampur dengan bahan lain dan dimanfaatkan
untuk mengatasi pertanaman yang berdaun rimbun atau lebat, karena partikel debu
dapat masuk keseluruh bagian pohon. Selain itu, dapat menghembuskan cairan
yang lebih sedikit dan lebih efektif, sehingga menghemat tenaga kerja dan
efesiensi pemberantasan hama yang lebih besar. Keberhasilan penyemprotan
sangat ditentukan oleh tingkat peliputan (coverage), yakni banyaknya droplet
yang menutupi bidang sasaran. Makin banyak jumlah droplet pada tiap bidang
sasaran, makin besar kemungkinan OPT terkena pestisida, sehingga semakin besar
kemungkinan penyemprotan berhasi. Berikut ini adalah bagian-bagian dari mist
blower:
1. Tutup tangki obat
2. Pipa tekanan udara (pipa aigitasi)
3. Tangki obat
4. Tutup pipa buangan
5. Ran pipa tekanan udara
6. Alat metal untuk menstabilkan tepung yang dikeluarkan
7. Tuas pengatur buka tutup
8. Tangki bahan bakar
9. Pipa pengeluaran tepung
10. Blower
11. Pipa penyemprot (Pirdaus, 2015).

Mekanisme kerja alat mist blower dijalankan dengan memutar engkol. Gerakan
engkol akan memutar kipas melalui roda gigi. Alat pengaduk di dalam tangki ikut
berputar karena terpasang pada batang pengaduk yang berhubungan dengan
batang engkol. Tangkinya dapat memuat sekitar 400 g bahan pestisida. Bahan
pestisida yang dimasukkan dalam tangki atau wadah berbentuk powder dan ketika
engkol diputar serbuk akan keluar dalam bentuk debu. Prinsip kerja alat ini adalah
menghembuskan cairan seperti pestisida menjadi butir-butir kecil (droplet) oleh
bantuan tenaga angin yang kuat dari blower. Kelebihan alat ini adalah lebih
praktis karena mesin dapat menembus gulma di semak-semak yang dalam,
kapasitas sangat luas dan waktu yang dibutuhkan singkat, sedangkan kekurangan
dari alat ini adalah harganya yang mahal serta alat lebih berat dalam perawatan
mesinnya (Endah, 2005).

Swing fog adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengasapan. Swing fog ini
menggunakan bahan bakar bensin. Alat ini bekerja berdasarkan prinsip semburan
berpulsa. Campuran bahan bakar bensin dan udara secara berseri dibakar dalam
ruang pembakaran yang berbentuk khusus pada getaran sekitar 90 pulsa per detik.
Gas hasil pembakaran keluar melalui pipa yang lebih kecil dari ruang
pembakaran. Larutan bahan kimia diujung resonator, lewat arus pulsa gas,
kemudian pecah menjadi jutaan partikel kecil, dihembuskan ke udara dalam
bentuk kabut tebal. Temperatur diujung resonator, tempat cairan bahan kimia
mengalir berkisar antara 40 sampai 60 derajat Celcius tanpa mengurai komposisi
bahan aktif, larutan bahan kimia yang terkena panas disini tidak lebih dari 4
sampai 5 mili per detik. Oleh sebab itu bahan kimia yang peka terhadap panas
dapat dipakai. Tenaga listrik untuk menghidupkan alat ini hanya berasal dari 4
buah batu baterai biasa (Widianto, 2001).

Kelebihan swing fog ini adalah dapat menjangkau area yang cukup luas,
sedangkan kekurangan alat ini yaitu hanya efektif selama beberapa saat, asap
fogging mudah menguap karena udara terlalu panas, dapat mengganggu saluran
pernapasan, dan efek toksin terhadap penyakitnya idak bertahan lama. Bagian-
bagian dari alat ini adalah sebagai berikut:
1. Soket pipa pengabut
2. Pipa larutan bahan kimia
3. Keran larutan bahan kimia
4. Pipa tekanan udara
5. Pompa
6. Busi
7. Karburator
8. Katup udara
9. Tangki bahan bakar
10. Tangki larutan bahan kimia
11. Nozzel
12. Tabung batu baterai
13. Pipa pendingin dan resonator
14. Tabung pengabut (Djojosumarto,2008).

