Manajemen produksi sangat mempengaruhi sebuah perusahaan dalam mengatur proses
produksi perusahaan. Manajemen produksi merupakan serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output (Heizer dan Render, 2009:4). Produksi diartikan sebagai kegiatan yang dapat menimbulkan tambahan manfaat atau penciptaan manfaat baru, misalnya manfaat bentuk, waktu, tempat, serta kombinasi dari manfaat-manfaat tersebut (Ahyari, 2002:4). Jenis yang diperdagangkan di pasar-pasar swalayan sebagian besar adalah kelompok Cavendish, sedang di pasar - pasar lainnya (toko buah, kios, PKL, tradisional) adalah kultivar Barangan, Ambon Hijau, Ambon Kuning, Mas, Raja Bulu dan Raja Sere. Jenis pisang olahan unggulan adalah Kepok dan Tanduk dan Agung Talun (Lumajang). Pengembanganjenis kelompok Cavendish ini menghadapi kendala serangan penyakit layu Fusarium. Jenis pisang Raja Sere, Barangan Merah dan Mas mempunyai peluang yang besar untuk menjadi komoditas unggulan. Pengembangan pisang kelompok Cavendish baik untuk kebutuhan pasar dilaksanakan melalui pengembangan kebun-kebun pisang yang dikelola secara intensif di beberapa propinsi sentra produksi pisang di Indonesia yang telah ada (Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan) dan untuk sentra baru di Maluku (pulau Seram), Papua dan Riau, Jawa Barat, Jawa tengah, Jawa Timur. Tanaman pisang di Indonesia dapat beradaptasi dan tumbuh baik pada berbagai tipe iklim, dataran rendah hingga dataran tinggi. Di Indonesia tersedia lebih dari 3 juta ha lahan dapat ditemukan di Kalimantan dan Papua, sedangkan lahan dengan potensi yang sama seluas lebih dari 1 juta ha ditemukan di 5 propinsi di Riau, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Bangka Belitung dan Sulawesi Selatan serta beberapa daerah di propinsi lainnya. Untuk dapat memenuhi permintaan pasar dilakukan beberapa cara yaitu : 1. Peningkatan mutu produksi dan konsumsi Tingkat konsumsi dari tahun 2005 sampai 2010 diperkirakan akan meningkat dari 14,8-20 kg/kapita/tahun. Berdasarkan proyeksi peningkatan jumlah penduduk dari 220-230 juta diperkirakan kebutuhan konsumsi segar dalam negeri akan mencapai 3,3 – 4,6 juta ton. Kebutuhan konsumsi segar sudah dapat dipenuhi oleh total produksi pisang nasional tahun 2004. Artinya kebutuhan konsumsi segar dalam negeri sudah dapat dipenuhi dari luas panen dan produksi dari sentra-sentra produksi yang telah ada. Masalahnya hanya terletak pada rendahnya mutu produk. Oleh karena itu program pengembangan ke depan difokuskan pada peningkatan mutu produksi di daerah sentra yang telah ada (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung, Sulawesi Selatan). Peningkatan konsumsi dapat dilakukan dengan promosi tentang pentingnya nilai gizi pisang sebagai sumber karbohidrat. 2. Pembenihan Secara tradisional, bibit pisang diperoleh dengan cara memisahkan anakan dari tanaman induk dan langsung menanamnya pada lahan yang sudah disediakan. Salah satu faktor penentu berhasil tidaknya suatu usaha budidaya tanaman adalah ketersediaan bibit yang berkualitas. Termasuk dalam usaha budidaya tanaman pisang, bibit pisang yang memiliki kualitas baik berpeluang untuk menghasilkan buah pisang yang baik pula, baik kualitas maupun kuantitasnya. Kriteria bibit pisang berkualitas yaitu bibit yang berasal dari indukan yang sehat, bebas dari hama dan penyakit. 3. Pengembangan sentra produksi dan pewilayahan komoditas pisang Pengembangan lebih dikonsentrasikan untuk memperbaiki sentrasentra yang telah ada seperti Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat. Perbaikan-perbaikan lebih dititik-beratkan pada peningkatan produktivitas, mutu dan kontinyuitas pasokan serta pemasaran melaui upaya penerapan teknologi inovatif, penerapan kaidah budidaya yang baik dan benar (berdasarkan POS yang ada), penguatan kelembagaan di tingkat petani, penyediaan sarana dan prasarana kebun dan penyaluran hasil, dukungan pemerintah dalam penyaluran kredit usaha dan perbaikan sarana penyaluran hasil ke pasar. Penentuan dan penetapan wilayah pisang bertujuan untuk mengembangkan secara komersial daerah sentra baru pisang yang mempunyai potensi yang tinggi tetapi belum sepenuhnya dimanfaatkan secara optimal. Potensi lahan yang bisa dioptimalkan pemanfaatannya lebih dari 4 juta hektar yang tersebar di Kalimantan, Sulawesi, Riau, Maluku dan Papua. Agar program pengembangan pisang dapat berjalan dengan baik, maka perlu disusun suatu roadmap. Program pengembangan pisang diawali dengan penentuan varietas pisang yang akan ditanam. Varietas sangat menentukan kuantitas dan kualitas produksi serta selera konsumen, oleh karena itu pemilihan varietas yang unggul dan disukai konsumen adalah hal pertama yang harus dilakukan sebelum memulai suatu usahatani pisang. Pemilihan varietas sudah diterapkan sistem kendali mutu agar varietas yang ditanam mempunyai tingkat kemurnian yang tinggi. Selanjutnya varietas yang dipilih diperbanyakan agar didapatkan benih yang cukup sesuai dengan kebutuhan. Dalam pengelolaan kebun pisang baik yang dikelola masyarakat maupun perusahaan harus merujuk pada prosedur operasional yang standar untuk menghasilkan produk yang bermutu.