Automatic sprayer adalah alat yang digunakan untuk mengeluarkan pestisida


dalam bentuk cairan. Prinsip kerja alat penyemprot ini adalah memecah cairan
menjadi butiran partikel halus yang menyerupai kabut. Dengan bentuk dan ukuran
yang halus ini, maka pemakaian pestisida akan efektif dan merata ke seluruh
permukaan daun atau tajuk tanaman. Untuk memperoleh butiran halus, biasanya
dilakukan dengan menggunakan proses pembentukan partikel dengan
menggunakan tekanan (hydraulic atomization), yakni cairan di dalam tangki
dipompa sehingga mempunyai tekanan yang tinggi, dan akhirnya mengalir
melalui selang karet menuju ke alat pengabut. Cairan dengan tekanan tinggi dan
mengalir melalui celah yang sempit dari alat pengabut, sehingga cairan akan
pecah menjadi partikel-partikel yang sangat halus. Kelebihan menggunakan alat
ini adalah karena komponen yang digunakan relatif sederhana untuk dioperasikan,
fleksibel dan dengan perubahan sedikit dapat digunakan untuk sasaran organisme
yang lain. Sedangkan kekurangannya adalah droplet dihasilkan dalam kisaran
diameter yang luas mengakibatkan banyak pestisida yang terbuang dan
penggunaan komponen khususnya nosel yang mengharuskan seringnya
penggantian alat (Widianto, 2001).

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan automatic sprayer


adalah isi tangki cairan pestisida harus disisakan kurang lebih 1/5 bagian ruangan
tangki untuk udara. Setelah diisi cairan, tangki dipompa kurang lebih sebanyak
50-80 kali pemompaan. Mengetahui intensitas tekanan udara di dalam tangki
dapat diamati melalui manometer. Beberapa persyaratan lainnya adalah bahan
konstruksi terbuat dari plat tahan karat, bagian konstruksi pompa mudah dilepas
untuk dibersihkan, selang terbuat dari karet atau plastik, nosel dapat dilepas dan
dapat diganti baik tipe maupun ukuran lubangnya. Persyaratan lain yang berkaitan
efektivitas aplikasi pestisida dalam pengoperasian alat penyemprot adalah kondisi
kecepatan angin tidak melebihi 10 km/jam. Berikut ini adalah bagian-bagian alat
automatic sprayer:
1. Tangki dari bahan plat tahan karat, berfungsi untuk memompa cairan.
2. Unit pompa (terdiri dari silinder pompa dan piston dari kulit).
3. Tangki pompa
4. Saluran penyemprot (terdiri dari kran, selang karet, katup serta pipa yang
bagian ujungnya dilengkapi nosel).
5. Manometer, untuk mengukur tekanan udara di dalam tangki.
6. Selang karet.
7. Katup pengatur aliran cairan bertekanan yang keluar dari tanki.
8. Katup pengendali aliran cairan bertekanan yang keluar dari selang.
9. Laras pipa penyalur aliran cairan bertekanan dari selang menuju ke nosel.
10. Nosel, untuk memecah cairan menjadi partikel halus (Kristofer, 2010).
Semi automatic sprayer adalah sama dengan automatic sprayer yaitu sama-sama
mengeluarkan pestisida dalam bentukcairan. Prinsip kerja alat ini adalah memecah
cairan menjadi butiran partikel halus yang menyerupai kabut. Dengan bentuk dan
ukuran yang halus ini maka pemakaian pestisida akan efektif dan merata ke
seluruh permukaan daun atau tajuk tanaman. Untuk memperoleh butiran halus,
Cairan dengan tekanan tinggi dan mengalir melalui celah yang sempit dari alat
pengabut, sehingga cairan akan pecah menjadi partikel-partikel yang sangat halus.
Dari hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa jenis sprayer yang banyak
digunakan petani di lapangan adalah jenis ini, namun hasilnya kurang efektif,
tidak efisien dan mudah rusak (Padri, 2009).

Komponen-komponen sprayer yang sering mengalami kerusakan tersebut antara


lain : tabung pompa bocor, batang torak mudah patah, katup bocor, paking karet
sering sobek, ulir aus, selang penyalur pecah, nozzle dan kran sprayer mudah
rusak, tali gendong putus, dan sambung las korosi. Masalah lain adalah
kebanyakan pest yang direkomendasikan dan ini salah satunya disebabkan oleh
desain sprayer yang kurang menunjang aplikasi. Bagian-bagian alat semprot semi
otomatis antara lain tuas penyemprot, noozle, batang semprot, multi tangki,
memiliki satu tabung untuk menampung cairan pestisida sekaligus menampung
tekanan udara serta tali untuk menggendong alat. Kapasitas atau daya tampung
alat 17 liter dan terbuat dari logam besi (Novizan, 2002).

Cara penggunaan alat ini yakni dengan memasukkan bahan yang akan digunakan
dalam penyemprotan lalu gunakan pompa dengan menekan tuas sehingga cairan
keluar ketika kita menekan kran yang ada. Alat ini memiliki kelemahan yaitu
komponen-komponen sprayer yang sering mengalami kerusakan diantaranya ialah
batang torak mudah patah, paking karet sering sobek, katup bocor, ulir aus,
selang penyalur pecah, nozzle dan kran sprayer mudah rusak, tabung pompa
bocor, dan tali gendong putus. Namun kelebihan dari alat ini yaitu mampu
menampung kapasitas air sampai 16-18 liter dan terbuat dari logam besi. Bagian-
bagiannya adalah sebagai berikut:
1. Nosel
2. Kran
3. Tutup tanki
4. Tuas pemompa
5. Tangki penampung cairan
6. Selang penghubung laras
7. Laras ( Ekha, 1988).

Nozzle adalah bagian vital komponen pada mesin diesel yg berfungsi sebagai
penyemprot dan mengkabutkan bahanbakar di dalam ruang bakar. Fungsi utama
nozzle adalah memecah (atomisasi) larutan semprot menjadi butiran semprot
(droplet). Nozzle sprayer (knapsack sprayer) pertanian selama ini dikenal dengan
tipe, yaitu cone nozzle (nozzle kerucut), flat fan nozzle (nozzle kipas) , even flat
nozzle, nozzle polijet, dan nozzle lubang empat.

1. Cone nozzle (nozzle kerucut)


Menghasilkan semprotan halus. Pola semprotan berbentuk bulat (kerucut).
Terdiri dari 2 tipe, yaitu zolid atau full cone nozzle dan Hollow cone nozzle.
Solid cone nozze pola semprotan bulat penuh berisi, sedangkan hollow cone
nozzle menghasilkan semprotan berbentuk kerucut bulat kosong.
Digunakan terutama untuk aplikasi insektisida dan fungisida.
2. Flat Fan Nozzle (nozzle kipas standar)
Menghasilkan pola semprotan berbentuk oval (V) atau bentuk kipas dengan
sudut tetap. Mendapatkan sebaran droplet yang merata diusahakan
melakukan penyemprotan dengan saling tumpang tindih (overlapping).
Digunakan terutama untuk aplikasi herbisida, tetapi bisa juga digunakan
untuk fungisida dan insektisida.
3. Even Flat Fan Nozzle (nozzle kipas rata)
Memiliki pola semprot berbentuk garis. Butiran semprot tersebar merata.
Pada tekanan rendah digunakan untuk aplikasi herbisida pada barisan tanam
atau antar barisan tanam. Pada tekanan tinggi, digunakan untuk aplikasi
insektisida pada pengendalian vektor. Ukuran butiran semprot sedang
hingga halus.
4. Nozzle Polijet
Pola semprotan pada dasarnya berbentuk garis atau cerutu. Butiran semprot
agak kasar hingga kasar. Tidak atau sangat sedikit menimbulkan drift dan
hanya digunakan untuk aplikasi herbisida.
5. Nozzle lubang empat
Nozzle ini menghasilkan pola semprotan berbentuk kerucut. Butiran
semprot halus sampai agak halus (tergantung tekanan). Flow rate tinggi
(karena jumlah lubangnya empat) karena itu cenderung boros. Umumnya
digunakan untuk aplikasi insektisida dan fungisida (Junaidi, 2009).

Perbedaan antara automatic sprayer dan semi automatic sprayer adalah pada
komponen dalam kedua alat tersebut. Pada alat sprayer otomatis tidak ada tabung
khusus yang digunakan sebagai tempat cadangan tekanan karena seluruh tekanan
memenuhi tangki sprayer. Oleh karena itu, tangki sprayer otomatis harus terbuat
dari bahan yang kuat dengan tekanan. Dengan perbedaan tersebut maka cara
aplikasinya pun sedikit berbeda. Jika sprayer otomatis harus dipompa hingga
penuh sebelum aplikasi, sprayer semi otomatis harus dipompa selama aplikasi
hingga volume pestisida habis. Oleh karena itulah ada perbedaan ukuran droplet
pada keduanya. Ukuran droplet sprayer otomatis lebih kecil dari sprayer semi
otomatis akibat adanya perbedaan tekanan yang diberikan (Kalshoven, 1981).
IV. KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut.


1. Alat aplikasi pestisida pada praktikum ini adalah mist blower, swing fog,
automatic sprayer dan semi automatic sprayer.
2. Mist blower terdiri dari blower, pipa penyemprot, tangki dan lainnya. Swing
fog terdiri dari pompa, karburator, nozzle dan lainnya. Automatic sprayer
terdiri dari nozzle, tempat pestisida, pompa dan lainnya. Semi automatic
sprayer terdiri dari nozzle, tangki, manometer dan lainnya. Keempat alat ini
sama-sama berfungsi sebagai alat semprot untuk mengeluarkan pestisida
dalam bentuk cair atau kabut dan asap.
3. Kelebihan mist blower kapasitas luas dan cepat, kekurangannya harga
mahal. Kelebihan swing fog membunuh hama dengan cepat, kekurangannya
mengganggu pernapasan. Kelebihan automatic sprayer komponen
sederhana, kekurangan kisaran diamter yang luas sehingga boros. Kelebihan
semi automatic sprayer aplikasinya mudah, kekurangannya mudah rusak.

DAFTAR PUSTAKA

Djojosumarto. 2008. Pestisida dan Aplikasinya. PT Agromedia Pustaka. Jakarta.

Ekha, I. 1988. Dilema Pestisida. Yogyakarta. Kanisius.

Endah. 2005. Mengendalikan Hama dan Penyakit Tanaman. Agromedia Pustaka.


Jakarta.

Junaidi, W. 2009. Menentukan Kalibrasi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Kalshoven. 1981. Hama Penyakit Tanaman. Erlangga. Jakarta.

Kristofer. 2010. Pengantar Praktikum Pestisida. Universitas Padjadjaran.


Bandung.

Novizan. 2002. Petunjuk Pemakaian Pestisida. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Padri. 2009. Teknik Aplikasi Pestisida. Erlangga. Jakarta.


Pirdaus,I.2015. Alat-Alat Aplikasi Pestisida. Penyebar Swadaya. Lampung.

Pracaya. 2008. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman. USU Press. Medan.

Saputra. 2012. Ekologi Umum. Gajah Mada University. Jogjakarta.

Widianto, R. 2001. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Penebar Swadaya. Jakarta.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai